Anda di halaman 1dari 41

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN HUKUM MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA JALAN DI KOTA DENPASAR 3.

1 Masalah Lalu Lintas Perkembangan teknologi otomotif dan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tumbuh dengan pesat bila tidak disertai penambahan panjang jalan yang memadai serta tidak diimbangi disiplin berlalu lintas bagi para pemakai kendaraan bermotor dan pemakai jalan lainnya, dikhawatirkan tingkat keselamatan lalu lintas yang diwarnai dengan tingginya pelanggaran lalu lintas, kecelakaan lalu lintas dan tingkat kemacetan lalu lintas akan semakin menunjukkan kondisi yang lebih parah dari yang ada sekarang. Mobilitas manusia dan barang dengan kendaraan bermotor

berkembang begitu pesatnya, hal ini antara lain akibat peningkatan kesejahteraan dan kemajuan teknologi dibidang transportasi. Hal ini berdampak pada munculnya berbagai permasalahan lalu lintas seperti : pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat dan kompleks dari waktu ke waktu apabila tidak segera ditangani dan diantisipasi. Aspek keselamatan (safety) dalam berlalu lintas dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu antara lain : kualitas pengemudi, kelaikan kendaraan dan sarana prasarana yang memenuhi standar keselamatan. Jika salah satu

komponen ini tidak baik atau tidak memenuhi syarat, maka kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas menjadi besar. Masalah lalu lintas yang semakin kompleks seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan dinamika masyarakat, menuntut Polri untuk bekerja lebih keras dengan paradigma baru untuk dapat menjadi Polisi yang ideal dimasyarakat. Menurut Satjipto Rahardjo :sosok Polisi yang ideal di Seluruh dunia adalah Polisi yang cocok dengan masyarakat.1 Dengan prinsip tersebut, masyarakat mengharapkan adanya Polisi yang cocok dengan masyarakatnya, dalam arti ada perubahan dari Polisi yang antagonis, yaitu Polisi yang tidak peka terhadap dinamika masyarakat dan menjalankan tugas dengan gaya pemolisian yang bertentangan dengan perubahan masyarakat, menjadi Polisi yang protagonis, yaitu Polisi yang terbuka terhadap dinamika perubahan masyarakat dan bersedia untuk mengakomodasikannya dalam tugas-tugasnya. 3.2 Faktor-faktor Terjadinya Kemacetan di Kota Denpasar Di era globalisasi saat ini manusia dituntut untuk mempunyai mobilitas yang tinggi, khususnya pada daerah perkotaan yang masyarakatnya setiap hari selalu bepergian dari tempat satu ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaian besar masyarakat menggunakan jalur darat (jalan raya) untuk melakukan mobilitasnya karena jalan raya merupakan jalur perhubungan yang murah dari pada jalur perhubungan air dan udara.
1

Satjipto Rahardjo, 2000, Menuju Kepolisian Republik Indonesia Mandiri Yang Profesional, Yayasan Tenaga Kerja, Jakarta, selanjutnya disingkat Satjipto Rahardjo IV, hal. 10.

Apabila dilihat dari tahun ke tahun, maka jumlah kendaraan bermotor khususnya sepeda motor di kota Denpasar terus bertambah. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3 Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber : Denpasar Dalam Angka2 Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sangat banyak orang yang membutuhkan sepeda motor untuk kebutuhan transportasi, Peningkatan jumlah sepeda motor dari tahun ke tahun terus mengalami penambahan sehingga hal tersebut mempengaruhi kehidupan lalu lintas dan menimbulkan beberapa permasalahan antara lain sering terjadi kemacetan dan kecelakaan akibat pelanggaran lalu lintas. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama kota yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

BPS Kota Denpasar, Op.Cit., hal. 342.

Menurut Arif Budiarto dan Mahmudah bahwa : kemacetan dapat disebabkan antara lain oleh sarana dan prasarana lalu lintas yang masih terbatas, manajemen lalu lintas yang belum berfungsi secara optimal, pelayanan angkutan umum penumpang yang belum memadai, dan disiplin pemakai jalan yang masih rendah.3 Sarana dan prasarana lalu lintas yang masih terbatas disini yang paling utama adalah faktor jalan. Meskipun manajemen lalu lintas, pelayanan angkutan serta disiplin berkendara tersebut sudah baik,

sedangkan faktor prasarana jalan belum memadai maka masih sangat mungkin untuk terjadi kemacetan. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales pada tanggal hari kamis tanggal 12 Juli 2012, bahwa : Masalah kemacetan lalu lintas merupakan problema yang sangat kompleks dan merupakan fenomena yang tidak mudah untuk diatasi terutama fenomena kemacetan yang terjadi di kota-kota besar, kawasan wisata, kawasan industri, perkantoran, pasar tumpah dan tempat-tempat lain dimana sebagai faktor penyebab antara lain : 1. Sikap mental sebagian masyarakat pengguna jalan yang kurang disiplin, mau menang sendiri dan tidak memenuhi peraturan lalu lintas. 2. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun tidak diimbangi dengan penambahan panjang jalan yang memadai. 3. Menjamurnya pedagang kaki lima, pedagang asongan di badan-badan jalan dan di persimpangan jalan. 4. Tidak tersedianya tempat parkir yang memadai akibat kurang adanya koordinasi antar instansi terkait dalam perencanaan tata ruang perkotaan dan penerbitan ijin mendirikan bangunan terutama di tempat-tempat konsentrasi publik. 5. Tidak terencananya rencana umum tata ruang wilayah (RUTRW) dalam penataan kota khususnya di kota-kota besar menimbulkan permasalahan baru dibidang kemacetan lalu lintas. Sedangkan hasil wawancara dengan Sandra Dewi pada hari kamis tanggal 12 Juli 2012, bahwa :
3

Arif Budiarto dan Mahmudah, Op.Cit., hal. 6.

Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan, antara lain : 1. Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan. 2. Terjadi kecelakaan Kemacetan lebih banyak terjadi karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas. 3. Terjadi banjir sehingga kendaraan tidak dapat melaju secara normal. 4. Ada perbaikan jalan. 5. Bagian jalan tertentu yang longsor. 6. Kemacetan lalu lintas yang disebabkan karena kepanikan seperti adanya syarat sirene. 7. Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, seperti berjalan lambat di lajur kanan. 8. Adanya parkir liar dari sebuah kegiatan. 9. Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati area tersebut. 10. Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas. Lebih lanjut D. D. Gonzales menyatakan bahwa : Kemacetan lalu lintas menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain : 1. Kerugian waktu karena kecepatan perjalanan yang rendah. 2. Pemborosan energi karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih banyak. 3. Keausan kendaraan lebih tinggi karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi. 4. Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal. 5. Meningkatkan stress pengguna jalan, 6. Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas yang harus dirumuskan dalam suatu rencana yang komprehensif. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales dan Sandra Dewi, langkah-langkah yang bias dilakukan meliputi :

1.

Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana

2.

Salah satu langkah yang penting dalam memecahkan kemacetan adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan/parasarana seperti : a. Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan. b. Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah. c. Mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling dominan membatasi arus belok kanan. d. Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak sebidang/flyover. e. Mengembangkan inteligent transport sistem. Pembatasan Kendaraan Pribadi Langkah ini biasanya tidak populer tetapi bila kemacetan semakin parah harus dilakukan manajemen lalu lintas yang lebih ekstrem sebagai berikut : a. Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan penerapan kebijakan parkir yang dapat dilakukan dengan penerapan tarif parkir yang tinggi di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya, ataupun pembatasan penyediaan ruang parkir dikawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya. b. Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi. c. Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemacetan lalu lintas

di kota Denpasar terjadi karena beberapa hal, antara lain : 1. Sikap mental sebagian masyarakat pengguna jalan yang kurang disiplin. 2. Tidak seimbangnya antara pertumbuhan kendaraan bermotor dengan prasarana lalu lintas seperti jalan. 3. Tidak tersedianya tempat parkir yang memadai. 4. Terjadi kecelakaan. 5. Faktor alam seperti terjadi banjir, longsor dan lain-lainnya. 6. Ada perbaikan jalan.

3.3 Faktor-faktor Terjadinya Pelanggaran di Kota Denpasar

Penegakan hukum (law enforcement), merupakan suatu istilah yang mempunyai keragaman dalam definisi. Menurut Satjipto Rahardjo bahwa penegakan hukum diartikan sebagai suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum, yaitu pikiran-pikiran dari badan-badan

pembuat undang-undang yang dirumuskan dan ditetapkan dalam peraturanperaturan hukum yang kemudian menjadi kenyataan.4 Penegakan hukum bidang pencegahan, yang meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan,

pengawalan dan patroli. Dimana di dalam pelaksanannya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena merupakan suatu sistem lalu lintas untuk mewujudkan Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban serta Kelancaran Lalu Lintas. Pelanggaran merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, baik dalam norma masyarakat atau hukum yang berlaku. Dalam konteks ini pelanggaran lalu lintas adalah suatu tindakan baik sengaja ataupun tidak sengaja melakukan perbuatan untuk tidak mematuhi aturanaturan lalu lintas yang berlaku. Pada umumnya pelanggaran lalu lintas merupakan awal terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pelanggaran lalu lintas adalah pelanggaran terhadap persyaratan administrasi dan/atau pelanggaran terhadap persyaratan teknis oleh pemakai kendaraan bermotor sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan lalu lintas yang berlaku. Penindakan pelanggaran lalu lintas adalah tindakan hukum yang ditujukan kepada pelanggar peraturan lalu lintas yang
4

Satjipto Rahardjo III, Op.Cit., hal. 15.

dilakukan oleh petugas Kepolisian Republik Indonesia secara edukatif maupun secara yuridis. Tindakan edukatif adalah tindakan yang diberikan oleh petugas Kepolisian Republik Indonesia berupa pemberian teguran dan peringatan dengan cara simpatik terhadap para pelanggar lalu lintas, sedangkan secara yuridis adalah penindakan dengan menggunakan tilang dan atau

menggunakan berita acara singkat/sumir/tipiring atau dengan berita acara biasa terhadap pelanggaran yang berpotensi atau memiliki bobot sangat fatal/berat dan dapat merusak fasilitas umum (putusnya jembatan dan lainlain) serta melakukan penyidikan terhadap kecelakaan lalu lintas yang meliputi sejak penanganan Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), olah TKP, pemeriksaan dan pemberkasan serta pengajuan ke sidang pengadilan maupun pengajuan permohonan klaim asuransi. Sanksi/hukuman bagi para pengguna jalan yang melanggar peraturan lalu lintas sangat beragam, yaitu tergantung dari tingkat pelanggaran yang dilakukan. Sanksi yang paling ringan yaitu peringatan atau teguran agar pemakai jalan lebih disiplin, kemudian sanksi tilang dan denda dikenakan bagi pemakai jalan yang melakukan pelanggaran tidak mempunyai kelengkapan surat-surat mengemudi, diantaranya Surat Ijin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales pada hari senin tanggal 9 Juli 2012, bahwa : Satlantas membagi pelanggaran lalu lintas di wilayah Kota menjadi tiga kelas potensial pelanggaran, yaitu :

1. Kelas Potensial pelanggaran umum, dengan nilai bobot paling rendah yaitu 1 (satu) poin. Pada kelas pelanggaran ini jenis pelanggarannya, misal : melanggar persyaratan lampu, rem, melanggar penggunaan sabuk pengaman, pemakaian helm, persyaratan surat kendaraan (STNK dan SIM), dan sebagainya. 2. Kelas Potensial kejadian kemacetan dengan nilai bobot pelanggaran 3 (tiga) poin. Jenis pelanggaran yang dimaksud yaitu pelanggaran lalu lintas yang dapat menyebabkan terjadi kemacetan pada suatu ruas jalan tertentu. Jenis pelanggaran tersebut misalnya : melanggar marka melintang garis utuh sebagai batas berhenti, melanggar larangan berhenti/parkir di tempat umum, melanggar ketentuan kelas jalan yang dinyatakan dengan rambu-rambu, dan sebagainya. 3. Kelas Potensial kejadian kecelakaan dengan nilai bobot pelanggaran 5 (lima) poin. Jenis pelanggaran yang dimaksud yaitu pelanggaran lalu lintas yang beresiko menyebabkan terjadi kecelakaan lalu lintas di suatu ruas jalan. Jenis pelanggaran tersebut misalnya melanggar rambu-rambu perintah dan larangan, melanggar ketentuan cahaya alat pengatur isyarat, melanggar batas maksimum, tidak menyalakan petunjuk arah waktu akan membelok atau berbalik arah, dan sebagainya. Lebih lanjut D. D. Gonzales menyatakan bahwa : adanya korelasi antara pelanggaran lalu lintas dengan kecelakaan lalu lintas. Penyebabnya dapat diklasifikasikan yaitu faktor pengemudi/ketaatan mematuhi peraturan lalu lintas, prasarana jalan dan juga faktor cuaca (misal jalan licin karena hujan). Dari data pelaku pelanggaran dapat diklasifikasikan dalam jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Tabel 4 Pelanggaran Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Polresta Denpasar

Berdasarkan jenis kelamin, maka laki-laki yang paling sering melakukan pelanggaran lalu lintas. Tabel 5 Pelanggaran Berdasarkan Usia

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan usia, maka usia antara 16 tahun sampai dengan 21 tahun menempati urutan teratas dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya, usia antara 22 tahun sampai dengan usia 30 tahun menempati urutan kedua dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya, usia 31 tahun sampai dengan usia 40 tahun menempati urutan ketiga dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya, sedangkan pelanggaran berdasarkan usia selanjutnya didominasi antara usia 41 tahun sampai dengan 50 tahun. Tabel 6 Pelanggaran Berdasarkan Pendidikan

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan pendidikan, maka pelanggar tamatan SLTA merupakan urutan teratas dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya dan tamatan SLTP

merupakan urutan kedua dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya. Pada tahun 2011 pelanggar tamatan perguruan tinggi berada pada urutan ketiga dalam pelanggaran lalu lintas dan tamatan SD berada pada urutan keempat dalam pelanggaran lalu lintas pada tahun 2011. Tabel 7 Pelanggaran Berdasarkan Profesi

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan profesi, maka profesi sebagai karyawan swasta merupakan urutan teratas dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya, profesi sebagai pelajar merupakan urutan kedua dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya, sedangkan urutan ketiga dilakukan oleh kalangan mahasiswa dalam pelanggaran lalu lintas tiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Andy Prihastomo pada hari Senin tanggal 9 Juli 2012 bahwa : Pada umumnya kesalahan pengemudi kendaraan cenderung disimpulkan terhadap peraturan lalu lintas misalnya dalam hal tidak memberikan tanda akan membelok, mengendarai kendaraan tidak dijalur kiri, atau pada persimpangan tidak memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, menjalankan kendaraan terlalu cepat melampaui batas yang ditentukan dalam peraturan lalu lintas. Oleh karena itu salah satu pelanggaran peraturan lalu lintas itu terjadi, maka mudah untuk menganggap adanya culpa apabila kemudian kendaraannya menabarak kendaraan lain atau orang yang mengakibatkan luka berat atau mati.

Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales dan Dewi Sandra pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2012 bahwa :Pelanggaran paling banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor. Pendapat tersebut didukung dengan hasil pengamatan di seputaran jalan Hayam Wuruk, jalan Imam Bonjol, jalan W.R. Supratman, jalan Gatot Subroto, jalan Diponegoro dan sepanjang lapangan Puputan Ngurah Rai menunjukkan bahwa sepeda motor yang paling sering melakukan pelanggaran. Hal ini juga dapat dilihat dari data yang didapat dari hasil penelitian di Polresta Denpasar, yaitu : Tabel 8 Pelanggaran Berdasarkan Jenis Kendaraan

Sumber : Polresta Denpasar Pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna kendaraan bermotor roda dua merupakan urutan teratas dalam pelanggaran yang terjadi tiap tahunnya, sedangkan kendaraan pribadi (roda empat) merupakan urutan kedua dalam pelanggaran yang terjadi tiap tahunnya. Tabel 9 Pelanggaran Berdasarkan SIM

Sumber : Polresta Denpasar

Pelanggaran yang dilakukan oleh kendaraan bermotor roda dua juga ditunjukkan dalam pelanggaran berdasarkan SIM, dimana golongan SIM C merupakan urutan teratas dalam pelanggaran tiap tahunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di Kota Denpasar disebabkan oleh manusia itu sendiri karena kurangnya kesadaran akan peraturan berlalu lintas dan kepentingan-kepentingan manusia yang berlainan menyebabkan manusia ceroboh, lalai, bahkan kesengajaan menjadi faktor dominan terjadinya pelanggaran lalu lintas di Kota Denpasar, seperti tidak membawa helm, melawan rambu lalu lintas, menerobos lampu lalu lintas, melewati batas marka jalan, dan melewati batas beban aman kendaraan (motor dinaiki oleh 3 orang). Keadaan di atas membuktikan kualitas kesadaran hukum masyarakat (pemakai jalan) belum memenuhi himbauan disiplin nasional. 3.4 Faktor-faktor Terjadinya Kecelakaan di Kota Denpasar Transportasi mempunyai peranan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh pertahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan melajunya usaha pembangunan disegala bidang, termasuk bidang ekonomi, maka perkembangan sarana transportasi darat mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini ternyata menimbulkan masalah yang sangat rumit dalam pengaturan lalu lintas, seperti timbulnya masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Pasal 1 angka 24 menyatakan bahwa : Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales pada tanggal 12 Juli bahwa : Secara garis besar, kecelakaan lalu lintas dapat dibedakan berdasarkan proses terjadinya, antara lain : a. Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang terdiri hanya satu kendaraan. b. Kecelakaan ganda, yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan dua kendaraan. c. Kecelakaan beruntun atau karambol, yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan tiga kendaraan atau lebih. d. Kecelakaan pejalan kaki, yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki. e. Kecelakaan membelok lebih dari dua kendaraan, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan lebih dari satu kendaraan. f. Kecelakaan membelok dua kendaraan, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan hanya dua buah kendaraan. g. Kecelakaaan tanpa gerakan membelok, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat berjalan lurus atau kecelakaan yang terjadi tanpa ada gerakan membelok. Lebih lanjut D. D. Gonzales menyatakan bahwa : Kecelakaan berdasarkan berat ringannya kejadian, antara lain : b. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau barang c. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan arau barang d. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sandra Dewi pada tanggal 13 Juli 2012 bahwa :

Korban kecelakaan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Luka ringan adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang tidak membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Kriteria luka ringan meliputi : a. Luka kecil di daerah kecil dengan pendaraan sedikit dan penderita dalam keadaan sadar. b. Luka bakar dengan luas kurang dari 15%. c. Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi. d. Penderit-penderita di atas semuanya dalam keadaan sadar, tidak pingsan atau muntah-muntah. 2. Luka berat adalah keadaan korban mengalami luka-luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerlukan pertolongan/perawatan lebih lanjut dengan segera di rumah sakit. Kriteria luka berat terdiri atas : a. Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya luka yang mengenai kepala dan batang kepala. b. Luka bakar yang luasnya meliputi 25% dengan luka baru. c. Patah tulang anggota badan dengan komplikasi diserta rasa nyeri yang hebat dan pendarahan yang hebat. d. Pendarahan hebat kurang lebih 500 cc. e. Benturan/luka yang mengenai badan penderita yang menyebabkan kerusakan alat organ tubuh bagian dalam, misalnya dada, perut, usus, kandung kemih, ginjal, limpa, hati, tulang belakang, dan batang kepala. 3. Meninggal adalah keadaan dimana penderita terdapat tanda-tanda kematian secara fisik. Korban meninggal adalah korban kecelakaan yang meninggal di lokasi kejadian, meninggal selama perjalan ke rumah sakit, atau meninggal ketika dirawat di rumah sakit. Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, hal yang bisa terjadi dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas selalu menimbulkan kerugian. Tabel 10 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Akibatnya

Sumber : Polresta Denpasar

Dari data tersebut, dapat dilihat jumlah kejadian kecelakaan pertahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2007 terjadi sebanyak 404 kejadian kecelakaan sedangkan pada tahun 2011 terjadi sebanyak 832 kejadian kecelakaan. Apabila dirata-ratakan perhari kecelakaan pada tahun 2011 terjadi 2-3 kejadian kecelakaan perhari. Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut yaitu meninggal dunia sebanyak 126 orang (apabila dirata-ratakan, maka setiap 3 hari 1 orang meninggal dunia), luka berat sebanyak 612 orang, luka ringan sebanyak 738 orang dan kerugian material sebesar Rp. 1.062.175.000. Peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menimpa masyarakat selalu mempersalahkan pihak pengemudi kendaraan. Namun apabila kita simak dan pelajari secara seksama hal-hal yang menyebabkan timbulnya kecelakaan, ternyata penyebabnya tidak hanya dari pihak si pengemudi saja, tetapi dapat juga disebabkan oleh manusia atau hal-hal dari luar diri si pengemudi. Tabel 11 Kecelakaan Berdasarkan Profesi

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan profesi, mahasiswa/pelajar merupakan pelaku urutan teratas dalam kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya, sedangkan pengemudi

merupakan pelaku urutan selanjutnya (kedua) dalam kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya. Tabel 12 Kecelakaan Berdasarkan SIM Pelaku

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan SIM pelaku kecelakaan, maka pelaku kecelakaan terbanyak tidak memiliki SIM, sedangkan pemilik SIM C merupakan pelaku dengan urutan kedua dalam kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya. Tabel 13 Kecelakaan Berdasarkan Kendaraan yang Terlibat

Sumber : Polresta Denpasar Berdasarkan kendaraan yang terlibat kecelakaan, maka sepeda motor merupakan urutan teratas dalam keterlibatannya pada kecelakaan lalu lintas. Apabila dirata-ratakan, maka setiap kejadian kecelakaan melibatkan 1 sampai 2 kendaraan roda dua (sepeda motor).

Seperti diketahui bahwa jalan itu digunakan oleh para pejalan kaki beserta bermacam-macam jenis kendaraan seperti : becak, sepeda, sepeda motor, mobil, disamping pejalan kaki dan kendaraan sekarang ini jalan juga sudah dipergunakan oleh pedagang untuk menjajakan dagangannya. Inilah keseluruhan penyebab yang menimbulkan berbagai macam akibat yang tidak diinginkan, disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti pengelolaan jalan yang sudah tidak memadai. Atau berbagai macam jenis kendaraan maupun berbagai macam sebab dan akibat yang menimbulkan atau ditimbulkan, tidak lepas hubungannya dengan manusia, sebab pada dasarnya manusialah yang mengendalikan berbagai macam jenis kendaraan yang memenuhi jalan-jalan tersebut. Dengan berbagai macam cara dan tingkah lakunya dalam menggunakan jalan untuk mencapai keinginan dan tujuan masing-masing, tanpa menghiraukan sarana pemakai jalan lainnya. Jadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa atas terjadinya segala hal yang tidak diinginkan seperti : kemacetan lalu lintas, pelanggaran dan kecelakaan, polusi udara dan lain sebagainya yang mempengaruhi ketidak lancaran transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan hidup ini, penyebab utamanya adalah manusia itu sendiri, disamping pengaruh alam, jalan atau sarana lain yang belum disesuaikan dengan perkembangan penduduk dan kemajuan teknologi, merupakan alat atau kendaraan yang dipakai manusia itu sendiri, sudah atau belum memenuhi syarat dengan sarana jalan yang ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales pada hari kamis, tanggal 12 Juli 2012, bahwa :

salah satu penyebab fatal kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah faktor manusia yang bergerak di belakang mesin. Diluar perhitungan nasib sial, kecelakaan dapat dihindarkan sebab siapapun kita, tidaklah pernah terbayangkan untuk menjadi seorang korban, calon korban, seorang pembunuh atau calan terbunuh di jalanan. Saat ini telah terjadi kemerosotan mental sehingga orang sibuk memperhatikan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Krisis toleransi dijalanan telah meradisi, kita dapat menggambarkannya sebagai arena kekasaran diamana orang satu dengan orang lainnya telah kehilangan toleransi. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2012 bahwa : dalam satu penyelidikan yang lain disebutkan bahwa kebanyakan peristiwa kecelakaan dijalan-jalan raya disebabkan oleh keteledoran manusia. Manusia adalah penentu, sebab masalah akhlak manusia itu masih berperan penting, benda pasif yang dapat dikendalikan. Kita memang belum bisa menghindarkan berbagai fenomena di dalamnya. Teknologi, selain membawa manfaat, juga mengundang korban secara dramatis. Jumlah-jumlah korban yang jatuh di jalan raya mengguah kita untuk berfikir bahwa mau tidak mau kita membenamkan diri dalam rangkaian bahaya yang kita guluti setiap saat. Salah satu yang perlu dicatat adalah kesimpulan yang ditonjolkan bahwa 90% dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dijalan raya disebabkan oleh faktor pengemudinya, sehingga ditekankan bahwa kondisi jalan raya, berapapun uang dituangkan untuk menambah kendaraan bermotor menjadi tangguh dan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang penting adalah segera harus ditindak tingkah laku

dan perbuatan-perbuatan pengemudi yang sembrono, sembarangan, tidak bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kepentingan bersama. Sikap mementingkan diri sendiri dapat disaksikan di keseharian dimana seakan-akan seseorang berpendapat, bahwa jika ia tidak berlaku kejam, dia sendiri yang akan dilecehkan orang. Sebuah pendapat yang ada benarnya tapi mengingatkan kita pada semacam perlombaan dan keterbukaan kehidupan yang semakin sibuk dan ruwet serta prespektif sosial yang kompleks dapat menjadikan alasan mengapa orang semakin individualistik di jalanan. Begitulah resikonya sebuah pembaharuan, kita memang tidak dapat menutup mata terhadap kenyataan ini tapi yang harus dipikirkan adalah bagaimana pengaruh tadi dapat diperhitungkan sekecil-kecilnya dengan adanya usaha memperbaiki keadaan, memang boleh dikatakan telah terlambat. Apa yang dapat kita lakukan kini hanyalah tindakan-tindakan dalam intensitas yang tidak bergerak bersamaan dengan pesatnya

perkembangan masyarakat. Angka-angka akibat kecelakaan dan kerugian materil bagi sebagian orang, kekerasan dijalan raya menimbulkan phobia tersendiri. Berbagai perasaan terancam meliputi kita, dikala sedang terlihat dalam percaturan di jalanan. Banyak aspek dari penyebab kecelakaan itu dapat diperhitungkan sebelumnya. Akan tetapi ada satu hal yang jelas terlihat, kecelakaan meningkat terus karena jumlah kendaraan bertambah terus. Mekanisme pelayanan lalu lintas sebegitu jauh belum dapat mengimbangi pola kebutuhan yang sebenarnya. Kita memang dapat

merasakan adanya manfaat dari peningkatan sarana-sarana lalu lintas yang ditunjang teknologi mutakhir. Mekanisme justru telah semakin menggantikan likuiditas tenaga manusia dalam mengtur lalu lintas, tenaga manusia selain merupakan era daluarsa, juga secara struktural kebutuhan pelayanan yang serba cepat logis dilangsungkan oleh pola-pola yang lebih tepat, praktis dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sandra Dewi pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2012, bahwa pelanggaran-pelanggaran rambu-rambu lalu lintas termasuk juga satu kasus terbanyak penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Satu hal yang cukup tragis sekaligus mengherankan adalah bahwa dijalan-jalan pusat kota yang telah dilayani jembatan penyeberangan, sering terjadi orang tewas, justru karena enggan menggunakan sarana yang telah disediakan tersebut. Ini cuma momen kecil yang bisa dipakai sebagai totalitas, bahwa masyarakat kita cenderung seronok dan tidak menyukai disiplin, terlebih dalam hal-hal terkecil sekalipun. Berdasarkan hasil wawancara dengan D. D. Gonzales dan Sandra Dewi pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2012 bahwa : penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya antara lain; a. Volume jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan b. Petugas pengawas lalu lintas jumlahnya berkurang, serta perlengkapan lalu lintas yang belum lengkap. c. Para pemakai jalan yang tidak disiplin. d. Kondisi jalan raya yang kurang baik atau penempatannya yang tidak tepat. e. Tempat parkir kendaraan dijalan yang tidak teratur. Hukum tidak mungkin ditati secara bulat, demikian juga ketertiban lalu lintas di kota selalu dilanggar. Para pemakai jalan dan jembatan seakan-

akan tidak mau tahu, bahwa sengaja melakukan pelanggaran terhadapnya akan dapat menimbulkan akibat yang menimpa dirinya sendiri maupun pihak lain, hingga sampai melewati batas, dapat dinilai sebagi tindakan melawan hukum baik hukum perdata, maupun hukum pidana, bahkan hukum tata usaha negara. Berdasarkan ketentuan data tersebut diatas, penyebab kecelakaan lalu lintas tidak jauh dengan apa yang dikemukakan oleh Kasat Lantas Polresta Denpasar bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas baik terhadap kendaraan beroda dua ataupun kendaraan beroda empat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor jalan dan faktor alam. Dari beberapa faktor penyebab kecelakaan tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Internal Peranan pengendara sepeda motor sebagai subyek hukum disini yang dimaksudkan sudah barang tentu apabila terjadi kepentingan yang dilindungi oleh hukum terganggu, baik gangguan yang datangnya dari pihak pengemudi maupun dari pihak luar, dalam hubungannya dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terjadinya kecelakaan menurut konstruksi hukum pidana, haruslah ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat, karena tanpa batasan yang demikian itu akan menimbulkan kesulitan pada peranan hukum pidana. Di dalam hukum pidana telah tumbuh perkembangan tentang penentuan kelakuan seseorang yang menjadi sebab akibat terhadap

kejadian yang melarang dan diberi sanksi oleh hukum pidana yaitu kejadian yang dalam hal ini dikhususkan pada kecelakaan. Sikap pengendara sepeda motor sebagai subyek hukum yang pertama-tama harus menguasai pengertian hukum, pengertian tertib hukum dan kesadaran hukum, karena tanpa pengertian serta kesadaran tersebut dapat dikatakan sudah mempunyai kecenderungan melakukan pelanggaran hukum. Banyak sekali faktor penyebab kecelakaan lalu lintas akan tetapi faktor manusia yang mengemudi kendaraan adalah lebih penting bagi hukum pidana, karena melalui keterangan atau keadaan sekitar dari orang yang mengemudi dapat diungkap atas kejadian materil dalam proses perkara pidana. Tidak memperhatikan bagian-bagian serta unsur-unsur yang terdapat didalam jalur inti hukum pidana (delik) akan berakibat peranan hukum menjadi merosot kewibawaannya. Bahkan jauh dari tujuan keadilan, dan dimata masyarakat hukum pidana bukan sebagai pengayoman melainkan menakut-nakuti serta tidak mendapat simpati. Keadaan ini sangat tergantung pada petugas pelaksana hukum, disatu pihak harus nyata-nyata dibedakan antara bersikap mengurus kecelakaan semata-mata dan di lain pihak bertindak mengusut kecelakaan yang melanggar hukum dan dapat menerapkan bagian-bagian serta unsur-unsur dari inti hukum pidana secara filosofis, yuridis, sosiologis, yang tujuannya sebagai pengayom.5 Melalui kelakuan dari pengendara sepeda motor dapat ditentukan apakah hukum pidana dapat berperan atau tidak, dengan cara membuat konsturksi hubungan antara kelakuan itu dengan sifat melawan hukum karena adanya peraturan hukum dan yang terakhir masih diperlukan
5

Bambang Poernomo, 1982, Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah, Bina Aksara, Jakarta, hal. 65.

hubungan antara kelakuan yang berakibat menimbulkan kejadian yang melawan hukum dengan pertanggungjawaban atau kesengajaan atau kelalaian atau unsur subkjek lainnya, yang pelaksanaannya menurut proses beracara. Menjalankan kecepatan kendaraan di dalam kota yang melampaui kecepatan yang dibolehkan oleh peraturan atau rambu-rambu,

memberhentikan atau memparkirkan kendaraan di tempat terlarang oleh peraturan, mendahului kendaraan lain tanpa suatu keperluan, tidak memberikan kesempatan dan ruang yang cukup bagi kendaraan lain yang meminta mendahului, tidak mengadakan penerangan lampu atau isyarat arah yang cukup dari jarak penglihatan dan beberapa hal lainnya itu adalah merupakan pelanggaran terhadap tata tertib lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas yang hanya dapat berlaku semata-mata tergantung faktor manusia yang berperan di dalam kendaraan itu dengan kedudukannya sebagai pengemudi/pengendara. Peranan pengendara sepeda motor dalam bidang tertib hukum lalu lintas maupun sopan santun lalu lintas, mempunyai kecendrungan untuk kemungkinan besar terjadinya kecelakaan yang melanggar lalu lintas dengan membawa kerugian harta benda dan manusia. Apabila telah sampai pada persoalan ini, bagi seseorang ahli hukum yang mengenal berlakunya hukum secara filosofis, yuridis, sosiologis. Harus terlebih dahulu berpaling pada suatu pendekatan melalui Social legal engineering dalam bidang lalu lintas semua lapisan masyarakat mulai dari pendidikan taman kanak-

kanak sampai perguruan tinggi, mulai dari masyarakat di desa sampai kekota, mulai dari anggota masyarakat biasa sampai pada pemuka masyarakat dengan memperkenalkan kepada mereka apa yang dinamakan traffic education, traffic engeneering, serta treffic law enforeement, sebagai bagian dari pada kesadaran hidup bermasyarakat. Di dalam masalah lalu lintas yang selalu akan unggul dari tertib lalu lintas pada masa kini dan masa yang akan datang, perlu dibentuk Traffic board di daerah yang mampu menampung persoalan-persoalan maupun perkembangan lalu lintas serta merumuskan kebijaksanankebijaksanan dalam bidang lalu lintas. Di daerah untuk mewujudkan ketertiban, kelancaran dan keamanan lalu lintas di dalam wilayahnya, terutama untuk turut memecahkan pencegahan kecelakaan yang membawa korban harta benda dan manusia, melalui traffic board pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan dan selanjutnya cara-cara menghadapi hukum apabila diperlukan karena kecelakaan yang terjadi setelah ditentukan secara kausalitas dapat menjadi tanggungjawab dari pengemudi yang bersangkutan. Barulah kemudian dilanjutkan dengan tindakan represif berupa tindakan hukum dengan norma-norma dan sanksi pidana sebagaimana telah diajarkan aliran Ultimum Remedium yakni obat terakhir apabila sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya dianggap tidak mempan.6

Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Undip, Semarang, hal. 13.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 11 responden (Nyoman Suryana Putra, I Ketut Wenten, Ni Putu Uma Arisanti, Anggara Putu Dharma Putra, I Ketut Suarsana, Ni Kadek Suartini, Ni Nyoman Wistariani, Heni, Herik Krisnawan, I Wayan Susanto, dan I Komang Suastika) dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang berasal dari dalam diri si pengendara sepeda motor, antara lain : a. Karena Mengantuk Mengantuk merupakan penyebab dominan yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, penyebab mengantuk adalah faktor kelelahan pengendara sepeda motor saat menempuh jarak yang jauh. Kecelakaan sering terjadi akibat para pengemudi kendaraan memaksakan dirinya untuk melanjutkan perjalanannya. Adakalanya seseorang itu sudah lelah dan sudah mengantuk tapi tetap bertahan. Keadaan ini apabila dibiarkan akan cenderung menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Karena sikap yang tidak serius dan tidak stabil terhadap kondisi yang dipaksakan maka pengendara sepeda motor tersebut tidak dapat mengendalikan kendaraannya. b. Karena Menghayal Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia, baik sedih maupun senang, kadang kala dapat mempengaruhi aktifitas manusia itu sendiri. Orang yang sering menghayal akan dominan melalaikan kegiatan yang sering dilakukannya. Sama halnya kebanyakan orang khususnya

pengendara sepeda motor. Hal-hal yang menjadi bahan pemikirannya sehingga seorang itu harus menghayal sering disebabkan oleh masalahmasalah pribadi. Hal seperti ini juga dapat menjadi penyebab kacelakaan lalu lintas. c. Karena Mengobrol Kebiasaan buruk pengendara sepeda motor dengan teman-temannya atau penumpang adalah keasyikan mengobrol. Obrolan tidak hanya dilakukan pengendara sepeda motor dengan penumpangnya atau dengan pengendara sepeda motor lainnya, tapi dalam hal ini juga mencakup obrolan yang dilakukan via telepon (handphone). d. Karena Kurang Hati-hati dalam Mengatur Kecepatan (Ugal-ugalan) Pengendara sepeda motor sangat senang bila dapat mendahului kendaraan yang ada didepannya. Kecepatan yang tidak mempunyai keseimbangan dengan kecepatan kendaraan yang didahuluinya dapat menimbulkan suatu kecelakaan. Kecepatan yang sangat tinggi dapat berakibat buruk, karena tidak berhati-hati dapat menabrak yang datang dri arah yang berlainan. Hal ini khususnya terjadi pada remaja, yang mengemudikan kendaraan sesuka hati dijalan pada saat mereka konvoi dengan teman-temannya. e. Karena Belum Terampil Mengemudikan Kendaraan Kemahiran atau keterampilan seseorang dalam mengemudikan sangat dibutuhkan guna mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas. Seseorang yang belum terampil mengemudikan kendaraannya wajar tidak

dibenarkan memperoleh SIM. Hal ini telah ditegaskan dalam Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Faktor Eksternal a. Faktor Jalan Yang dimaksud dengan jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu kendaraan baik roda dua ataupun roda empat. Karena itu marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di jalan. Dalam hal ini faktor jalan penyebab kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh : 1) volume jalan yang tidak mendukung dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat. 2) Kondisi jalan banyak yang berlobang-lobang dan penempataanya tidak tepat. 3) Banyak jalan raya yang dipakai sebagai tempat parkir yang tidak beraturan dan banyak jalan raya yang dipakai para pedagang sehingga terjadinya penyempitan. b. Faktor Alam Alam menurut kamus bahasa Indonesia adalah segala yang ada di langit dan bumi, tempat kehidupan, wilayah, negeri, yang bukan buatan manusia. Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa : dalam lalu lintas juga tidak ada pidana tersendiri berupa membahayakan lalu lintas, seperti

mengebut, pengemudi dalam keadaan mabuk terlalu banyak meminumminuman keras, meskipun tidak ada kesalahan sam sekali.7 Dalam hal ini kaitannya terhadap kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh cuaca, hujan deras, petir,, kabut yang tebal sehingga mengurangi jarak pandang yang bebas terhadap kendaraan yang melintas. Oleh karena itu selain pengemudi/kendaraan dan keadaan jalan faktor alam juga menentukan penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. c. Keadaan Kendaraan Walaupun sebab-sebab kecelakaan itu dikarenakan oleh kendaraan yang kurang sempurna, maka yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah pengemudi kendaraan tersebut. Karena sebelum kendaraan itu dipergunakan, sipengemudi kendaraan tersebut tidak terlebih dahulu memeriksa keadaan kendaraannya. Karena kelalaiannya atau

kesalahannya dengan tidak disengaja ia berbuat kesalahan. Sebab-sebab terjadinya kecelakaan akibat kendaraan yang tidak beres adalah kerusakan pada mesin atau kurang sempurna sesuatu bagian kendaraan seperti rem, kemudi, lampu muka, lampu send, lampu belakang, klakson tidak dapat dibunyikan dan ban yang bocor secara tiba-tiba. d. Pejalan Kaki Orang atau kaki dimana-mana selalu menjadi korban kecelakaan lalu lintas yang makin hari makin berkembang pesat. Sebagian orang
7

Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hal. 81.

pejalan kaki yang ada di Indonesia terdiri dari orang-orang yang masih buta tentang peraturan lalu lintas. Bila kita perhatikan secara seksama sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh pejalan kaki dapat dibagi atas tiga tingkatan : 1. Oleh kesalahan pejalan kaki, Yaitu kesalahan-kesalahan teknis yang dibuat oleh orang pejalan kaki yang sehat baadan dan jiwa yang berumur 7 tahun atau lebih : 1) Menyeberang jalan, berjalan atau berdiri di jalan kenderaan dengan tidak memperhatikan lalu lintas. 2) Berada dijalan kendaraan dengan kurang jaga-jaga. 3) Bermain di jalan seperti main layangan atau main bola. 4) Seketika keluar dari belakang atau muka kendaraan, yang tadinya menyembunyikan orang itu dari pemandangan mata. 5) Kurang minggir, tidak jalan di jalan orang atau waktu menyeberang tidak mempergunakan tempat penyeberangan yang disediakan untuk orang pejalan kaki. 2. Kecelakaan disebabkan cacat badan atau dan jiwa orang pejalan kaki yang berumur 7 tahun atau lebih 1) Karena tiba-tiba sakit, misalnya terpeleset 2) Dalam keadaan mabuk atau pusing.

3. kecelakaan oleh karena anak-anak di bawah umur 7 tahun 1) Tingkah laku anak kecil yang tidak dapat dielakkan lagi sehingga terjadi kecelakaan. 2) Anak-anak kecil tidak dibawah pengawasan atau lepas dari pengawas orang dewasa 3) Keadaan-keadaan lain yang dilakukan oleh anak kecil yang menyebabkan kecelakaan itu. e. Penumpang Sebab-sebab yang dapat mengakibatkan peristiwa kecelakan lalu lintas jalan karena penumpang kendaraan, dimana penumpang dapat dibagi atas dua tingkatan : 1. kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh orang yang berumur 7 tahun atau lebih, sehat badan dan jiwanya, seperti dalam keadaan mabuk atau pusing. 2. Kecelakaan disebabkan anak-anak di bawah umur 7 tahun. Tingkah laku anak kecil, sehingga kecelakaan tidak dapat dielakkan. Hal ini terjadi ketika seorang anak bermain dijalan yang tidak mengetahui faktor keamanan dirinya, disamping itu juga banyak rumah-rumah yang berhadapan dengan jalan raya yang mana tempat bermain anak tidak ada.

3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Masyarakat Sebagai Pengguna Jalan Di Kota Denpasar Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa kesadaran hukum adalah suatu proses penilaian terhadap hukum yang berlaku atau hukum yang dikehendaki ada. Setiap manusia yang normal mempunyai kesadaran hukum, masalahnya adalah taraf kesadaran tersebut, yakni ada yang tinggi, sedang dan rendah. Tolok ukur untuk taraf-taraf kesadaran hukum adalah mencakup unsur-unsur pengetahuan tentang hukum,

pemahaman terhadap hukum, sikap terhadap hukum dan perilaku hukum. Seseorang dianggap mempunyai taraf kesadaran hukum yang tinggi apabila perilaku nyatanya sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian maka taraf kesadaran hukum yang tinggi didasarkan pada kepatuhan hukum yang menunjukkan sampai sejauh manakah perilaku nyata seseorang sesuai dengan hukum yang berlaku. Akan tetapi tidak setiap orang yang mematuhi hukum mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena faktor-faktor penyebab terjadinya kepatuhan hukum harus pula dipertimbangkan. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mematuhi hukum tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. Rasa takut pada sanksi hukum yang akan dijatuhkan apabila melanggar. Untuk memelihara hubungan baik dengan penguasa Untuk memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan kelompok Oleh karena kepentingan pribadi terjamin oleh hukum 5. Oleh karena hukum sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, terutama nilainilai keterkaitan dan ketentraman.8
8

Soerjono Soekanto, 1990, Polisi dan Lalu Lintas, Mandar Maju, Bandung, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto VI, hal. 30.

Selanjutnya Djahiri mengemukakan faktor-faktor seseorang mematuhi hukum meliputi : 1. 2. 3. 4. Patuh/sadar karena takut pada orang/kekuasaan/paksaan (Authority) Patuh karena ingin dipuji (Good Boy-Nice Girl) Patuh karena kiprah umum/masyarakat (contract legality) Taat atas sadar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban (Law and order oriented) 5. Taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya 6. Patuh karena dasar prinsip etis yang layak universal (universal ethical principle).9 Dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum masyarakat ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat. Soerjono Soekanto menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat dalam kaitannya dengan kepatuhan hukum, yaitu sebagai berikut : a. Compliance, diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan jika seseorang melanggar hukum. b. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada bukan karena nilai intrinstiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut. c. Internalization, pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum dikarenakan ssecara intrinstik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah-kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilai dari pribadi yang bersangkutan, atau oleh karena dia mengubah nilai-nilai yang semula dianutnya. d. Kepentingan-kepentingan para waga masyarakat terjamin oleh wadah hukum yang ada.10

Achmad Kosasih Djahiri, Op.Cit., hal. 25.


10

Soerjono Soekanto dalam Rony Hanitijo Sumitro, 1990, Permasalahan Hukum di Dalam Masyarakat, Alumni, Bandung, hal. 17-18.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran hukum masyarakat dapat berdiri sendiri atau dapat pula merupakan gabungan dari keseluruhan atau sebagian dari keempat faktor di atas. Jadi kesadaran hukum masyarakat dapat dikarenakan takut sanksi yang akan diterima bila melanggar hukum. Atau kesadaran hukum masyarakat dapat dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan masyarakat yang terjamin oleh hukum, bahkan kesadaran hukum masyarakat dapat dikarenakan masyarakat atau anggota masyarakat merasa hukum yang berlaku sesuai dengan nilainilai yang ada dalam dirinya. Jika dikaitkan secara khusus dengan kesadaran hukum lalu lintas dan angkutan jalan, beberapa ahli mengungkapkan berbagai faktor penting yang turut mempengaruhi tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum terhadap peraturan lalu lintas dan angkutan jalan. Masripal Marhun menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum seseorang terhadap peraturan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi faktor manusianya sendiri, kendaraan, jalan, dan lingkungan.11 Selanjutnya dipertegas oleh J. Salusu : Seseorang melanggar peraturan lalu lintas dan angkutan jalan karena berbagai alasan internal. Apa yang dibuatnya itu sebenarnya dianggap itulah yang terbaik bagi dirinya pada saat itu. Pelanggaran lalu lintas dapat juga terjadi karena hal-hal yang berada diluar jangkauannya, sedang ada perubahan jalan.tidak ada trotoar, rambu-rambu lalu lintas tidak lengkap, terlalu banyak kendaraan. Semuanya merupakan faktor eksternal.12
11

Masripal Marhun dalam Kokom Komalasari, 1998, Pengaruh Motif Berafiliasi Status Sosial Ekonomi dan Proses Pembelajaran Terhadap Tingkat Kesadaran Hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Anggota Kesadaran di Kotamadya Bandung, Tesis, IKIP, Bandung, hal. 147.
12

J. Salusu dalam Kokom Komalasari, Ibid., hal. 147.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat selain beberapa faktor tersebut adalah faktor hukum itu sendiri. Untuk menjamin berlakunya hukum di masyarakat, maka hukum tersebut harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
1. Hukum berlaku secara yuridis, keberlakuan suatu norma hukum

berdasarkan norma hukum yang lebih tinggi atau bila dibentuk berdasarkan cara yang telah ditetapkan atau menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya.13
2. Hukum berlaku secara sosiologis, yaitu suatu kaidah dapat dipaksakan

oleh penguasa walaupun diterima atau tidak diterima oleh masyarakat, atau kaidah tersebut berlaku karena diterima atau diakui oleh masyarakat.14
3. Hukum berlaku secara filosofis, yaitu hukum berlaku atas dasar keyakinan

filosofis yakni kaidah hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum.15 Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, telah memenuhi baik unsur yuridis, sosiologis maupun filosofis. Dimana secara yuridis, Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibentuk oleh Presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara filosofis, Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
13 14

Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-undang, Konstitusi Press, Jakarta, hal. 242.

Soerjono Soekanto, 1979, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni, Bandung, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto VII, hal. 46-47.
15

Lili Rasjidi & Arief Sidharta, 1989, Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya, Remadja Karya, Bandung, hal. 72.

diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam menggunakan jalan baik bagi pengendara maupun pengguna jalan lainnya. Sedangkan secara filosofis, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan cermin dari budaya hukum masyarakat, karena disamping mengatur tentang tata tertib lalu lintas juga diatur mengenai pendidikan atau pembinaan lalu lintas. Banyak pelaku pelanggaran lalu lintas yang tidak jera untuk melakukan pelanggaran lalu lintas karena hukuman atau denda yang diterima terasa sangat ringan. Sehingga fungsi hukuman sebagai efek jera tidak dapat tercapai. Seperti yang diungkapkan oleh I Gede Sedana Suci bahwa sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sangat mudah untuk diselesaikan. Penegak hukum dalam hal ini adalah polisi lalu lintas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran hukum masyarakat. Sebagaimana yang di kemukakan oleh D. D. Gonzales pada wawancara hari kamis 12 Juli 2012 bahwa : Polri khususnya satuan lalu lintas telah berupaya secara terus menerus baik melalui kegiatan preventif meliputi kegiatan penjagaan, pengaturan, patroli dan dikmas lantas berupa penyuluhan tentang pengetahuan lalu lintas maupun kegiatan dalam penegakan hukum berupa penindakan terhadap para pelaku pelanggaran lalu lintas sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan efek jera dalam melakukan pelanggaran lalu lintas. Peranan polisi lalu lintas sangatlah penting karena merupakan sebuah lembaga formal, mempunyai misi untuk mensosialisasikan Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada para pengendara sepeda motor agar

mengetahui peraturan dan tata tertib berlalu lintas di jalan raya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah satu anggota Satlantas Polresta Denpasar yaitu D. D. Gonzales bahwa : Polisi lalu lintas berperan sebagai pencegah dan sebagai penindak, agar tercipta warga negara khususnya pengendara sepeda motor yang baik yang sadar dan patuh terhadap hukum yang berlaku maka pihak kepolisian melakukan sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sosialisasi ini berupa penyuluhan atau seminar hukum yang meliputi informasi tentang lalu lintas jalan, peraturan, dan kecelakaan. Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan hukum atau law enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh dedikasi dan tanggung jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Apabila struktur atau penegak hukum dalam lalu lintas tidak berjalan dengan baik, maka dapat mempengaruhi ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Permasalahan-permasalahan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai struktur hukum atau penegak hukum, antara lain : 1. Petugas yang kurang memadai dilihat dari jumlah personil serta perlengkapan lalu lintas yang belum lengkap. 2. Masih terdapat petugas yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas seperti membiarkan terjadinya kemacetan lalu lintas. 3. Kurang tegasnya para penegak hukum dalam menghadapi pelanggaranpelanggaran pengendara sepeda motor melalui penerapan sanksi.

Untuk membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, penegak hukum harus bertindak tegas, konsisten, penuh dedikasi dan bertanggungjawab dalam menghadapi pengguna jalan. Penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif apabila tersedianya sarana atau fasilitas yang memadai, Karena sarana atau fasilitas memiliki peranan yang sangat penting dalam penegakan hukum. Adapun beberapa hal tentang sarana dan prasarana yang mempengaruhi peningkatan keselamatan lalu lintas adalah sebagai berikut : 1. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya penegakan hukum di bidang lalu lintas antara lain : a. Perlengkapan jalan seperti : rambu-rambu, marka jalan, penerangan jalan dan tanda-tanda lalu lintas lain dirasakan masih sangat kurang. b. Mobilitas aparat penegak hukum yang tidak mengimbangi hakekat ancaman. c. Alat teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk tugas penegak hukum, belum bisa dioperasionalkan secara yuridis. 2. Tidak berfungsinya jalan sebagaimana mana mestinya, akibatnya penggunaan untuk kaki lima, parkir pada badan jalan, bangunan pada daerah manfaat jalan dan sebagainya. 3. Rendahnya disiplin dan budaya tertib para pemakai jalan, sebagaimana akibat kualitas disiplin yang rendah, pemahaman aturan yang kurang, dan pengaruh manajemen transportasi yang tidak sehat.

Sarana atau fasilitas yang mendukung dalam penegakan hukum mencakup penegak hukum yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai dan keuangan yang cukup. Apabila hal-hal tersebut tidak dipenuhi, maka penegakan hukum tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan. Sarana atau fasilitas amat penting untuk mengefektifkan suatu aturan hukum, ruang lingkup sarana dimaksud terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.16 Ada baiknya dipikirkan mengenai sarana atau fasilitas dengan berpatokan pada : 1. 2. 3. 4. 5. Yang ada dipelihara agar tetap berfungsi Yang tidak ada diadakan yang baru betul Yang rusak atau yang salaj diperbaiki atau dibetulkan Yang kurang ditambah Yang macet dilancarkan, dan 6. Yang mundur atau merosot dimajukan atau ditingkatkan.17 Apabilia semua sarana atau fasilitas berfungsi dengan baik dan jumlahnya memadai, maka penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya akan semakin mudah. Penegakan hukum akan tercapai apabila kesiapan sarana atau fasilitas diarahkan pada dukungan perangkat yang mampu menjamin kelancaran dan kelangsungan berperannya hukum sebagai pengatur kehidupan masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan berhubungan dengan budaya hukum masyarakat tersebut, karena kesadaran hukum tercermin pada budaya hukum baik pada masyarakat tersebut maupun

16

Zainuddin Ali, 2005, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 64.
17

Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, 1983, Renungan Tentang Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, hal. 32.

penegak hukum itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan I Nyoman Suardana bahwa kesadaran hukum mulai terbentuk sebagai perwujudan dari nilai budaya.18 Budaya hukum adalah nilai-nilai atau perilaku masyarakat atau kebiasaan masyarakat dalam mematuhi atau mentaati aturan hukum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lawrence M. Friedman bahwa attitudes and fellings that predispose groups and individuals to turn to or against the law.19 Sedangkan menurut Bernard Arief Sidharta, bahwa budaya hukum adalah keseluruhan nilai, sikap, perasaan dan perilaku para warga masyarakat termasuk pejabat pemerintahaan terhadap atau berkenaan dengan hukum.20 Berdasarkan hasil penelitian, budaya hukum masyarakat berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat, dapat dilihat bahwa : 1. Masyarakat taat pada peraturan lalu lintas karena rasa takut pada sanksi hukum yang akan dijatuhkan apabila melanggar. 2. Masyarakat taat pada peraturan lalu lintas untuk memelihara hubungan baik dengan penguasa, dalam hal ini dengan penegak hukum yaitu Polisi Lalu Lintas. 3. Masyarakat taat pada peraturan lalu lintas untuk memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan kelompoknya.
18

Suardana, I Nyoman, 2011, Kesadaran Hukum Pemilik Kendaraan Bermotor Dalam Melaksanakan Pengujian Berkala Kendaraannya di Kabupaten Tabanan, Tesis, Program Pascasarjana Unud, Denpasar, hal. 107.
19

Lawrence M. Friedman, Op.Cit., hal. 193.


20

Bernard Arief Sidharta, 1999, Refleksi Tentang Struktur Hukum Sebuah Penelitian Tentang Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hal. 76.

4. Masyarakat taat pada peraturan lalu lintas karena kepentingan pribadi. 5. Masyarakat taat pada peraturan lalu lintas karena hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, terutama nilai-nilai keterkaitan dan ketentraman.

Anda mungkin juga menyukai