Anda di halaman 1dari 23

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN

NOMOR : 180/SJ-DAG/KEP/5/2013

TENTANG

PENETAPAN PETUNJUK PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI DAN


UJI ULANG KOMPETENSI KHUSUS PENERA

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal I angka 4


Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 63/
M-DAG/PER/10/2012 dan memperhatikan Pasal 5
huruf b Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/
M-DAG/PER/3/2010 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian, perlu
menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Uji Kompetensi dan
Uji Ulang Kompetensi Khusus Penera;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

2. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang


Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 92 Tahun 2011;

4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-


DAG/PER/3/2010 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 63/M-DAG/PER/10/2012;

5. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-


DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-
DAG/PER/8/2012.
Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan
Nomor : 180/SJ-DAG/KEP/5/2013

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Uji


Ulang Kompetensi Khusus Penera sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan ini.

KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KESATU merupakan acuan bagi Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian
dalam penyelenggaraan Uji Kompetensi dan Uji Ulang
Kompetensi Khusus Penera.

KETIGA : Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan


ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 08 Mei 2013

SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

TTD

GUNARYO

Salinan Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perdagangan;
2. Wakil Menteri Perdagangan;
3. Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Perdagangan.
LAMPIRAN KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN
NOMOR : 180/SJ-DAG/KEP/5/2013
TANGGAL : 08 Mei 2013

PETUNJUK PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI DAN


UJI ULANG KOMPETENSI KHUSUS PENERA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Dasar Hukum
F. Pengertian

BAB II PELAKSANA UJI KOMPETENSI DAN UJI ULANG KOMPETENSI


A. Tim Teknis Uji Kompetensi dan Uji Ulang Kompetensi
B. Tim Asesor Kompetensi

BAB III KOMPONEN UJI KOMPETENSI


A. Standar Kompetensi Kerja
B. Asesor Kompetensi
C. Peserta Uji Kompetensi
D. Materi Uji Kompetensi
E. Tempat Uji Kompetensi
F. Biaya Uji Kompetensi

BAB IV PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI DAN UJI ULANG KOMPETENSI


A. Acuan Dasar Kompetensi
B. Rambu-Rambu Pelaksanaan Uji Kompetensi
C. Prinsip-Prinsip Uji Kompetensi
D. Proses Uji Kompetensi

BAB V SERTIFIKAT KOMPETENSI


A. Penerbitan Sertifikat
B. Isi Sertifikat
C. Model Sertifikat
D. Penyerahan Sertifikat Kompetensi

BAB VI PENGENDALIAN
A. Monitoring
B. Pelaporan
C. Evaluasi
D. Sanksi

BAB VII PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

TTD

GUNARYO
PETUNJUK PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI
DAN UJI ULANG KOMPETENSI KHUSUS PENERA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era perdagangan bebas saat ini, transaksi perdagangan
yang benar dan menguntungkan tidak terlepas dari peran Metrologi
Legal sebagai salah satu pilar yang menopang perekonomian
nasional. Metrologi Legal memiliki peranan yang sangat strategis
dalam menjamin kebenaran pengukuran serta adanya kepastian
hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda,
prosedur dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya
(UTTP), sehingga memberikan peluang bagi para pelaku usaha untuk
dapat secara bebas melakukan transaksi perdagangan global. Upaya
untuk membangun sistem Metrologi Legal yang efektif salah satunya
adalah memenuhi tersedianya sumber daya manusia (SDM)
Kemetrologian yang profesional dan dalam jumlah yang memadai.
Upaya mencetak SDM Kemetrologian yang berkualitas dimulai
dari penerimaan calon pegawai dan didukung dengan keikutsertaan
diklat kemetrologian yang diselenggarakan oleh Unit Pendidikan dan
Pelatihan Metrologi agar mempunyai pengetahuan, keterampilan,
dan profesi dalam menciptakan tertib ukur menjadi salah satu
flagship Kementerian Perdagangan. Melalui pendidikan dan pelatihan
kemetrologian diharapkan terbentuk SDM yang memiliki kompetensi
melaksanakan tera/tera ulang dan mampu mengikuti perkembangan
teknologi di bidang UTTP.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, Kementerian
Perdagangan yang diserahi tanggung jawab membina Metrologi Legal
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan uji kompetensi bagi
seluruh SDM Kemetrologian secara berkala. Berdasarkan amanat dari
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/3/2010
tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 63/M-DAG/PER/10/2012 yang mengamanatkan untuk
menetapkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Uji Kompetensi dan
pelaksanaan Uji Ulang Kompetensi bagi calon pejabat fungsional
penera yang telah dinyatakan lulus pendidikan dan pelatihan
kemetrologian.
Pelaksanaan uji kompetensi dan uji ulang kompetensi ini
merupakan bentuk kepedulian Pemerintah dalam meningkatkan
daya saing bangsa Indonesia untuk mewujudkan tenaga-tenaga yang
profesional di bidang kemetrologian dalam merealisasikan jaminan
kebenaran hasil pengukuran dan kepastian hukum guna
mendukung kualitas dan kuantitas produksi dalam negeri yang pada
akhirnya dapat meningkatkan ekspor nasional.

1
B. Tujuan
Sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan Uji Kompetensi
dan Uji Ulang Kompetensi Penera sehingga proses pelaksanaan
berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

C. Sasaran
SDM Kemetrologian yang lulus pendidikan dan pelatihan
fungsional penera dan yang mempunyai pengalaman kerja,
diwajibkan mengikuti uji kompetensi yang pelaksanaannya :
1. bersifat independent, tidak dipengaruhi oleh siapapun;
2. dilakukan guna mengukur konsistensi pernyataan kompetens
pada periode sebelumnya;
3. dengan pendekatan profesi yang relevan.

D. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan Uji Kompetensi SDM Penera ini meliputi :
1. Pendahuluan;
2. Pelaksana Uji Kompetensi;
3. Komponen Uji Kompetensi;
4. Pelaksanaan Uji Kompetensi;
5. Sertifikat Kompetensi;
6. Pengendalian.

E. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012;

2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/3/2010


tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 63/M-DAG/PER/10/2012;

3. Ketentuan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) 301 tentang


Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi.

F. Pengertian
1. Sumber Daya Manusia Kemetrologian yang selanjutnya disebut
SDM Kemetrologian adalah tenaga yang bertugas secara teknis
dalam rangka mewujudkan terlaksananya sistem metrologi legal
di Indonesia yang terdiri dari Penera, Pengamat Tera, dan Pranata
Laboratorium Kemetrologian.
2. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan pelayanan Metrologi Legal.
3. Pengamat Tera adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi
tugas untuk melakukan pengawasan terhadap alat Ukur, Takar,

2
Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP), Barang Dalam Keadaan
Terbungkus (BDKT) dan Satuan Internasional.
4. Pranata Laboratorium Kemetrologian adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas melakukan pengelolaan standar ukuran
dan laboratorium kemetrologian untuk menjamin kesesuaian
dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku serta
ketertelusuran standar di tingkat nasional atau internasional.
5. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh SDM Kemetrologian, berupa pengetahuan, keterampilan,
dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan jabatannya.
6. Asesor kompetensi Penera yang selanjutnya disebut Asesor
kompetensi adalah seseorang yang mempunyai kualifikasi yang
relevan dan kompeten serta bersertifikat yang diterbitkan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi untuk melaksanakan dan/atau
menilai dalam ujian kompetensi penera.
7. Uji Kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang
dilakukan oleh asesor kompetensi untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi hasil belajar peserta lulusan pendidikan
dan pelatihan fungsional kemeterologian untuk yang pertama
kalinya.
8. Uji Kompetensi ulang adalah proses pengujian dan penilaian yang
dilakukan oleh asesor kompetensi untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi yang tidak lulus pada uji kompetensi
sebelumnya.
9. Uji Ulang Kompetensi adalah proses pengujian dan penilaian yang
dilakukan oleh asesor kompetensi untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi setelah habis masa berlakunya sertifikat
kompetensi.
10. Peserta Uji Kompetensi (PUK) yang selanjutnya disebut asesi
adalah SDM Kemetrologian sebagai pemohon uji kompetensi yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk uji kompetensi.
11. Peserta Uji Kompetensi Ulang (PUKU) adalah asesi yang tidak
lulus pada uji kompetensi sebelumnya.
12. Peserta Uji Ulang Kompetensi (PUUK) adalah asesi yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi setelah habis masa berlakunya sertifikat
kompetensi.
13. Sertifikasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Tim
Teknis Uji Kompetensi (TTUK) untuk menetapkan bahwa
seseorang memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan,
mencakup permohonan evaluasi,keputusan sertifikat, surveillance
dan sertifikasi ulang.
14. Surveillance adalah monitoring berkala, dalam periode sertifikasi
personil untuk tetap menjamin kompetensinya selama memegang
sertifikat kompetensi.

3
15. Tempat Uji Kompetensi yang selanjutnya disebut TUK adalah
suatu tempat kerja profesi atau tempat yang memiliki sarana dan
prasarana untuk menyelenggarakan Uji Kompetensi.
16. Unit Kerja adalah unit kerja pada kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian atau Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang
metrologi legal.
17. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah
unsur pelaksana tugas teknis di bidang metrologi legal yang di
bawah Direktorat Metrologi.
18. Unit Pelaksana Teknis Daerah Provinsi yang selanjutnya disingkat
UPTD Provinsi adalah unsur pelaksana tugas teknis di bidang
metrologi legal di daerah provinsi.
19. Unit Pelaksana Teknis Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya
disingkat UPTD Kabupaten/Kota adalah unsur pelaksana tugas
teknis di bidang metrologi legal di daerah Kabupaten/Kota.
20. Kepala Dinas Provinsi adalah Kepala Dinas di daerah Provinsi
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan.
21. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian
Perdagangan.
22. Direktur adalah Direktur Metrologi Kementerian Perdagangan.
23. Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas di daerah
Kabupaten/Kota yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perdagangan.
24. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Pengembangan SDM
Kemetrologian Kementerian Perdagangan.

4
BAB II
PELAKSANA UJI KOMPETENSI DAN UJI ULANG KOMPETENSI

Pelaksana Uji Kompetensi Penera terdiri dari Tim Teknis Uji


Kompetensi (TTUK) dan Tim Asesor Kompetensi (TAK)

A. Tim Teknis Uji Kompetensi


Tim Teknis Uji Kompetensi terdiri dari :
1. Pengarah, bertugas memberikan arahan, saran dan masukan dalam
pelaksanaan kegiatan uji kompetensi sesuai dengan pedoman yang
berlaku.
2. Penanggung Jawab, bertugas :
a. mengawasi pelaksanaan kegiatan uji kompetensi dan
bertanggungjawab atas uji kompetensi; dan
b. melakukan koordinasi, integrasi dan sinergi dengan unit-unit
terkait dalam pelaksanaan program uji kompetensi.
3. Ketua, bertugas:
a. merencanakan program dan anggaran Tim Pelaksana Uji
Kompetensi dan Pelaksanaan Uji Kompetensi;
b. melaksanakan dan mengendalikan teknis pelaksanaan uji
kompetensi;
c. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan uji kompetensi
dan
d. memberikan laporan pelaksanaan uji kompetensi kepada
Pengarah.
4. Wakil Ketua, bertugas membantu Ketua dalam merencanakan
program dan anggaran, pengendalian, monitoring dan evaluasi serta
pelaporan.
5. Sekretaris, bertugas memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi, dan
penyiapan sarana dan prasarana serta melaksanakan tugas-tugas
ketatausahaan.
6. Anggota, bertugas menyiapkan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan uji kompetensi.

B. Tim Asesor Kompetensi


Tim Asesor Kompetensi terdiri dari tenaga-tenaga yang
bersertifikat dan teregistrasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) serta penunjukannya sebagai Asesor Kompetensi didasarkan
pada pengalaman di bidang kemetrologian.

5
BAB III
KOMPONEN UJI KOMPETENSI

A. Standar Kompetensi Kerja


Standar Kompetensi Kerja (SKK) merupakan komponen utama
yang sangat penting dalam proses uji kompetensi. SKK merupakan
acuan dalam proses uji kompetensi yang disesuaikan dengan
rekomendasi Organisasi Internasional yang relevan dengan jenis UTTP,
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pelayanan tera/tera
ulang.

1. Unit Kompetensi
Unit Kompetensi merupakan jenis UTTP Metrologi Legal yang
diatur berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-
DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib ditera dan ditera ulang dan
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen tentang Syarat Teknis Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya (UTTP).

2. Elemen Kompetensi
Elemen kompetensi merupakan bagian kecil dari unit kompetensi
yang mengidentifikasikan aktivitas yang harus dikerjakan untuk
mencapai unit kompetensi tersebut. Sebelum mengikuti uji
kompetensi calon peserta harus memahami bidang tugas dan
fungsinya yang merupakan bagian dari unit kompetensi, antara lain:
a. persiapan pelaksanaan tera dan tera ulang UTTP;
b. syarat teknis UTTP;
c. tata cara pengujian UTTP;
d. pelayanan tera/tera ulang; dan
e. pembubuhan tanda tera.

3. Kriteria Unjuk Kerja


Kriteria Unjuk Kerja merupakan syarat teknis dan merupakan
bagian dari elemen kompetensi yang harus diperdalam oleh calon
peserta dalam melaksanakan pekerjaan yang relevan, sehingga
untuk memperoleh ruang lingkup kompetensi Penera yang
menyeluruh dapat dilakukan secara bertahap.

B. Asesor Kompetensi
Calon Asesor Kompetensi merupakan tenaga-tenaga yang
memiliki kompetensi dan berpengalaman di bidang kemetrologian.
Calon Asesor Kompetensi dapat berasal dari PNS ataupun Praktisi Ahli
Metrologi, dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Persyaratan Umum
a. Warga Negara Indonesia;
b. Pendidikan terakhir paling rendah D3 atau yang sederajat;
c. Sehat Jasmani dan Rohani;

6
d. Lulus diklat fungsional kemetrologian dari Unit Diklat
Metrologi;
e. Mampu berkomunikasi secara aktif baik lisan maupun tulisan;
dan
f. Pernyataan kompeten menjadi Asesor Kompetensi dari BNSP.

2. Persyaratan Khusus
a. Bagi PNS, telah berpengalaman kerja secara terus menerus di
bidang kemetrologian sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
atau
b. Bagi Praktisi Ahli Metrologi, berpengalaman di bidang
kemetrologian dan usia setinggi-tingginya 65 tahun.

3. Pengangkatan Asesor Kompetensi


a. Seseorang yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dan angka 2 dapat diangkat menjadi
Asesor Kompetensi dengan menyampaikan permohonan, sesuai
dengan contoh sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1,
kepada Sekretaris Jenderal, dengan melampirkan kelengkapan
administrasi sebagai berikut :
1) Daftar Riwayat Hidup, sesuai dengan contoh sebagaimana
dimaksud dalam lampiran 2;
2) Fotokopi Kartu Identitas (KTP/SIM) yang masih berlaku;
3) Fotokopi Sertifikat Penguji (Asesor) Kompetensi dari BNSP;
4) Asli surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah; dan
5) Fotokopi STTPL Penera dari Unit Diklat Metrologi.

b. Penugasan sebagai Asesor kompetensi Penera didasarkan pada


keahlian dan kompetensinya, sehingga yang bersangkutan
harus memahami dan/atau memiliki pengalaman tentang :
1) Peraturan perundangan kemetrologian;
2) syarat teknis UTTP;
3) telusuran standar dan alat-alat ukur;
4) pelayanan tera/tera ulang UTTP;
5) pengelolaan dan pembubuhan cap tanda tera.

4. Koordinasi Asesor Kompetensi


a. Asesor Kompetensi dikoordinasikan oleh seorang Asesor
Kompetensi Senior yang merupakan wakil dalam
mengharmonisasikan aspirasi anggota Asesor Kompetensi;
b. Seorang Asesor Komptensi dapat memberikan tugas di beberapa
unit kompetensi atas usul Koordinator Asesor Kompetensi
dengan mempertimbangkan :
1) tidak tersedianya asesor kompetensi yang relevan dan dalam
kondisi yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya;
2) memenuhi persyaratan dengan memperhatikan aspek
keahliannya.

7
5. Pemberhentian Asesor Kompetensi
Asesor Kompetensi dapat diberhentikan dari tugasnya, apabila
yang bersangkutan:
a. meninggal dunia;
b. telah mencapai batas usia 65 tahun;
c. atas permintaan sendiri;
d. sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan;
e. melakukan tindak pidana kejahatan yang telah dijatuhi
hukuman yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

C. Peserta Uji Kompetensi


Peserta Uji Kompetensi berasal dari tenaga-tenaga yang sudah
dinyatakan lulus pendidikan dan pelatihan Penera di Unit Diklat
Metrologi serta mempunyai pengalaman kerja/praktek kerja lapangan
yang relevan dengan unit kompetensi yang akan diujikan.
Peserta Uji Kompetensi (PUK) yang selanjutnya disebut asesi adalah
SDM Kemetrologian sebagai pemohon uji kompetensi yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan untuk uji kompetensi.

D. Materi uji Kompetensi


Materi Uji Kompetensi ditentukan berdasarkan unit kompetensi
sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
08/M-DAG/PER/3/2010 tentang UTTP Wajib ditera dan ditera ulang
dan Keputusan Direktur Jenderal Srandardisasi dan Perlindungan
Konsumen tentang Syarat Teknis UTTP.

E. Tempat Uji Kompetensi

1. Lembaga Diklat Metrologi


Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian
(PPSDMK) merupakan tempat menyelenggarakan Uji Kompetensi.
Disamping ditetapkan sebagai TUK, PPSDMK juga ditetapkan
sebagai Pusat Pelaksanaan Uji Kompetensi Penera.

2. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


UPT di lingkungan Direktorat Metrologi merupakan tempat
menyelenggarakan Uji Kompetensi, yaitu:
a. Balai UTTP Direktorat Metrologi, Bandung;
b. Balai SNSU Direktorat Metrologi, Bandung;
c. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional I, Medan;
d. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II, DI Yogjakarta
e. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional III, Banjarmasin
f. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional IV, Makassar

3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)


UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota dapat ditetapkan sebagai TUK
dengan persyaratan sebagai berikut:

8
a. memiliki laboratorium dan/atau instalasi uji yang telah
mendapatkan penilaian baik, lengkap dengan peralatan standar
dan UTTP yang mampu telusur;
b. memiliki ruangan diskusi yang nyaman dan dapat menampung
minimal 20 (dua puluh) orang peserta uji kompetensi;
c. bersedia menyediakan biaya penyelenggaraan, sarana dan
prasarana lainnya untuk mendukung proses uji kompetensi;
d. dapat mengkomunikasikan kebutuhan Asesor Kompetensi sesuai
dengan jumlah unit kompetensi yang dimohon oleh calon
peserta.

4. Tata Cara Penetapan TUK UPTD


a. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota mengusulkan kesediaan
sebagai TUK dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada angka 3 yang ditujukan kepada Ketua TPUK;
b. TPUK melakukan verifikasi usulan kesediaan dan tempat uji
kompetensi;
c. Dalam hal verifikasi sesuai dengan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam angka 3, Ketua TPUK menetapkan TUK UPTD
dengan berkoordinasi dengan PPSDMK dan Direktorat Metrologi;
d. Surat Penetapan TUK UPTD, sesuai dengan contoh sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 3;
e. Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara hasil verifikasi dengan
persyaratan dalam angka 3, Ketua TPUK dapat memberitahukan
kepada Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota, secara tertulis
sesuai dengan contoh sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4.

F. Biaya Uji Kompetensi


Komponen biaya uji kompetensi terdiri dari beban biaya langsung (tetap)
dan beban biaya tidak langsung (tidak tetap), dengan perincian sebagai
berikut:

1. Komponen Biaya Langsung (tetap), meliputi :


a. bahan uji kompetensi
b. biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan Uji Kompetensi
c. biaya pelaksana Uji Kompetensi
d. blanko sertifikat

2. Komponen Biaya Tidak Langsung


komponen biaya tidak langsung, merupakan biaya tidak
tetap/overhead cost yang besarnya maksimal 15% dari biaya
langsung.

3. Sumber Biaya
Biaya Uji Kompetensi dapat bersumber dari :
a. APBN, apabila penyelenggaraan Uji Kompetensi dilaksanakan di
TUK Lembaga Diklat Metrologi maupun TUK UPT, sedangkan
biaya perjalan dinas asesi dibebankan pada masing-masing
satuan kerja;

9
b. APBD, apabila penyelenggaraan uji kompetensi dilaksanakan di
TUK UPTD Provinsi/Kabupaten/Kota dan biaya perjalanan dinas
asesi dibebankan pada masing-masing satuan kerja;
c. biaya mandiri, apabila asesi mempunyai inisiatif sendiri untuk
mengikuti uji kompetensi dalam rangka percepatan pemenuhan
kompetensinya;
d. lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, apabila
penyelenggaraan uji kompetensi atas inisiatif peserta uji
kompetensi secara masal.

10
BAB IV
PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI DAN UJI ULANG KOMPETENSI

A. Acuan Dasar Uji Kompetensi


1. Pelaksanaan uji kompetensi bertujuan untuk menilai dan menetapkan
apakah peserta sudah kompeten atau belum kompeten atas unit
kompetensi yang diujikan;
2. Keputusan hasil kompetensi yang menyatakan kompeten, merupakan
dasar dari penerbitan sertifikat kompetensi.

B. Rambu-rambu Pelaksanaan Uji Kompetensi


1. Uji kompetensi dilaksanakan denga prosedur, proses dan lingkungan
yang dikenal oleh asesi;
2. Uji kompetensi dilaksanakan apabila asesi memiliki keyakinan bahwa
dirinya sudah kompeten;
3. Uji kompetensi dilaksanakan dengan melibatkan dan memperhatikan
kondisi serta potensi asesi melalui proses kerjasama;
4. Keputusan uji kompetensi mengacu kepada standar kinerja yang
dipersyaratkan sesuai dengan standar kompetensi kerja yang diujikan;
5. Bukti-bukti uji kompetensi yang dikumpulkan oleh asesi dalam proses
uji kompetensi, sebagian didasarkan atas bukti-bukti yang
dikumpulkan pada saat mereka bekerja;
6. Metode uji kompetensi yang diujikan harus sesuai dengan persyaratan
kompetensi yang diujikan dengan mempertimbankan bukti-bukti yang
ada dan kondisi asesi.

C. Prinsip-Prinsip Uji Kompetensi


Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, seorang Asesor Kompetensi
senantiasa wajib memperhatikan prinsip-prinsip uji kompetensi sebagai
berikut:
1. Valid : menilai apa yang seharusnya dinilai, bukti-bukti yang
dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli;
2. Reliabel : penilaian bersifat konsisten, dapat menghasilkan
kesimpulan yang sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan
Asesor kompetensi yang berbeda;
3. Fleksibel : penilaian dilakukan dengan metode yang disesuaikan
dengan kondisi asesi dan tempat uji kompetensi;
4. Adil : dalam penilaian tidak boleh ada diskriminasi terhadap asesi,
dalam hal ini asesi harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur
yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana asesi berasal.

11
D. Proses Uji Kompetensi

1. Informasi/Pertimbangan Mengikuti Uji Kompetensi


a. Uji kompetensi diselenggarakan sesuai kebutuhan unit metrologi
atau permintaan calon asesi berdasarkan anggaran yang tersedia;
b. Kepala Pusat menginformasikan dimulainya pendaftaran calon
asesi yang ditujukan kepada Kepala Dinas, selambat-lambatnya 6
(enam) bulan sebelum pelaksanaan uji kompetensi;
c. Kepala Pusat selaku Ketua TTUK menetapkan TUK terkait dengan
banyaknya unit kompetensi pilihan oleh para calon asesi;
d. Sekretaris TTUK mengelompokkan unit kompetensi yang dimohon
oleh calon asesi dan menyiapkan formulir permohonan uji
kompetensi dan asesmen mandiri;
e. Keikutsertaan uji kompetensi bagi calon asesi dapat mendaftarkan
diri dengan cara online atau dengan mengirimkan dokumen ke
Kepala Pusat.

12
2. Permintaan/Pendaftaran Untuk Diproses
a. Menyiapkan Perangkat Asesmen Uji Kompetensi
Sebelum pelaksanaan uji kompetensi, Sekretaris melakukan hal-hal
sbb:
1) menyiapkan perangkat asesmen, terdiri dari :
a) Permohonan Sertifikasi Kompetensi FR-APL-01 (Lampiran 5);
b) Penilaian Mandiri FR-APL-02 (Lampiran 6);
c) Rencana Asesmen FR-POA-01 (Lampiran 7);
d) Perangkat Asesmen FR-DAT-01 (Lampiran 8);
e) Pelaksanaan Asesmen dan Rekomendasi FR-AC-01 (Lampiran
9);
f) Umpan Balik dan Catatan Penilaian FR-AC-02 (Lampiran 10);
g) Kaji Ulang Asesmen FR-AC-03 (Lampiran 11);
h) Lembar Simak/Ceklist Observasi (Lampiran 12);
i) Ceklist Penilaian Dokumen Porto Folio (Lampiran 13);
j) Daftar Pertanyaan dan Pelaksanaan Tes Lisan (Lampiran 14);
k) Daftar Pertanyaan dan Pelaksanaan Tes Tulis (Lampiran 15).

2) mengkomunikasikan calon peserta tentang waktu pelaksanaan


uji kompetensi dan unit kompetensi yang menjadi pilihannya;
3) mempersiapkan Surat Keputusan Pembentukan Tim Pelaksana
Uji Kompetensi;
4) merencanakan biaya penyelenggaraan uji kompetensi;
5) mempersiapkan ruangan asesmen dan peragaan/ demonstrasi di
tempat kerja/laboratorium.

b. Pendaftaran Uji Kompetensi


Surat permohonan uji kompetensi dapat diproses, apabila calon
asesi :
1) telah mengisi dan menandatangani formulir permohonan uji
kompetensi atau uji ulang kompetensi;
2) telah memahami Kriteria Unjuk Kerja (KUK) unit kompetensi
pilihan dan menandatangani formulir asesmen mandiri;
3) menyampaikan dokumen permohonan kepada Kepala Pusat
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :
a) Fotokopi Sertifikat Kelulusan Diklat Fungsional Penera;
b) Surat rekomendasi untuk mengikuti uji kompetensi dari
pimpinan UPT/UPTD atau Unit Kerja.
4) dalam 1 (satu) periode uji kompetensi, calon asesi dapat
mengajukan beberapa pilihan unit kompetensi

c. Prosedur Uji Ulang Kompetensi


Calon asesi dapat mengikuti uji ulang kompetensi, apabila:
1) melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 2.2;
2) melampirkan tabel unit kompetensi yang telah dinyatakan
kompeten pada periode uji kompetensi sebelumnya bagi peserta
yang telah melakukan uji kompetensi;
3) dapat mengajukan pilihan beberapa unit kompetensi baru.

13
3. Pra Wawancara/Penilaian
a. Pra wawancara dilakukan oleh asesor kompetensi untuk menilai
formulir permohonan sertifikasi kompetensi dan asesmen mandiri
dengan bukti-bukti pendukung yang telah diisi dan ditandatangani
oleh calon asesi;
b. Dalam hal asesmen mandiri, penilaian bukti-bukti pendukung
disampaikan untuk memastikan bahwa bukti-bukti dokumen
adalah sah (valid), terkini, cukup dan otentik atau tidak:
1) valid : apabila semua bukti yang terkumpul memenuhi kriteria
yang terdapat pada acuan pembanding (benchmark) berupa
Standar Kompetensi Kerja (SKK), Peraturan Menteri,
Rekomendasi Internasional dan peraturan perundangan lainnya;
2) terkini (current) : apabila bukti yang terkumpul terbaru/terkini;
3) cukup (sufficient) : apabila semua bukti dinyatakan cukup
memenuhi kriteria yang terdapat pada acuan pembanding
(benchmark);
4) otentik (authentic) : apabila bukti yang dikumpulkan adalah milik
asesi.
c. dalam hal bukti-bukti pendukung memenuhi unsur valid, current,
sufficient, dan authentic, Asesor Kompetensi merekomendasikan
bahwa dokumen memenuhi persyaratan dan asesmen dapat
dilanjutkan.

4. Uji Kompetensi
Berdasarkan rekomendasi dari Asesor Kompetensi yang menyatakan
asesmen dapat dilanjutkan, maka untuk melaksanakan uji
kompetensi dapat mengikuti prosedur dan instruksi kerja sebagai
berikut:

a. Persiapan
1) Pastikan bahwa perlengkapan yang dipergunakan untuk
peragaan pengujian telah dipersiapkan oleh Asisten Asesor
Kompetensi sudah lengkap dan berfungsi dengan baik;
2) Salah satu Asesor Kompetensi memberikan penjelasan tentang
uji kompetensi kepada asesi selama maksimum 10 menit,
meliputi:
a) Metode Asesmen (observasi-demonstrasi dan pernyataan
lisan);
b) Skema asesmen.
3) Asesor Kompetensi mempersilahkan kepada asesi untuk
memulai peragaan pengujian sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.

b. Pelaksanaan
1) selama pelaksanaan peragaan pemeriksaan dan pengujian,
Asesor Kompetensi tidak diperkenankan memberikan
komentar;
2) Asesor Kompetensi memberikan pengamatan dan penilaian
(pada lembar cek list observasi dan pertanyaan lisan) kepada
asesi yang sedang melakukan peragaan pengujian;

14
3) Asesor Kompetensi memberikan pertanyaan kepada asesi dan
mencatat/merekam jawabannya.
c. Penutupan
1) Sebelum ditutup, Asesor Kompetensi memberikan penjelasan
kepada asesi yang melakukan kesalahan atau kekurangan
dalam pelaksanaan peragaan;
2) Apabila asesi tidak menyetujui/menandatangani hasil asesmen
maka berkas diserahkan langsung kepada panitia dengan
menambahkan catatan dalam berkas tersebut;
3) Asesor Kompetensi memberikan berkas pengujian kepada
panitia apabila sudah ditandatangani oleh pihak Asesor
Kompetensi dan asesi;
4) Apabila proses asesmen sudah selesai, Asesor Kompetensi
menutup pelaksanaan uji kompetensi.

5. Rekomendasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Asesor Kompetensi sebelum
memberikan rekomendasi adalah sebagai berikut:
a. mengorganisasikan pelaksanaan asesmen berdasarkan metode dan
instrument seperti yang tercantum dalam pelaksanaan asesmen;
b. melaksanakan kegiatan pengumpulan bukti serta
mendokumentasikan seluruh bukti pendukung yang dapat
ditunjukkan oleh asesi sesuai dengan Kriteria Unjuk Kerja yang
dipersyaratkan;
c. membuat keputusan apakah asesi sudah Kompeten (K), Belum
Kompeten (BK) atau Asesmen/Penilaian Lanjut (PL) untuk setiap
Kriteria Unjuk Kerja berdasarkan bukti-bukti;
d. memberikan umpan balik kepada asesi mengenai pencapaian unjuk
kerja dan asesi juga diminta untuk memberikan umpan balik
terhadap proses asesmen yang dilaksanakan berupa questioner;
e. bersama-sama menandatangani pelaksanaan asesmen antara
Asesor Kompetensi dan asesi;
f. aspek kaji ulang terhadap prosedur asesmen, yaitu:
1) perencanaan asesmen;
2) pra asesmen;
3) pelaksanaan asesmen;
4) keputusan asesmen;
5) umpan balik asesmen;
6) pencatatan asesmen.
g. pemenuhan terhadap dimensi kompetensi.

6. Keputusan dan Pemberitahuan


a. Penetapan Kompeten
1) Sebelum menetapkan hasil ujian, Asesor Kompetensi memanggil
asesi untuk mendengarkan keputusan hasil uji kompetensi;
2) Keputusan hasil uji kompetensi harus diberitahukan langsung
oleh Asesor Kompetensi yang bersangkutan kepada asesi (tidak
boleh diwakilkan);
3) Asesor Kompetensi menyampaikan rekapitulasi hasil uji
kompetensi kepada Panitia untuk diproses lebih lanjut;

15
4) Sekretaris mempersiapkan konsep sertifikat kompetensi bagi
asesi yang sudah dinyatakan kompeten;
5) Ketua TTUK menyampaikan Berita Acara Penetapan Hasil Uji
Kompetensi dengan melampirkan Sertifikat Kompetensi kepada
Sekretaris Jenderal sebagaimana contoh dalam Lampiran 17.

b. Klarifikasi dan Banding


1) Dalam hal asesi yang ditetapkan belum kompeten, diberikan
kesempatan mengklarifikasi langsung kepada Asesor Kompetensi
yang bersangkutan;
2) Asesor Kompetensi segera memberikan jawaban langsung kepada
asesi atas klarifikasi yang diajukan;
3) Dalam hal asesi tetap dinyatakan tidak kompeten diberikan
kesempatan langsung untuk mengajukan banding kepada Ketua
TTUK;
4) Hasil keputusan banding disampaikan oleh Asesor Kompetensi
kepada asesi.

7. Pencatatan/Rekaman
a. Pemeliharaan Catatan/Rekaman Dokumen
Sekretaris TTUK harus memelihara sistem catatan/rekaman sesuai
peraturan perundangan yang mencakup kualifikasi keanggotaan
TPUK dan kompetensi Penera serta mudah diakses, yaitu:
1) nama dan alamat;
2) organisasi dan jabatannya;
3) pendidikan, jenis dan status jabatan;
4) pengalaman dan pelatihan yang relevan dengan bidang
tugasnya;
5) tanggal pemutakhiran rekaman.

b. Riwayat Catatan/Rekaman Dokumen


Catatan/rekaman dokumen harus membuktikan bahwa proses
sertifikasi telah dipenuhi secara efektif, khususnya yang berkaitan
dengan:
1) Formulir permohonan;
2) Laporan evaluasi;
3) Kegiatan survailen;
4) Dokumen yang terkait dengan pemberian, pemeliharaan,
perpanjangan, perluasan, pengurangan, penundaan dan
pencabutan sertifikasi.

c. Penyimpanan Dokumen
1) Pemeliharaan Catatan/Rekaman Dokumen dalam bentuk hard
copy harus tersimpan dengan baik dan memudahkan sewaktu-
waktu diperlukan.
2) Pemeliharaan Catatan/Rekaman Dokumen dalam bentuk soft
copy harus tersimpan di tempat aman.

16
BAB V
SERTIFIKAT KOMPETENSI

Sertifikat kompetensi merupakan bentuk pengakuan formal terhadap


kompetensi kerja yang dimiliki oleh seorang penera pada jenjang kualifikasi
atau unit kompetensi tertentu. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan
guna memberikan jaminan keamanan terhadap Sertifikat Kompetensi agar
tidak dipalsukan atau disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.

A. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat Kompetensi dibuat rangkap 3 (tiga) dan didistribusikan sebagai
berikut: asli diberikan kepada asesi, untuk arsip Direktorat Metrologi dan
arsip Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian.

B. Isi Sertifikat
Sertifikat Kompetensi sekurang-kurangnya memuat:
1. Halaman depan:
a. Lambang Garuda Pancasila;
b. Kementerian yang bertanggung jawab menerbitkan sertifikat;
c. Pernyataan kompeten dalam tugas dan fungsi di bidang
kemetrologian;
d. Masa berlakunya sertifikat kompetensi;
e. Penetapan kelulusan oleh Panitia Uji Kompetensi;
f. Tanda tangan Sekretaris Jenderal selaku pejabat yang bertanggung
jawab atas penerbitan Sertifikat Kompetensi.

2. Halaman belakang
a. Tandatangan Kepala Pusat yang bertanggung jawab atas Penetapan
Kompetensi;
b. Rincian kompetensi sesuai dengan materi yang lulus dalam uji
kompetensi.

C. Model Sertifikat
Bentuk, warna, jenis dan ukuran huruf serta dimensi Sertifikat
Kompetensi sebagaimana contoh dalam Lampiran 18.

D. Penyerahan Sertifikat Kompetensi


Sertifikat Kompetensi disampaikan kepada Asesi selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari kerja sejak tanggal penetapan melalui:
1. Direktur Metrologi, apabila Asesi berasal dari UPT;
2. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota, apabila Asesi berasal dari
UPTD.

17
BAB VI
PENGENDALIAN

Pengendalian terhadap pelaksanaan uji kompetensi menjadi hal yang sangat


penting dalam rangka memberikan jaminan kualitas atas keluaran (output)
yang dihasilkan dari pelaksanaan uji kompetensi. Melalui sistem
pengendalian yang baik akan dihasilkan keputusan uji kompetensi yang sah
(valid), dapat dipertanggungjawabkan (reliable) dan berkualitas.

Pengendalian dilaksanakan oleh Ketua melalui proses monitoring, evaluasi,


pelaporan dan pemberian sanksi. Melalui monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik dapat diperoleh umpan balik atau masukan
dalam memperbaiki pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan
perkembangan yang ada.

A. Monitoring
Monitoring dilakukan melalui pengamatan terhadap berlangsungnya
kegiatan uji kompetensi dari berbagai aspek kegiatan.
Monitoring diperlukan untuk memperoleh data yang akurat, melalui
daftar cek uji kompetensi sesuai dengan aspek yang dipersyaratkan.
Hasil monitoring yang telah dilakukan sebagai dasar untuk mengevaluasi
pelaksanaan uji kompetensi.
1. Mekanisme Monitoring
a. Langsung (Pengamatan)
b. Tidak Langsung (Questionnaire)
2. Aspek-aspek yang dimonitor
a. Proses pelaksanaan uji kompetensi yang terdiri dari
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3) Dokumentasi
b. Komponen-komponen uji kompetensi yang terdiri dari:
1) Standar Kompetensi Kerja Metrologi
2) Asesor Kompetensi
3) Asesi
4) Materi Uji Kompetensi (MUK)
5) Tempat Uji Kompetensi (TUK)
6) Biaya Uji Kompetensi (BUK)
7) Metoda Uji Kompetensi
8) Waktu Uji Kompetensi (WUK)

B. Pelaporan
Sistem pelaporan merupakan bagian dari pengendalian, dimana PPSDMK
yang diberi mandat untuk melaksanakan uji kompetensi dan sertifikasi,
wajib menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugasnya kepada
Sekretaris Jenderal. Materi laporan meliputi kegiatan uji kompetensi
sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat pada kegiatan monitoring.

18
C. Evaluasi
1. Evaluasi dimaksudkan untuk menilai hasil pelaksanaan uji
kompetensi, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan.
2. Evaluasi dilakukan oleh Ketua dan bahan evaluasi adalah data dari
hasil monitoring dan laporan. Dalam pelaksanaan evaluasi perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mekanisme monitoring, sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab A
pada Huruf b Angka 1.
b. Aspek-aspek Monitoring, sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab A
pada Huruf b Angka 2.
3. Dari hasil evaluasi terhadap proses dan komponen uji kompetensi
diketahui kesesuaian pelaksanaan uji kompetensi dengan petunjuk
pelaksanaan yang ditetapkan.
4. Hasil evaluasi disusun dalam bentuk tertulis untuk dipergunakan
sebagai bahan perbaikan pelaksanaan uji kompetensi.

D. Sanksi
Tim Teknis Uji Kompetensi (TTUK) atau Tim Asesor Kompetensi (TPK)
yang melakukan penyimpangan terhadap ketentuan tentang petunjuk
pelaksanaan uji kompetensi akan dikenakan sanksi dalam bentuk sanksi
administratif, berupa:
1. Peringatan Pertama
Peringatan pertama merupakan kategori peringatan ringan dan dibuat
dalam bentuk tertulis.
a. Peringatan pertama diberikan apabila ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara pelaksanaan uji kompetensi dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Kriteria peringatan pertama adalah ketidaksesuaian yang tidak
disengaja tetapi mempengaruhi kualitas uji kompetensi.
2. Peringatan Kedua
Peringatan kedua merupakan kategori peringatan sedang dan dibuat
dalam bentuk tertulis.
a. Peringatan kedua diberikan terhadap penyimpangan atau
ketidaksesuaian antara ketentuan uji kompetensi yang ada.
b. Kriteria peringatan kedua adalah penyimpangan yang disengaja
dan sangat mempengaruhi kualitas uji kompetensi.
c. Peringatan kedua juga diberikan apabila tidak mengindahkan 3
(tiga) kali peringatan pertama yang diberikan.
d. Sanksi dari peringatan kedua berupa skorsing (penghentian
sementara) kegiatan penyelenggaraan uji kompetensi.
3. Peringatan Ketiga
Peringatan ketiga merupakan kategori peringatan berat dan dibuat
dalam bentuk tertulis.
a. Peringatan ketiga diberikan apabila telah diberi peringatan kedua
sebanyak 3 (tiga) kali.
b. Sanksi dari peringatan ketiga berupa pencabutan kewenangan
sebagai anggota TTUK maupun TAK.

19
BAB VII
PENUTUP

Dengan diberlakukannya Petunjuk Pelaksanaan Uji Kompetensi ini,


diharapkan dapat mendukung TTUK dan TAK dalam melaksanakan uji
kompetensi Penera.
Petunjuk pelaksanaan uji kompetensi ini merupakan pedoman yang
bersifat khusus dan dapat dikembangkan pedoman yang lebih teknis dan
spesifik sesuai dengan kebutuhan.
Sejalan dengan perkembangan kegiatan pendidikan dan pelatihan
berbasis kompetensi dan uji kompetensi di berbagai bidang profesi di
Indonesia, Kementerian Perdagangan akan terus memperbaiki dan
mengembangkan pelaksanaan uji kompetensi ini sesuai kebutuhan.
Petunjuk Pelaksanaan Uji Kompetensi Penera ini memberikan
kontribusi dan hasil nyata terhadap pengembangan Penera yang kompeten
dan professional.

20

Anda mungkin juga menyukai