Anda di halaman 1dari 40

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

NOMOPR : 31/DJPDN/Kep/XI/99 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Menimbang :a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari penyalahgunaan barang-barang yang diedarkan dalam bentuk Keadaan Terbungkus (BDKT); b. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pengawasan serta kemasan/bungkusan, dipandang perlu untuk melakukan pengawasan terhadap Barang Dalam

mewujudkan tertib ukur, maka diperlukan Pedoman Pengawasan BDKT; c. bahwa sehubungan dengan itu, perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) sebagai pelaksanaan Pasal 41 sampai dengan Pasal 48 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang penyelenggaraan Kemetyrologian, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 251/MPP/Kep/6/1999; d. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri. Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3193);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan dan Satuan Lain yang Berlaku; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah Presiden Nomor 115 Tahun 1999; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 355/M Tahun 1999 tentang Kabinet Periode Tahun 1999-2004; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Perindustrian dan Perdagangan; 6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 444/MPP/Kep/9/1998 jo Nomor 24/MPP/Kep/1/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 251/MPP/Kep/6/1999. Nomor 235/M Tahun 1998 terakhir dengan Keputasan

tentang Pengangkatan Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen

M E M U T U S K A N Menetapkan :

PERTAMA:

Memberlakukan

Pedoman

Pengawasan

Barang

Dalam

Keadaan

Terbungkus (BDKT) sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini, sebagai pedoman bagi Penera dalam pengawasan BDKT untuk mewujudkan tertib ukur.

KEDUA

Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) diatur lbih lanjut oleh Direktur Metrologi.

KETIGA

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pada tanggal

: :

Jakarta 18 Nopember 1999

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ttd

TEDDY SETIADI

KATA PENGANTAR

Tugas pokok Direktorat Metrologi pada Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan adalah menyelenggarakan kemetrologian yaitu : Pengelolaan Standar Ukuran dan Laboratorium Kemetrologian, Tera dan Tera Ulang Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP), Pengawasan UTTP dan Barang Dalam Keadan Terbungkus (BDKT) serta Penyuluhan Kemetrologian berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut secara berdaya guna dan berhasil guna masih ditemui kendala-kendala. Atas dasar Laporan Bulanan, Laporan Tahunan maupun pengaduan dari para konsumen masih dijumpai adanya keluhan dan terjadinya penyimpangan-penyimpangan khususnya dalam kebenaran kuantitas BDKT maupun penandaan pada labelnya. Dengan semakin meningkatnya perdagangan dan ilmu pengetahuan & teknologi sehingga volume kegiatan semakin meningkat disatu pihak sedangkan dilain pihak terbatasnya anggaran operasional yang tersedia, maka tertib penandaan dan kuantitas BDKT perlu ditingkatkan agar dapat mewujudkan adanya perlindungan konsumen dan produsen. Dalam rangka menunjang kegiatan pelaksanaan pengawasan BDKT, Menteri Perindustrian dan Perdagangan melalui Surat Keputusan Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tanggal 3 Pebruari 1998 tentang penyelenggaraan kemetrologian dan disempurnakan dengan Nomor 251/MPP/Kep/6/99 telah mengatur secara garis besar pengawasan terhadap BDKT, namun masih perlu diatur secara lengkap tentang pedoman pelaksanaan pengawasannya. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut perlu ditetapkan petunjuk teknis berupa pedoman pengawasan BDKT sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 49 ayat (2) Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dimaksud. Buku ini adalah sebagai pedoman bagi para penyelenggara kemetrologian baik di tingkat Pusat maupun Daerah di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta masyarakat yang perlu dipelajari dan dipahami secara saksama.

Pedoman ini merupakan acuan yang penting untuk pengawasan BDKT dalam rangka mewujudkan tertib ukur yang pada gilirannya akan dapat mewujudkan perlindungan konsumen dan produsen. Akhir kata, semoga kiranya buku ini dapat memberikan manfaat bagi para penyelenggara kemetrologian di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta, DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI ttd TEDDY SETIADI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 2. KETENTUANUMUM ........................................................................... 2.1. Pengertian ..................................................................................... 2.2. Penerapan..................................................................................... 3. PENGAWASAN ................................................................................... 3.1. Subyek, Obyek dan Tempat Pengawasan .................................... 3.2. Penandaan ................................................................................... 3.3. Pengujian ......................................................................................

i ii 1 2 2 5 5 5 6 7

4. PERBUATAN YANG DILARANG DAN KETENTUAN PIDANA ............ 14 4.1. Penandaan .................................................................................... 14 4.2. Kuantitas ....................................................................................... 14 4.3. Penyitaan ...................................................................................... 15 4.4. Penyegelan ................................................................................... 16 4.5. Pengaduan .................................................................................... 17 4.6. Tersangka ..................................................................................... 17 4.7. Penyidikan .................................................................................... 18 4.8. Sanksi .......................................................................................... 18 5. KRITERIA TINDAKAN PREVENTIF DAN REPRESIF ......................... 19 5.1. Tindakan Preventif ....................................................................... 19 5.2. Tindakan Represif ........................................................................ 19

LAMPIRAN DAN CONTOH FORMULIR - Lampiran I................................................................................................ 20 - Form 1 ..................................................................................................... 21 - Form 2-1 .................................................................................................. 22 - Form 2-2 .................................................................................................. 23 - Lampiran II-1 ........................................................................................... 24 - Lampiran II-2 ........................................................................................... 25 - Lampiran III.............................................................................................. 26 - Lampiran IV ............................................................................................. 27 - Lampiran V .............................................................................................. 28 - Lampiran VI ............................................................................................. 30 - Lampiran VII ............................................................................................ 31 - Lampiran VIII .......................................................................................... 32 - Lampiran IX ............................................................................................. 33

1.

PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi global telah mendorong perdagangan yang semakin efektif

dan efisien baik bagi produsen maupun konsumen dalam maupun luar negeri. Pertumbuhan yang menonjol disektor industri manufaktur dan kegiatan perdagangan tersebut telah mendorong baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan penyelenggaraan kemetrologian. Dalam rangka menetapkan dasar hukum pengawasan kemetrologian khususnya pengawasan barang-barang dalam keadaan terbungkus yang diperdagangkan perlu disesuaikan dengan perkem ekonomi global. Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) merupakan produk barang bungkusan yang dibuat dan dihasilkan oleh perusahaan untuk mempermudah distribusi dalam pemasarannya. Perkembangan produk yang dibungkus atau dikemas dewasa ini sudah sangat pesat, setiap perusahaan berusaha untuk menjual atau memasarkan hasil produksinya dalam bentuk BDKT, karena lebih efisien dalam transaksi perdagangan. Hal ini banyak dijumpai di setiap toko, swalayan supermarket dll. Upaya pengawasan BDKT sudah dilakukan sejak dikeluarkan Ordonansi Tera 1949, namun upaya tersebut belum dapat memberikan perlindungan kepada produsen dan konsumen secara maksimal, Dalam rangka meningkatkan sistem pengawasan BDKT secara efektif dan efisien serta kepercayaan konsumen pada para pedagang/produsen saat mengadakan transaksi jual beli, maka perlu adanya perlindungan terhadap kebenaran hasil pengukuran sehingga tidak ada yang dirugikan. Tujuan penyelenggaraan kemetrologian telah dituangkan di dalam konsideran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang berbunyi : bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hokum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya. Guna kelancaran penyelenggaraan pengawasan BDKT perlu disusun suatu pedoman yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pengawasan BDKT. Pedoman pengawasan BDKT sangat diperlukan agar setiap dan tanggungjawabnya, orang yang berhubungan dengan masalah BDKT dapat memahami mengenai apa yang menjadi tugas bukan saja didalam menjaga kelancaran dan kontinuitas peredaran/pemakaian BDKT, tetapi juga agar dapat tercapai daya guna dan hasil guna sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Pada tahun 1991 Direktorat Metrologi telah menerbitkan petunjuk pelaksanaan pengawasan BDKT namun dengan adanya perubahan-perubahan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan masalah BDKT maka materi tersebut sudah banyak yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat sekarang. Mengingat kondisi-kondisi yang telah diuraikan di atas, maka perlu kiranya disusun pedoman pengawasn BDKT yang baru yang materinya disuaikan dengan perubahan dan perkembangan peraturan perundang-undangan dibidang BDKT dan perlindungan konsumen. Dengan adanya pedoman pengawasan BDKT ini diharapkan agar didalam pelaksanaan pengawasan BDKT, khususnya di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan akan dapat tercapai satu bahasa dalam menafsirkan, memahami system dan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan BDKT, sehingga dapat terjamin kebenaran BDKT serta kontinuitas arus perdagangan BDKT dalam mencapai sasaran tertib ukur yang pada gilirannya akan dapat menciptakan perlindungan konsumen.

2 .KETENTUAN UMUM

2.1. Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan : 2.1.1. Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) adalah barang yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau segel pembungkusnya. 2.1.2. Etiket/label adalah keterangan yang ditempelkan/dicantumkan pada BDKT bertuliskan data yang diperlukan sesuai ketentuan. 2.1.3. Merusak pembungkus adalah upaya paksa untuk mengambil sebagian atau seluruh isinya dari BDKT dimaksud. 2.1.4. Tara adalah nilai berat pembungkus/kemasan BDKT. 2.1.5. Kuantitas nominal adalah kuantitas menurut yang tertulis pada labelnya. 2.1.6. Sampel adalah data yang dipilih untuk mewakili suatu populasi. 2.1.7. Satuan ukuran besaran. 2.1.8. Satuan Sistem Internasional (SI) adalah satuan ukuran yang sistemnya bersumber pada suatu ukuran yang didapat berdasarkan atas satuan dasar yang disahkan oleh Konferensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan. adalah satuan yang merupakan ukuran dari satuan

2.1.9. Metode pengukuran adalah rangkaian kerja yang logis, yang dipaparkan secara umum, digunakan dalam kinerja pengukuran. 2.1.10.Ukuran sebenarnya adalah nilai ukuran yang akan diperoleh dengan pengukuran yang sempurna. 2.1.11.Batas kesalahan negatif adalah nilai terbesar dari suatu kesalahan negatif yang diizinkan oleh peraturan. 2.1.12.Sampling acak adalah pengambilan sample dari suatu populasi dengan menganggap bahwa setiap sample dalam populasi tersebut mempunyai peluang yang sama. 2.1.13.Ukuran lot/satu lot adalah jumlah BDKT dalam satu kali penyerahan ke gudang, jumlah BDKT yang diproduksi dalam kurun waktu satu jam, atau jumlahnya dibatasi sampai 10 000 bungkus. 2.1.14.Sampling tunggal adalah pengambilan satu kelompok sampel yang berukuran tertentu dan dengan cara tertentu dari suatu populasi yang dilakukan secara sekaligus. 2.1.15.Sampling ganda adalah pengambilan secara bertahap dua buah kelompok sampel yang berukuran tertentu dan dengan cara tertentu dari suatu populasi, dimana jika kelompok sampel yang pertama telah diterima, maka pengambilan kelompok sampel yang kedua tidak dilakukan. 2.1.16.Ketidakpastian adalah sebuah perkiraan berupa rentang nilai, yang mana di dalamnya terletak nilai sebenarnya dari benda yang diukur. 2.1.17.Tindakan preventif adalah tindakan pembinaan atau pencegahan berupa penjelasan, peringatan penanggung jawab BDKT. 2.1.18.Tindakan represif adalah tidakan penyidikan yang dilakukan oleh yang pihak yang aduan yang berwajib terhadap penanggung jawab BDKT. 2.1.19.Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut merugikannya. 2.1.20.Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang (KUHAP) untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. yang dilakukan oleh yang berwajib terhadap

2.1.21.Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang untuk melakukan penyidikan. 2.1.22.Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. 2.1.23.Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidik, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. 2.1.24.Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana, 2.1.25 Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi dan tempat-tempat lain dimana tersangka dan atau barangbarang bukti yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut, dapat ditemukan. 2.1.26.Barang bukti adalah barang yang dapat disita untuk kepentingan penyidikan (misal: benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya, dsb.). 2.1.27.Faktor k adalah faktor keamanan untuk menghitung tingkat kepercayaan dalam uji statistik yang didasarkan pada tingkat kepercayaan 99,5 % yang artinya bahwa perhitungan pengujian interval kepercayaan lebih kecil 0,5 % dari pada yang seharusnya. Untuk keperluan pengujian sampling acak faktor k dapat diambil dari table 2, 3, 4 dan 5 butir 3 atau dapat dihitung dengan rumus :

k=

t n

2.1.28.t adalah variable acak dari pada distribusi students yang mana mengizinkan penyimpangan nilai rata-rata setelahg dikoreksi () dari populasi nilai rata-rata (x) dari sampel yang disajikan. Dan t tergantung pada jumlah sample (n) dan tingkat kepercayaan. 2.1.29.Faktor a adalah faktor keamanan dalam perhitungan hasil pengujian BDKT yang dinyatakan dengan satuan panjang, satuan luas atau jumlah hitungan, dan faktor a dapat diambil dari table 9 atau dapat dihitung dengan rumus :

a=
2.2 Penerapan Pedoman ini berlaku bagi :

k 6

2.2.1. BDKT yang penetapan harganya didasarkan atas ukuran atau takaran atau timbangan yang ukuran bersih, isi bersih, berat bersih atau netonya sama dengan atau lebih dari 5 mm, 5 mL atau 5 gram. 2.2.2. BDKT yang penetapan harganya tidak didasarkan atas ukuran, takaran, atau timbangan, tetapi dalam menyatakan isinya harus dicantumkan dalam jumlah hitungan. 2.2.3. Barang-barang yang secara nyata tidak dibungkus, tetapi penetapan barangnya berdasarkan satu kesatuan ukuran. 2.2.4. BDKT yang isinya makanan atau minuman yang menurut kenyataannya tidak mudah basi atau tahan lebih lama dari 7 (tujuh) hari.

3.

PENGAWASAN

3.1. Subyek, Obyek dan Tempat Pengawasan 3.1.1. Subyek Pengawasan BDKT meliputi semua barang yang disimpan, diedarkan ditawarkan atau dipamerkan untuk dijual di dalam negeri. 3.1.2. Obyek Pengawasan BDKT meliputi kebenaran penandaan sesuai dalam butir 3.2.1., 3.2.2., dan 3.2.3. serta kebenaran ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya. 3.1.3. Tempat-tempat Pengawasan terhadap kebenaran penandaan dapat dilakukan : di tempat pengemasan, di agen, di distributor, di gudang, di laboratorium Metrologi dan di tempat penjualan eceran. 3.1.4. Tempat-tempat pengawasan terhadap kebenaran ukuran bersih, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungan barang dalam bungkusan dapat dilakukan : di tempat pengemasan, di agen, di distributor, di gudang, di laboratorium Direktorat Metrologi dan laboratorium Metrologi daerah dengan menggunakan metode Sampling Acak.

3.1.5. Pengawasan terhadap kebenaran ukuran bersih, isi bersih, berat bersih dan jumlah hitungan barang dalam bungkusan di tempat penjualan dilakukan dalam hal adanya keluhan konsumen atau ditemukan adanya kecurangan tentang kekurangan dari bata kesalahan yang diizinkan atau yang bersifat razia dari BDKT yang bersangkutan.

3.2. Penandaan 3.2.1. Semua BDKT yang pembungkusnya dilakukan di dalam negeri, yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau dipamerkan untuk dijual wajib ditandai dengan suatu keterangan yang menyatakan : Nama barang dalam bungkusan; Ukuran, isi atau berat bersih atau netto dengan satuan atau lambang satuan SI; Jumlah barang dalam bungkusan, jika barang itu dijual dalam hitungan; Nama dan tempat perusahaan yang memproduksi atau yang membungkus. 3.2.2. Bila BDKT tersebut berasal dari impor : Tidak dilengkapi sebagaimana butir 3.2.1., maka importir/agen wajib melengkapinya; Menggunakan satuan atau lambing satuan bukan SI, maka importir/agen wajib mencantumkan konversinya. 3.2.3. Keterangan tersebut pada butir 3.2.1. dicetak langsung pada pembungkusnya atau dapat berupa etiket yang dicetak, distensil atau diketik yang dilekatkan pada barang atau bungkusan itu sendiri dengan singkat, jelas, kontras dibuat dengan angka Arab dan huruf cetak latin serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Contoh pada Lampiran I). 3.2.4. Atas barang dalam keadaan terbungkus yang penetapan harganya didasarkan pada takaran atau timbangan, dalam menyatakan isi bersih atau berat bersihnya harus dicantumkan kata Isi Bersih atau Netto. 3.2.5. Ketentuan pada butir 3.2.4. dikecualikan atas barang dalam keadaan terbungkus yang isi bersih atau berat bersihnya sama dengan atau kurang dari 20 mL atau 25 gram.

3.3. Pengujian 3.3.1. BDKT yang dinyatakan dalam ukuran berat atau volume 3.3.1.1. Ukuran lot berkaitan dengan jumlah total dari pada BDKT yang diproduksi perusahaan yang sama dan harus memiliki : Kuantitas nominal yang sama; Bentuk/desain yang sama; Kualitas yang sama.

3.3.1.2. Alat timbang yang digunakan untuk menguji kuantitas nomikal BDKT sesuai dengan ketentuan yaitu alat timbang dengan nilai skala maksimum sebagai berikut : Tabel 1 Bruto BDKT [g] Kurang dari 25 25 s/d 1000 1001 s/d 5000 5001 dan lebih Skala terkecil [g] 0,01 0,1 1,0 2,0

3.3.1.3. Alat timbang yang digunakan untuk pengujian kuantitas BDKT sebelum digunakan harus dicocokkan kelas F2 . 3.3.1.4. Methode pengujian Sampling Acak dapat dilakukan dengan pemeriksaan Sampling Tunggal dan pemeriksaan Sampling Ganda. 3.3.1.5. Pengambilan sampel di tempat pengemasan dilakukan setelah BDKT tidak mengalami penyusutan. 3.3.1.6. Pengambilan sampel di tempat gudang importir yang disebabkan oleh perubahan temperatur (pengeringan) dapat dipertimbangkan sistimatik. sebagai BDKT yang mudah menyusut. 3.3.1.7. Pengambilan sampel dapat dilakukan Jumlah sampel untuk kepentingan dengan pengujian tidak dengan methode terlebih dahulu dengan anak timbangan

sampling acak ditentukan sebagai berikut :

a.

Pemeriksaan Tanpa Merusak Sampling Tunggal Tabel 2 Ukuran Lot N 100 s/d 500 501 s/d 3200 3201 s/d lebih b. Jumlah Sampel n 50 80 125 Jumlah BDKT yang mempunyai kesalahan negatif Diterima Ditolak (d) (c) 3 4 5 6 7 8 Faktor Keamanan k 0,379 0.295 0,234

Pemeriksaan Dengan Merusak Sampling Tunggal Tabel 3

Ukuran Lot

Jumlah Sampel n 8 13 20

N 100 s/d 500 501 s/d 3200 3201 s/d lebih

Jumlah BDKT Yang mempunyai Kesalahan negatif Diterima (c) Ditolak (d) 0 1 1 2 1 2

Faktor kesalahan k 1,237 0,847 0,640

c. Pemeriksaan Tanpa Merusak Sampling Ganda Tabel 4 Ukuran Lot Bagian N 100 s/d 500 501 s/d 3200 3201 s/d lebih 1 2 1 2 1 2 Jumlah Sampel n1 , n2 30 30 50 50 80 80 nk 60 100 160 Jumlah BDKT Yang mempunyai Kesalahan negatif Diterima Ditolak d1,dk C1,ck 1 3 4 5 2 5 7 6 3 7 9 8 Faktor Keamanan k 0,503 0,344 0,379 0,262 0,295 0,207

d. Apabila ukuran lot (N), lebih kecil dari 99, diatur sebagai berikut: Ukuran Lot N 50 s/d 99 15 s/d 49 < 15 Jumlah Sampel n 25 15 100 % Tabel 5 Jumlah BDKT yang mempunyai kesalahan negatif Diterima (c) Ditolak (d) 1 2 0 1 0 1 Faktor kesalahan k 0,558 0,762 0,762

3.3.1.8. Untuk pemeriksaan Sampling Ganda, pengujian BDKT dilakukan terhadap sejumlah sampel pertama (n1). Apabila hasilnya kedapatan BDKT yang memiliki kesalahan antara Tu1 s/d Tu2 jumlahnya antara c1 dan d1 (c1< BDKT<d1) (n2). 3.3.1.9. Pengujian BDKT di tempat pengemasan diperlukan 10 (sepuluh) sampel tara untuk menentukan rata-ratanya. 3.3.1.10. Pengujian BDKT di tempat penjualan atau laboratorium diperlukan 5 (lima) sample tara untuk menentukan rata-ratanya. 3.3.1.11. Ketidakpastian pengukuran nilai rata-rata tara ( sebagaimana pada Tabel 4, maka dilanjutkan dengan mengambil sampel, maka dilanjutkan dengan mengambil sampel ke 2

( x)

) tidak boleh melebihi

1/5 kali batas kesalahan negatif yang diizinkan (Tu1) dari BDKT yang bersangkutan.

( x)

S ( x) n
1 n xi n i =1

X =

S
dimana :

( x)

1 ( xi - x ) 2 n 1

= Nilai rata-rata sampel


( x)

U S
n

= Ketidakpastian = Standar deviasi = Jumlah sampel tara

( x)

3.3.1.12. BDKT yang jumlah nominalnya dinyatakan dalam ukuran berat atau volume, maka nilai rata-rata netto sampel setelah dikoreksi harus memenuhi : = Qn 3.3.1.13. BDKT yang jumlah nominalnya dinyatakan dalam ukuran berat atau volume, maka nilai rata-rata netto sample setelah dikoreksi () dihitung dengan rumus sebagai berikut :

= y + k.

( y)

y=

1 n

y
i =1

S
dimana :

= ( y)

1 n ( yi - y ) 2 n 1 i =1

y
k Qn n

= nilai rata-rata sampel = Faktor untuk menghitung tingkat kepercayaan = isi nominal = jumlah sampel
i

y S

= nilai pengukuran sampel = standar deviasi

ke-i

( y)

3.3.1.14. Berkas Pengujian Untuk melakukan pengujian BDKT harus digunakan berkas pengujian yang terdiri dari : Berita Acara (form 1) dan cerapan pengujian BDKT (form 2-1 s/d 2-2). Untuk mengisi cerapan sesuai dengan petunjuk pengisian cerapan pengujian (Lampiran II-1 s/d II-2).

10

3.3.1.15. Batas Kesalahan negatif yang Diizinkan Tabel 6 Isi bersih, Berat bersih (Qn) g atau mL 5 s/d 50 50 s/d 100 100 s/d 200 200 s/d 300 300 s/d 500 500 s/d 1000 1000 s/d 10000 Tabel 7 Isi Bersih, Berat Bersih (Qn) kg atau liter 10 s/d 15 15 s/d 50 50 s/d 100 lebih dari 100 Batas Kesalahan Negatif Batas Kesalahan Negatif (Tu1) % dari Qn 1,0 0,5 terbesar G ata mL 150 500 dalam Batas Kesalahan Negatif (Tu1) % dari Qn 9 4,5 3 1,5 g atau mL 4,5 9 15 -

yang diizinkan

pengujian kelompok (Tu2) terhadap BDKT dengan isi bersih nominal seperti pada Tabel 6 dan Tabel 7 adalah : a. 2 x nilai batas toleransi Tabel 6 atau Tabel 7; b. 3x nilai batas toleransi Tabel 6 atau Tabel 7 untuk BDKT yang dimungkinkan adanya penyusutan berat. 3.3.1.16. Jumlah BDKT yang memiliki kesalahan negatif antara Tu1 sampai dengan Tu2 sesuai dengan Tabel 2, 3, 4 dan 5 dari BDKT yang diuji. 3.3.2. BDKT yang dinyatakan dalam ukuran panjang, luas dan jumlah hitungan 3.3.2.1. Ukuran lot berkaitan dengan jumlah total dari pada BDKT yang diproduksi perusahaan yang sama dan harus memiliki : Kuantitas nominal yang sama; Bentuk/desain yang sama; Kualitas yang sama.

11

3.3.2.2. Alat ukur yang digunakan untuk menguji kebenaran ukuran BDKT harus sesuai dengan ketentuan yaitu alat ukur dengan nilai skala maksimum sebagai berikut : Tabel 8 Ukuran Nominal BDKT [mm] = 25 26 s/d 1000 1001 s/d lebih Skala Terkecil [mm] 0,02 0,2 2,0

3.3.2.3. Alat ukur yang digunakan untuk menguji kebenaran ukuran BDKT harus memiliki sertifikat pengujian yang berlaku. 3.3.2.4. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan tidak sistimatik, sedangkan jumlah sample untuk kepentingan pengujian dengan metode Sampling Acak ditentukan sebagai berikut : Pemeriksaan tanpa merusak Tabel 9 Ukuran Lot N 26 s/d 50 51 s/d 150 151 s/d 500 501 s/d 3200 3201 s/d lebih Jumlah sample n 3 5 8 13 20 Diterima c 0 0 1 1 1 Faktor Keamanan a 1,0 0,35 0,20 0,15 0,10

3.3.2.5. BDKT yang jumlah nominalnya dinyatakan dalam ukuran panjang, luas, dan jumlah hitungan, maka : Nilai rata-rata sampel setelah terkoreksi harus memenuhi : = Qn 3.3.2.6. BDKT yang jumlah nominalnya dinyatakan dalam ukuran panjang, luas, atau jumlah hitungan, maka nilai rata-rata sampel setelah dikoreksi ()

= y + a.R R=

maks

min

12

dimana :

y
R Qn

= = =

nilai rata-rata sampel range sample jumlah nominal

y y

maks

= nilai tunggal pengukuran sampel yang terbesar = nilai tunggal pengukuran sampel yang terkecil

min

3.3.2.7. Untuk melakukan pengujian BDKT harus digunakan berkas pengujian yang terdiri dari Berita Acara (forn 1) dan cerapan pengujian BDKT (form 2-1 s/d 2-2). 3.3.2.8. Batas Kesalahan Negatif yang diizinkan : a. 1 % dari nominal netto untuk BDKT yang nettonya dinyatakan dalam satuan panjang (Tu1) dan 2 % untuk pengujian kelompok (Tu2); b. 1,5 % dari nominal netto untuk BDKT yang nettonya dinyatakan dalam satuan luas (Tu1) dan 3 % untuk pengujian kelompok (Tu2); c. BDKT yang isi nominalnya dinyatakan dalam satuan jumlah hitungan, i. BDKT yang isinya = 30jumlah satuan, maka jumlah satuannya harus sesuai; ii. BDKT yang isinya > 30 jumlah satuan, maka jumlah satuan sebenarnya untuk boleh kurang 0,5 % (Tu1) dan 1 %

pengujian kelompok (Tu2).

3.3.2.9. Jumlah BDKT yang memiliki kesalahan negatif antara Tu1 sampai dengan Tu2 harus sesuai dengan Tabel 9 dari BDKT yang diuji. 3.3.2.10. Tidak 1 (satu) bungkus pun BDKT yang memiliki kesalahan negatif diatas Tu2 dari sample BDKT yang diuji. 3.3.3. Surat Keterangan Hasil Pengujian 3.3.3.1. Terhadap BDKT yang telah dilakukan pengujian sampling acak di lokasi pengemasan/lab metrologi dan penandaannya sudah benar serta hasil pengujiannya diterima, maka kepada perusahaan pengemas tersebut diberikan surat keterangan hasil pengujian BDKT (contoh Lampiran III). Pengujian ulang BDKT yang memiliki isi bersih/berat bersih/nettonya sama dilakukan minimum 1 (satu) kali dalam satu tahun.

13

3.3.3.2. Terhadap

BDKT

yang

telah

dilakukan

pengujian

sampling

acak

dikarenakan adanya pengaduan konsumen, maka hasil kegiatannya dapat diberikan surat pemberitahuan kepada perusahaan pengemas BDKT. 3.3.3.3. Terhadap BDKT yang telah dilakukan pengujian di lokasi pengemasan/lab metrologi serta hasil pengujiannya ditolak/tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka kepada perusahaan pembungkus tersebut diberikan surat penolakan hasil pengujian BDKT (contoh Lampiran IV).

4. PERBUATAN YANG DILARANG DAN KETENTUAN PIDANA

4.1. Pendahuluan Dilarang menjual, menawarkan untuk dibeli atau memperdagangkan dengan cara apapun juga semua BDKT, yang tidak memenuhi rumusan butir 3.2.1. BDKT penandaannya harus jelas dan mudah dibaca, menggunakan huruf cetak latin dan angka arab yang ukurannya dengan kenyataan dan tidak sepadan dengan luas etiket/label serta sesuai menyesatkan, menggunakan satuan Sistem

Internasional (SI) dan apabila penulisan lambang satuan dalam bentuk jamak tidak perlu diberi tambahan huruf s di belakang lambing satuan. Apabila dari penulisaan dalam label BDKT salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka dapat dikatagorikan pelanggaran terhadap penandaan BDKT.

4.2. Kuantitas 4.2.1. Dilarang menjual, mengedarkan, menawarkan untuk dibeli atau

memperdagangkan dengan cara apapun juga, semua BDKT yang ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya kurang daripada yang tercantum pada bungkus atau labelnya. 4.2.2. BDKT sebagaimana dimaksud dalam 4.2.1. adalah : BDKT yang nyata-nyata setelah dilaksanakan pengujian sebagaimana dimaksud dalam butir 3.3. hasilnya ditolak atau tidak memenuhi batas toleransi yang diizinkan.

14

4.3. Penyitaan 4.3.1. Penyitaan a. terhadap barang bukti BDKT yang kedapatan kesalahan dapat dilakukan

penandaannya dapat dilakukan sebagai berikut : Kalau berada di perusahaan, tempat pengemasan dua puluh lima) bungkus dari setiap jenis produksi/BDKT. b. Kalau berada di tempat agen, distributor, tempat penjualan eceran dapat dilakukan penyitaan minimal 2 (dua) bungkus dan maksimal 10 (sepuluh) bungkus dari setiap jenis BDKT dengan memperhatikan kondisi di tempat kejadian. 4.3.2. Penyitaan terhadap barang bukti BDKT yang isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya yang tidak sesuai dapat dilakukan sebagai berikut : 4.3.2.1. Kalau berada di perusahaan, tempat pengemasan, gudang, distributor dan agen dapat dilakukan penyitaan minimal 4 (empat) buah dan maksimal 125 (seratus dua puluh lima) buah dengan klasifikasi : a. Diutamakan terhadap BDKT yang mempunyai kesalahan negatif di atas Tu2, jika BDKT tersebut ada sejumlah 4 (empat) buah, maka cukup mewakili penyitaan tetapi kalau kurang dari 4 (empat) buah, maka sisanya diambilkan dari BDKT yang mempunyai kesalahan negatif antara Tu1 s/d Tu2. b. Jika BDKT yang mempunyai kesalahan negatif di atas Tu2 tidak ada, maka dapat diambilkan dari BDKT yang kesalahan negatifnya antara Tu1 s/d Tu2 sejumlah ketentuan yang ditolak dan apabila kurang dari 4 (empat) buah ditambahkan dari BDKT yang kesalahan negatifnya antara nol s/d Tu1. 4.3.2.2. Kalau berada di tempat penjualan, super market, atau tempat perniagaan lainnya, penyitaan dilakukan minimal sejumlah BDKT yang dikatagorikan ditolak sewaktu pengujian dan maksimal 125 (seratus dua puluh lima) buah. Contoh : jumlah sampel 15 (lima belas) buah, maka hasil pengujian ditolak jika didapat 1 (satu) buah BDKT yang memiliki penyitaan minimal sejumlah 5 (lima) bungkus dan maksimal 125 (seratus

15

kesalahan negatif antara Tu1 s/d Tu2 , jadi minimal penyitaan 1 (satu) buah. 4.3.3. Penyitaan barang bukti BDKT harus dapat mewakili jumlah kepentingan pengujian BDKT tersebut. Contoh : jumlah BDKT dalam gudang, waktu satu kali pengadaan atau produksi dalam kurun waktu satu jam sejumlah 3500 (tiga ribu lima ratus) buah, dilakukan pengujian tanpa merusak barang dengan sampling sejumlah 125 (seratus dua puluh lima) buah dapat diterima 7 (tujuh) buah dan ditolak 8 (delapan) buah berarti penyitaan sejumlah 8 (delapan) buah atau lebih harus mewakili sampel BDKT sejumlah 125 (seratus dua puluh lima) buah dari 3500 (tiga ribu lima ratus) BDKT yang ada di gudang atau di produksi per jam. 4.3.4. Penyitaan harus disertai Cerapan Pengujian BDKT. 4.3.5. Penyitaan harus sesuai dengan prosedur KUHAP. 4.3.6. Penyitaan terhadap BDKT karena kesalahan kuantitas yang disebabkan oleh pengaduan ataupun waktu adanya pengawasan adalah sama, karena kesalahan kuantitas harus dibuktikan dengan proses pengujian. 4.3.7. Contoh Berita Acara Penyitaan Lampiran V.

4.4. Penyegelan 4.4.1. Apabila terjadi adanya penolakan hasil pengujian BDKT maka BDKT yang

merupakan sample dari BDKT yang diuji setelah dilakukan penyitaan seperti pada angka 4.3.2.1. dan 4.3.2.2. sisanya dilakukan penyegelan sesuai dengan tata cara KUHAP. 4.7.2. Penyegelan dapat dilakukan hanya terhadap BDKT yang hasil pengujiannya ditolak dan betul-betul penyimpangan tersebut akan diproses ke Pengadilan. 4.7.3. Penyegelan harus memperhatikan serta memperhitungkan nya, misal BDKT harus betul-betul aman dan tidak merubah. 4.7.4. Contoh Berita Acara Penyegelan Lampiran VI. kondisi BDKT

16

4.5. Pengaduan 4.5.1. Pengaduan terhadap pelanggaran BDKT karena kesalahan

penandaan harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Data/identitas pengadu harus lengkap; b. Barang bukti harus jelas tergolong BDKT; c. Data/identitas penjual, pengedar harus jelas; 4.7.2. Pengaduan terhadap pelanggaran BDKT karena diduga kesalahan kuantitas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Data/identitas pengadu harus lengkap; b. Barang bukti harus tergolong BDKT; c. Barang bukti harus betul-betul tidak berubah dari temuan pertama; d. Data/identitas penjual, agen atau tempat dimana pengadu memperoleh BDKT harus jelas. 4.7.3. Setiap pengaduan dapat diajukan kepada Penyidik POLRI atau PPNS Metrologi. 4.7.4. Untuk mengadu di PPNS Metrologi harus dibuatkan Berita Acara Pengaduan dan segera ditindaklanjuti sesuai dengan bobot aduannya. 4.7.5. Contoh Surat Pengaduan Lampiran VII.

4.6. Tersangka Perbuatan kejahatan atau pelanggaran akibat kesalahan BDKT pemeriksaan tersangka dapat dilakukan kepada : 4.6.1. Perorangan 4.6.2. Apabila suatu badan usaha ditujukan kepada : a. Pengurus apabila berbadan Hukum atau Yayasan; b. Sekutu aktif apabila berbentuk persekutua; c. Wakil atau kuasanya di Indonesia apabila kantor pusatnya berkedudukan di luar wilayah Republik Indonesia; d. Apabila orang-orang tersebut dalam butir a, b dan c ini ternyata tidak bersalah atas perbuatan itu, maka tuntutan dan hukuman dikenakan kepada mereka yang sengaja memimpin melakukan menyuruh melakukan

17

atau karena kelalaiannya mengakibatkan perbuatan kesalahan BDKT tersebut.

4.7

Penyidikan Apabila sudah cukup kuat bukti adanya pelanggaran terhadap UUML yang disebabkan oleh BDKT, maka penyidikan dapat dimulai dengan kegiatan sebagai berikut : 4.7.1. Pemeriksaan saksi antara Lain : a. Saksi petugas/Ahli; b. Saksi pelapor; c. Saksi penjual; d. Saksi lainnya yang mengetahui langsung. 4.7.2. Pemeriksaan tersangka antara lain : a. Pengemas; b. Agen, penjual; c. Tersangka lainnya yang berhubungan dengan BDKT. 4.7.3. Kedudukan tersangka Apabila ditemukan tindak Pidana BDKT yang tersangkanya diluar domisili atau wilayah hukum PPNS Metrologi, maka penyidikannya sebagai berikut : a. Dilaksanakan oleh PPNS Metrologi dimana BDKT ditemukan (tempat kejadian perkara); b. Dilaksanakan oleh PPNS Metrologi yang mempunyai wilayah hukum dimana tersangka/perusahaan pengemas berdomisili berdasarkan berita acara pemeriksaan saksi dan barang bukti dari tempat kejadian perkara. 4.7.4. Koordinasi Penyidikan Dalam melaksanakan penyidikan sebelum penyidik menentukan tempat dimana pemeriksaan tersangka harus dengan Pengadilan para Negeri dilakukan terlebih penegak dan hukum Kepolisian) dahulu (Penuntut dimana konsultasi/koordinasi Umum/Kejaksaan,

tersangka/tempat kejadian perkara berada.

4.7.

Sanksi 4.8.1. Barang siapa melakukan perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 4.1. (penandaan) dapat dikenakan Pasal 32 jo Pasal 33 ayat 2 UUML;

18

4.8.2. Barang siapa melakukan perbuatan sebagaimana dalam butir 4.2.1. (kuantitas) dapat dikenakan Pasal 32 ayat 2 jo Pasal 33 ayat I UUML.

5. KRITERIA TINDAKAN PREVENTIF DAN REPRESIF

5.1. Tindakan Preventif Tindakan preventif terhadap pelanggaran BDKT dapat dilakukan apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Belum pernah dilkakukan pembinaan terhadap produsen/pengemas BDKT; b. Belum pernah diperingatkan; c. Bukan merupakan BDKT yang diadukan oleh konsumen. Bentuk penindakan preventif adalah : Perusahaan pengemas, penjual atau pemegang kuasa atas BDKT membuat pernyataan tertulis, contoh Surat Pernyataan (Lampiran VIII); Perusahaan pengemas, penjual atau pemegang kuasa atas BDKT diperingatkan secara tertulis, contoh Surat Peringatan (Lampiran IX).

5.2. Tindakan Represif Tindakan represif terhadap pelanggaran BDKT dapat dilakukan apabila

memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan pengemas BDKT sudah pernah diperingatkan sebanyak 2 kali; b. BDKT yang diadukan konsumen dan ternyata terbukti kuantitasnya kurang.

19

Lampiran I
1. Untuk BDKT yang dinyatakan dengan satuan, berat dan volume

Berat Bersih Diproduksi/dikemas

: :

Kapas Pembersih 100 g PT Tiga Saudara Jl.Kepatihan No. 18 Bandung Obat Batuk 1000 mL P.T. Sanbe Farma Jl. IndustriI No. 39 Bumbu masak 10 g P.T. Ika Food Jl. Soekarno Hatta No. 367 Bandung

Isi Bersih Diproduksi/dikemas

: :

Berat bersih

2. Untuk BDKT yang dinyatakan dalam satuan panjang dan luas L 6000 x 300 x 8 mm PT. Krakatau Steel Cilegon 8 mm x 12000 mm PT. Krakatau Steel Cilegon 3. Untuk BDKT yang dinyatakan dalam jumlah hitungan :

Isi Diproduksi/dikemas

: :

TUSUK GIGI 100 batang P.T. Dua Saudara Bandung

20

Form 1

BERITA ACARA
Pada hari in .. tanggal bulan ... tahun .., kami : Nama : Pangkat Berdasarkan : 1. 2. 3. 4. Pasal 22, 23, 24, 29, dan31 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal; Peraturan Pemerintah Nomor 10/1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan dan Satuan Lain yang berlaku; Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 61/MPP/Kep/2/1998 dan No. 251/MPP/Kep/6/99; Surat Perintah Tugas Nomor : Telah mengadakan pengujian terhadap Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) berupa ................................. , yang diproduksi oleh : ....................... dengan hasil sebagai berikut : Jumlah Sampel yang diambil Hasil Pengujian Penandaan Label Salah Benar Kuantitas Nominal Ditolak Diterima : , NIP , Jabatan : :

Pada kantor Direktorat Metrologi/ Kanwil Depperindag/ Kandep Perindag...................................

No

Nama BDKT

Netto Sesuai Label

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, ditutup dan ditandatangani pada hari dan tanggal tersebut di atas. Yang menyaksikan 1. ______________________ NIP. 2. ______________________ NIP. Pemeriksa/Penguji

21

Form 2-1

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. 4266575, 4203597, 4207066, 4266576, 4202773, 4207635 Fax. 4207035
Cerapan Pengujian BDKT

Nama Produk Merk Dagang Diproduksi oleh Kapasitas produksi/jam Diuji oleh Lokasi Pengujian

: Makanan : Potatoes : PT Tiga Saudara Bandung : 500 bungkus/jam : .. : Tanggal : ..

Penimbangan/ No urut Tarra Massa Jenis Bruto (g) 2 12 12,5 12,4 11,5 12 11,6 12,3 11,7 12,1 11,9 (g) 4 1050,0 1005,0 1025,0 1100,0 1070,0 1032,6 1037,6 1050,0 985,6 1001,9 1026,3 1030,8 1030,8 1054,6 1064,6 1050,0 1050,0 1054,5 1004,5 1014,5 1010,0 1011,0 1030,0 1030,0 1050,1 1032,6 1037,1 1100,0 1100,0 Pengukuran Netto Berat (g) 5 1038,0 993,0 1013,0 1088,0 1058,0 1020,6 1025,6 1038,0 973,6 989,9 1014,3 1018,8 1018,8 1042,6 1052,6 1038,0 1038,0 1042,5 992,5 1002,5 998,0 999,0 1018,0 1018,0 1038,0 1020,6 1025,1 1088,0 1088,0 Isi 6

Netto Menurut Label (g) Tu1

BKD

Selisih () (kolom 5-kolom 7) atau (kolom 6-kolom7) Tu2 (g) 9 30 (g) 10 38,0 -7,0 13,0 88,0 58,0 20,6 25,6 38,0 -27,4 -10,1 14,3 18,8 18,8 42,6 52,6 38,0 38,0 42,5 -7,5 2,5 -0,2 -0,1 18,0 18,0 38,1 20,6 25,1 88,0 88,0 Tu1 < = Tu2 11

Keterangan

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

7 1000

(g) 8 15

> Tu2 12

13 Qn 1000 g n = 50 bungkus k = 0,379 y = 1018,45 g S (y) = 27.394 = 1028,83 g jadi > Qn c=3 Jumlah BDKT yang isi nominalnya kurang diatas Tu1 = 1 jadi 1 < c Kesimpulan : Hasil pengujian diterima dan BDKT dapat diedarkan/dijual

1000

15

22

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 12,0

1025,4 1005,4 1000,0 1020,0 1020,0 1100,0 1013,9 1018,4 1004,5 1009,9 1021,2 1021,2 1012,0 1010,0 1007,0 1010,4 1012,4 1016,8 1025,0 1020,0 1010,0

1013,4 993,4 988,0 1008,0 1008,0 1088,0 1001,9 1006,4 992,5 997,9 1009,2 1009,2 1000,0 998,0 995,0 998,4 1000,4 1004,8 1013,0 1008,0 998,0 1018,45

13,4 -6,6 -12,0 8,0 8,0 88,0 1,9 6,4 -7,5 -2,1 9,2 9,2 0,0 -2,0 -5,0 -1,6 0,4 4,8 13,0 8,0 2,0 18,45

Keterangan : 1. Untuk memperoleh volume yang sebenarnya berdasarkan hasil pengukuran dengan cara penimbangan harus dikonversikan dari satuan massa ke satuan volume. 2. Rumus yang dipakai :

W V

= massa jenis
W = berat V = volume

3. 4. 5.

Harga yang diperhitungkan untuk pengisian kolom 11 dan 12 adalah yang negatif. Harga ketidakpastian tara tidak boleh melebihi 1/5 Nilai batas Kesalahan Negatif yang diizinkan (T u1). Ukuran lot/satu lot adalah : - satu kali penyerahan ke gudang - jumlah BDKT yang diproduksi dalam waktu satu jam - jumlah BDKT dibatasi 10000 bungkus

23

Lampiran II-1 PETUNJUK PENGISIAN CERAPAN PNGUJIAN 1. 2. Kolom 1 diisi dengan nomor urut penimbangan/pengukuran dari sampel yang sedang diuji; Kolom 2 diisi dengan hasil penimbangan tara daripada bungkus BDKT yang selanjutnya dihitung rata-rata tara dan ketidakpastian taranya; Contoh : Jumlah tara = 10 Hasil penimbangan : 12,0 g 12,5 g 12,4 g 11,5 g 12,0 g 11,6 g 12,3 g 11,7 g 12,1 g 11,9 g

= 12,0 g =

( x)

1 n ( xi x) 2 n 1 i =1

= 0,3366

( x)

( x)

= 0,106

n
= 1/5 x 15 g = 3 g

Ketidakpastian = 1/5 x Tu1

maka

( x)

< 1/5 x Tu1

Kesimpulan rata-rata tara dapat digunakan dalam perhitungan netto 3. Kolom 3 dan kolom 4 cukup jelas. 4. Kolom 5 diisi dengan berat netto adalah hasil dari berat bruto masing-masing sampel dikurangi rata-rata tara yang kemudian dihitung berat rata-rata netto setelah dikoreksi ( ).

24

Lampiran II-2 Contoh :

( y)

1 n yi y n 1 i =1

) = 27,394
2

= y - k. S ( y )
= 1018,45 + 0,379x27,394 = 1028,83 g

= 1000 g

karena >

, maka memenuhi persyaratan

5. Kolom 6 diisi untuk kuantitasnya dalam satuan volume atau isi dengan cara membagi berat netto (kolom 5) dengan massa jenis (kolom 3) yang telah diketahui lebih dulu, sedangkan untuk menghitung volume rata-rata netto setelah dikoreksi (), rumus yang digunakan seperti pada angka 4 di atas. 6. Kolom 7 cukup jelas. 7. Kolom 8 diisi dengan batas kesalahan negatif yang diizinkan (Tu1) dari BDKT yang bersangkutan. 8. Kolom 9 diisi dengan batas kesalahan negatif terbesar yang diizinkan (Tu2) dari BDKT yang bersangkutan. 9. Kolom 10 cukup jelas. 10. Kolom 11 diisi tanda jika ada BDKT yang nilai bandingkan dengan tabel 3

nya antar a Tu1 dan Tu2 (untuk y ang


X Kep. Menperindag No.

bertanda negatif), kemudian dihitung jumlah BDKT yang diberi tanda tersebut dan (Lampiran 61/MPP/Kep/2/1998). 11. Kolom 12 diisi tanda jika ada BDKT yang nilai

nya diatas Tu2 (untuk yang

bertanda negatif). Pada kolom ini tidak boleh ada 1 (satu) BDKT pun yang nilai nya

diatas Tu2 (untuk yang bertanda negatif).

25

Lampiran IIII DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. 4266575, 4203597, 4207066, 4266576, 4202773, 4207635 Fax. 4207035

SURAT KETERANGAN PENGUJIAN BDKT Nomor Nama Perusahaan Alamat Dijui oleh/Tanggal Hasil Pengujian : : : : : Berdasarkan Pasal 22, 23, 24, 29, dan 31 Undang- Undang R.I. Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang diatur dalam Pasal 42 jo 47 Nomor : 61/MPP/Kep/2/1998 tanggal 3 Pebruari 1998 dan No.251/MPP/Kep/6/99 tanggal 11 Juni 1999, maka cara pelabelan dan kuantitas nominal BDKT dengan netto sebagaimana tercantum di bawah ini dinyatakan DITERIMA sesuai peraturan yang berlaku.

Dengan perincian sebagai berikut : Nomor Nama BDKT Kelompok Isi bersih/Berat bersih/ Jumlah hitungan/Netto

Pengujian kuantitas dan cara pelabelan terhadap BDKT tersebut di atas agar dilakukan secara berkala paling sedikit satu kali dalam setahun. Apabila dikemudian hari terdapat perubahan baik menyangkut cara pelabelan ataupun kuantitas nominal menyimpang dari ketentuan yang berlaku, maka Surat Keterangan Hasil Pengujian BDKT ini dinyatakan tidak berlaku. Bandung, Direktur Metrologi,

. NIP.
Perhatian Kutipan Pasal 31 dan 32 UURI No.2 Tahun 1981 Barangsiapa kedapatan membuat, mengedarkan, membungkus atau menyimpan untuk dijual, atau menawarkan untuk dibeli, semua BDKT yang ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya kurang daripada yang tercantum pada bungkus atau labelnya, atau menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 22 Undang-undang ini (UUML), dipidana penjara selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,-

26

Lampiran IVI DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT METROLOGI
Jl. Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. 4266575, 4203597, 4207066, 4266576, 4202773, 4207635 Fax. 4207035

SURAT PENOLAKAN HASIL PENGUJIAN BDKT Nomor : Nama Perusahaan Alamat Dijui oleh/Tanggal Hasil Pengujian : : : : Berdasarkan Pasal 22, 23, 24, 29, dan 31 Undang-Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang diatur dalam Pasal 42 jo 47 Nomor : 61/MPP/Kep/2/1998 tanggal 3 Pebruari 1998 dan No. 251/MPP/Kep/6/99 tanggal 11 Juni 1999, maka cara pelabelan dan kuantitas nominal BDKT dengan netto sebagaimana tercantum di bawah ini dinyatakan DITOLAK sesuai peraturan yang berlaku. Dengan perincian sebagai berikut : Nomor Nama BDKT Kelompok Isi bersih/berat bersih/ Jumlah hitungan/netto

BDKT tersebut harus diadakan perbaikan tentang kebenaran kuantitas dan/atau pelabelan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bandung, Direktur Metrologi,

. NIP.

Perhatian Kutipan Pasal 31 dan 32 UURI No.2 Tahun 1981 Barangsiapa kedapatan membuat, mengedarkan, membungkus atau menyimpan untuk dijual, atau menawarkan untuk dibeli, semua BDKT yang ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya kurang daripada yang tercantum pada bungkus atau labelnya, atau menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 22 Undang-undang ini (UUML), dipidana penjara selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,-

27

Lampiran VI

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KODYA/KABUPATEN ................................
Pro : Justitia BERITA ACARA PENYITAAN -----Pada hari ini.....tanggal....bulan........tahun....jam......

saya ------------------ ............. --------------------------------pangkat........NIP.....................Jabatan.................................... dari kantor tersebut di atas bersama-sama dengan ----------------------------------------------------------1.Nama, Pangkat, NIP................................. -----2.Nama, Pangkat, NIP......................................... -----3.Nama, Pangkat, NIP............................... masing-masing dari kantor yang sama, sesuai dengan------------------------------------------------------1. Surat Perintah Tugas No......................................................................... -----2. Laporan No........................................................... telah melakukan penyitaan barang berupa ---------------------------------------------------------------------1................................................. -----2................................................. -----3............................................ dari -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama :........................................... -----Alamat :............................................... -----Pekerjaan :........................................ -----Di :............................................. Dengan disaksikan oleh ---------------------------------------------------------------------------------------------1. Nama :........................................... --------Alamat:..................................................... --------Jabatan:........................................................... -----2. Nama :........................................... --------Alamat:..................................................... --------Jabatan:........................................................... dalam rangka............................... sebagaimana dimaksud dalam Pasal.............................. Adapun pelaksanaannya adalah sbb............................... ................................... ..................................................... Demikian Berita Acara penyitaan ini dibuat dengan sebenarnya, atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani oleh masing-masing petugas, pemilik barang

28

dan saksi sebagaimana tercantum di bawah ini di pada tanggal .............................................................................

Pemilik Barang

Saksi-saksi 1.

Yang melakukan penyitaan, PPNS

2.

... Pangkat NIP.

29

Lampiran V

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KODYA/KABUPATEN ................................
Pro : Justitia BERITA ACARA PEMBUNGKUSAN DAN ATAU PENYEGELAN -----Pada hari ini.....tanggal....bulan........tahun....jam......

saya ------------------ ............. ----------------------------------pangkat........NIP.....................Jabatan....................................... dari kantor tersebut di atas bersama-sama dengan ------------------------------------------------------------1. Nama, Pangkat, NIP................................... -----2. Nama, Pangkat, NIP................................... -----3. Nama, Pangkat, NIP............................... masing-masing dari kantor yang sama, sesuai dengan--------------------------------------------------------1. Surat Perintah Tugas No.....................Tanggal............... dengan disaksikan oleh tersangka/saksi ---------------------------------------------------------------------------Nama :...................................................................................... -----Alamat : ........................................ -----Pekerjaan :.................................... -----Kewarganegaraan :................................. -----Agama : ........................................ telah melakukan penyegelan barang bukti berupa -------------------------------------------------------------a........................................... -----b............................................................. dengan cara sebagai berikut.................................. ..................................... ........................................ Demikian Berita Acara pembungkusan dan atau penyegelan ini dibuat dengan sebenarnya, atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan ditandatangani di .. tanggal.bulan.tahun.... Yang menyaksikan Yang melakukan pembungkusan dan atau penyegelan, PPNS . Tersangka/Saksi .. NIP.

30

Lampiran VII SURAT PENGADUAN / LAPORAN


Pada hari ini...............tanggal....bulan................tahun... Saya : Nama Umur Alamat Pekerjaan : : : :

Mengadukan/melaporkan atas kejadian sebagai berikut : a. Membeli buah Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) Nama Merek Perusahaan Kuitansi Di toko/kios Alamat b. : .......... : .......... : .......... : .......... : ..........

Setelah dihitung/diukur/dihitung kembali ternyata hasilnya adalah sebagai berikut : ................... ................... ...................

c.

Sebagai barang bukti saya sampaikan : ................... ................... ...................

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Pelapor

31

Lampiran VIII SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Umur Pekerjaan Jabatan Alamat : Dengan ini saya menyatakan bahwa tidak akan mengulangi perbuatan atas mengemas/menjual/mengedarkan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang penandaan/kuantitasnya tidak sesuai Pasal 22, 23, 24, 29 dan31 Undang-Undang RI No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya apabila dikemudian hari ternyata ditemukan BDKT yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku. : : : :

. Mengetahui : Petugas Metrologi/PPNS Metrologi Yang membuat pernyataan

NIP

..

32

Lampiran IX

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KANTOR DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KODYA/KABUPATEN ................................
SURAT PERINGATAN
Nomor :

Dengan ini memberi peringatan kepada : Nama Alamat : Umur Pekerjaan Jabatan : : : :

Karena telah melakukan perbuatan mengemas/menjual/mengedarkan BDKT yang penandaan/kuantitasnya tidak sesuai dengan Pasal 22, 23, 24, 29 dan 31 Undang-Undang RI No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Saudara harus melakukan perbaikan/penarikan terhadap BDKT dimaksud.

........ Yang diberi peringatan Yang memberi peringatan

33

Anda mungkin juga menyukai