Anda di halaman 1dari 49

PERATURAN KEPALA

BADAN RESTORASI GAMBUT RI

PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
INFRASTRUKTUR PEMBASAHAN
GAMBUT DAN ALAT PEMANTAU
TINGGI MUKA AIR LINGKUP
BADAN RESTORASI GAMBUT


Badan Restorasi Gambut
@ 2018
Alamat : Gedung Kementerian Sekretariat Negara Lantai 2
Jl. Teuku Umar No. 10 JAKARTA 10350 Telp (021) 31901268


Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.
1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................ ..1


DAFTAR ISI ......................................................................................... ..2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... ..3
1.1 Latar Belakang .................................................................. ..3
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................... ..4
1.3 Ruang Lingkup .................................................................. ..4
1.4 Dasar Pelaksanaan ............................................................ ..4
1.5 Pengertian dan Batasan ...................................................... ..5

BAB II PERENCANAAN KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN


PERBAIKAN IPG DAN AP – TMA ............................................ …8
2.1 Persiapan............................................................................ …8
2.2 Alokasi Anggaran Pemeliharaan dan Perbaikan IPG dan
AP - TMA ............................................................................ …8

BAB III PELAKSANAAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN IPG ……… 14


3.1 Verifikasi Awal Kondisi Fisik IPG dan AP - TMA .................. 14
3.2 Penyelenggara Pemeliharaan dan Perbaikan melalui
Swakelola .......................................................................... 15
3.3 Kegiatan perbaikan melalui penyedia .................................. . 21

BAB IV PROSEDUR PEMBAYARAN TAGIHAN PEMELIHARAAN DAN


PERBAIKAN IPG DAN AP – TMA .......................................... .22
4.1 Pembayaran Kegiatan Pemeliharaan IPG dan AP – TMA .... .22
4.2 Prosedur Pembayaran Kegiatan Perbaikan IPG
dan AP – TMA Secara Swakelola ....................................... .23
4.3 Prosedur Pembayaran Kegiatan Perbaikan IPG
dan AP – TMA Kontraktual ................................................. .27

BAB V MEKANISME VERIFIKASI DOKUMEN PEMBAYARAN


TAGIHAN KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
IPG DAN AP – TMA SECARA SWAKELOLA ............................. .28
5.1.Pembayaran Honorarium .................................................... .28
5.2.Pembayaran Perjalanan Dinas Biasa .................................. .32
5.3.Pembayaran Perjalanan Dinas Paket Meeting dalam dan luar
Kota .................................................................................... 34
5.4 Pembayaran Rapat di Dalam Kantor ................................... 38
5.5.Pembayaran Biaya Pengadaan Barang ................................ 39

BAB VI MEKANISME SERAH TERIMA PEKERJAAN KEGIATAN


PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ........................................ .44

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


2
BAB VII PENUTUP...................................................................................45

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemerintah telah menetapkan badan khusus yang bertanggung jawab
di dalam mengkoordinasi, memfasilitasi dan mengimplementasi
restorasi gambut di 7 (tujuh) provinsi bergambut yakni Sumatera
Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat dan Papua melalui penetapan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pembentukan Badan
Restorasi Gambut (BRG). BRG diberikan mandat untuk merestorasi
minimal 2 (dua) juta hektar lahan gambut bekas terbakar tahun 2015
dan terdegradasi dalam kurun waktu 2016-2020.
Bahwa dalam rangka percepatan pemulihan kerusakan ekosistem dan
pengembalian fungsi hidrologis gambut; maka Badan Restorasi Gambut
telah melaksanakan salah satu program restorasi hidrologi gambut
melalui Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut
(PIPG), dengan antara lain melalui pembuatan sekat kanal (canal
blocking) pembangunan sumur bor (deep wells), dan pengurugan kanal
(backfield canal bloking) serta Alat Pemantau Tinggi Muka Air (AP-TMA).
Mengingat Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) yang telah di
bangun oleh Badan Restorasi Gambut tersebut masuk dalam kategori
Konstruksi Ringan dengan masa manfaat untuk maksimal sampai
dengan 3 tahun, maka diperlukan Pemeliharaan dan Perbaikan, agar
masa manfaat dari Infrastruktur Pembasahan Gambut tersebut, dapat
memiliki manfaat lebih dari umur ekonomis, maka diperlukan Petunjuk
Pelaksanaan untuk melakukan Pemeliharaan dan Perbaikan atas
Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) dan Alat Pemantau Tinggi
Muka Air (AP-TMA) dimaksud.
Untuk itu, Petunjuk Pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan
Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) dan Alat Pemantau Tinggi
Muka Air (AP-TMA) lingkup Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan petunjuk dan panduan
dalam pelaksanaan kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pengawasan
anggaran sehingga tujuan Pemeliharaan dan Perbaikan tercapai secara
optimal.

Maksud dan Tujuan


Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai pedoman para pihak di
dalam pelaksanaan dalam kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan atas

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


3
Infrastruktur Pembasahan Gambut dan Alat Pemantau Tinggi Muka Air
(AP-TMA).
Tujuan Petunjuk Pelaksanaan adalah agar pelaksanaan kegiatan
Pemeliharaan dan Perbaikan Infrastruktur Pembasahan Gambut dan
Alat Pemantau Tinggi Muka Air (AP-TMA) lingkup Badan Restorasi
Gambut Republik Indonesia, dapat terselenggara dengan efektif, efisien
dan tepat sasaran.

Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan ini mencakup uraian sebagai berikut:
1. Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan IPG dan AP-
TMA.
2. Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan IPG dan AP-
TMA.
3. Pembayaran Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan IPG dan AP-TMA.
4. Verifikasi Dan Pertanggungjawaban Kegiatan Pemeliharaan dan
Perbaikan IPG dan AP-TMA.

Dasar Pelaksanaan

Dasar pelaksanaan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini antara lain:


1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
4. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Badan Restorasi Gambut (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1);

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


4
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 1191;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang
Bagan Akun Standar (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1618;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1340);
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang
Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Lainnya Yang Memiliki
Karakteristik Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
10. Peraturan Kepala Badan Restorsi Gambut Republik Indonesia Nomor
P.1/BRG-KB/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran
Bantuan Pemerintah Kepada Pemerintah Daerah atau Masyarakat
Lingkup Badan Restorasi Gambut;
11. Peraturan Kepala Badan Restorsi Gambut Republik Indonesia Nomor
P.1/Ka. BRG/SB/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan DIPA Tahun
2018 Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia;
12. Peraturan Kepala Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia
Nomor P.3/Ka. BRG/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Swakelola lingkup Badan Restorasi Gambut;
13. Peraturan Kepala Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia
Nomor P.3/Ka. BRG/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Swakelola lingkup Badan Restorasi Gambut;
14. Peraturan Sekretaris Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia
No.P.1./SB/4/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan,
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Kegiatan Perjalanan Dinas
Jabatan Dalam dan Luar Negeri Lingkup Badan Restorasi Gambut.

Pengertian dan Batasan


Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini, yang dimaksud dengan:
a. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/ atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


5
sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain
dan/atau kelompok masyarakat;
b. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas
pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
bersangkutan;
c. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan;
d. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi
lini Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran;
e. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN pada Badan Restorasi
Gambut;
f. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya
disingkat PP-SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA
untuk melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran
dan menerbitkan Surat Perintah Membayar;
g. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara
dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian
Negara/Lembaga;
h. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan
pembayaran tagihan kepada negara;
i. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-
LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA dalam rangka
pembayaran tagihan kepada penerima hak/Bendahara Pengeluaran;
j. Kelompok Masyarakat, adalah kelompok masyarakat tertentu yang
mempunyai keterkaitan langsung dengan pekerjaan yang
dibutuhkan K/L/D/I penanggung jawab anggaran, yang antara lain
meliputi Komite sekolah, Kelompok Tani, Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


6
k. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan,
prasarana dan sarana agar dapat berfungsi sesuai dengan masa
manfaatnya.
l. Perbaikan adalah merupakan bagian dari pemeliharaan yang
kegiatannya meliputi penggantian bahan atau perlengkapan
bangunan sarana dan prasarana, dan kegiatan sejenis lainnya agar
selalu laik fungsi.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


7
BAB II. PERENCANAAN KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN
PERBAIKAN IPG DAN AP-TMA

2.1. Persiapan

2.1.1. Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) yang telah di bangun oleh


Badan Restorasi Gambut masuk dalam kategori Konstruksi Ringan
dengan masa manfaat, maksimal sampai dengan 3 tahun.
2.1.2. Agar masa manfaat dari Infrastruktur Pembasahan Gambut tersebut,
dapat memiliki masa manfaat lebih dari umur ekonomis, maka
diperlukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan.
2.1.3. Pemeliharaan dan perbaikan IPG dan AP-TMA memerlukan biaya
yang tidak sedikit, maka dari itu, sebelum dilaksanakan
Pemeliharaan dan Perbaikan atas IPG dan AP-TMA, perlu disediakan
anggaran yang cukup agar tujuan kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan ini sesuai dengan yang diharapkan.
2.1.4. Mengingat keterbatasan dana, pengalokasian anggaran biaya
perbaikan IPG dan AP-TMA harus dilakukan secara selektif dan tidak
harus seluruh jumlah sekat kanal yang telah dibangun tahun
sebelumnya di alokasikan biaya perbaikan.
2.1.5. Oleh karenanya, mekanisme penganggaran termasuk menghitung
besarnya alokasi biaya yang diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan
dan perbaikan IPG dan AP-TMA harus tercantum dalam DIPA.
2.1.6. Khusus alokasi biaya pemeliharaan dan perbaikan AP-TMA, masuk
dalam DIPA Badan Restorasi Gambut Pusat di Pusat.
2.1.7. Adapun untuk alokasi biaya pemeliharaan dan perbaikan IPG, dapat
dialokasi pada DIPA Badan Restorasi Gambut Pusat di Pusat dan atau
dialokasikan pada DIPA Tugas Pembantuan.

2.2. Alokasi Anggaran Pemeliharaan dan Perbaikan IPG dan AP-TMA.

2.2.1. Untuk keperluan penyusunan anggaran, pengalokasian anggaran


dapat dilakukan melalui pendekataan sebagai berikut:

2.2.1.1. Alokasi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan IPG Sekat Kanal.


a. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan IPG Sekat Kanal berupa
upah pengawasan (controll) dan pembersihan sekat kanal, biaya

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


8
penggantian material yang rusak, serta biaya lainnya yang
relevan dengan kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan.
b. IPG Sekat Kanal yang dibangun pada tahun berjalan (t0), tidak
diperkenankan dialokasikan biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.
c. Alokasi Biaya kegiatan Pemeliharaan IPG Sekat Kanal.
1) Setiap kurang lebih 25 unit IPG Sekat Kanal, dapat
ditunjuk 1 orang personil yang dapat diberikan honorarium
secara bulanan, dengan tugas melakukan
Potroli/Pengamanan, pembersihan lahan sekitar dan
menuju sekat kanal, dan lain -lain.
2) Besaran honorarium per orang per bulan (OB) dapat
dialokasikan sebesar Rp. 2.000.000,00
3) Honorarium tersebut tidak termasuk biaya penggantian
material yang rusak dan biaya operasional untuk
pembasahan.
4) Selain diberikan honorarium per bulan tersebut, petugas
pemeliharaan dapat di berikan tambahan biaya operasional
untuk melakukan kegiatan Patroli/Pengamanan dan
pembersihan lahan antara lain meliputi:
a) Biaya Makan siang, sebesar Rp. 250.000,00 per bulan
b) Biaya BBM dari dan ke lokasi IPG Rp.250.000,00
c) Pakaian dan perlengkapan lapangan Rp.600.000,00
untuk 2 (dua) tahun sekali berupa Kaos/kemeja,
Jaket/Rompi, Topi, sepatu gambut dan atribut lainnya.

d. Alokasi Anggaran Kegiatan Perbaikan IPG Sekat Kanal.


1) IPG Sekat Kanal yang dibangun 1 (satu) tahun sebelum
tahun berjalan (t-1), dapat di alokasikan biaya Perbaikan,
maksimal sebesar 15% dari total biaya pembuatan (Total
Project Cost) per unit.
2) IPG Sekat Kanal yang dibangun 2 (dua) tahun sebelum
tahun berjalan (t-2), dapat di alokasikan biaya Perbaikan,
minimal sebesar 15% dan maksimal 19% dari total biaya
pembuatan (Total Project Cost) per unit.
3) IPG Sekat Kanal yang dibangun 3 (tiga) sebelum tahun
berjalan (t-3), maka dapat di alokasikan biaya Perbaikan,
minimal sebesar 20% dari total biaya pembuatan (Total
Project Cost) per unit.
4) Presentasi biaya Perbaikan IPG Sekat Kanal dimaksud,
dapat dilampaui sepanjang di dukung dengan dokumen dan
data yang cukup.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


9
5) Dalam hal setelah 2 (dua) tahun atau t+2 dari tahun
perbaikan, IPG sekat kanal masih terdapat kerusakan,
maka dapat dialokasikan anggaran perbaikan maksimal
sebesar 30%.
6) Untuk kerusakan IPG sekat kanal yang berdasarkan
penilaian ditaksir memerlukan biaya lebih dari 50% dari
total biaya pembuatan, maka kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan ditiadakan, atau dapat dibuat sekat kanal baru
ditempat yang sama dan atau dapat dipindahkan di sekitar
tempat kanal lama.
7) Dalam hal pembuatan IPG sekat kanal baru sebagaimana
angka 6), tidak diperkenankan menggunakan bahan
material sisa/bekas sekat kanal lama, kecuali tanah
timbunan.

2.2.1.2. Alokasi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan IPG Sumur Bor.


a. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan IPG Sumur Bor berupa upah
pengawasan (controller) dan pembersihan lahan disekitar Sumur
Bor, biaya penggantian material yang rusak, serta biaya lainnya
yang relevan dengan kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan IPG
Sumur Bor.
b. IPG Sumur Bor yang dibangun pada tahun berjalan (t0), tidak
diperkenankan untuk dialokasikan biaya Pemeliharaan dan
Perbaikan.
c. Alokasi Anggaran Kegiatan Pemeliharaan IPG sumur bor .
1) Setiap kurang lebih 50 unit Sumur Bor dapat ditunjuk 1
orang personil yang dapat diberikan honorarium secara
bulanan, dengan tugas melakukan Potroli/Pengamanan,
pembersihan lahan sekitar dan menuju sumur bor dan lain-
lain.
2) Besaran honorarium per orang per bulan (OB) dapat
dialokasikan sebesar Rp. 2.000.000,00
3) Honorarium tersebut tidak termasuk biaya penggantian
material yang rusak dan biaya operasional pembasahan.
4) Biaya pemeliharaan IPG Sumur Bor ini, dialokasikan untuk
IPG Sumur Bor yang dibangun sebelum tahun berjalan.
5) Selain diberikan honorarium per bulan tersebut, petugas
pemeliharaan dapat di berikan tambahan biaya operasional
untuk melakukan kegiatan Patroli/Pengamanan dan
pembersihan lahan antara lain meliputi:
a) Biaya Makan siang, sebesar Rp. 250.000,00 per bulan

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


10
b) Biaya BBM dari dan ke lokasi IPG Rp.250.000,00
c) Pakaian dan perlengkapan lapangan Rp.600.000,00
untuk 2 (dua) tahun sekali berupa Kaos/kemeja,
Jaket/Rompi, Topi, sepatu gambut dan atribut lainnya.

d. Alokasi Anggaran Kegiatan Perbaikan IPG sumur bor .


1) Biaya perbaikan IPG Sumur Bor ini, dialokasikan untuk IPG
Sumur Bor yang dibangun sebelum tahun berjalan.
2) Biaya perbaikan IPG Sumur Bor antara lain meliputi:
a) Biaya penggantian sparepart (suku cadang) mesin
pompa air, maksimal sebesar Rp.750.000,00 sampai
dengan Rp. 1.000.000,00 untuk setiap 1 (satu) unit
mesin pompa air.
b) Biaya Penggantian Pipa PVC dan material/bahan
lainnya maksimal sebesar Rp. 1.000.000,00 per unit
sumur bor.
c) Biaya tersebut sudah termasuk upah kerja serta biaya
mobilisasi dan demobilisasi bahan dan alat.
d) Bahan material bekas sumur bor yang lama sepanjang
masih layak, dapat dipergunakan kembali sepanjang
untuk menambah volume.

2.2.1.3. Alokasi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Penimbunan Kanal .


Kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan lokasi penimbunan kanal
dilakukan ini meliputi:
a. Perbaikan dan penggantian pada pasangan cerucuk penahan
sementara, misalnya cerucuk yang retak atau patah, di
tambahkan penguat dan dipaku;
b. Perbaikan dengan penambahan karung-karung timbunan
dan/menambahkan material dari area sekitar pada bagian hulu
dan hilir penimbunan kanal;
c. Penanaman pohon pengikat tanah, seperti rasau, galam,
jelutung, lamtoro, dsb (apabila tanaman sebelumnya mati atau
belum ada).
d. Perbaikan dan penggantian pada penanda aset,
larangan/peringatan perusakan penimbunan kanal, apabila
tulisan tidak jelas atau rusak.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


11
e. Penggantian material timbunan pada bagian hulu dan hilir
penimbunan kanal dengan material dari luar (quarry off-site);
f. Alokasi anggaran untuk setiap 1 (satu) titik atau per galengan
sebesar Rp.13.950.000,-, biaya tersebut belum termasuk
kegiatan penanaman.
2.2.1.4. Alokasi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan AP-TMA.

a. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan AP-TMA berupa biaya upah


pengamanan dan pembersihan lahan disekitar AP-TMA,
penggantian material yang rusak, dan biaya lainnya yang relevan
dengan kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan.
b. Alokasi Biaya Pemeliharaan AP-TMA.
1) AP-TMA yang telah dipasang, baik dipasang tahun pada
berjalan (t0) maupun AP-TMA yang dipasang sebelum tahun
berjalan (t-1) dan seterusnya, dapat di alokasikan biaya
Pemeliharaan.
2) Untuk biaya pemeliharaan tahun berjalan (t-0), dibiayai
sebesar sisa bulan pada tahun berjalan setelah AP –TMA
tersebut dipasang.
3) Biaya pemeliharaan AP-TMA meliputi :
a) Setiap satu unit AP-TMA, dapat ditunjuk 1 orang personil
yang dapat diberikan honorarium secara bulanan, dengan
tugas melakukan Patroli/Pengamanan, pembersihan
lahan sekitar dan menuju AP-TMA.
b) Besaran honorarium per orang per bulan (OB) dapat
dialokasikan maksimal sebesar Rp. 500.000,00
c) Honorarium tersebut tidak termasuk biaya operasional
untuk kegiatan Patroli/Pengamanan.
d) Petugas yang ditunjuk, di utamakan pemilik lahan dimana
AP-TMA tersebut dipasang.

c. Alokasi Biaya Perbaikan AP-TMA.


1) Biaya perbaikan AP-TMA dapat dilaksanakan apabila masa
garansi pengadaan AP-TMA tersebut telah berakhir.
2) Besaran alokasi anggaran perbaikan AP-TMA, diusulkan oleh
Kepala Kelompok Kerja selaku penanggungjawab operasional
penggunaan AP-TMA tersebut.
3) Alokasi biaya perbaikan AP-TMA dapat melalui pendekatan
sebagai berikut:

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


12
a) Maksimal sebesar 5% dari harga perolehan untuk AP-TMA
yang masa garansi pengadaannya berakhir maksimal 1
(satu) tahun (t-1) sebelum tahun berjalan.
b) Sebesar 7,5% dari harga perolehan untuk AP-TMA yang
masa garansi pengadaannya berakhir maksimal 2 (dua)
tahun (t-2) sebelum tahun berjalan.
c) Maksimal sebesar 10% dari harga perolehan untuk AP-
TMA yang masa garansi pengadaannya berakhir maksimal
2 (dua) tahun (t-2) sebelum tahun berjalan.
d) Presentasi biaya Perbaikan AP-TMA dimaksud, dapat
dilampaui sepanjang di dukung dengan dokumen dan data
yang cukup,
e) Perhitungan kebutuhan biaya perbaikan berat atas AP-
TMA, dilakukan oleh Kepala Kelompok kerja selaku
penanggungjawab operasional penggunaan AP-TMA dan
dalam hal mengalami kesulitan dalam melakukan
perhitungan jumlah biaya yang diperlukan untuk
perbaikan AP-TMA, maka dapat meminta pihak lain untuk
melakukan penilaian (apprisal).
f) Penaksiran kerusakan dilaksanakan sebelum tahun
angaran berjalan (t-1) dan dapat dilaksanakan pada tahun
berjalan setelah AP-TMA tersebut mengalami kerusakan.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


13
BAB III. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
IPG DAN AP-TMA.

3.1. Verifikasi Awal Kondisi Fisik IPG dan AP-TMA.


3.1.1. Verifikasi awal IPG.
3.1.1.1. Sebelum dilaksanakan Perbaikan harus dilakukan verifikasi
kondisi fisik IPG.
3.1.1.2. Verifikasi dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Sekretaris Badan
Restorasi Gambut dan atau yang dibentuk oleh Kuasa Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang berwenang.
3.1.1.3. Jumlah Anggota Tim harus Ganjil dan dapat melibatkan unsur
Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan/atau Direktorat Jenderal PPKL selaku
penanggungjawab Program Kegiatan Restorasi Gambut.
3.1.1.4. Tugas Tim melakukan perhitungan kebutuhan biaya Perbaikan
atas kerusakan bangunan fisik IPG, antara lain dengan
membandingkan Rincian material dalam RAB pada saat
pembangunan dan komponen harga material serta upah tahun
berjalan.
3.1.1.5. Hasil Verifikasi/Penilaian dituangkan dalam BA dan dijadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan Perbaikan.
3.1.1.6. Contoh tabel verifikasi IPG disajikan sebagaimana terlampir.
3.1.1.7. Untuk menghindari adanya kesalahan dalam perhitungan nilai
kerusakan IPG, Tim dapat meminta bantuan kepada konsultan.

3.1.2. Penilaian awal AP-TMA.


3.1.2.1. Sebelum dilakukan Perbaikan harus dilakukan penilaian kondisi
fisik AP-TMA, khususnya AP-TMA yang telah habis masa
garansinya.
3.1.2.2. Penilaian dilakukan oleh Kepala Kelompok kerja selaku
penanggungjawab operasional penggunaan AP-TMA.
3.1.2.3. Penilaian dilakukan untuk menghitung kebutuhan biaya Perbaikan
atas kerusakan bangunan fisik AP-TMA antara lain dengan cara
menghitung kebutuhan biaya maintenence, termasuk biaya
penggantian sparepart dan upah pemasangan.
3.1.2.4. Hasil Penilaian dapat dijadikan dasar sebagai acuan dalam
pembuatan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) oleh PPK.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


14
3.1.2.5. Untuk menghindari adanya kesalahan dalam perhitungan nilai
kerusakan IPG, penanggungjawab penggunaan AP-TMA dapat
meminta bantuan kepada konsultan.

3.2. Penyelenggara Pemeliharaan dan Perbaikan.

3.2.1. Pelaksanaan Pemeliharaan IPG dan AP-TMA.

3.2.1.1. Kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan Potroli/ Pengamanan,


pembersihan lahan sekitar dan pembersihan jalan menuju ke dan
dari lokasi IPG dan AP-TMA.

3.2.1.2. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran dilakukan dengan cara swakelola


Tipe 1., dengan mekanisme sebagai beikut:
a. Atas usulan dari PPK, KPA menerbitkan Keputusan untuk
menunjuk anggota masyarakat baik dari Masyarakat Peduli Api
(MPA), dari anggota pokmas desa sekitar atau masyarakat sekitar
IPG dan AP-TMA tersebut berada, sebagai petugas pemeliharaan.
b. Setiap orang petugas pemeliharaan, memiliki cakupan tugas dan
menerima honorarium per bulan serta bantuan makan siang dan
bantuan operearional berupa BBM serta seragam lapangan
sebagai berikut:

No Uraian Sekat Kanal Sumur Bor AP-TMA Keteranga


n
1 Cakupan 25 Unit 50 Unit 1 Unit Per orang *)
Kegiatan
2 Honorarium Rp.2.000.000,- Rp.2.000.000,- Rp. 500.000,- Per bulan
3 Bantuan Rp. 250.000,- Rp. 250.000,- - Per bulan
Makan **)
siang.
4 Bantuan Rp. 250.000,- Rp. 250.000,- - Per bulan
BBM per **)
OB
5 Seragam Rp. 600.000,- Rp. 600.000,- - Per 2 (dua)
Lapangan tahun ***)

Keterangan:
*) 1. Setiap 25 unit IPG Sekat Kanal, ditunjuk 1 orang personil
Petugas Pemeliharaan Sekat Kanal.
2. Setiap 50 unit IPG Sumur Bor, ditunjuk 1 orang personil
Petugas Pemeliharaan Sumur Bor.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


15
3. Setiap 1 (satu unit) AP-TMA, ditunjuk 1 orang personil
Petugas Pemeliharaan AP-TMA.
4. Dalam hal di suatu wilayah terdapat jumlah sekat
kanal/sumur bor/AP-TMA yang tidak sesuai dengan jumlah
pembagian cakupan kegiatan (tanggung), maka 1 orang
petugas pemeliharaan dapat dibebani kurang atau lebih
dari ketentuan tersebut.
5. Honorarium per bulan tersebut merupakan nilai maksimal
dan atau merupakan batas tertinggi dan tidak dapat
dilampaui.

**) Bantuan makan siang dan BBM dapat diberikan dalam


bentuk uang tunai atau dalam bentuk faktur pembelian.

***) Pakaian dan perlengkapan lapangan senilai Rp.600.000,00


untuk 2 (dua) tahun sekali berupa Kaos/Kemeja,
Jaket/Rompi, Topi, sepatu gambut dan atribut lainnya dan
pengadaannya dilakukan oleh PPK terkait.

3.2.1.3. Tugas dan tanggungjawab petugas pemeliharaan meliputi:


a. Melakukan pengamanan IPG dan AP-TMA, untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan IPG dan AP-TMA yang
disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna
mempertahankan fungsi IPG dan AP-TMA tersebut.
b. Melakukan pemasangan penanda aset, penanda
larangan/peringatan atau perangkat pengamanan lainnya.
c. Adapun tugas rutin dari masing-masing Petugas Pemeliharaan
IPG dan AP-TMA, sebagai berikut:
1. Petugas Pemeliharaan Sekat Kanal.
a) Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
dan stakeholder tentang pengamanan fungsi sekat kanal;
b) Melarang pengambilan kayu/papan, karung, terpal dan
tanah timbunan pada sekat kanal;
c) Melarang pengambilan tanah dan menebang pohon di area
sekat kanal ± 200 m sebelah hulu dan ± 500 m sebelah hilir
sekat kanal atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d) Melakukan perawatan secara rutin:
1) Membersihkan area disekitar sekat kanal dari tanaman
liar dan semak-semak (kecuali pohon pelindung);
2) Memelihara tanaman lindung di sekitar sekat kanal
dan di badan sekat kanal;

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


16
3) Membersihkan area disekitar sekat kanal dari sampah
dan kotoran;
4) Membersihkan baak ukur (peilschaal) apabila ada;
5) Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu air
(apabila sekat kanal memakai pintu air baja).

e). Melakukan perbaikan ringan pada sekat kanal:


1) Perbaikan ringan dengan menutup lubang-lubang
bocoran kecil pada sekat kanal;
2) Perbaikan ringan pada pasangan cerucuk, misalnya
cerucuk yang retak atau patah, di tambahkan penguat
dan dipaku;
3) Perbaikan ringan pada karung timbunan dan tanah
timbunan, bila terjadi penurunan tanah (subsiden)
dengan menambahkan dan memadatkan tanah;
4) Penanaman pohon pengikat tanah, seperti galam,
jelutung, lamtoro, dsb (apabila tanaman belum ada);
5) Perbaikan ringan pada penanda aset,
larangan/peringatan perusakan sekat kanal, apabila
tulisan tidak jelas.

2. Petugas Pemeliharaan Sumur Bor.


a) Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
dan stakeholder tentang pengamanan fungsi sekat kanal;
b) Melarang pengambilan aksesoris, pipa dan penanda pada
sumur bor;
c) Melakukan penanaman pohon basah (sekat bakar) di
perimeter sempadan sebagai pengaman konstruksi
sumur bor.
d) Melakukan perawatan pada sumur bor secara rutin:
1) Membersihkan area di sekitar sumur bor dari
tanaman liar dan semak-semak (kecuali tanaman
pelindung sekat bakar);
2) Memelihara tanaman lindung (sekat bakar) di sekitar
sumur bor;
3) Membersihkan area di sekitar sumur bor dari sampah
dan kotoran;
4) Melakukan pemompaan rutin untuk mencegah
tersumbatnya sumur bor (clogging);
5) Melakukan perawatan terhadap alat operasi sumur
bor, dimulai dari pengecekan kelengkapan alat,

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


17
berfungsi/layaknya pompa (ujicoba, ganti oli), selang
hisap dan selang lontar tidak bocor/kering, drat
nozzle/pompa/sambungan selang lontar diberi
pelumas.
e) Melakukan perbaikan yang bersifat ringan pada sumur
bor secara rutin:
1) Perbaikan ringan dengan menutup celah sumur bor
(pinggiran pipa), agar material dari atas tanah tidak
larut masuk kedalam lubang sumur bor (air hujan
bercampur lumpur dipermukaan);
2) Perbaikan ringan pada aksesoris sumur bor (elbow,
reducer, pipa sambung, endcup), apabila patah/lepas
dilakukan penyambungan/perekatan;
3) Perbaikan ringan pada alat operasi sumur bor apabila
tidak berfungsi (pompa di servis, kebocoran selang
hisap dan selang lontar di tambal, nozzle diberi
pelumas);
4) Penanaman tanaman sekat bakar pelindung sumur
bor, seperti nenas, pisang, semangka dan tanaman
basah lainnya (tanaman sebelumnya mati atau belum
ada);
5) Perbaikan ringan pada penanda aset,
larangan/peringatan perusakan sumur bor, apabila
tulisan tidak jelas.

3. Petugas Pemeliharaan AP-TMA.


a) Membantu penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat
dan stakeholder tentang pengamanan fungsi AP-TMA;
b) Melakukan pengamanan dan melarang pengambilan
aksesoris, dan penanda pada AP-TMA;
c) Melakukan penanaman pohon basah (sekat bakar) di
perimeter sempadan sebagai pengaman konstruksi AP-
TMA.
d) Melakukan perawatan pada AP-TMA secara rutin:
1) Membersihkan area di sekitar AP-TMA dari tanaman
liar dan semak-semak (kecuali tanaman pelindung
sekat bakar);
2) Memelihara tanaman lindung (sekat bakar) di sekitar
AP-TMA;
3) Membersihkan area di sekitar sumur bor dari sampah
dan kotoran;

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


18
3.2.1.4. Petugas pemeliharaan yang telah ditunjuk sebagai petugas
Pemeliharaan IPG Sekat Kanal, tidak dapat ditunjuk sebagai
Petugas Pemeliharaan IPG Sumur Bor dan atau Petugas
Pemeliharaan AP-TMA, atau sebaliknya.
3.2.1.5. Penunjukan petugas pemeliharaan hanya berlaku dalam tahun
anggaran berjalan dan untuk tahun berikutnya dapat ditunjuk
kembali.
3.2.1.6. Petugas pemeliharaan dapat dilibatkan dalam kegiatan operasional
pembasahan, dengan ketentuan hanya mendapatkan biaya
tambahan makan siang dan BBM dari satu alokasi anggaran.

3.2.2. Pelaksanaan Perbaikan IPG.

3.2.2.1. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim


Verifikasi/Penilai, selanjutnya Pejabat Pembuatan Komitmen (PPK)
melakukan eksekusi anggaran biaya Perbaikan IPG dimaksud.
3.2.2.2. Kegiatan Perbaikan (penggantian material yang rusak), PPK dapat
melakukan dengan cara swakelola dan melalui penyedia.
3.2.2.3. Dalam hal pelaksanaan Perbaikan dilakukan dengan swakelola,
PPK dapat memilih metode swakelola sebagaimana di atur dalam
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa, yakni:
a. Tipe I, yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran;
b. Tipe II, yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola;
c. Tipe III, yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola;
atau
d. Tipe IV, yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementerian/
Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran
dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan
dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat
pelaksana Swakelola.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


19
3.2.2.4. Dalam hal pelaksanaan kegiatan perbaikan dilakukan melalui tipe
2, tipe 3 dan atau tipe 4, maka sebelum di buat Surat Perjanjian
Kerjasama Swakelola (SPKS) dengan instansi/ormas/pokmas, PPK
harus melakukan seleksi atas pelaksana swakelola.
3.2.2.5. Hasil seleksi selanjutnya diterbitkan surat penetapan pelaksana
swakelola oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
3.2.2.6. Atas dasar surat penetapan pelaksanaan swakelola tersebut,
selanjutnya PPK melakukan perjanjian kerjasama swakelola
dengan instansi/ormas/pokmas.
3.2.2.7. Pada saat seleksi harus sudah dibahas dan disepakati Rencana
Anggaran dan Biayanya (RAB).
3.2.2.8. Dalam hal swakelola dilakukan dengan tipe 4, maka disarankan
agar menggunakan Kelompok Masyarakat yang dahulunya
melakukan pembuatan sekat kanal berkenaan.
3.2.2.9. Untuk sekat kanal yang dulunya dibangun menggunakan metode
kontraktual, maka perbaikan sekat kanal disarankan untuk
dilakukan secara swakelola tipe 3 dan atau 4.

3.2.3. Pelaksanaan Perbaikan AP-TMA.


3.2.3.1. Khusus untuk kegiatan perbaikan AP-TMA yang rusak, sebelum
dilaksanakan penggantian harus dilakukan penilaian.
3.2.3.2. Tatacara pelaksanaan perbaikan, dilakukan mengikuti ketentuan
sebagaimana di atur dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan
Barang dan Jasa.
3.2.3.3. Pelaksanaan perbaikan AP-TMA dapat dilaksanakan melalui
penyedia jasa maupun kegiatan swakelola.
3.2.3.4. Dalam hal perbaikan dapat dilakukan secara swakelola, maka PPK
dapat melakukan dengan cara swakelola Tipe 1 dan tipe 2., yakni:
a. Tipe 1, yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran;
b. Tipe 2, yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola;

3.2.3.5. Dalam hal pelaksanaan kegiatan perbaikan dilakukan melalui tipe


2, maka sebelum di buat Surat Perjanjian Kerjasama Swakelola
(SPKS) dengan instansi lain, PPK harus melakukan seleksi dan
negosiasi atas pelaksana swakelola.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


20
3.2.3.6. Hasil seleksi selanjutnya diterbitkan surat penetapan pelaksana
swakelola Tipe 2 oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
3.2.3.7. Atas dasar surat penetapan pelaksanaan swakelola tersebut,
selanjutnya PPK melakukan perjanjian kerjasama swakelola
dengan instansi lainnya tersebut.
3.2.3.8. Pada saat seleksi harus sudah dibahas dan disepakati Rencana
Anggran dan Biayanya (RAB).

3.3. Kegiatan Perbaikan melalui Penyedia.

3.3.1. Kegiatan Perbaikan yang dilakukan melalui penyedia terbatas


untuk kegiatan penggantian material atau sparepart yang rusak.
3.3.2. Dalam hal kegiatan perbaikan dilakukan melalui penyedia, untuk
perbaikan IPG Sekat Kanal dan Sumur Bor disarankana tetap
melibatkan kelompok masyarakat.
3.3.3. Khusus untuk eksekusi anggaran maintenance AP-TMA dapat
dilakukan melalui kontrak melalui penyedia jasa maintenance.
3.3.4. Tatacara pengadaan barang dan jasa untuk pelaksanaan
Perbaaikan atau penggantian material atau sparepart yang rusak,
dilakukan mengikuti ketentuan sebagaimana di atur dalam
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
3.3.5. Mekanisme pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan melalui
pembelian / pengadaan / seleksi / penunjukan langsung,
pelelangan / seleksi sederhana/umum, antara lain :
a. Pembelian Langsung s/d 50.000.000,- untuk pengadaan
barang/jasa lainnya;
b. Pengadaan langsung 50.000.000,- s/d 200.000.000,- untuk
pengadaan barang/jasa lainnya dan jasa konstruksi.
c. Lelang Sederhana di atas 200.000.000,- s/d 5.000.000.000,-
untuk pengadaan barang/jasa lainnya.
d. Lelang Umum di atas 5.000.000.000,- untuk pengadaan
barang/jasa lainnya
e. Seleksi Umum diatas 200.000.000,- untuk pengadaan jasa
konsultasi.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


21
BAB IV. PROSEDUR PEMBAYARAN TAGIHAN
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN IPG DAN AP-TMA.

4.1. Pembayaran Kegiatan Pemeliharaan IPG dan AP-TMA.


Eksekusi Anggaran kegiatan pemeliharaan IPG dan AP-TMA
dilaksanakan melalui mekanisme swakelola Tipe 1.

4.1.1. Pembayaran Petugas Pemeliharaan.


a. Pembayaran biaya pemeliharaan berupa honorarium petugas
Potroli/Pengamanan, pembersihan lahan sekitar IPG dan AP-TMA
dan/atau pembersihan jalan menuju IPG dan AP-TMA.
b. Dokumen yang diperlukan untuk pembayaran biaya pemeliharaan
meliputi:
1) Surat Keputusan Penunjukan sebagai petugas dari KPA. (Untuk
pembayaran bulan pertama).
2) Daftar Nominatif Pembayaran, yang antara lain memuat: Nomor
urut, Nama Petugas, Besaran Honorarium perbulan, jumlah
bulan yang dibayarkan, jumlah nilai yang dibayarkan dan
tandatangan.
3) Kwitansi Penutup, yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
c. Pembayaraan dapat dilakukan melalui LS kepada petugas
pemeliharaan, melalui LS Bendahara dan dapat melalui
mekanisme UP/TUP.

4.1.2. Pembayaran bantuan makan siang dan BBM Petugas


Pemeliharaan.

a. Bantuan makan siang dan BBM hanya dapat diberikan apabila


petugas melakukan patroli dan pembersihan gulma disekitar
lokasi dan jalan menuju lokasi IPG dan AP-TMA dibangun.
b. Bantuan makan siang dan BBM dapat diberikan dalam bentuk
uang tunai atau dalam bentuk faktur pembelian.
c. Besaran biaya bantuan makan siang diberikan sesuai ketentuan
yang tercantum dalam standar biaya.
d. Adapun besaran biaya bantuan BBM diberikan sebesar 2 liter
untuk 1 (satu) hari. Dalam hal dalam 1 (satu) hari melebihi jumlah
2 (dua) liter BBM, maka dapat diberikan sepenjang dilengkapai
dengan faktur pembeliannya.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


22
4.1.3. Pakaian dan perlengkapan lapangan.
a. Untuk menunjang program restorasi gambut, setiap petugas
pemeliharaan IPG dapat dilengkapi dengan pakaian lapangan,
yang meliputi:
1) Kaos/kemeja.
2) Jaket/Rompi
3) Sepatu Gambut
4) Topi
5) Atribut lainnya.
b. Pengadaan pakaian lapangan dilakukan oleh PPK dengan harga per
orang (per unit) senilai Rp.600.000,- atau sesuai dengan standar
biaya.
c. Mekanisme pengadaan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

4.2. Prosedur Pembayaran Kegiatan Perbaikan IPG dan AP-TMA


secara swakelola.

4.2.1. Pembayaran biaya perbaikan IPG dan AP-TMA berupa pekerjaan


penggantian material yang rusak, yang proses pelaksanaannya
dilaksanakan secara swakelola, pembayarannya dapat dilakukan
sekaligus ataupun secara Bertahap.

4.2.2. Pembayaran sekaligus.


4.2.2.1. Untuk pembayaran sekaligus, hanya dapat dilakukan apabila:
a. Pekerjaan swakelola dilakukan melalui tipe 2, tipe 3 dan tipe 4.
b. Pekerjaan swakelola nilai setiap paket kegiatan setinggi-
tingginya sebesar Rp.100.000.000,-;
4.2.2.2. Pembayaran dapat dilaksanakan sebelum kegiatan swakelola
selesai dilaksanakan.
4.2.2.3. Setelah pekerjaan dilaksanakan baru dilaksanakan verifikasi fisik
dan keuangan.
4.2.2.4. Kegiatan verifikasi fisik dan keuangan harus dituangkan dalam
Berita Acara Verifikasi.
4.2.2.5. Dalam hal terdapat kekurangan volume, maka pelaksana swakelola
harus memperbaiki atau mengembalikan kelebihan pembayaran
tersebut.
4.2.2.6. Kelengkapan Dokumen Pembayaran sekaligus.
a. Surat Permohonan Pembayaran dari Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola kepada PPK.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


23
b. Proposal dan Rincian Anggaran Belanja (RAB) yang telah
disepakati antara PPK dengan Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola.
c. Surat Penetapan dari KPA sebagai pelaksana swakelola.
d. SPKS.
e. Rekening Bank Pelaksana Swakelola.
f. NPWP Pelaksana Swakelola.
g. Kuitansi Pembayaran yang ditandatangani oleh Pelaksana
Swakelola.
h. Berita Acara Pembayaran.
i. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
j. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari PPK.

4.2.3. Pembayaran Bertahap.


4.2.3.1. Pembayaran bertahap untuk kegiataan swakelola dilakukan
apabila:
a. Pekerjaan swakelola dilakukan melalui tipe 2, tipe 3 dan tipe 4.
b. Pekerjaan swakelola nilai setiap paket kegiatan di atas
Rp.100.000.000,-; dengan mekanisme pembayaran sebagai
berikut:
1) Pembayaran Tahap I sebesar 70% (tujuh puluh perseratus)
dari keseluruhan dana, dilakukan jika Surat Perjanjian
Kerjasama Swakelola (SPKS) sudah ditandatangani oleh PPK
dan Kepala/Ketua Pelaksana Swakelola.
2) Pembayaran Tahap II sebesar 30% (tiga puluh perseratus)
dari keseluruhan dana Swakelola telah mencapai realisasi
fisik minimal 60% (enam puluh perseratus), atau sesuai
dengan Tahapan Pembayaran sebagaimana diatur dalam
SPKS.

4.2.3.2. Persyaratan Pembayaran Tahap I.


a. Pembayaran Tahap I sebesar 70% (tujuh puluh perseratus) dari
keseluruhan dana dilakukan apabila :
1) Proposal dan RAB telah disetujui, dan pelaksana
swakelola sudah ditetapkan oleh KPA.
2) Surat Perjanjian Kerjasama Swakelola (SPKS) sudah
ditandatangani oleh PPK dan Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


24
b. Kelengkapan dokumen pembayaran Tahap I., yakni:
1) Surat Permohonan Pembayaran tahap I dari Kepala/Ketua
Satuan Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola
kepada PPK.
2) Proposal dan Rincian Anggaran Belanja (RAB) yang telah
disepakati antara PPK dengan Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola.
3) Surat Penetapan dari KPA sebagai pelaksana swakelola.
4) SPKS.
5) Rekening Bank Pelaksana Swakelola.
6) NPWP Pelaksana Swakelola.
7) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
8) Kuitansi Pembayaran yang ditandatangani oleh Pelaksana
Swakelola.
9) Berita Acara Pembayaran.
10) Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari PPK.
c. Seluruh kelengkapan dokumen pembayaran tersebut
disampaikan oleh PPK kepada Pejabat Penerbit dan Penanda
tangan SPM (PP.SPM).
d. Atas dasar dokumen tersebut, PP.SPM selanjutnya menguji
kebenaran surat Tagihan dan apabila dinilai telah sesuai
dengan ketentuan, maka PP.SPM menerbitkan SPM
Pembayaran Tahap I.
e. Oleh Petugas Pengantar SPM, selanjutnya disampaikan ke
KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).
f. Dalam hal terdapat ketidak sesuaian antara dokumen Proposal,
SPKS, dengan dokumen tagihan lainnya (Rekening Bank dan
Kuitansi Pembayaran yang ditandatangani oleh Pelaksana
Swakelola), maka PP.SPM harus mengembalikan dokumen
tersebut kepada PPK.
4.2.3.3. Pembayaran Tahap II.
a. Pembayaran Tahap II sebesar 30% (enam puluh perseratus)
dari keseluruhan dana Swakelola dapat dilakukan apabila :
1) Realisasi fisik minimal telah mencapai 60% (tiga puluh
perseratus).
2) Telah dilakukan Verifikasi Kemajuan Fisik dan Keuangan.

b. Kegiatan Verifikasi Kemajuan Fisik dan Keuangan, diatur


sebagai berikut:

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


25
1) Untuk kegiatan swakelola tipe 3 dan tipe 4 verifikasi Fisik
dilakukan oleh Tim Pengawas kegiatan swakelola.
2) Untuk Verifikasi Keuangan dilakukan oleh Tim Verifikasi
Keuangan yang dibentuk Sekretaris Badan Restorasi
Gambut atau pejabat berwenang.
c. Tim Verifikasi keuangan dapat melibatkan unsur dari
Kelompok Kerja Pengawasan dan instansi terkait lainnya.
e. Verifikasi /pemeriksaan keuangan dilaksanakan atas dokumen
sebagai berikut:
1) Pembayaran Honorarium.
2) Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Biasa.
3) Pembayaran Perjalanan Dinas Paket Meeting dalam dan luar
kota.
4) Pembayaran Rapat di Dalam Kantor.
5) Pembayaran Pengadaan Barang dan jasa.
6) Pembayaran lainnya, sebagaimana RAB.
f. Hasil Verifikasi fisik dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi
fisik.
g. Hasil Verifikasi keuangan oleh Tim Verifikasi keuangan,
dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi dan dijadikan sebagai
dasar besaran jumlah pembayaran oleh PPK, untuk
pembayaran tahap kedua.

h. Kelengkapan dokumen pembayaran, yakni:


1) Surat Permohonan pembayaran dari Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola untuk
pembayaran Tahap ke II.
2) Proposal termasuk RAB yang telah disepakati antara PPK
dengan Kepala Instansi/Satuan Kerja Pelaksana Swakelola.
(bila terdapat addendum)
3) SPKS. (bila terdapat addendum)
4) Berita Acara Verifikasi fisik Tim Pengawas Kegiatan
swakelola.
5) Berita Acara Verifikasi Tim Verifikasi keuangan.
6) SPTJM
7) Kuitansi Pembayaran yang ditandatangani oleh Satuan
Kerja Pelaksana Swakelola.
8) Berita Acara Pembayaran.
9) Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


26
i. Berita Acara Verifikasi fisik Tim Pengawas Kegiatan swakelola
oleh Ketua Tim Pengawas kegiatan swakelola dan Kepala/Ketua
Satuan Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola.
j. Berita Acara Verifikasi Keuangan ditandatangani oleh Ketua
Tim Verifikasi keuangan dengan Kepala/Ketua Satuan
Kerja/Ketua Ormas/Pokmas Pelaksana swakelola.
k. Atas dasar dokumen pembayaran tersebut PPK, selanjutnya
melakukan pengujian atas keabsahan, besaran tagihan,
kebenaran perhitungan dan kelengkapan berkas permohonan
pembayaran yang diajukan oleh Pelaksana Swakelola sesuai
SPK.
l. Apabila terjadi kekurangan dokumen dan/atau tidak sesuai
dengan SPKS, maka PPK menginformasikan kepada Pelaksana
swakelola untuk melengkapi dan/atau memperbaiki.
m. Dalam hal dokumen keuangan tagihan pembayaran lengkap,
selanjutnya dokumen tersebut, disampaikan oleh PPK kepada
PPSPM. Selanjutnya PP.SPM menguji kebenaran surat Tagihan.
n. Dalam hal dokumen telah lengkap dan sesuai dengan
ketentuan, maka PP.SPM menerbitkan SPM.
o. Pembayaran dilakukan secara langsung (LS) dari Kas Negara ke
Rekening Bank Satuan Kerja Pelaksana Swakelola.
p. Oleh Petugas Pengantar SPM, selanjutnya disampaikan ke
KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).
q. Setelah kegiatan perbaikan selesai, maka harus dilakukan
verifikasi baik fisik dan keuangan. Dalam hal terdapat
kekurangan volume, maka pelaksana swakelola harus
memperbaiki dan atau mengembalikan kelebihan pembayaran
tersebut.
4.3. Prosedur Pembayaran Kegiatan Perbaikan IPG dan AP-TMA
kontraktual.
Mekanisme pembayaran secara kontraktual mengacu pada peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


27
BAB V. MEKANISME VERIFIKASI DOKUMEN PEMBAYARAN
TAGIHAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN IPG
DAN AP-TMA SECARA SWAKELOLA.

5.1. Pembayaran Honorarium.


5.1.1.Pembayaran Upah buruh/upah kerja/Kerjantara.
Kerjantara/buruh yang mengikuti tim pelaksana kegiatan dapat
diberikan upah kerja per hari dan atau dengan upah borongan.
Satuan biaya upah kerja/kerjantara dimaksud berlaku untuk
semua kegiatan di lapangan.
Dalam hal ketentuan mengenai upah kerja/kerjantara di suatu
wilayah lebih tinggi dari pada satuan biaya dalam Staandar biaya
K/L maka satuan biaya ini dapat dilampaui mengacu pada upah
kerja diwilayah setempat.
Dokumen yang harus dilakukan verifikasi untuk Upah buruh
harian, antara lain:
Surat Perintah Kerja dari Pelaksana kegiatan swakelola.
Daftar hadir dan daftar pembayaran dan Kebenaran
perhitungan pemotongan pajak (bila ada).
Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.
Dokumen yang harus dilakukan verifikasi untuk Upah buruh
borongan, antara lain:
1. Surat Perintah Kerja dari Pelaksana kegiatan swakelola.
2. Berita Acara Pemeriksaan oleh Tim Pengawas.
3. Daftar Nominatif pembayaran dan Kebenaran perhitungan
pemotongan pajak
4. Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.

Prosedur Verifikasi.
Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
Meneliti jumlah buruh/kerjantara pada daftar hadir dan daftar
pembayaran (untuk harian)
Meneliti besaran upah kerja/kerjantara per hari (untuk harian)
Meneliti kebenaran dan kesesuaian antara SPK dengan Berita
acara pemeriksaan (untuk borongan).
Meneliti besaran nilai tagihan dan membandingkan dengan
Standar Biaya Kegiatan.
Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, yaitu: tanda
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung yang diwajibkan.
Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.
28
Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
Kebenaran perhitungan pemotongan pajak (bila ada) pada
daftar nominatif.
Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.
5.1.2.Pembayaran Tim Ahli/ Tim Pelaksanaan/Tim Lainnya.
Honorarium ini diberikan kepada seseorang yang diberi tugas
untuk melaksanakan kegiatan Pelaksanaan/administratif dan
menunjang kegiatan tim dalam kegiatan swakelola.
Besaran jumlah honorarium tenaga ahli/tenaga Pelaksanaan dan
tenaga lainnya sebagaimana diatur dalam standar biaya.
Untuk tenaga ahli perseorangan sebesar setengah dari standar
tenaga ahli sebagaimana diatur dalam standar biaya Kementerian
LHK.
Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
Surat Penetapan/Penunjukan sebagai tenaga ahli/tenaga
Pelaksanaan/tenaga lainnya dari pejabat yang berwenang.
Daftar pembayaran dan Kebenaran perhitungan pemotongan
pajak.
Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.
Prosedur Verifikasi.
Meneliti Kebenaran Surat Penunjukan tenaga Penunjukan
sebagai tenaga ahli/tenaga Pelaksanaan/tenaga lainnya dari
pejabat yang berwenang.
Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
Meneliti jumlah kesesuaian anatar nama dalam SK Penunjukan
dengan Daftar pembayaran.
Meneliti besaran honorarium per bulan (OB).
Meneliti besaran nilai tagihan dan membandingkan dengan
Standar Biaya Kegiatan.
Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, yaitu: tanda
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung yang diwajibkan.
Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
Kebenaran perhitungan pemotongan pajak (bila ada) pada
daftar nominatif.
Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


29
5.1.3.Pembayaran Honorarium Narasumber.
a. Honorarium narasumber dapat diberikan kepada pegawai
negeri/Non PNS sebagai narasumber, pembicara, praktisi, pakar
yang memberikan informasi/pengetahuan kepada ASN dan/atau
masyarakat.
b. Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
Surat permintaan sebagai narasumber, pembicara, praktisi,
pakar dalam suatu kegiatan.
Surat Tugas (ST) dari nara sumber khusu untuk ASN.
Daftar pembayaran dan kebenaran perhitungan pemotongan
pajak
Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.
c. Prosedur Verifikasi.
Meneliti besaran nilai tagihan dan membandingkan dengan
Standar Biaya Kegiatan.
Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, yaitu: tanda
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung yang diwajibkan.
Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
Kebenaran perhitungan pemotongan pajak pada daftar
nominatif.
Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

5.1.4. Pembayaran Honor Pengelola Anggaran Swakelola.


Honorarium pengelola anggaran swakeloa dapat diberikan kepada
pegawai negeri/Non PNS sebagai yang ditetapkan sebagai pengelola
anggaran kegiatan swakelola.
Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
Surat penunjukan sebagai pengelola kegiatan swakelola.
Daftar pembayaran dan kebenaran perhitungan pemotongan
pajak
Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.
Prosedur Verifikasi.
Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
Meneliti besaran nilai tagihan dan membandingkan dengan
Standar Biaya Kegiatan.
Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, yaitu: tanda
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung yang diwajibkan.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


30
Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
Kebenaran perhitungan pemotongan pajak pada daftar
nominatif.
Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.
5.1.5.Pembayaran Honor ULP dan Pejabat Pengadaan.
a. Honorarium Pejabat Pengadaan diberikan kepada seseorang yang
memenuhi syarat dan diangkat sebagai Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa untuk melaksanakan pemilihan penyedia
barang/jasa melalui pembelian / pengadaan / seleksi /
penunjukan langsung, pelelangan / seleksi sederhana/umum.
b. Honorarium ULP diberikan kepada seseorang yang diangkat
menjadi Kelompok Kerja ULP untuk melaksanakan pemilihan
penyedia barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Dalam hal anggota kelompok kerja ULP telah menerima tunjangan
profesi (yang telah menerima tunjangan sertifikasi), maka kepada
anggota kelompok kerja tersebut tidak diberikan honorarium
dimaksud.
d. Horarium ULP dibayar per orang paket kegiatan (OP), sedang
honorarium Pejabat pengadaan dibayarkan per orang bulan (OB).
e. Besaran honorarium ULP dan Pejabat pengadaan diberikan
sebagaimana diatur dalam standar biaya.
f. Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
Surat Penunjukan/penetapan sebagai ULP/Pejabat Pengadaan.
Daftar pembayaran dan Kebenaran perhitungan pemotongan
pajak (bila ada).
Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang.
g. Prosedur Verifikasi.
Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
Meneliti jumlah ULP/Pejabat Pengadaan daftar pembayaran.
Meneliti besaran nilai per paket kegiatan.
Meneliti besaran nilai tagihan dan membandingkan dengan
Standar Biaya Kegiatan.
Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, yaitu: tanda
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung yang diwajibkan.
Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
Kebenaran perhitungan pemotongan pajak (bila ada) pada
daftar nominatif.
Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


31
5.2. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Biasa.
a. Perjalanan Dinas yang dapat dibayarkan adalah perjalanan dinas
dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan swakelola, antara
lain:
Pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada kegiatan
swakelola.
Mengikuti rapat/pertemuan, seminar, dan sejenisnya yang
terkait dengan kegiatan swakelola.
pengumandahan (Detasering) ke lapangan maupun ke instansi
terkait.

b. Perjalanan Dinas dilakukan oleh Pelaksana Surat Perjalanan Dinas


(SPD) dilakukan sesuai perintah sebagaimana tertuang dalam
Surat Tugas.
c. Surat Tugas (ST) harus ditandatangani oleh pejabat yang
berkompoten dalam pelaksanaan kegiatan swakelola.
d. ST dan SPD dalam pelaksanaan kegiatan swakelola harus di
administrasikan secara tertib diberi nomor dan tanggal ST dan
SPD.
e. Perjalanan dinas dalam kabupaten/kota 1 (satu) hari kurang dari
dan/atau sampai dengan 8 (delapan) jam, dapat dilakukan tanpa
penerbitan SPD.
f. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam
kabupaten/kota 1 (satu) hari lebih dari 8 (delapan) jam pergi pulang
dan Perjalanan dinas kabupaten/kota lebih dari 1 (satu) hari,
diharuskan dengan penerbitan SPD.
g. SPD sebagaimana dimaksud dibuat sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran.
h. Surat Perjalanan Dinas (SPD) pada kolom tiba ditempat tujuan
dan/atau keberangkatan dari tempat tujuan, diketahui dan
ditandatangani (visum) oleh Pejabat dimana pelaksana SPD
melaksanakan tugas, dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk kegiatan rapat/pertemuan dapat ditandatangani oleh
Panitia;
Untuk kegiatan perjalanan dinas biasa dalam rangka konsultasi
dan sejenisnya ditandatangani oleh Pejabat Struktural
setempat;
Untuk kegiatan peninjauan lapangan dapat ditandatangani oleh
camat/lurah/kepala desa/ketua RW/RT setempat dan/atau
manajemen perusahaan.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


32
i. Pelaksana SPD diberikan biaya perjalanan Dinas dengan standar
APBN, yang terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
uang harian;
biaya transpor;
biaya penginapan;
uang representasi;
sewa kendaraan dalam Kota; dan/atau
j. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di luar kota
khusus untuk petani atau sejenisnya, diberikan biaya perjalanan
dinas jabatan disetarakan untuk PNS golongan II.
k. Uang harian Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di
dalam kabupaten/kota 1 (satu) hari lebih dari 8 (delapan) jam
pergi pulang dan Perjalanan dinas kabupaten/kota lebih dari 1
(satu) hari, dapat diberikan uang harian dalam kota.
l. Biaya transport terdiri atas:
1. Perjalanan dinas dari Tempat Kedudukan sampai Tempat
Tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
Bertahapal bus/ stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;
2. Retribusi yang dipungut di Bertahapal bus/stasiun/bandara
/pelabuhan keberangkatan dan kepulangan.
m. Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk
menginap:
di hotel; atau
di tempat menginap lainnya.
n. Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan
sebagaimana tersebut butir 13, Pelaksana SPD diberikan biaya
penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di
provinsi dan dibayarkan secara lumpsum.
o. Uang representasi dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Eselon I, dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan
Dinas.
p. Biaya Perjalanan Dinas dapat diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut :
uang harian dibayarkan secara lumpsum dan merupakan
batas tertinggi Standar Biaya;
biaya transport dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil
berdasarkan Fasilitas Transport.
biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dan
berpedoman pada Standar Biaya;
sewa kendaraan dalam Kota dibayarkan sesuai dengan Biaya
Riil dan berpedoman Standar Biaya.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


33
q. Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
Surat Tugas dan SPD.
Daftar Rincian Perhitungan dan dokumen pendukung lainnya,
antara lain:
a) Biaya Tiket Pesawat, Bus dan Kendaraan umum lainnya PP.
b) Boarding Pass.
c) Biaya Penginapan.
d) Daftar Pengeluaran Riil (bila ada).
e) Biaya Charter kendaraan (bila ada).
f) Kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang
berwenang.

r. Prosedur Verifikasi.
1. Meneliti kebenaran ST dan SPD, termasuk Visum.
2. Meneliti kebenaran dan keabsahan bukti-bukti, Transport dan
penginapan
3. Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
4. Meneliti besaran nilai tagihan dan kebenaran perhitungan
membandingkan dengan Standar Biaya Kegiatan.
5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, antara lain:
Ticket, boarding pass, kwitansi penginapan, kwitansi charter
mobil, Daftar Pengeluaran Riil dll.
6. Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran.
7. Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

5.3. Pembayaran Perjalanan Dinas Paket Meeting dalam dan luar kota.
Pengeluaran untuk membelanjai kegiatan perjalanan dinas dalam
rangka kegiatan rapat, pertemuan, seminar, FGD dan sejenisnya
yang dilaksanakan di luar kota Satker/Ormas/Pokmas pelaksana
swakelola.
Jenis biaya yang dapat dibiayai antara lain meliputi:
1. Biaya transportasi peserta, panitia/moderator, dan/atau
narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun luar
kota;
2. Biaya paket meeting (fullboard, fullday, dan halfday);
3. Uang saku peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber
baik yang berasal dari dalam kota maupun luar kota, untuk
rapat dalam kantor di luar jam kerja;

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


34
4. Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta,
panitia/moderator, dan/atau narasumber yang mengalami
kesulitan transportasi.
Besarnya nilai biaya paket meeting, uang transport, uang saku,
dan uang harian, mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai
standar biaya tahun berjalan.
Dokumen yang harus dilakukan verifikasi, antara lain:
1. Biaya Perpajalanan Dinas Peserta.
a) Surat Undangan dari penyelenggara;
b) Surat Tugas (ST) untuk peserta dari instansi pemerintah
c) Daftar Nominatif Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam
Kota, dilampiri:
1) Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang telah
ditandatangani oleh atas langsung peserta pada
tanggal keberangkatan pada posisi atas kanan SPD;
2) Tiket pesawat/kereta api/kendaraan umum lainnya
(PP);
3) Boarding Pass;
4) Airport tax (bilamana ada);
5) Daftar Pengeluaran Riil;
6) Daftar Rincian Pengeluaran Perjalanan;
d) Kuitansi penutup yang diketahui oleh yang berwenang.
e) Dalam hal peserta pada saat kepulangan belum membeli
tiket kepulangan, maka peserta dapat dibayarkan
berdasarkan harga tiket kedatangan.

2. Biaya Paket Meeting (Fullboard, Fullday dan Halfday)


a) Kelengkapan SPJ Biaya Paket Meeting (Fullboard, Fullday
dan Halfday), untuk nilai kontrak yang diatas
Rp.20.000.000,-
1) Surat dari Kepala/Ketua Satker/Ormas/Pokmas
Pelaksana Swakelola atau pejabat yang ditunjuk,
Kepada Panitia/Pejabat Pengadaan, hal pelaksanaan
kegiatan untuk Paket Meeting (Fullboard, Fullday dan
Halfday);
2) Surat Panitia/Pejabat Pengadaan kepada Hotel,
tentang permintaan penawaran harga;
b) Surat dari Hotel kepada Panitia/Pejabat Pengadaan hal
Surat Penawaran Hotel;
c) Surat Panitia/Pejabat Pengadaan kepada Hotel hal
undangan negosiasi;

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


35
d) Berita Acara Negosiasi;
e) Berita Acara Hasil Pengadaan/Pengelolaan Langsung;
f) Laporan Pengadaan/Pengelolaan Langsung;
g) Surat Perintah Kerja;
h) Surat Perintah Pemeriksaan Pekerjaan;
i) Berita Acara Pemeriksaan/Penyelesaian Pekerjaan;
j) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;
k) Surat Permintaan Pembayaran;
l) Berita Acara Pembayaran;
m) Kuitansi Pembayaran.
n) Dokumen pendukung lainnya.
3. Kelengkapan SPJ Biaya Paket Meeting (Fullboard, Fullday dan
Halfday), untuk nilai kontrak sampai dengan Rp.20.000.000,-
a) Surat dari Kepala/Ketua Satker/Ormas/Pokmas
Pelaksana Swakelola atau pejabat yang ditunjuk, Kepada
Panitia/Pejabat Pengadaan, hal pelaksanaan kegiatan
untuk Paket Meeting (Fullboard, Fullday dan Halfday);
b) Surat Panitia/Pejabat Pengadaan kepada Hotel, tentang
permintaan penawaran harga;
c) Surat dari Hotel kepada Panitia/Pejabat Pengadaan hal
Surat Penawaran Hotel;
d) Surat Panitia/Pejabat Pengadaan kepada Hotel hal
undangan negosiasi;
e) Berita Acara Negosiasi;
f) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan;
g) Surat Permintaan Pembayaran;
h) Berita Acara Pembayaran;
i) Kuitansi Pembayaran.
Uang Harian Paket Meeting Bagi Peserta, Panitia/Moderator,
dan/atau Narasumber.
1. Surat Tugas (ST) untuk peserta dari instansi pemerintah;
2. Daftar Nominatif yang mencantumkan:
a) Nama Peserta, Panitia/Moderator/Narasumber dan
Asisten Narasumber;
b) Instansi;
c) NPWP;
d) Besaran rupiahnya;
e) Jumlah besaran rupiahnya;
3. Kuitansi pembayaran, diketahui pejabat berwenang.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


36
Transport Bagi Panitia.
1. Daftar Nominatif.
2. Kuitansi penutup dan diketahui oleh pejabat berwenang.

Transport Moderator Narasumber dan Asisten Narasumber.


1. Surat Perjalanan Dinas (SPD);
2. Surat Tugas (ST)/Pemberitahuan Kesediaan Sebagai
Narasumber;
3. Dokumen perjalanan dinas.
4. Kuitansi penutup diketahui oleh pejabat berwenang.
Prosedur Verifikasi Kegiatan Paket Meeting.
1. Verifikasi Kegiatan perjalanan dinas peserta/Panitia/
Narasumber Kegiatan Paket Meeting.
a) Meneliti kebenaran ST dan SPD, termasuk Visum.
b) Meneliti kebenaran dan keabsahan bukti-bukti, Transport
dan penginapan
c) Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
d) Meneliti besaran nilai tagihan dan kebenaran perhitungan
membandingkan dengan Standar Biaya Kegiatan.
e) Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, antara
lain: Ticket, boarding pass, kwitansi penginapan, Daftar
pengeluaran Riil dll.
f) Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran.
g) Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran
serta pengesahan dari pejabat yang berwenang.
2. Verifikasi Akomodasi dan Konsumsi Paket Meeting.
a) Meneliti dokumen pengadaan jasa paket meeting, antara
lain surat menyurat dalam hal pelaksanaan kegiatan
untuk Paket Meeting (Fullboard, Fullday dan Halfday);
b) Meneliti dokumen Negosiasi, Surat Perintah Kerja dan
Berita Acara Pemeriksaan/Penyelesaian Pekerjaan;
c) Meneliti Surat Permintaan Pembayaran, Berita Acara
Pembayaran dan Kuitansi Pembayaran.
d) Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran.
e) Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran
serta pengesahan dari pejabat yang berwenang.
3. Verifikasi Uang Nara sumber/Asisten Nara Sumber dan uang
Harian peserta meeting.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


37
a) Meneliti Surat Tugas (ST)/Pemberitahuan Kesediaan
Sebagai Narasumber;
b) Memeriksa Undangan/Jadwal Acara.
c) Meneliti Daftar Nominatif, Penulisan jumlah uang,
pemotongan pajak, dan tanda tangan penerima.
d) Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran.
e) Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran
serta pengesahan dari pejabat yang berwenang.

5.4. Pembayaran Rapat di Dalam Kantor.


a. Kegiatan rapat di dalam kator dapat diberikan konsumsi dan uang
saku rapat.
b. Rapat di-dalam Kantor dapat mengundang Nara sumber.
c. Uang saku rapat di dalam kantor merupakan kompensasi bagi
seseorang yang melakukan kegiatan rapat yang dilaksanakan di
dalam kantor di luar jam kerja pada hari kerja.
d. Dalam hal rapat dihadiri peserta dari luar satker dan peserta
tersebut telah diberikan uang harian perjalanan dinas, maka tidak
dapat diberikan uang saku rapat dalam kantor.
e. Uang saku rapat di dalam kantor dapat dibayarkan sepanjang rapat
di dalam kantor memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Dihadiri peserta dari Eselon II lainnya/ lembaga lainnya/
masyarakat; dan
2. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) jam, di luar jam kerja pada hari
kerja dan dapat dilaksanakan di luar hari kerja.

Catatan:
a) Satuan biaya uang saku rapat di dalam kantor belum termasuk
kosumsi rapat;
b) Terhadap peserta rapat tidak diberikan uang lembur dan uang
makan lembur;
c) Bagi peserta yang berasal dari luar unit penyelenggara dapat
diberikan uang transpor sepanjang kriteria pemberian uang
transport terpenuhi;
d) Pelaksanaan kegiatan rapat di-dalam Kantor unit penyelenggara
yang dilaksanakan pada hari kerja:
1) peserta rapat dari unit penyelenggara tidak dapat diberikan
uang transport;
2) peserta rapat di-luar unit penyelenggara dapat diberikan
uang transport.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


38
e) Kegiatan rapat di-dalam kantor di luar kota yang dilaksanakan
pada jam kerja dan/atau diluar jam kerja peserta rapat dapat
diberikan biaya perjalanan dinas luar kota;
f) Kegiatan rapat di-dalam kantor yang dilaksanakan di-luar hari
kerja di-dalam kota, peserta rapat dari luar unit penyelenggara,
dapat diberikan uang transport;
g) Kantor unit penyelenggara adalah kedudukan kantor dimana
kegiatan rapat itu dilaksanakan.

f. Dokumen Rapat Dalam Kantor Di Luar Jam Kerja.


1. Undangan;
2. Daftar Hadir Rapat;
3. Daftar Nominatif Pembayaran;
4. Kuitansi penutup dan diketahui oleh pejabat berwenang.
5. Kwitansi Pembelian Konsumsi (makan dan sneck)

g. Prosedur Verifikasi Rapat Dalam Kantor.


1. Meneliti kebenaran ST peserta.
2. Meneliti kebenaran dan keabsahan bukti-bukti, Transport dan
penginapan (bila mengundang peserta dari luar kota).
3. Meneliti jumlah tagihan dan ketersediaan anggaran yang
tercantum pada RAB;
4. Meneliti besaran nilai tagihan dan kebenaran perhitungan
membandingkan dengan Standar Biaya Kegiatan.
5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukungnya, antara lain:
Ticket, boarding pass, kwitansi penginapan, Daftar pengeluaran
Riil dll. (bila mengundang peserta dari luar kota).
6. Meneliti Undangan, Daftar Hadir dan Daftar pembayaran uang
saku peserta.
7. Meneliti bukti pembelian konsumsi (makan dan sneck).
8. Kebenaran pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran.
9. Penulisan jumlah uang, huruf dan tujuan pembayaran serta
pengesahan dari pejabat yang berwenang.

5.5. Pembayaran biaya Pengadaan Barang.


5.5.1.Pengadaan Perlengkapan Kantor (Office Supplies).
a. Pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran biaya bahan
pendukung kegiatan (yang habis dipakai) seperti:
Alat Tulis Kantor (ATK);
Konsumsi / bahan makanan
Bahan cetakan

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


39
Dokumentasi
Spanduk,
Biaya fotocopy
b. Prosedur pengadaan.
Nilai Pengadaan perlengkapan kantor nilai sampai dengan
50.000.000,- dilaksanakan dengan mekanisme pembelian
langsung.
Nilai Pengadaan perlengkapan kantor nilai diatas 50.000.000,-
sampai dengan 200.000.000,- dilaksanakan dengan
mekamnisme pengadaan langsung.
Nilai Pengadaan perlengkapan kantor nilai diatas 200.000.000,-
dilaksanakan dengan mekamnisme lelang.
c. Dokumen Pembayaran.
1. Untuk biaya belanja bahan sampai dengan Rp 10.000.000,-
(Sepuluh juta rupiah) cukup Faktur dari toko dan disertai
kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang,
bilamana dipandang perlu dapat dibuatkan SPK.
2. Untuk biaya belanja bahan di atas Rp 10.000.000,- (Sepuluh
juta rupiah) sampai dengan Rp.20.000.000,- cukup kwitansi
dari toko dan disertai kuitansi penutup yang diketahui oleh
pejabat yang berwenang, bilamana dipandang perlu dapat
dibuatkan SPK.
3. Untuk biaya belanja di atas Rp.20.000.000,- sampai dengan
200.000.000,- dilampiri dokumen sebagai berikut:
a) Surat Permintaan penawaran dari Pejabat Pengadaan.
b) Surat Penawaran dari pihak ke tiga.
c) Berita Acara Negosiasi.
d) Kontrak/SPK.
e) Berita Acara pemeriksaan;
f) Berita Acara serah terima hasil pekerjaan;
g) Berita Acara Permintaan Pembayaran.
h) Dokumen lainnya yang diperlukan.

4. Untuk biaya belanja di atas Rp.200.000.000,- dilampiri


dokumen pelelangan.
5. Faktur Pajak, SSP PPN dan PPh untuk pengadaan bahan yang
dilakukan oleh pihak ketiga.

5.5.2.Pengadaan Peralatan Kantor.


a. Prosedur Pengadaan Peratan dan Mesin.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


40
1. Nilai Pengadaan peralatan kantor nilai sampai dengan
50.000.000,- dilaksanakan dengan mekanisme pembelian
langsung.
2. Nilai Pengadaan peralatan kantor nilai diatas 50.000.000,-
sampai dengan 200.000.000,- dilaksanakan dengan
mekamnisme pengadaan langsung.
3. Nilai Pengadaan peralatan kantor nilai diatas 200.000.000,-
dilaksanakan dengan mekamnisme lelang.
b. Untuk biaya belanja peralatan kantor (peralatan dan mesin) sampai
dengan Rp 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah) cukup Faktur dari
toko dan disertai kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat
yang berwenang, bilamana dipandang perlu dapat dibuatkan SPK.
c. Untuk biaya belanja peralatan dan mesin di atas Rp 10.000.000,-
sampai dengan Rp.20.000.000,- cukup kwitansi dari toko dan
disertai kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang
berwenang, bilamana dipandang perlu dapat dibuatkan SPK.
d. Untuk biaya belanja peralatan dan mesin di atas Rp.20.000.000,-
sampai dengan 200.000.000,- dilampiri dokumen sebagai berikut:
1. Surat Permintaan penawaran dari Pejabat Pengadaan.
2. Surat Penawaran dari pihak ke tiga.
3. Berita Acara Negosiasi.
4. Kontrak/SPK.
5. Berita Acara pemeriksaan;
6. Berita Acara serah terima hasil pekerjaan;
7. Berita Acara Permintaan Pembayaran.
8. Dokumen lainnya yang diperlukan.
e. Untuk biaya belanja di atas Rp.200.000.000,- dilampiri dokumen
pelelangan.
f. Faktur Pajak, SSP PPN dan PPh untuk pengadaan bahan yang
dilakukan oleh pihak ketiga;

5.5.3.Pengadaan Bahan Material dan Bahan Pendukung Untuk


Pelaksanaan Perbaikan dan Pemeliharaan.
Prosedur Pengadaan bahan-bahan untuk pelaksanaan Rewetting.
1. Nilai Pengadaan bahan-bahan nilai sampai dengan
50.000.000,- dilaksanakan dengan mekanisme pembelian
langsung.
2. Nilai Pengadaan bahan-bahan nilai diatas 50.000.000,- sampai
dengan 200.000.000,- dilaksanakan dengan mekanisme
pengadaan langsung.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


41
3. Nilai Pengadaan bahan-bahan nilai diatas 200.000.000,-
dilaksanakan dengan mekamnisme lelang.
Untuk biaya belanja bahan-bahan sampai dengan Rp 10.000.000,-
(Sepuluh juta rupiah) cukup Faktur dari toko dan disertai kuitansi
penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang, bilamana
dipandang perlu dapat dibuatkan SPK.
Untuk biaya belanja bahan-bahan di atas Rp 10.000.000,- sampai
dengan Rp.20.000.000,- cukup kwitansi dari toko dan disertai
kuitansi penutup yang diketahui oleh pejabat yang berwenang,
bilamana dipandang perlu dapat dibuatkan SPK.
Untuk biaya belanja bahan-bahan di atas Rp.20.000.000,- sampai
dengan 200.000.000,- dilampiri dokumen sebagai berikut:
1. Surat Permintaan penawaran dari Pejabat Pengadaan.
2. Surat Penawaran dari pihak ke tiga.
3. Berita Acara Negosiasi.
4. Kontrak/SPK.
5. Berita Acara pemeriksaan;
6. Berita Acara serah terima hasil pekerjaan;
7. Berita Acara Permintaan Pembayaran.
8. Dokumen lainnya yang diperlukan.

Untuk biaya belanja bahan-bahan rewetting di atas


Rp.200.000.000,- dilampiri dokumen pelelangan.
Faktur Pajak, SSP PPN dan PPh untuk pengadaan bahan yang
dilakukan oleh pihak ketiga.

5.5.4.Perpajakan.
a. Kewajiban Bendahara pemerintah selain mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak adalah melakukan pemotongan, pemungutan
dan penyetoran serta melaporkan pajak.
b. Pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan,jasa, dan kegiatan yang diterima oleh orang
pribadi (Pph pasal 21dan Pph Pasal 26).Tarif pph atas penghasilan
yang di kenai pph yang bersifat final berupa honorarium atau
imbalan tidak tetap dan teratur lainnya yang menjadi beban APBN
dan di bayarkan PNS (termasuk CPNS) adalah sebagai berikut :
- Sebesar 0 % (Nol Persen) dari jumlah bruto honorariumatau
imbalan lainnya bagi PNS Golongan I dan Golongan II,
Anggota TNI dan Anggota POLRI golongan pangkat Tamtama
dan Bintara, dan pensiunan

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


42
- Sebesar 5 % (persen) dari jumlah bruto honorarium atau
imbalan lainnya bagi PNS Golongan III
- Sebesar 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto
honorarium atau imbalan lain bagi pejabat negara, PNS
golongan IV
c. Pemungutan pajak penghasilan atas pembelian barang (pph pasal
22)Pajak pengadaan barang dan jasa ditanggung oleh penyedia
barang dan/jasa meliputi PPN 10% (sepuluh perseratus) dan PPh
Pasal 22 sebesar 1,5% (satu koma lima perseratus) x harga beli
(tidak termasuk PPN)
d. Jika penyedia barang/atau jasa tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), maka pengenaan tarif pajak PPh Pasal 22
dikenakan tarif pajak 100% (seratus perseratus) lebih tinggi dari
tarif normal atau sebesar 3% (tiga perseratus).
e. Besarnya tarif PPN dan PPh secara detail sebagaimana terlampir.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


43
BAB VI. MEKANISME SERAH TERIMA PEKERJAAN
KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN.

Hasil Pekerjaan yang dapat diserah terimakan oleh pelaksana


swakelola (instansi lain dan Pokmas) yakni hasil pekerjaan swakelola
yang telah selesai 100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai).
Penyerahan hasil pekerjaan diserahkan melalui Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan.
Setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan proses
penyerahan asset sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


44
BAB VII. PENUTUP.

Bahwa dalam rangka percepatan pemulihan kerusakan ekosistem dan


pengembalian fungsi hidrologis gambut; maka Badan Restorasi Gambut
telah melaksanakan Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut
(PIPG), dengan antara lain melalui pembuatan sekat kanal (canal
blocking), pembangunan sumur bor (deep wells), dan Pemasangan Alat
Pemantau Tinggi Muka Air (AP-TMA).

Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) berupa sekat kanal dan sumur


bor masuk dalam kategori Konstruksi Ringan dengan masa manfaat
untuk maksimal sampai dengan 3 tahun, maka diperlukan
Pemeliharaan dan Perbaikan, agar masa manfaat dari Infrastruktur
Pembasahan Gambut tersebut, dapat memiliki manfaat lebih dari umur
ekonomis.

Petunjuk Pelaksanaan ini digunakan oleh seluruh jajaran di lingkup


Badan Restorasi Gambut (BRG), penyedia barang/jasa dan instansi lain
serta mitra swakelola BRG yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan
dan perbaikan IPG dan AP.TMA.

Petunjuk ini semoga dapat digunakan sebagai rujukan untuk


pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan Infrastruktur
Pembasahan Gambut dan Alat Pemantau Tinggi Muka Air, yang telah di
bangun oleh BRG.

Dengan adanya pettunjuk Pelaksanaan ini, diharapkan kedepan


pengelolaan keuangan pada Badan Restorasi Gambut dapat berjalan
sesuai prinsip pengelolaan keuangan yang baik, yakni tertib, efisien,
ekonomis, efektif, transfaran, keadilan dan kepatutan.

Badan Restorasi Gambut, Republik Indonesia.


45

Anda mungkin juga menyukai