Anda di halaman 1dari 32

#

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORATJENDERAL
PEMBINAAN PEUTIHAN VOKASI DAN PRODUKTiVrTAS

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PEMBINAAN PELATIHAN VOKASI DAN PRODUKTIVITAS
NOMOR 2/15^5/HK.05/m/2023
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN
BERKEAHLIAN MENENGAH/TINGGI PADA
UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN VOKASI DAN
PRODUKTIVITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL
PEMBINAAN PELATIHAN VOKASI DAN PRODUKTIVITAS.

Menimbang a. bahwa dalam rangka mcningkatkan daya saing tenaga


kerja. perlu diiakukan peningkatan kompctensi tenaga
kerja melalui pelatihan berbasis kompctensi;
b. bahwa penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetcnsi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a diiakukan unluk
berkeahlian mcnengah/tlnggi diintegrasikan dengan
program pemagangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan
Vokasi dan Produktivitas tentang Petunjuk Tcltnis
Pelaksanaan Pelatihan Berkeahlian Menengah/Tin^
Unit Pelaksana Teknis Pusat Tahun Anggaran 2022;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Kctcnagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang
Sistem Pelatihan Kecja Nasional (Lembaran Negara
-2-

Rcpublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637);
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tcntang
Kerangka Kualinkasi Nasional Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tcntang
Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 108);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
8 Tahun 2014 tentang Pedoman Pcnyclenggaraan
Pelatihan Berbasis Kompetensi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor S86);
Peraturan Menteri Ketenagakcrjaan Nomor 1 Tahun 2021
tentang Organisasi dan Tata Keija Kerne nterian
Ketenagakeijaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 108 );
6. Peraturan Menteri Ketenagakcrjaan Nomor 1 Tahun 2022
tentang Oiganisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian Ketenagakeijaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 142);

Memperhatikan : Keputusan Direktur Jenderal Pern binaan Pelatihan dan


Produktivitas Nomor 2/771/HK.05/III/2023 tentang
Pedoman Penyusunan Program dan Materi Pelatihan
Berbasis Kompetensi;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
PELATIHAN VOKASI DAN PRODUKTIVITAS TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN
BERKEAHLIAN MBNENGAH/TINGGl UNIT PELAKSANA
TEKNIS BIDANG PELATIHAN VOKASI.

KESATU Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelatihan Berkeahlian


Menengah/Tinggi Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan
Vokasi sebagaimana tercantum da lam Lampiran yang
merupakan bagian tldak terpisahkan dari Keputusan
Direktur Jenderal ini.
-3-

KEDUA Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU digunakan sebagai acuan Unit Pelaksana Teknis
Bidang peladhan Vokasi dan Produktivitas Kementerian
Kete n agakeij aan dalam penyusunan rencana program dan
an^aran, pelaksanaan kegiatan pelatihan berbasis
kompetensi dan pemagangan serta cvaluasi dan pelaporan.
KETIGA Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ^9 April 2023

JENDEB?AL PEMBINAAN
^OKASl DAN PRODUKTIVITAS,

BUUHlSkTAWAN
NIP 19630715 198903 1 002
-4-

LAMPIRAH
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
PELATIHAN VOKASI DAN PRODUKTIVITAS
NOMOR 2/ |2iS/ H K.05/ HI/2023
TBNTANG
PBTUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN
BERKEAHUAN MENENGAH/TINGGI UNIT
PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN
VOKASI DAN PRODUKTIVITAS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN BERKEAHLIAN


MENENGAH/TINGGI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PELATIHAN
VOKASI DAN PRODUKTIVITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Pcmerintah Nomor 31 Tahun 2006 tcntang
Sistem Pelatihan Keija Nasional (Sislatkemas), Pelatihan keija adalah
keaeluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, scrta
mengembangkan kompetensi keija, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
keija pada dngkat ketcrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekcrjaan. Pelatihan keija merupakan
saJah satu jalur efektif untuk meningkatkan kualitas kompetensi kerja serta
mengembangkan karier tenaga keija, karena dapac diselenggarakan untuk
jangka waktu rclatif singkat dan dapat disesuaikan dengan kcbutuhan
pengguna ten^a kcija/industri. Dengan demikian pelatihan kerja pada
dasarnya dirancang untuk kebutuhan pengguna tenaga kerja/industri, atau
untuk kebutuhan berwirausaha.
Berbagai program pelatihan telah dilakukan oleh Unit Peledcsana
Tcknis Bidang Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (UPT Bidai^ Lavotas)
Kementerian Ketenagakeijaan, baik yang bersifat teknis, peningkatan
produktivitas, maupun 5^ang bersifat man ajc rial, dengan durasi lama
pelatihan yang bervariasi mulai dan 80 jam pelajaran (JP| sampai dengan
2.400 JP. Seluruh jenia program, sifat maupun diirasi tcrsebut dike mas
dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK), sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kcrjs dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2014.
-5-

Dalam pelaksanaan program PS tersebut, terdapat pelatihan di tempat


keija (On the Job TVaintng/OJT), sebagai bagian dari kurikulum pelatihan.
Pelaksanaan program PBK menempalkan Lembaga Pelatihan Keija terdiri
atas LPK pemerintah, LPK perusahaan, dan LPK swasta sebagai pemain
utama, termasuk da 1am pemiiihan dan penentuan tempat OJT.
Disisi lain, terdapat program pemagangan, seb^;ai bagian dari
pelatihan kerja, yang penyelenggaraannya dilakukan secara terpadu antara
pelatihan dl lembaga pelatihan dengan bekeija secara langsung dibawah
bimbingan dan pengawasan Instruktur atau pekeija yang berkompetensi
dalam proses prodioksi barang dan/atau jasa di perusahaan dalam rangka
menguasai ketcrampilan/keahlian tertentu. Program pemagangan
dimaksud menempatkan perusahaan/industri sebagai pemain utama sejak
proses inisiasi sampai dengan pelaksanaannya (termasuk keterlibatan
Lembaga Pelatihan Kerja), dengan memenuhi segaJa kriteria dan persyaratan
yang ditetapkan, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjsian Noraor 6 Tahun 2020.
Dengan mempertimbangkan esensi dari OJT maupun pemagangan,
perlu dilakukan sinergi melalui re-desain program pelatihan khususnya
pelatihan yang memiliki durasi panjang atau yang diarahkan memilikl
kesetaraan dengan kualifikasi nasional sebagaimana Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2012. Re-desain dimaksud yaitu mengintegrasikan antara PBK
dengan pemagangan dalam suatu rangkaian proses pelatihan untuk
menghasilkan tenaga kerja yang kompeten sesuai dengan kebutuhan
industri/jasa.
Re-desain program pelatihan dimaksud, mcrupakan bagian dari
implementasi transformasi BLK sebagai sal ah satu kebijakan Ke menteri an
Kctcnagakerjaan dan diharapkan dapat menghasilkan lulus an yang
memiliki kemampuan/kompetensi di bidang ceknis/manajerial, ditopang
dengan softskills yang baik dan didukung dengan kemampuan literasi digital
dan produktivitas, dengan kualifikasi nasional paling rendah level 3 atau
setinggi-tin^inya level 5 KKNI. Dalam rangka pelaksanaan re-desain
program pelatihan dimaksud, perlu disusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pelatihan Bcrkeahlian Menengah/Tin^ pada Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pelatihan Vokasi dan Produktivitas.
-6-

B. Tujuan dan Saaaran


1. Tujuan
Petunjuk Tcknis ini bertujuan untuk memberikan acuan dalam
menyelenggarakan pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi oleh
BBPVP/BPVP atau BLK.
2. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis ini mcliputi:
a. Terlaksananya program pelatihan Berkeahllan Mcnengah/Ting^
(Berduraai Panjang) secara efcktif;
b. Meningkatnya kompetensi keija peserta pelatihan Berkeahlian
Mencngah/ Tinggi.

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelatihan Berkeahlian
Menengah/Tinggi pada Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan Vokasi dan
Produktjvitas, melipud:
1. Pelatihan Berbasis Kompetensi dl Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pelatihan Vokasi dan Produktivitas;
2. Pemagangan di perusahaan/Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
3. Sertifikasi Kompetensi Keija.

D. Pengertian dan Istilah


1. Pelatihan keija adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoich, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi keija,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekeijaan;
2. Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat PBK adalah
pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan keija
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan persyaratan di tern pat kerja;
3. Program Pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi adalah jenis program
pelatihan yang mengintegrasikan antara PBK di lembaga pelatihan kerja
dengan pemagangan di tempat kerja (industri/jasa) dalam kurun waktu
tertentu untuk mencapai kualifikasi/level paling rendah level 3 dan yang
tertinggi pada level 5 sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNl).
4. Unit Pelaksana Teknis Pusat Balai Latihan Kerja yang selanjutnya
disingkat UPTP-BPVP adalah Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan
-7-

Vokasi dan Produktivitas yang selanjutnya disingkat UPT Bidang Lavotas


adaJah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas
teknis operasionai tertentu dan/atau tugas teknis penunjang bidang
peiatihan vokasi dan produktivitas di Kerne nterian Ketenagakerjaan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal
Pembinaan Peiatihan Vokasi dan Produktivitas;
5. Peserta Peiatihan adalah masyarakat yang mengikuti program peiatihan
yang dibiayai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA/POK)
Program Pendidikan dan Peiatihan Vokasi pada satker masing-masing
UPT Bidang Lavotas;
6. Pemagangan adaJah hagian dari sistem peiatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara peiatihan di lembaga peiatihan
dengan bekeija secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan
instruktur atau pekeija yang berkompetensi daJam proses produksi
barang dan/atau jasa dl perusahaan dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu;
7. Pen^una Anggaran yang selanjutnya discbut PA adalah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas pengelolaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan;
8. Direktur Jenderal adalah Direktur JenderaJ Pembinaan Peiatihan Vokasi
dan Produktivitas di Kementerian Ketenagakerjaan.
-8-

BABil
PROGRAM PELATIHAN BBRKEAHLIAN MENENGAH/TINGGI

A. Pelatihan Berbasis Kompetensi


TersediaJiya $umb«r Daya Manusia (SDM) yang kompeten mempakan
salah satu target yang harus dicapal dalam pembangunan nasiona! saat ini.
Upaya tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui pelatihan kerja.
Pelatihan Keija adaJah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos ketja pada tingkat keterampUan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Oleh
karena itu, PBK merupakan proses pelatihan yang dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi kcija sesuai dengan standar kompetensi kerja yang
ditetapkan.
Melalui ke^atan pelatihan tersebut, para peserta diberikan
pengetahuan, keterampUan dan sikap kerja di bidang tertentu (sesuai
dengan kejuruan/ program yang diikud) dan untuk jangka waktu tertentu,
sehingga diharapkan para peserta slap untuk mengisi peluang kerja yang
dibutuhkan di dunia kerja, baik untuk bekerja di industri maupun untuk
berwirausaha.
Dalam menyelenggarakan PBK, setiap lembaga pelatihan kerja
khususnya BLK, harus mempcrhatikan ketersediaan:
1. Program pelatihan kerja, yang disusun berdasarkan standar kompetensi
kerja atau hasil identifikasi kebutuhan pelatihan.
2. Sirategi dan materi belajar, merupakan cara atau metode
penyajian/penyampaian materi pelatihan kepada peserta pelatihan.
3. Instrumen peng;ujian, merupakan instrumen penilaian/asesmen alas
pencapaian kompetensi.
4. Instrukliir pelatihan, merupakan fasUitator dalam
menyampaikan/ memberikan materi pelatihan.
5. Peserta pelatihan, merupakan individu/perseorangan yang memenuhi
syarat untuk mengikuti program pelatihan.
6. Sarana dan fasilitas pelatihan, merupakan alat/mesin,
ruangan / tempat/ lokasi, dan perlengkapan lainnya yang akan
digunakan selama proses pelatihan (disesuaikan dengan jenis program
pelatihan).
7. Bahan pelatihan, merupakan bahan/material yang akan digunakan
selama proses pelatihan (disesuaikan dengan jenis program pelatihan).
-9-

8. Biaya Pelatihan, menipakan nilai/besamya anggarajj yang diperlukan


sclama proses pelatihan.
Sedangkan seluruh proses pelaksanaan pelatihan di BLK UPTP mengacu
kepada Peraturan Men ten Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun
2014 ten tang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis KompetensL

B. Proses Bisnis Pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi


1. P«nT«b4/in Informed
2. Pend«fU<‘«n
3. SdelnJPe««fU Project Akhlr
4. ProK<*m/Kunfl

Pe>etU p<l4t&tan
di UsfMlier

&Koerdin«sl
Ptruuhan/UMKMT4

Jld9k

C. Asas Pelaksanaan Pelatihan


Pelaksanaan program pelatihan didasarkan pada komitmen
peningkatan mutu, tata kelola dan optimalisasi layanan yang efektif dan
efisien. Oleh karenanya harus memiliki asas yang menjadi rujukan oleh
pihak penyelenggara dalam pelaksanaan pelatihan, meliputi:
1. Efisien, berarti hams diusahakan dengan menggunakan dan a dan daya
yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran daJam waktu yang
dicctapkan atau menggunakan dan a yang telah ditetapkan untuk
mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;
2. Efektif, berarti sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besamya;
3. Transparan, dilaksanakan secara terbuka baik pada perencaiiaan dana
yang akan digunakan, pelaksanaan dan pclaporan;
4- Akuntabel berarti sesuai dengan aturan dan keten man yang terkait
schin^a dapat dipertanggungjawabkan atas bantuan yang diberikan;
5. Manfaat, dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat untuk
mendukung kegiatan pelatihan kerja.
-10-

D. Program Pelatihan Kerja


Program pelatihan adaJah suatu rumusan terculis yang memu at
secara sistematis tentang pemaketan unit-unit kompetensi sesuai dengan
area kompetensi. Program pelatihan Berkeahlian Menengah/Tin^i
dikelompokan berdasarkan kualifikasi nasional atau yang setara dengan
kualifikasi naaionaJ, aebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan
berbasis kompetensi. Program pelatihan diterbitkan olch DirektoraC Bina
Stand ardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan.
Perumusan program pelatihan scbagaimana dimaksud di atas, harus
lebih difokuskan kepada penycrapan peserta pelatihan di pasar kerja pasca
roengikuti pelatihan. Program pelatihan harus di desain memiJiki releyansi
dengan program pemagangan di tempat kerja. Oleh karena itu, rumusan
program pelatihan tersebut harus raemenuhi:
1. Aspek teknis/substansi (pengetahuan, keterampUan dan sikap kerja) dan
manajeriaJ;
2. Kemampuan literasi digital;
3. Penguatan karakter (sofiskills) dan Peningkatan produktivitas;
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
5. Pengetahuan bahasa asing (antara lain disarankan bahasa Inggris);
6. Ketersediaan sumber daya pelatihan di masing-masing UPTP-BPVP dan
industri/UMKM tempat melakukan pemagangan.

E. Penentuan dan Jenis Program Pelatihan


Jerus program pelatihan Berkeahlian Menengah/Tin^ (berdurasi
panjang) yang akan dilaksanakan UPT Bidang Lavotas didesain merujuk kc
kualifikasi nasional palii^ rendah level 3 atau yang setara, scbagaimana
yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
UPT Bidang Lavotas dalam merencanakan dan menentukan program
pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi, harus dilakukan berdasarkan
proses anaiisis yang cukup dan baik dengan mempertimbangkan:
1. Potensi sumber daya di wlayah sekitar;
2. Kebutuhan pasar kerja;
3. Kemampuan teknis internal dari UPTP, yang meliputi ketersediaan
instruktur (baik kualitas maupun kuantitas*) dan fasilitas sarana
pelatihan;
4. Kemitraan dengan industri yang relevan.
-11-

*. Instruktur yang tersedia dalam jumlah dan kualitas yang meniadai


untiik melaksanakan program pelatihan, sehingga tidak mengganggu
program pelatihan yang sedang beijalan lainnya.

Dengan dasar pertimbangan tersebut, dihasilkan suatu deaain program


pelatihan yang utuh dan komprehenaif (tergambarkan dalam unit-unit
kompetensi). Tidak dlperkenankan adanya desain program pelatihan yang
merupakan pecahan-pecahan atau bagian-bagian dari beberapa Jen is
program pelatihan (sebagaimana jenis pelatihan reguler) dengan
kejuruan/kompetensi yang berbeda dan kemudian dijadikan 1 (satu) jenls
program pelatihan untuk berkeahlian menengah/tinggi.
Dalam menentukanjenls program pelatihan yang akan diselenggarakan, UPT
Bidang Lavotas dapat menggunakan Jenis program pelatihan yang sama
(termasuk kurikulum dan sllabusnya) dengan UPT Bidang lavotas lainnya
dalam Program Pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi (berdurasi panjang).
Bcrdasarkan hasil analisis dan pertimbangan terse but, UPT Bidang
lavotas menentukan jenis program pelatihan yang akan diselen^arakan dan
disampaikan kepada Direktorat Bina Standardisasi Kompetensi dan Program
Pelatihan untuk ditetapkan menjadi program pelatihan berkeahlian
menengah/tinggi, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari petunjuk
teknis ini.

F. Program Pemagangan atau On the Job Training


Program pemagangan adalah rumusan tertulis yang memuat secara
sLstematis tentang aktivitas-aktivitas yang hams dllakukan untuk mencapai
unit kompetensi tertentu dan dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu di
tempat keija dengan dibimbing olch pcmbimbing pemagangan di tempat
keija. Tempat kerja sebagaimana dimaksud dapat berupa pemsahaan
(industri/jasa) skala kecil/menengah/besar, atau Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Desain program pemagangan hams memiliki relevansi
dengan program pelatihan yang ada di UPT Bidang Lavotas. Program
pemagangan dikoordinasikan oleh Direktorat Bina Penyelenggaraan
Pelatihan Vokasi dan Pemagangan. Dalam pelaksanaan program
pemagangan, peserta pelatihan harus didampingi oleh pembimbing
pemagangan yang memiliki kompetensi teknis dalam Jabatan yang sesual
dengan program pemagangan.
Dalam hal program pemagangan tidak dapat dilaksanakan dengan
alasan tertentu, maka kegiatan aktivitas bimbingan di dunia usaha/dunia
industri dapat dilaksanakan program On the Job Training /OJT di Industri,
-12-

yang merupakan satu kesatuan penyelenggaraan pelatdhan PBK. Sama


halnya dengan program Pemagangan, peserta OJT harus didampingi
pembimbing/mentor perusahaan yang memiliki kompetensi teknis dalam
jabatannya.

G. Komposisi Waktu Pelatihan


Pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi dilaksanakan secara non
boarding, dengan waktu pelatihan maksimal 1200 JP untuk teknis yang
dilakukan di UPT Bidang Lavotas dan pcm^angan/OJT dilakukan di
tcmpat kerja dengan durasi waktu maksimal selama 6 bulan.
Durasi pelatihan teknis dilaksanakan pada tahun an^aran berjalan
sesuai kurikulum teknis dan pemagangan, yang pelaksanaannya
berdasarkan kesepakatan dengan industri penerima peserta magang.

H. Senifikasi Kompetensi Kerja


1. Sertifikat Kompetensi Keija
Untuk mcmastikan ketercapaian kompetensi yang telah dukuti oleh
peserta pelatihan melalui pelatihan di UPT Bidang Lavotas dan
pemagangan/OJT di tempat keija. dilakukan sertifikasi kompetensi oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah mendapatkan lisensi dari
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
LSP yang akan melakukan sertifikasi kompetensi kerja harus memilikl
mang lingkup sertifikasi dan skema sertifikasi yang sesuai dengan
program pelatihan dan program pemagangan. Oleh karena itu, skema
sertifikasi dari LSP untuk pelatihan program Berkeahlian
Mcnengah/Tin^, hams mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas.

2. Sertifikat K3 Teknis (Ahli)


Selain sertifikasi kompetensi (yang bersifat teknis) seb^aimana
program pelatihan yang diselenggarakan, juga dilakukan sertifikasi
kompetensi untuk bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) teknis
(Kategori Ahli K3 Teknis). Pembiayaan untuk sertifikasi K3 teknis
dimaksud, selain dapat menggunakan anggaran di UPT Bidang Lavotas
juga dapat dikoordinasikan dengan BNSP melalui program Pelaksanaan
Sertifikasi Kompetensi Keija (PSKK).
“13-

I. Status Kebekeijaan Lulusan P«latihan


Untuk melakukan penelusuran terhadap lulusan program pelatihan
Berkcahlian Menengah/Tinggi, UPT Bidang Lavotas harus melakukan
penelusuran status kebekerjaan para lulusan. Survei kebekerjaan bertujuan
untuk mengetahui kualitas lulusan pelatihan melalui tingkat kebekeijaan
sekaligus untuk memperoleh masukan/ informasi dan mengukur tingkat
relevansi program pelatihan yang diselenggarakan dengan kebutuhan
pengguna lulusan pelatihan/tenaga keija.
Survei kebekeijaan dilakukan sesuai dengein Keputusan Direktur
Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasl dan Produktiviias Nomor
2/517/LP.00.03/in/2021 tentang Pedoman Pclaksanaan Survei
Kebekerjaan dalam Jaringan Melalui Sistem Intormasi Ketenagakerjaan.
-14-

BAB III
MEKANTSME PENYELENGGARA
PELATIHAN BERKEAHLIAN MENENGAH/TINGGI Dl UNIT PELAKSANA
TEKNIS BIDANG PELATIHAN VOKASI DAN PRODUKTIVITAS

A. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan penyiapan dokumen
administratlL persiapan pelaksanaan teknis dan pendukung lainnya, yang
saling berkaitan satu sama lainnya.
1. Persiapan administrasl, antara lain:
a. Pembuatan Surat Perintah Tugas (SPT) alau Surat Keputusan (SK),
antara lain bagi: tim rekrutmen dan selek$i» pelaksana pcladhan,
penugasan instruktur, tim superyisi, dan lain-lain.
b. Perler^kapan administrasi untuk rekrutmen dan seleksi peserta
pelatihan.
c. Surat menyurat baik internal maupun eksternal, khususnya dengan
tempat pelaksanaan pemagangan.
d. Penyiapan sertifikat pelatihan [jumlahnya dlsesuaikan peserta
pelatihan).
e. Penyiapan formulir administrasi pelaksanaan pelatihan
f. Penggandaan modul/bahan ajar pelatihan untuk peserta
(disesuaikan dengan jumlah peserta pelatihan).

2. Persiapan pendukung
a. Publikasi informasi pelatihan
Informasi pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi harus
dipublikasikan dengan men^;unakan berbagai media informasi baik
cetak maupun elektronik (disesuaikan dengain ketersediaan
anggaian), media sosial, website, dan lain-lain, yang dapat dengan
mudah dan cepat di ketahui oleh masyarakat.
Informasi yang dipublikasikan paling sedikit memuat waktu dan
tempat pendaftaran, persyaratan peserta pelatihan, lama pelatihan
dan kejuruan/program pelatihan.

b. Koordinasi dengan aparat terkait


Sebelum dan selama melakukan pelatihan Berkeahlian
Menengah/Tinggi, agar senantiasa melakukan koordinasi dan
komunikasi baik secara internal di UPT Bidang Lavotas maupun
dengan pihak ekstemal seperti praktisi industri, pemcrintah daerah
-15-

setempat atau pemangku kepentingan laiimya. Dalam hal situasi


pandemi COVlD-19 belum berakhir, maka pelaksanaan kegiatan ini
juga dikoordinasikan dengan tun gugus tugas C0VID>19 daerah
setempat.

c. Koordinasi dengan tempat pemagangan / OJT


Sebelum dilaksanakannya program pelatihan Berkeahlian
Mcnengah/Tin^, UPT Bidang Lavotas sudah memiliki mitra
perusahaan/UMKM sebagai tempat melaksanakan program
pemagangan/OJT. Koordinasi yang intensif perlu dilakukan sejak
awal, karena diharapkan mitra perusahaan/UMKM sudah dapat
terlibat baik dalam rangka rekrutmen, seleksi, pelaksanaan
p>elatihan, pelaksanaan pemagangan/OJT maupun pasca pelatihan
dan pemagangan/OJT.
Salah satu hal pen ting yang perlu menjadi perhatian dalam
koordinasi dimaksud adalah yang terkait dengan desain program/
kurikulum pelatihan dan program pemagangan.

3. Persiapan pelaksanaan teknis pelatihan di UPTP


a. Rekrutmen peserta pelatihan
Pelaksanaan rekrutmen (proses pendaftaran dibuka untuk umum)
peserta dilakukan secara digital {ortlin^ melalui laman
kemnaker.go.id (sistem informasi keten^akerjaan/sisnaker) atau
http: / / pelatihan. kemnaker.go.id.
Persyaratan pendaftaran:
1) Berusia minimal 18 tahun;
2) Minimal lulusan SMA/SMK atau sederajat;
3) Tidak dalam masa pendidikan formal;
4) persyaratan lainya diatur berdasarkan kebutuhan program
pelatihan di masing>masing BLK.
b. Seleksi peserta pelatihan
Basil rekrutmen calon peserta pelatihan yang memenuhi
persyaratan, selanjutnya akan dlseleksi. Soal-soal/percanyaan
untuk seleksi dibuat sedemikian rupa oLeh UPT Bidang Lavotas
dengan tujuan untuk menemukenali dan memotret potensi dasar
yang dimilild setiap calon peserta pelatihan.
Tujuan utama dari proses seleksi adalah untuk mendapatkan calon
peserta (minimal) yang memiliki kemampuan/kompetensi dasar
untuk mengikuti pelatihan (yang sesuai dengan program pelatihan).
-16-

Soal-soal seleksi dapaC berbentuk, namun tidak terbatas pada


pertanyaan tertulis, wawancara.
Peserta yang lulus seleksi dan akan menjadi peserta pelatlhan
Berkeahlian Menengah/Tinggi, dan harus terdaftar pada website
kemnaker.go.id (sistem in/ormasi ketenagakerjaan/ sisnaker) atau
http://pelatxhan. kemnaker.goAd
Dalam melakukan rekrutmen dan seleksi agar mengikutsercakan
personil dari industri/tempat keija (tempat pemagangan/OJT) serta
berkoordinasi dengan Dinas Daerah provinsi/kabupaten/kota yang
membidangi ketenagakerjaan.
Dalam melakukan rekrutmen dan seleksi, diberikan peluang yang
sama bagi laki-laki dan perempuan, termasuk bag! pcnyandang
disabilitas.
c. Penetapan dan jumlah peserta pelatihan
Peserta pelatihan yang lulus seleksi, ditetapkan melalui surat
keputusan KPA/PPK UPT Bidang Lavotas, dengan jumlah peserta
pelatihan 1 (paket) terdiri dari 16 orang.
d. Durasl / waktu pelatih an
Waktu pelatihan di UPTP maksimal 1.200 JP (1 JP@ 45 menit), yang
terdiri atas kelompok unit kompetcnsi inti/substansi dan kompetensi
penunjang. Durasi waktu pelatihan harus diatur dengan cermat pada
masing-masing kejuruan untuk mencapai kompetensi yang
ditentukan.
Untuk kompetensi penunjang dialokaaikan waktu 320 (tiga ratus dua
puluh) jam pelajaran (JP), dengan kompetensi wajib terdiri atas;
1) Penguatan karakter/sq/isAilis;
2) Literasi digital;
3) Produktivitas;
4) K3 Umum;
5) Proyek akhir.
Sedangkan kompetensi lainnya bersifat pilihan, sebagaiiuana contoh
pada desain program pelatihan di bawah ini.
e. Desain program pelatihan
Desain program pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi dilakukan
antara lain berdasarkan hasil analisis sebagaimana disebutkan
dalam Bab II huruf E yang dilakukan oleh UPT Bidang Lavotas,
dengan capaian kompetensi paling rendah kualtfikasi nasional level
3 pada KKN1 atau okupasi yang setara.
-17-

Desain program pelatihan dimaksud telah menggabungkan antara


pelatihan dl UPT Bidang Lavotas dengan pemagangan di tempal
keija. Proporsi kebutuhan (waktu) pelatihan di UPTP dengan
pemagangan/CXJT di tempat keija ditentukan berdasarkan
kebutuhan di masing-masing kejuruan/program pelatihan.
Desain substansl/isi program pelatihan pada setiap kejuruan
sebagaimana dlsebutkan pada Bab II huruf D, yang kemudian
dituangkan dalam bentuk kurikulum dan silabus (penulisan
program pelatihan mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas nomor Kep.2/3827/
LP.OO.Ol/XII/2022 tentang Pedoman Penyusunan Program dan
Mated Pelatihan Berbasi Kompetensis (PBK).
Agar pelaksanaan pelatihan dapat lebih optimal, sehingga
menghasilkan lulusan pelatihan yang employable maka di dalam
desain program pelatihan harus dilengkapl dengan beberapa
kompetensi sebagai kompetensi pendukung, seperti:
1) Penguatan karakter {sofiskills)
Merupakan kemampuan personal yang berhubungan dengan
orang lain (interpersonal) maupun imtuk mengatur diii sendiri
(intrapersonal) sehingga mampu mengembangkan unjuk keija
secara maksimal. Kompetensi ini memberikan kemampuan dan
penguatan pada nilai-nilai, budaya dan karakter sebagai atribut
personal.
Kompetensi minimal yang diberikan, namun tidak terbatas pada;
disiplin, etosdanedka keija, keijasama/kolaborasi, interaksidan
komunikasi sosial, problem solving. Kompetensi yang diberikan
terse but dapat bersumber dari Standar Kompetensi Keija
Nasional Indonesia (SKKNI) yang telah ada atau dart standar
kompetensi lainnya.

2) Kompetensi/kemampuan literasi digital


Kompetensi ini memberikan kemampuan kepada peserta
pelatihan agar “tidak butaB terhadap teknologi informasi dan
digitalisasi. Kompetensi minimal yang diberikan, namun tidak
terbatas pada; kemampuan mei^operasikan komputer {office),
kemampuan untuk menemukan, mengetjakan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat serca memanfaatkan dengan bijak,
cerdas, cermat dan tepat alat/media komunikasi distal dan
jaringan internet sesuaJ kegunaannya. Kompetensi yang
-18-

dibetikan tersebut dapat bersumber daii beberapa Standar


Kompetensi Keija Nasional Indonesia (8KKN1) yang telah ada.

3) Peningkatan produktivitas
Kcmaropuan yang diberikan untuk membentuk sikap mental dan
budaya produktif di tempat kerja. Keraampuan ini meouliki
keterkaitan yang erat dengan so/tski//s. Terdapat dua dimensi
produktivitas kerja yaitu efekdvitas dan eflsiensi. Efektivitas
tnengarah pada pencapaian hasil keija yang maksimal (tepat
waktu, kualitas dan kuantitas), sedangkan efisiensi terkait
dengan membandingkan antara input dengan realise si/output
pekeijaan.
Kompetensi minimal yang diberikan, namun tidak terbatas pada:
5 S/R, budaya produktif, manajemen kualitas, manajemen
waktu.

4) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Merupakan kemampuan untuk meminimalisasi bahaya dan
resiko tetjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat bekerja,
baik yang diakibatkan oleh faktor manusia maupun lingkungan.
Kompetensi minimal yang diberikan, namun tidak terbatas pada;
pengertian dan prinsip dasar K3, penyebab kecelakaan keija,
penggunaan, fungsi dan penerapan Alat Pelindung Dlri (APD),
rambu-rambu K3, mcngelola P3K di tempat kerja.

5) Pengetahuan bahasa asing (disarankan bahasa Inggris atau


disesuaikan kebutuhan)
Merupakan kemampuan pendukung yang bersifat opsional.
SaJah satu kemampuan yang diperlukan dalam dunia kerja saat
ini adalah kemampuan berbahasa asing (disarankan bahasa
Inggris). Bertujuan untuk melatih komunikasi dan pendengaran
peserta pelatihan. Pengetahuan dan kecakapan bahasa yang
diberikan pada tingkat dasar, atau minimal namun tidak terbatas
pada: percakapan sederhana sehari-hari, nama-nama alat.mesin
dan perLengkapan yang digunakan selama pelatihan, kosakata
yang umum digunakan.
-19-

6) Manajemen Workshop
Merupakan kemampuan dalam menata kelola workshop/hengktl
dengan menerapkan prinsip manajenien. Kompetensi minimal
yang diberikan, namun tidak terbatas pada; sistem kerja,
pengendalian alat/mesin, siatem peminjaman^ layout, perawatan
alat/mesin, p«nataan workshop, dan inventarisasi/administrasi.

7) Proyek Akhir
Merupakan suatu rancangan proyek yang bersifat inovatif dan
harus dibuat oleh setiap peserta pelatihan pada akhir kurikulum
pelatihan dalam bentuk (inovasi) produk/barang (disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing kejuruan) atau dalam hal
tertentu (misalnya untuk bidang kejuruan bisnis manajemen]
proyek akhir dapat dalam bentuk kertas kerja/makalah/paper
yang berisi solus! untuk permasalahan yang aktual. Proyek akhir
ini untuk memperlihatkan/membuktikan kompetensi peserta
pelatihan.

Pembagian/proporsi waktu pada masing-masing kompetensi


pendukung sebagaimana disebutkan diatas, diatur secara
proporsional berdasarkan tuntutan kebutuhan.
Contoh: proporsi waktu pada kurikulum kompetensi pendukung

No Kompetensi Jam Pelatihan (JP)


1 Soft Skills 20
2 literasi Digital 28
3 Produktivitas 40
4 Keselamatan dan Kesehatan 12
Keija
5 Bahasa Asing ^ 40
6 Workshop Management 40
7 Proyek Akhir 140
Total 320
(*) bersifat pilihan atau disesuaikan dengan program pelatihan
yang dilaksanakan.
f. Instruktur
Instruktur yang ditugaskan sebagal fasilitator dalam pelatihan dapat
berasai dari internal atau ekstcmal UPTP. Instruktur yang berasal
dari ekstemal UPTP-BPVP seperti industri/UMKM (mitra
-20-

pemagangan) atau perguruan tinggi yang relevan. Instruktur


tersebut harus memenuhi kriteria/persyaratan:
1) Memiliki kompetensi teknis substantif (sesuai dengan program
pelatihan yang akan diajarkan); dan
2) Memiliki kompetensi metodologi/pedagog).
DaJam hal menggunakan instruktur/ten aga pengajar darl
industri/UMKM, Han belum memiliki kompetensi metodoJogi/
pedagogi, harus dibuktikan dengan pengaJaman minimal 3 (tiga)
tahun pada bldang yang sama.
g. Sarana dan fasilitas pelatihan
Penyiapan alat/mesin, perlengkapan dan bahan yang akan
digunakan (disesuaikan dengan jcnis program pelatihan), selain itu
beberapa sarana dan fasilitas yang harus dipasdkan kesiapannya,
antara lain:
1} Tempat pelaksanaan pelatihan/u^orkshop (daJaxn keadaan bersih
dan rapi);
2) Perlengkapan pelatihan (misalnya LCD, kursi, meja, laser pointer,
alat dokumentasi, APD, alat tuiis, sarana P3K, dll).
3) Penyiapan standar kompetensi, modul/bahan ajar, panduan
pengajaran, program, kurikulum, silabus dan rencana pelatihan.
4) Penyiapan dm Instruktur dan Tenaga Pelatihan yang akan
bertugas selama pelaksanaan pelatihan (flsik, kesehatan dan
kartu identicas).
5) Ketersediaan air bersih;
6) Ketersediaan jaringan internet.
h. Penjadwalan Pelatihan
Penyiapan jadwal pelatihan harus memberikan informasi yang valid
khususnya terkait dengan Instruktur yang akan bertugas,
penggunaan ruang kelas dan workshop, serta materi pelatihan.

B. Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan program pelatihan Berkeahlian Menengah/Tinggi
memiliki komposisi 30% teori dan 70% prakdk. Pelaksanaan penyampaian
teori dapat dilakukan dengan metode tatap muka langsung atau dengan
metode blended, sedangkan pelaksanaan praktik harus dilakukan secara
tatap muka langsung.
Untuk pen5^ampaian materi teori dengan komposisi 30% teori yang
disampaikan dengan metode blended, memiliki komposisi 60% disampaikan
secara dalam jaringan (daring/oniine) dan 40 % disampaikan secara tatap
-21-

muka langsung/luar jaringan (luring/Penyampaian leori secara


offline dimaksud bertujuan untuk mengulang kembali [refresh^ materi yang
telah didapatkan secara on-line. Penyampaian Ceori dapat dilakukan di ruang
teori atau di ujorkshop/bengkel, lahan pertanian/ perikanan, atau tempat
praktek.
Agar pelaksanaan pelatihan secara online dapat dilakukan dengan
balk, maka perangkat minimal yang diperlukan:
1. Learning Management System (LMS)> dalam hal ini menggunakan LMS e-
training yang sudah tersedia pada platform SISNAKER.
2. Matcri/kontcn digital yang terkait dengan materi pelatihan. Materi
pelatihan dapat didesain dalam beberapa jenis format seperti video
interaktif, tayangan slide, dokumenword, excel dan PDF. Materi/konten
pelatihan dapat di unduh (download) dari ivebsite penyedia atau dibuat
dalam bentuk softcopy.
3- Jaringan internet.
4. Komputer/ handphone android
5. Media komunikasi digital/i/ideo conference (seperti zoom, webex atau
semacamnya).
Materi pelatihan disampaikan oleh instruktur kepada seluruh peseita
pelatihan melalui media komunikasi digital seperti video konferensi. Waktu
penyampaian materi dilakukan sesuai dengan penjadwalan yang telah
ditentukan.
Sedangkan penyampaian materi pelatihan secara tatap muka
langsung {offlinet merupakan metode pelatihan klasikal yang selama ini
sudah dilakukan, dengan menghadirkan peserta pelatihan secara fisik pada
satu lokasi dan waktu yang sama. Proses pelatihan yang dilakukan minimal
sebagai beiikut:
1. Peralatan/mesin, bahan/material dan perlengkapan pendukung lainnya
yang akan digunakan telah siap di tempat/ruangan pelatihan.
2. Seluruh peserta sudah berada di tempat/ruangan pelatihan (sesuai
dengan jadwal waktu pelatihan).
3. Instruktur mcnyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan program
pelatihan baik teori maupun praktek dalam durasi waktu yang telah
ditentukan. Selama penyampaian materi pembelajaran, Instruktur dan
peserta pelatihan diharapkan terjalin komunikasi dua arah dan saling
interaktif. Instruktur membantu setiap peserta yang memerlukan
bantuan (khususnya jika terdapat peserta penyandang disabilitas).
Terkait dengan penyampaian materi pembelajaran yang bersifat
kompetensi pendukung seperti produktivitas, K3 dan bahasa
-22-

asing sedapat mungkin dilakukan secara implisit ketika melakukan


praktek sehingga menjadi karakcer kebiasaan dari peserta pelatihan.
Meskipun demikian kompetensi-kompetensi tersebut secara terpisah
tetap haras diajarkan sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Selama proses pelatihan berlangsung, instruktur melakukan penilaian
terhadap capaian kompetensi dari setiap peserta, pada formulir yang
telah ditentukan. Seluruh penilaian instruktur menjadi dasar untuk
pcnentuan kelulusan peserta yang akan tertuang dalam sertifikat
pelatihan.
Secara umum, proses pelaksanaan pelatihan dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Pada saat yang sama pihak manajemen UPT Bidang Lavotas dapat
memantau atau mengevaluasi pelaksanaan proses pelatihan yang
berguna untuk melakukan perbaikan berkelanjutan [continual
improvement) terhadap alat/mesin, bahan, dan metode yang digunakan
oleh instruktur.
5. Selama proses pelaksanaan pelatihan, kegiatan pengadministrasian
(seperti daftar hadir, dll) bagi peserta dan instruktur harus dilakukan.

C. Sertifikat Pelatihan
Peserta yang selesai mengikuti seluruh proses pelatihan akan
mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh UPTP. Sertifikat
pelatihan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam lampiran.
Catatan Pengisian Sertifikat Pelatihan :
1. Kualifikasi:
a. KKNI, berdasarkan penetapan KKNI oleh Kemcnterian teknis terkait.
Di isi dengan : KKNI Level III (nama) Jabatan...........
2. Tanggal kelulusan; di isi setelah menyelesaikan tugas/proyek akhir
3. Jenis predikat kelulusan:
a. Sangat Baik : nilai > 90
b. Baik ; nilai antara > 80 - 90
c. Cukup : nilai antara >70-80
d. Tidak Lulus ; nilai < 70

D. Proyek Akhir
Peserta yang selesai mengikuti pelatihan tatap muka di UPT Bidang
Lavotas dan selesai mengikuti pemagangan di tempat kerja, harus membuat
proyek akhir sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Pembuatan
proyek akhir harus memanfaatkan waktu secara cfektif, sebelum
-23-

berakhimya seluruh remgkaian program pelatihan. Proyek akhir dibuat oleh


setiap peserta berdasarkan kejuruan dan program pelatihan sebagai salah
bukti kompetensi yang di miliki. Setiap peserta harus mempresentasikan
proyek akhir di hadapan instruktur yang ditunjuk.

E. Pembiayaan Pelatihan
Pembiayaan pelatihan Berkeahlian Menengah/Tin^ sebagaimana
yang tertuang dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing UPTP penyelen^;ara.
Sedangkan mekanisme tala kelola pembiayaan dan pembayaran,
pertan^ungjawaban keuangan dan pelaporan keuangan dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang beriaku.

F. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan


1. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh UPT Bidang Lavotas
penyelenggara pelatihan untuk menjamin pelaksanaan program
pelatihan secara efekcif, eflsien dan bermanfaat. Pemantauan dan
evaluasi dilakukan secara bertahap, mengikuti proses kegiatan pelatihan
Berkeahlian Menengah/Tinggi dari sejak awol hingga sclesai, dan
hasilnya sebagai salah satu bahan untuk kebutuhan penyusunan
laporan akhir.
Dalam hal-hal tertentu, evaluasi pelaksanaan pelatihan Berkeahlian
Menengah/Tinggi dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Pelatihan Vokasi dan Produktivites dalam rangka untuk meiakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas pelatihan,
2. Penelusuran Status kcbekeijaan lulusan pelatihan
Bertujuan untuk mengetahui mclalui tingkat kebekerjaan para lulusan
pelatihan, memperoleh masukan/informasi dan mengukur tingkat
relcvansi program pelatihan yang diselenggarakan dengan kebutuhan
pengguna lulusan pelatihan/tenaga kerja.
3. Pelaporan
Pada akhir pelaksanaan kegiatan pelatihan, UPT Bidang Lavotas
penyelenggara pelatihan wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan.
SistematUca laporan kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2014
tentang Pedoraan Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi atau
ketentuan yang beriaku.
-24-

4. Dokumentasi kegiatan
Seluruh aktivitas pelaksanaan pelatihan berkeahlian menengah/tinggi
tmtuk di dokumentasikan baik dalam bentxik foto maupun video atau
bezxtuk dokumentasi lainnya.
-25-

BABIV
MEKANISME PENYELENGGARA PEMAGANGAN DITEMPAT KBRJA

Penyeenggaraan pemagangan dilakukan setelah pelatihan berakhir guna


memastikan peserta pelatihan dapat menerapkan pengetahuan dan
ketarampilannya di tempat kcrja. Untuk melaksanakan program pemagangan
maka setiap UPT Bidang Lavotas penyelenggara meiakukan langkah-langkah
seb^ai berikut:

A. Persiapan
1. Koordinasi
Meiakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti;
Direktorat Bina Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan,
Direktorat Bina Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan, Dinas
Daerah yang membidangi Kctenagakcijaan Provinsi, Forum Komunikasi
Jejaring Pem^angan (FKJP) atau FKLPI terkait dengan pelaksanaan
pemagangan/OJT baik secara substansi maupun pembiayaan.
Koordinasi yang dilakukan dengan pemangku kepentingan dalam
bentuk:
a. Memastikan Tempat Pemagangan
Untuk melaksanakan program pemagangan maka langkah awal yang
harus dilakukan dalam masa persiapan adalah memastikan
perusahaan/UMKM yang akan menycicnggarakan pemagangan.
Dalam memastikan tempat pemagangan Direktorat Bina Pelatihan
Vokasi dan Pemagangan akan berkoordinasi dengan Direktorat
Standardisasi Kompetensi dan Program pelatihan, UPT Bidang
Lavotas, FKJP dan Dinas Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang
membidangi ketenagakerjaan agar perusahaan yang
menyelenggarakan pemagangan dapat melaksanakan pemagangan
sampai dengan selesai dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) mempunyai status badan hukum yang jelas sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
2) Telah beroperasi/berproduksi secara aktif sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun;
3) Mempunyai sarana dan fasilitas sesuai dengan program
pemagangan yang akan diiaksanakan;
4) Mempunyai karyawan yang memiiiki sertilikat pembimbing
pemagangan (mentor) dan sertilikat koordinator pemagangan;
-26-

b. Penyusunan Program Pemagangein


Pada prinsipnya desain program pemagangan harus relevan dcngan
desain program pelatihan di UPT Bidang Lavotas.
Perusahaan/UMKM tempat pemagangan menyusun
program/kurikulum pemagangan bersama UPT Bidang Lavotas
sesuai dengan jabatan yang akan dim^angkan, dan melibatkan
perwakilan FKJP, perwakilan Direktorat Bina Standard! sasi
Kompetensi dan Program Pelatihan dan perwakilan Direktorat Bina
Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan. Tim yang
terlibat dsdam pen5'usunan program pemagangan:
1) Memahami teknik dan metode penyusunan program, dan
2) Memiliki kompetensi teknis di bidangnya
c. Membuat peijanjian pemagangan
Perusahaan/UMKM tempat pemagangan bersama UPT Bidang
Lavotas mernfasilitasi membuat perjanjian pemagangan antara
peserta pelatihan dengan perusahaan/UMKM tempat pemagangan.
Peijanjian pemagangan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan materai
cukup dan ditandatangani oleh peserta pelatihan dan
perusahaan/UMKM serta diketahui oleh Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi keten£^akeijaan.
Perjanjian pemagangan harus memuat hsd-hal sebagai berikut:
1) Hak peserta pemagangan yaitui
a) Memperoleh bimbingan dari Pembimbing Pemagangan;
b) Memperoleh pemenuhan hak sesuai dengan perjanjian
pemagangan:
c) Memperoleh fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja
selama mengikuti pemagangan;
d) Memperoleh uang saku;
e) Diikutsertakan dalam program jaminan sosial; dan
f) Memperoleh sertifikat pemagangan atau surat keterangan
telah mengikuti pemagangan.
2) Kewajiban peserta pemagangan yaitu:
a) Mentaati perjanjian pem^angan;
b) Men^kuti program pemagangan sampai selesai;
c) Mentaati tata tertib yang berlaku di Penyelenggara
Pemagangan; dan
d) Mcnjaga nama baik Penyelenggara Pemagangan.
3) Hak Penyelenggara Pemagangan yaitu:
a) Memanfaatkan hasil kerja peserta Pemagangan; dan
•27-

b) Memberlakukan tata terbb dan Petjanjian Pemagangan.


4) Kewajiban Penyelenggara Pemagangan yaitu:
a) Membimbing peserta Pemagangan sesuai dengan program
Pemagangan;
b) Memenuhi hak peserta Pemagangan sesuai dengan Perjanjian
Pemagangan;
c) Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan persyaratan
keselamatan dan kesehatan keija;
d) Memberikan uang saku kepada peserta pem^angan;
e) Mengikutsertakan peserta Pemagangan dalam program
Jaminan Sosial;
f) Mengevaiuasi peserta Pemagangan; dan
g) Memberikan sertifikat Pemagangan atau surat keterangan
telah mengikuti Pemagangan.
5) Jangka Waktu Pemagangan
Jangka pelaksanaan Pemagangan disesuaikan dengan
kompetensi yang akan dicapai.
6J Besaran Uang Saku
Besaran Uang Saku yang diberikan meliputi biaya transportasi,
uang makan, dan insentif peserta pemagangan.
2. Memastikan kesiapan peserta pemagangan
Peserta yang akan mengikuti program pemagangan di tempat kerja,
adaiah peserta yang telah selesai mengikuti pciatihan Berkeahlian
Menengah/Tinggi (sebagaimana durasi/waktu program pelatihan) yang
memenuhi syarat dan ditetapkan oleh UPT Bidang Lavotaa
penyelen^ara.
3. Memastikan pembimbing pemagangan
Untuk melaksanakan program pem^angan, setiap perusahaan/UMKM
penyelenggara program pemagangan hams memiliki pembimbing
pemagangan/mentor yang memenuhi persyaratan seb^ai berikut:
a. Mempakan pegawai/pekerja paling singkat 6 (enara) bulan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Memiliki kompetensi teknis dalam jabatan yang sesuai dengan
program pemagangan;
d. Memiliki kompetensi metodologi pelatihan kerja;
e. Ditunjuk sebagai pembimbing pemagangan oleh manajer personalia;
dan
f. Memahami peraturan pemagangan.
-28-

B. Pelaksanaan
Program pemagangan dilaksanakarj secara langsung di tempat keija dengan
metode tatap muka, setelah peserta menyelesaikan program pelatihan di
UPTP Peserta program pemagangan akan langsung bekeija di lini produksi
(sesuai dengan jabatan yang dimagangkan) dengan pengawasan dan
bimbingan secara langsung dari pembimbing pemagangan (mentor).
Dalam proses pemagangan, peserta program pemagangan dapat diberi
penugasan/pekcfjaan (sepanjang sesuai dengan jabatan yang
dimagangkan) melalui mentor.
Waktu pelaksanaan pemagangan disesuaikan dengan Jam kexja (normatif]
di perusahaan/UMKM. Dalam hal waktu kerja di Perusahaan menggunakan
sistem shift, untuk shift malam hanya diperbolehkan dengan persyaratan;
a. Usia peserta pemagangan paling rend ah 18 (delapan belas) tahun;
b. Perusahaan menyediakan transportasi antar Jem put;
c. Memberikan makanan yang sesuai dengan standar gizi yang ditentukan,
dan
d. Sesuai dengan jenis kompetensi yang dibutuhkan.
Peserta program pemagangan wajib mematuhi dan mengikuti tata Certib
perusahaan/UMKM tempat pemagangan, seperti; jam keija, budaya keija,
disiplin, K3, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh tempat
pemagangan, dan Iain-lain.

1. Durasi/ waktu pemagangan


Program pemagangan diiaksanakan dalam Jangka waktu 3 sampai
dengan 6 bulan.
2. Bvaluasi Peserta
Evaluasi peserta program pemagangan diiaksanakan sejak dari awal
sampai dengan berakhimya program pemagangan, baik secara harian,
mingguan atau bulanan. Evaluasi dilakukan oleh perusahaan/UMKM
tempat pemagangan, racncakup namun tidak terbatas pada aspek
keterampilan teknis substantif, sikap keija, K3, komunikasi dan
hubungan kerja.
3. Sertifikat
Peserta yang selesai mengikuti seluruh rangkaian proses pemagangan
dan memenuhi standar yang ditentukan, akan mendapatkan sertifikat
pemagangan dari tempat pemagangan (perusahaan/UMKM).
Bagi peserta program pemagangan yang tidak memenuhi standar yang
ditentukan akan diberikan Surat Kcterangan tclah men^kuti program
pemagangan dari tempat pemagangan (perusahaan/UMKM).
-29-

4. Pembiayaan
Pembiayaan program pemagangan dibebankan kepada Anggaran POK
Direktorat Bina Penyelenggaraan Pclatihan Vokasi dan Pemagangan
yang terdiri dari:
a- Belanja Bahan
Perlengkapan Pe Berta
Biaya Konsumsi Pembukaan dan Penutupan
Pakaian Keija Peserta
Bahan Pelatihan
• Sertifikat
b. Belanja Honor Output Kegiatan
- Honorarium Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan
Honorarium Pelaksana Kegiatan
c. Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Asuransi Peserta
d. Belanja Jasa Profesl
- Honor Supervisi/Pembimbing di Perusahaan
Honor Instruktur
e. Belanja Peijalanan Dinas Biasa
Uang Saku Peserta
Transport Koordinasi
Uang Harian Koordinasi
f. Pelaporan
- Penggandaan Laporan

C. Pelaporan
Penyelenggara Pemagangan wajib menyampaikan laporan hasil
penyelenggaraan pemagangan dengan mengacu kepada Peraturan
Mentcri Ketenagakeijaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020
tencang Penyelenggaraan Pemagangan dl Daiam Negeri.

Dokumentasi kegiatan
Seluruh aktivitas pelaksanaan pelatihan untuk di dokumentasikan balk
daiam bentuk foto maupun video atau bentuk dokumentasi lainnya
-30-

BAB IV
PENUTUP

Petunjuk Teknis program pelatihan Berkeahllan Menengah/Tinggi


diharapkan menjadi rujukan dalam implementasi oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak terkaic
agar terlebih dahulu mempelajari dan memahami isi Petunjuk Teknia ini
sehingga dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan balk.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi segala ikhtiar kita dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program peningkatan kompetensi
dan daya saing tenaga kcija Indonesia melalui program-program pelatihan.

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN


VOKASI DAN PRODUKTIVITAS,

Awan
NIP 19630715 198903 1 002
32

# COWTOH SERTIFKAT PELATIHAK (BAGIAN DEPAN)


Kcmcnterian Kcicnagakeijaan RJ
Difeklorat Jendcral Pembinaan Pclatiban dan Produktivilae
Baloi Latihan Ker^a........................
KEMNAKSA
SERTIFIKAT
[Certificate)
Nomor: xxxxxxxxxxxxx

Kepala Balai Latihan Keijd........... berd t Keputusan Penyelenggaraan Pelatihan No.


tanggal............menyatakan bahwa:

Nama Langkap
Tempat dan Tanggal Lahir
Nomor Induk Siswa
Program Pelatihan
KuaJKikasi KKNI Level IV Jabatan
Tanggal Ketulusaf___

TELAH MENGIKUTI
Program pelatihan vokasi di BLK...........selama .... Jam Pelatihan (... bulan} dan Pemagangan di Perusahaan
selama .... bulan der\gan Predikat.........
2021

D'lrektur Kepala BLK

NIP.... NIP.
CONTOH SERTinKAT PELATTHAN (BAGUW
DAFTAK KOMPETENSI YANG DlCAPAI
Kompetenai Tekaia

II T\jgo»/Proyck Akbir
Judul Tugas/Prc^tk AktUr

Penyfilenggara Pcladhan
[sesuaikan nona jabaCai)]

NtfL

Scrtifikat pelatihan agar disesuaikan dengan nomenklatur SOTK/jabatan yang baru

33

Anda mungkin juga menyukai