Anda di halaman 1dari 71

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN KINERJA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan organisasi,


penyempurnaan proses bisnis (business process), dan
peningkatan manajemen sumber daya manusia sebagai
pilar penting dalam pelaksanaan reformasi birokrasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan, perlu manajemen
kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan manajemen kinerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan, perlu menyusun
Pedoman Manajemen Kinerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Pedoman Manajemen Kinerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5603);
7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);
-3-

8. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 3);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
11. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P
Tahun 2015;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1842);
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pedoman Evaluasi atas Implementasi SAKIP (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 986);
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
-4-

16. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015–2019 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1328),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 45/PERMEN-KP/2015
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
84);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN KINERJA KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN.

Pasal 1
Pedoman Manajemen Kinerja bertujuan untuk meningkatkan
kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
penilaian kinerja organisasi.

Pasal 2
Penilaian kinerja organisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 mencakup seluruh unit organisasi di lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki Peta
Strategi, dengan menilai capaian Indikator Kinerja Utama.

Pasal 3
Pedoman Manajemen Kinerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Pasal 4
Dalam rangka pelaksanaan penilaian kinerja di lingkungan
unit eselon I, Pimpinan Unit Kerja Eselon I menetapkan
pedoman teknis manajemen kinerja Eselon I berdasarkan
Pedoman Manajemen Kinerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
-5-

Pasal 5
Pedoman teknis manajemen kinerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berlakunya Peraturan Menteri ini.

Pasal 6
Pimpinan Unit Eselon I wajib menyampaikan laporan hasil
penilaian kinerja di lingkungan unit masing-masing kepada
Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro Perencanaan.

Pasal 7
Pimpinan Unit Eselon I wajib menyelenggarakan diseminasi
Peraturan Menteri ini di lingkungan unit masing-masing.

Pasal 8
Peraturan Menteri ini berlaku mulai pada tanggal
diundangkan.
-6-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN . . . NOMOR . . .

Lembar Pengesahan
No. Pejabat Paraf
1. Sekretaris Jenderal
2. Kepala Biro Perencanaan
3. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
LAMPIRAN 1
PETA STRATEGI LEVEL 0
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

VISI: Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri,


maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional
Kesejahteraaan
STAKEHOLDERS
PERSPECTIVE

SS 1.
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan
masyarakat KP

Kedaulatan Keberlanjutan
CUSTOMERRS
PERSPECTIVE

SS 3.
SS 2.
Terwujudnya pengelolaan SDKP yang
Terwujudnya kedaulatan dalam
partisipatif, bertanggungjawab, dan
pengelolaan SDKP
berkelanjutan

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGAWASAN KEBIJAKAN


INTERNAL PROCESS
PERSPECTIVE

SS 5. SS 6.
SS 4.
Terselenggaranya tata kelola Terselenggaranya
Tersedianya kebijakan
pemanfaatan SDKP yang pengendalian dan
pembangunan yang
berkadilan, berdaya saing dan pengawasan SDKP secara
efektif
berkelanjutan profesional dan partisipatif

HUMAN CAPITAL INFORMATION CAPITAL ORGANIZATION CAPITAL FINANCIAL CAPITAL


LEARN & GROWTH
PERSPECTIVE

SS 8. SS 9. SS 10.
SS 7.
Tersedianya Terwujudnya Terkelolanya
Terwujudnya ASN
manajemen birokrasi KKP yang anggaran
KKP yang kompeten,
pengetahuan yang efektif, e isien, dan pembangunan
profesional &
handal dan mudah berorientasi pada secara e isien &
berinteritas
diakses layanan prima akuntabel

LAMPIRAN 2
INDIKATOR KINERJA UTAMA
BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS 2015-2019
SASARAN STRATEGIS
2015 2016 2017 2018 2019
DAN INDIKATOR KINERJA
STAKEHOLDERS PERSPECTIVE
SS 1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat KP
Indeks Kesejahteraan
1 40,5 42 45 47,5 51
Masyarakat KP (indeks)

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan i
SASARAN STRATEGIS
2015 2016 2017 2018 2019
DAN INDIKATOR KINERJA
Pertumbuhan PDB Perikanan
2 7,00 8,00 9,50 11,00 12,00
(%)
CUSTOMERS PERSPECTIVE
SS 2. Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan SDKP
Persentase kepatuhan
(compliance) pelaku usaha KP
3 terhadap ketentuan peraturan 70 73 76 81 87
perundang undangan yang
berlaku (%)
Jumlah pulau-pulau kecil yang
4. 5 10 15 25 31
Mandiri (pulau)
SS 3. Terwujudnya pengelolaan SDKP yang partisipatif, bertanggungjawab,
dan berkelanjutan
Nilai Pengelolaan wilayah KP
5 20 29 39 57 65
yang berkelanjutan (%)
Nilai peningkatan ekonomi KP
6 59 69 79 90 100
(%)

7 Produksi perikanan (juta ton) 24,12 26,04 30,29 32,93 39,97


Produksi garam rakyat (juta
8 3,3 3,6 3,8 4,1 4,5
ton)
Nilai ekspor hasil perikanan
9 5,86 6,82 7,62 8,53 9,54
(USD miliar)
50,6
10 Konsumsi ikan (kg/kap/thn) 40,9 43,88 47,12 54,49
5
Persentase peningkatan PNBP
11 5 7,5 10 12,5 15
dari sektor KP (%)
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
SS 4. Tersedianya kebijakan pembangunan KP yang efektif
Indeks efektivitas kebijakan
12 6 6,5 7 7,5 8
pemerintah (indeks)
SS5. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya
saing dan berkelanjutan
Efektivitas tata kelola
pemanfaatan SDKP yang adil,
13 70 76 82 89 95
berdaya saing dan
berkelanjutan (%)
SS 6. Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan SDKP yang
profesional dan partisipatif

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan ii
SASARAN STRATEGIS
2015 2016 2017 2018 2019
DAN INDIKATOR KINERJA
Persentase penyelesaian
81,3
14 tindak pidana KP secara 56,6 65,9 71,2 83,36
6
akuntabel dan tepat waktu (%)
Tingkat keberhasilan
15 pengawasan di wilayah 70 73 76 81 87
perbatasan (%)
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
SS 7. Terwujudnya ASN KKP yang kompeten, profesional dan berkepribadian
Indeks kompetensi dan
16 65 77 75 80 85
integritas (%)
SS 8. Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses
Persentase unit kerja yang
menerapkan sistem
17 40 50 60 70 100
manajemen pengetahuan yang
terstandar (%)
SS 9. Terwujudnya birokrasi KKP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada
layanan prima
Nilai Kinerja Reformasi
18 BB BB A A AA
Birokrasi KKP (nilai)
SS 10. Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel
Sang
Baik Baik Baik at Sanga
19 Nilai kinerja anggaran KKP (%) (80- (80- (80- Baik t Baik
90) 90) 90) (>90 (>90)
)
Opini atas Laporan Keuangan
20 WTP WTP WTP WTP WTP
KKP (opini)

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan iii
LAMPIRAN 3
CONTOH VALIDASI IKU

LAMPIRAN 4
MATRIKS INISIATIF STRATEGIS

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan iv
LAMPIRAN 5
PROSES CASCADING DAN ALIGNMENT

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan v
LAMPIRAN 6
MATRIKS INFORMASI CASCADING

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan vi
Level 1 Level 2
Metode Perhitungan Frekuen
SS IKU Target SS IKU Target
Cascading Atasan si

Keterangan  1. Cascading: a. Adopsi Langsung


b. Komponen Pembentuk
c. Lingkup Dipersempit
d. Buat Baru
2. Perhitungan a. Sama Persis
Atasan: b. Akumulasi
c. Rata-rata
d. Kontribusi
3. Frekuensi : a. Bulanan
b. Triwulanan
c. Semesteran
d. Tahunan

LAMPIRAN 7
CONTOH FORMAT MANUAL IKU

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan vii
LAMPIRAN 8
ALUR PELAKSANAAN SAKIP

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan viii
LAMPIRAN 9
KOMPONEN KONTRAK KINERJA

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan ix
Keterangan :

 = Menyusun
 = Tidak Menyusun
* = Disusun target Triwulan (TW) 1, Tw 2, Semester 1, Tw 3, sd Tw 3, Tw 4, Tahunan
** = Hanya untuk pemilik peta strategi
*** = Dalam bentuk print out dari aplikasi SKP

LAMPIRAN 10
FORMAT PERJANJIAN KINERJA LEVEL 0

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan x
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ………
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : ……………………..
Jabatan : Menteri Kelautan dan Perikanan

Berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran


perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi


tanggung jawab kami.

Jakarta, (tanggal/bulan/tahun)
Menteri Kelautan dan Perikanan

...........Nama.............

LAMPIRAN 11
FORMAT PERJANJIAN KINERJA LEVEL 1

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xi
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ………
.......................(Nama Unit Kerja)..........................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : ……………………..
Jabatan : ……………………..
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : ……………………..
Jabatan : Menteri Kelautan dan Perikanan
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya
sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja
jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan
melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian
penghargaan dan sanksi.

Jakarta, (tanggal/bulan/tahun)
Pihak Kedua Pihak Pertama
………………… …………………
Jabatan………………… Jabatan…………………

............Nama............. ...........Nama.............

LAMPIRAN 12
FORMAT PERJANJIAN KINERJA LEVEL 2

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xii
- KOP UNIT KERJA -

PERJANJIAN KINERJA TAHUN ………


.......................(Nama Satuan Kerja)..........................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : ……………………..
Jabatan : ……………………..
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : ……………………..
Jabatan : ………………………
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya
sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja
jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan
melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian
penghargaan dan sanksi.

Jakarta, (tanggal/bulan/tahun)
Pihak Kedua Pihak Pertama
………………… …………………
Jabatan………………… Jabatan…………………

............Nama............. ...........Nama.............

LAMPIRAN 13
FORMAT PERJANJIAN KINERJA LEVEL 3 DAN LEVEL 4

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xiii
- KOP UNIT KERJA -

PERJANJIAN KINERJA TAHUN ………


.......................(Nama Bagian/Sub Bagian)..........................
.......................(Nama Satuan Kerja)..........................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : ……………………..
Jabatan : ……………………..
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : ……………………..
Jabatan : ………………………
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja
jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen
perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan


melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian
penghargaan dan sanksi.
Jakarta, (Tanggal/Bulan/Tahun)
Pihak Kedua Pihak Pertama
………………… …………………
Jabatan………………… Jabatan…………………

............Nama............. ...........Nama.............

LAMPIRAN 14
FORMAT PERJANJIAN KINERJA DANA DEKONSENTRASI/TP

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xiv
LAMPIRAN 15
FORMAT PETA STRATEGI

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xv
STAKEHOLDERS
PERSPECTIVE
SS 1. …………………..
CUSTOMERRS
PERSPECTIVE

SS 2. ………………….. SS 3. …………………..
INTERNAL PROCESS
PERSPECTIVE

SS 4. ………………….. SS 5. ………………….. SS 6. …………………..


LEARN & GROWTH

HUMAN CAPITAL INFORMATION CAPITAL ORGANIZATION CAPITAL FINANCIAL CAPITAL


PERSPECTIVE

SS 7. ………………….. SS 8. ………………….. SS 9. ………………….. SS 10. …………………..

PETA STRATEGI UNIT TEKNIS


CUSTOMERRS
PERSPECTIVE

SS 1. ………………….. SS 2. …………………..
INTERNAL PROCESS
PERSPECTIVE

SS 3. ………………….. SS 4. ………………….. SS 5. …………………..


LEARN & GROWTH

HUMAN CAPITAL INFORMATION CAPITAL ORGANIZATION CAPITAL FINANCIAL CAPITAL


PERSPECTIVE

SS 6. ………………….. SS 7. ………………….. SS 8. ………………….. SS 9. …………………..

PETA STRATEGI UNIT STRUKTURAL

LAMPIRAN 16
POLA PERHITUNGAN RINCIAN TARGET IKU

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xvi
1. Akumulasi
Smt 1 = Tw1 + Tw2
s.D Tw3 = Smt1+Tw3
Tahun = s.d Tw3+ Tw4
2. Rata-rata
Smt 1 = (Tw1+Tw2)/2
s.d Tw3 = (Tw1+Tw2+Tw3)/3
Tahun = (Tw1+Tw2+Tw3+Tw4)/4
3. Posisi Akhir
Smt 1 = capaian Tw2
s.d Tw3 = capaian Tw3
Tahun = capaian Tw4

LAMPIRAN 17
FORMULIR SKP

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xvii
LAMPIRAN 18
MATRIKS RENCANA AKSI

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xviii
LAMPIRAN 19
KRITERIA PENILAIAN KINERJA

A. Bobot Validasi IKU :


Input 0,1
Lead
Proses 0,2
Output 0,3
Lag
Outcome 0,4

B. Nilai Sasaran Strategis (diberikan bobot sama)


C. Nilai Kinerja Perspektif (diberikan bobot sama)
Stakeholders Perspective 25%
Customer Perspective 25%
Internal Process Perspective 25%
Learning and Growth Perspective 25%

D. Nilai maksimum pencapaian adalah 120% (untuk menghindari KPI gaming)


E. Klasifikasi pewarnaan berdasarkan status kinerja:
Status Maximize Minimize Stabilize
Merah Buruk X < 90% X > 110% X < 90% atau X > 110%
90% ≤ X < 100% atau
Kuning Sedang 90% ≤ X < 100% 100% < X ≤ 110%
110% ≥ X > 120%
Hijau Baik X ≥ 100% X ≤ 100% X = 100%
Putih belum ada target pada triwulan yang bersangkutan
Abu-abu data pencapaian belum diisi

LAMPIRAN 20

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xix
TABEL PENGUKURAN
Kolom Judul Kolom Cara Pengisian
0 Unit Kerja Nama Unit kerja yang bersangkutan dimulai dari level
IV/V hingga level I.
1 No Diisi dengan nomor urut penulisan
2 Satuan Kerja Diisi dengan nama satuan kerja / unit kerja masing-
masing.
3 Level Diisi sesuai dengan level struktural BSC masing-masing
4 Satuan Kerja Diisi nama satuan kerja atasan masing-masing
Atasan
5 Kode Diisi kode IKU berdasarkan urutan IKU pada masing-
masing satuan kerja
6 Nama indikator Diisi dengan nama IKU
7 Satuan Diisi satuan yang digunakan untuk masing-masing IKU
(persen, buah, Rp., jumlah, dll)
8 Tipe Diisi dengan 3 klasifikasi, yaitu :
Perhitungan • Maximize, yaitu untuk IKU yang mempunyai kriteria
pencapaian semakin tinggi (dari nilai 100%) semakin
baik;
• Minmize, yaitu untuk IKU yang mempunyai kriteria
pencapaian semakin rendah (dari nilai 100%) semakin
baik; dan
• Stabilize, yaitu untuk IKU yang semakin stabil (tidak
naik dan tidak turun) pencapaian dari target maka
kinerja semakin baik.

9 Kode SS Diisi urutan nomor Sasaran Strategis sesuai dengan IKU


masing-masing
10 Sasaran Diisi nama Sasaran Strategis sesuai pada kolom 9
Strategis
11 Perspektif Diisi nama perspektif berdasarkan letak IKU dalam
pembagian perspektif
12 Validasi Diisi dengan 4 klasifikasi yaitu :
• Lead input : pencapaian kinerjanya sepenuhnya
berada dibawah kendali unit kerjanya sendiri dan
jenis IKU-nya bersifat input
• Lead process : pencapaian kinerjanya sepenuhnya
berada dibawah kendali unit kerjanya sendiri dan
jenis IKU-nya bersifat proses
• Lag output : pencapaian kinerjanya dipengaruhi pihak
eksternal dan jenis IKU-nya bersifat output (keluaran)
• Lag Outcome ; pencapaian kinerjanya dipengaruhi
pihak eksternal dan jenis IKU-nya bersifat outcome
(hasil dari keluaran)
13 Perhitungan ke Diisi dengan 4 klasifikasi yaitu :
atasan • Akumulasi (penjumlahan pencapaian bawahannya)
• Kontribusi (biasanya untuk komponen pembetuk)

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xx
• Sama persis (biasanya yang adopsi langsung)
• Rata-rata (pencapaian bawahan dirata-rata menjadi
pencapaian atasannya)
Apabila IKU tersebut merupakan IKU baru (lihat dalam
dokumen BSC pada masing-masing unit kerja) maka
kolom 12 dituliskan "STOP" karena tidak ada
perhitungan ke atasannya
14 Kode IKU Diisi berdasarkan kode
Atasan
15 Metode Diisi metode cascading dari atasannya (lihat dalam
Cascading dokumen BSC pada masing-masing unit kerja).
16 Frekuensi Diisi waktu penghitungan capaian/ realisasi IKU,
Perhitungan dengan 3 klasifikasi:
• Tahunan;
• Semesteran
• Triwulanan
17 Target Diisi target tahunan IKU masing-masing
18 Realisasi TW III Diisi realisasi sampai dengan Triwulan III

19 IS Diisi nama inisiatif strategis sesuai dengan IKU masing-


masing (lihat dalam dokumen BSC masing-masing unit
kerja)

LAMPIRAN 21
PENANGGUNG JAWAB DATA IKU
INDIKATOR KINERJA UNIT PENANGGUNGJAWAB
IK 1 Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP PT, PB, PDSPKP, PRL,
BPSDMKP
IK 2 Pertumbuhan PDB Perikanan PT, PB, PDSPKP, PRL, PSDKP,

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxi
BKIPM
IK 3 Persentase kepatuhan (compliance) pelaku usaha KP PSDKP
terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang
berlaku
IK 4 Jumlah Pulau-pulau kecil yang Mandiri PRL, PT, PB, PDSPKP,
BPSDMKP, BKIPM,
BALITBANG
IK 5 Nilai Pengelolaan wilayah KP yang berkelanjutan PT, PRL, LITBANG
IK 6 Nilai peningkatan ekonomi KP PT, PB, PDSPKP
IK 7 Produksi perikanan PT, PB
IK 8 Produksi garam rakyat PRL
IK 9 Nilai ekspor hasil perikanan PDSPKP, BKIPM
IK 10 Konsumsi Ikan PDSPKP, PB
IK 11 Peningkatan PNBP dari sektor KP PT, PB, BKIPM
IK 12 Indeks efektivitas kebijakan pemerintah SEMUA ES 1
IK 13 Efektivitas Tata Kelola SDKP yang adil, berdaya saing dan PT, PB, PDSPKP, PRL,
berkelanjutan LITBANG, BKIPM

IK 14 Persentase penyelesaian tindak pidana KP yang disidik dan PSDKP


dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
IK 15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan BKIPM
IK 16 Indeks kompetensi dan integritas SEMUA ES 1
IK 17 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen SEMUA ES 1
pengetahuan yang terstandar

IK 18 Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi KKP SEMUA ES 1


IK 19 Nilai kinerja anggaran KKP SEMUA ES 1
IK 20 Opini atas Laporan Keuangan KKP SEMUA ES 1

LAMPIRAN 22
KERANGKA PENGUKURAN

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxii
Nilai
IKU SKOR SS NILAI KINERJA
PERSPEKTIF PERSPEKTIF
Nilai STAKEHOLDER STAKEHOLDER (NKPS)
IKU

Nilai
IKU NILAI KINERJA
SKOR SS
PERSPEKTIF CUSTOMER
PERSPEKTIF CUSTOMER
Nilai (NKPC)
IKU NILAI
PENCAPAIAN
SASARAN
Nilai STRATEGIS
IKU SKOR SS NILAI KINERJA (NPSS)
PERSPEKTIF INTERNAL PERSPEKTIF INTERNAL
Nilai PROCESS PROCESS (NKPIP)
IKU

Nilai
IKU SKOR SS NILAI KINERJA
PERSPEKTIF LEARNING PERSPEKTIF LEARNING
Nilai AND GROWTH AND GROWTH (NKPLG)
IKU

LAMPIRAN 23
EVALUASI KINERJA

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxiii
LAMPIRAN 24
TABEL VERIFIKATOR

1. Verifikasi Perencanaan Kinerja

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxiv
2. Verifikasi Pengukuran Kinerja

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxv
3. Verifikasi Pelaporan dan Evaluasi Kinerja

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxvi
Pedoman Pengelolaan Kinerja
pada Kementerian Kelautan dan Perikanan xxvii
4. Analisa SMART – C

ANALISA SMART-C
INDIKATOR KINERJA DITJEN/BADAN ……………..
Level :1/2/3/4
Unit Kerja : …………….

Uraian Deskriptive
No. IKU IKU
Spesific Measurable Achievable Relevant Time bound Continously Improved
a b c d e f g h

IKU 1 Nilai Produksi IKU tidak bermakna - Cara pengukuran jelas IKU dimungkinkan - IKU sesuai dengan Batasan waktu - Target IKU tahun 2016 ….
Perikanan Tangkap ganda untuk dicapai lingkup kerja Ditjen PT pengukuran secara Lebih tinggi dari tahun 2015
(ton) triwulanan sebesar …..
- Satuan pengukuran - IKU sesuai dengan visi - Target IKU menantang
jelas (ton) misi DJPT

IKU 2 …………………………….

Jakarta, ………………………….. 20
Verifikator

ttd.

( Nama Jelas )
NIP.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 28
PEDOMAN PENGELOLAAN KINERJA
PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya Program


ke-7 yakni Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Kementerian Kelautan
dan Perikanan telah melakukan upaya membangun sistem
manajemen kinerja yang lebih baik. Pada era demokratisasi dan
globalisasi, mengukur kinerja suatu organisasi sangat diperlukan.
Untuk itu, diperlukan suatu manajemen kinerja yang modern yang
dapat memberikan transparansi terhadap akuntabilitas kinerja.
Manajemen kinerja merupakan proses yang dilakukan untuk
membangun pemahaman bersama tentang (1) Apa yang akan
dicapai, (2) Bagaimana cara mencapainya, dan (3) Pendekatan
yang digunakan dalam meningkatkan kemungkinan untuk
mencapai keberhasilan. Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak
tahun 2013 telah mulai menerapkan manajemen kinerja organisasi
dengan pendekatan metoda Balance Scorecard (BSC). Konsep
Balanced Scorecard dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P . Norton dari Havard Bussiness School pada tahun 1992.
Awalnya konsep ini hanya diterapkan dalam pengukuran kinerja
perusahaan, tetapi mulai tahun 1993 di Amerika diterapkan sebagai
inti basis dari model manajeman strategis. Bahkan saat ini, beberapa
instansi pemerintah di Indonesia telah menggunakan metode
tersebut, seperti Kementerian Keuangan, Komisi Pemberantasan
Korupsi, dan beberapa Kementerian/Lembaga lainnya.

Balanced Scorecard mencakup empat perspektif, yaitu


perspektif stakeholders, perspektif customer, perspektif internal
process dan perspektif learn and growth. Kata balance berarti
bahwa dalam pengukuran kinerja harus terdapat keseimbangan

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 1
dan keempat perspektif dalam Balanced Scorecard ada
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Melalui penerapan
metode ini, kita dituntut dari “berpikir normatif” menjadi “berfikir
definitif”, yakni spesifik, terukur, dan jelas waktunya, sehingga tidak
ada lagi multi-tafsir.

Gambar 1.1
Skema Penyempurnaan BSC KKP

Implementasi pengelolaan kinerja berbasis Balanced Scorecard


dikenal dengan istilah execution premium. Salah satu komponennya
adalah membentuk Strategy Management Office (SMO),
sebagaimana tertuang dalam buku Executive Premium yang ditulis
Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam kaitan ini telah membentuk Tim Penyusun Balanced
Scorecard, yang terdiri dari pegawai yang ditunjuk sesuai dengan
kriteria sebuah SMO. Tim telah bekerja sejak akhir tahun 2012 dan
telah dapat menyelesaikan penyusunan peta strategi dan indikator
kinerja mulai dari level 0 (tingkat Menteri), level 1 (tingkat Eselon I),
level 2 (tingkat Eselon II pusat dan UPT), level 3 (tingkat Eselon III pusat
dan UPT), dan level 4 (tingkat Eselon IV pusat dan UPT), bahkan

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 2
sampai level individu (pusat dan UPT). Hasil kerja Tim telah menjadi
bahan penetapan pimpinan KKP dan diresmikan pada
Penandatanganan Kontrak Kinerja Tahun 2013 pertama kali
dilakukan pada 1 Juli 2013. Untuk Kontrak Kinerja Tahun 2014 telah
dilaksanakan pada 28 Januari 2014 bersamaan dengan
pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2014.

Untuk pengelolaan kinerja tahun 2016 dan selanjutnya, telah


dibentuk Tim Pengelola Kinerja Organisasi Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang terdiri atas 5 (lima) sub tim, yaitu sub tim Perencana
Kinerja, sub tim Pengukuran Kinerja, sub tim Pelaporan Kinerja, sub tim
Evaluasi Kinerja, sub tim Verifikasi Kinerja. Di unit kerja Eselon I, masing-
masing sub tim tersebut di koordinir oleh Manajer kinerja,
sebagaimana diagram berikut:

Gambar 1.2
Bagan Struktur Tim Pengelola Kinerja Organisasi KKP

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 3
B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan ditetapkannya Pedoman Pengelolaan Kinerja di


lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu:

1. Menjadi petunjuk dalam menyusun dokumen pengelolaan


kinerja organisasi mulai dari tingkat kantor pusat, UPT sampai ke
Daerah penerima dana Dekonsentrasi / Tugas Pembantuan.
2. Menjadi standar metode pengelolaan kinerja organisasi lingkup
KKP.

Sasaran yang akan dicapai dari adanya Pedoman


Pengelolaan Kinerja KKP antara lain adalah:

1. Strategi organisasi akan diterjemahkan ke dalam rencana


operasional dengan baik (put strategy into action) di semua
tingkat jabatan di dalam organisasi;
2. Manajemen kinerja organisasi akan selaras dengan strategi
organisasi (strategy and performance management alignment)
di semua tingkat jabatan di dalam organisasi, dan
3. Akuntabilitas yang terjaga, karena jelas siapa mengerjakan apa,
serta apa indikator keberhasilannya di semua tingkat jabatan di
dalam organisasi;
4. Adanya sistem peringatan dini terhadap pencapaian sasaran
unit kerja di tiap level;
5. Implementasi penuh penganggaran berbasis kinerja dan
penataan oranisasi berbasis kinerja.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman ini adalah sebagai acuan penyusunan


dokumen pengelolaan kinerja lingkup KKP yang selanjutnya
diturunkan sesuai dengan variabel pada penilaian evaluasi AKIP.
Pedoman ini juga akan membahas tentang implementasi Balanced
Scoredcard di KKP dan 5 aspek Pengelolaan Kinerja serta
Pengelolaan Kinerja dana Dekon/TP lingkup KKP.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 4
BAB II
PENGELOLAAN KINERJA KKP

A. Implementasi Balanced Scorecard (BSC) di KKP

Balanced Scorecard di Kementerian Kelautan dan Perikanan


mencakup empat perspektif, yaitu perspektif stakeholders, perspektif
customer, perspektif internal process dan perspektif learn and
growth. BSC merupakan alat manajemen strategis yang
menerjemahkan Visi, Misi, tujuan dan Strategi KKP ke dalam suatu
Peta strategi, baik untuk jangka menengah (Renstra) maupun
jangka pendek (Renja).

Level Pengelolaan kinerja berbasis BSC di KKP dibagi dalam 6 (enam)


level, yaitu:
1. Level 0 : Level Kementerian (Kontrak Kinerja Menteri
Kelautan dan Perikanan;
2. Level 1 : Level unit Eselon I ( Kontrak kinerja Pejabat
Struktural Eselon I);
3. Level 2 : Level Unit Eselon II (Kontrak Kinerja Pejabat
Struktural Eselon II pusat dan UPT);
4. Level 3 : Level Unit Eselon III (Kontrak Kinerja Pejabat
Struktural Eselon III pusat dan UPT);
5. Level 4 : Level Unit Eselon IV (Kontrak Kinerja Pejabat
Struktural Eselon IV pusat dan UPT);
6. Level Individu : Kontrak Kinerja Pejabat Fungsional dan
Pelaksana

Setiap level memiliki komponen BSC. Komponen dalam BSC


Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah :
1. Peta Strategi dan Sasaran Strategis
2. Indikator Kinerja Utama
3. Inisiatif Strategis
4. Cascading dan alignment
5. Manual IKU

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 5
1. Peta Strategi dan Sasaran Strategis

Peta strategis adalah sejumlah sasaran strategis yang terangkai


dalam hubungan sebab akibat. Peta Strategi merupakan gambaran
visual yang digunakan untuk menjabarkan strategi organisasi
sehingga memudahkan dalam mengkomunikasikan strategi.

Penyusunan peta strategi menggunakan pendekatan BSC akan


dibagi dalam 4 perspektif, dengan memperhatikan atau mengacu
pada visi dan misi organisasi.

Pembangunan suatu peta strategi hanya dapat dilakukan secara


runtut dari level tertinggi ke level yang lebih rendah. Jadi, ketika kita
ingin membangun peta strategi suatu unit eselon II, maka syarat
mutlaknya adalah telah terbangunnya peta strategi unit eselon I di
atasnya.

Peta strategi dengan pendekatan BSC dibagi dalam 4 perspektif,


yaitu:

a. Perspektif Stakeholder
Stakeholder (pemangku kepentingan) adalah pihak internal
maupun eksternal yang secara langsung atau tidak langsung
memiliki kepentingan atas output atau outcome dari suatu
organisasi. Perspektif ini mencakup SS yang ingin diwujudkan
organisasi untuk memenuhi harapan stakeholder.
b. Perspektif Customer
Perspektif ini mencakup SS yang ingin diwujudkan organisasi
untuk memenuhi harapan Customer. Customer (pengguna
layanan) adalah pihak eksternal yang terkait langsung dengan
pelayanan organisasi.
c. Perspektif Internal Process
Perspektif ini mencakup SS yang ingin diwujudkan melalui
rangkaian proses yang dikelola organisasi dalam memberikan
layanan serta menciptakan nilai bagi stakeholder dan customer
(value chain).
d. Perspektif Learn and Growth
Perspektif ini mencakup SS yang berupa kondisi ideal atas sumber
daya internal organisasi yang ingin diwujudkan atau yang
seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 6
bisnis guna menghasilkan output atau outcome organisasi yang
sesuai dengan harapan customer dan stakeholder.

Penyusunan Peta Strategi

Penyusunan peta strategi dimulai dari level Kementerian dan disusun


oleh unit yang mendefinisikan visi dan misi dengan jelas serta memiliki
proses manajemen yang lengkap (input/sumberdaya, proses
internal dan output/outcome). Peta strategi disusun pada level 0,
Level 1 dan level 2. Penyusunan Peta strategis memperhatikan
“Vertical Alignment” artinya peta strategi pada level yang lebih
rendah harus mengacu pada peta strategi level yang lebih tinggi,
dan ‘Horizontal Alignment”, yaitu memperhitungkan kepentingan
unit kerja atau satuan kerja yang lain.
Langkah-langkah dalam menyusun peta strategis adalah sebagai
berikut:
a. Visi dan Misi Organisasi
Pahami visi dan misi organisasi untuk mengetahui kondisi yang
ingin dicapai oleh organisasi. Gunakan referensi untuk
penyusunan BSC seperti Renstra, semua regulasi yang berkaitan
dengan kelautan dan perikanan di Indonesia, dan harapan
stakeholder utama. Temukan kata kunci sasaran dari visi dan misi
unit organisasi

Visi:

“Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang


mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”

Misi:

1) Kedaulatan (Sovereignty), yakni mewujudkan


pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat,
guna menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 7
2) Keberlanjutan (Sustainability), yakni mewujudkan
pengelolaan sum- berdaya kelautan dan perikanan yang
berkelanjutan
3) Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan masyarakat
kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta
berkepribadian dalam kebudayaan

b. Identifikasi Perspektif Peta strategi dan tetapkan sasaran di setiap


perspektif
1) Untuk perspektif stakeholders, lakukan terlebih dahulu
identifikasi siapa stakeholders organisasi pemilik peta strategi
ini. Contoh, Stakeholder level 0 adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, maka ditentukan Sasaran Strategis (SS)
berdasarkan apa yang diharapkan oleh negara dengan
dibentuknya Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2) Setelah disepakati SS pada perspektif staheholders, dilakukan
identifikasi customer, dan ekspektasinya. SS di perspektif
customer dikelompokkan berdasarkan ekspektasi
pelanggan. Contoh, customer level 0 adalah masyarakat
kelautan dan perikanan, maka ditentukan sasaran strategis
berdasarkan apa yang diharapkan masyarakat kelautan
dan perikanan.
3) Sasaran Strategis pada perspektif internal process, disusun
berdasarkan proses utama organisasi dalam memberikan
layanan untuk memenuhi ekspektasi pelanggannya
(mencapai Sasaran Strategis pada perspektif customer).
4) Untuk Sasaran Strategis pada perspektif learn and growth,
dilakukan identifikasi modal suatu organisasi untuk
menjalankan tugas fungsinya. Pada perspektif ini, akan
dibagi menjadi modal Sumber Daya Manusia, Teknologi
Informasi, organisasi, dan anggaran.
c. Lakukan pengecekan hubungan sebab akibat antar perspektif.
Pengecekan hubungan sebab-akibat untuk memastikan bahwa
level di bawah berhubungan dengan pencapaian pada level
diatasnya. Pengecekan ulang bisa dilakukan dengan cara
membaca dari bawah, yakni "apa yang harus dimiliki KKP"
tercermin dari perspektif learn and growth, "apa yang harus

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 8
dilakukan KKP" tercermin dari perspektif internal process, "apa yg
akan dihasilkan KKP untuk masyarakat kelautan dan perikanan"
akan tercermin pada perspektif customer, dan "apa yang
diharapkan negara dengan adanya KKP" akan tercermin pada
perspektif stakeholders.

Penyusunan Sasaran Strategis (SS)

Sasaran strategis merupakan deskripsi lebih lanjut dari tujuan, yang


dirumuskan sebagai suatu prioritas yang ingin dimiliki, dijalankan dan
dicapai organisasi pada periode tertentu.

Setiap kalimat sasaran strategis harus terdiri dari dua hal, yaitu aspek
dan kondisi. Contoh: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat, dari
kalimat SS tersebut “Kesejahteraan Masyarakat” adalah aspek,
“Meningkatnya” adalah kondisi. Kalimat SS pada peta strategi harus
sama dengan kalimat SS pada tabel balanced scorecard.

Jumlah Sasaran Strategis tidak dibatasi, namun maksimal yang


dapat dikelola dengan baik adalah 25 buah. Sasaran strategis
disusun dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menggambarkan kondisi ideal dan realistis yang ingin dicapai;
b. Berupa pernyataan yang singkat dan Jelas sehingga mudah
dipahami;
c. Merupakan sasaran-sasaran yang bersifat penting dan
memperoleh prioritas tinggi;
d. Dituliskan dalam bentuk pernyataan kondisional dan bersifat
kualitatif, bukan kuantitatif.

2. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran keberhasilan dari suatu


tujuan dan sasaran strategis organisasi. Indikator kinerja utama
bersifat definitif/ terukur dan berfungsi untuk menyeimbangkan
antara yang ideal dengan yang realistis.
IKU merupakan suatu pernyataan tentang apa yang ingin atau
diharapkan akan dicapai oleh pegawai sebagai penjabaran

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 9
objektif Organisasi; yang penetapannya dilakukan secara bersama-
sama antara pekerja dengan pimpinan sehingga menjadi suatu
komitmen dan kesepahaman bersama.
Penetapan IKU dilakukan secara bersama-sama antara pegawai
dengan pimpinannya sehingga menjadi suatu komitmen dan
kesepahaman bersama. Satu sasaran strategis boleh memiliki lebih
dari 1 IKU, namun 1 IKU hanya boleh berada pada 1 Sasaran strategis
dalam sebuah peta strategis.

Syarat IKU adalah:

a. SMART-C : Spesific, measurable, achievable, relevant, time-


bound dan continuously improve.
1) Specific : mampu menyatakan sesuatu secara definitif (tidak
normatif), tidak bermakna ganda, relevan dan khas/unik
dalam menilai serta mendorong kinerja suatu unit/pegawai.
2) Measurable : mampu diukur dengan jelas dan jelas cara
pengukurannya. Pernyataan IKU seharusnya menunjukkan
satuan pengukurannya.
3) Achievable: merupakan ukuran yang dapat dicapai dan
memiliki target yang menantang.
4) Relevant : IKU yang dipilih dan ditetapkan harus sesuai
dengan visi dan misi serta tujuan strategis organisasi.
5) Time-bounded: memiliki batas waktu pencapaian.
6) Continuously improve: IKU yang dibangun menyesuaikan
dengan perkembangan strategi organisasi.
b. Relevan : Indikator kinerja harus berhubungan dengan apa yang
diukur dan secara objektif dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan atau kesimpulan tentang pencapaian apa yang
diukur.
c. Mencerminkan tugas dan fungsi utama organisasi/pegawai dan
harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan, kemajuan atau
pencapaian (accomplishment)
d. Pemilihan IKU didasarkan pada prioritas dan fokus organisasi
e. Efektif dan layak: data/informasi yang berkaitan dengan
indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah
dan dianalisis dengan biaya yang layak.
f. Satu IKU tidak diperbolehkan untuk mengukur lebih dari satu SS
dalam satu kontrak kinerja.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 10
g. Setiap IKU harus dilengkapi dengan Manual IKU.
h. IKU merupakan kesepakatan antara atasan dan bawahan.
i. Dalam penyusunan IKU dimungkinkan adanya “IKU Payung”. IKU
Payung merupakan IKU yang dibentuk dari himpunan Indikator
Kinerja Utama level dibawahnya yang saling berhubungan (sub
IKU). Kriteria penyusunan Iku payung:
1) IKU payung hanya diperbolehkan disusun pada level 0
(Menteri KP) dan Level 1.
2) IKU Payung disusun oleh Sub IKU dengan jenis konsolidasi dan
periode penghitungan yang sama.
3) Sub IKU harus dimuat dalam kontrak kinerja level dibawahnya

Validasi IKU

IKU dibedakan berdasarkan jenisnya menjadi IKU lagging dan IKU


leading. Istilah IKU lagging dan leading dalam praktiknya
berkembang dan meluas menjadi berbagai istilah yang berbeda
sesuai dengan perkembangan BSC pada masing-masing organisasi
penggunanya. Di KKP IKU lagging dan leading merupakan cara
untuk validasi IKU:
a. Leading Indicators
Merupakan indikator kinerja yang pencapaiannya dibawah
kendali organisasi. Indikator jenis ini bisa berada pada level input
(lead input) maupun proses (lead process).
b. Lagging Indicators
Merupakan indikator kinerja yang pencapaiannya diluar kendali
organisasi. Indikator jenis ini bisa berada pada level output (lag
output) maupun outcome (lag outcome).
Contoh validasi IKU dapat dilihat pada lampiran 3.

Target IKU

Balanced scorecard adalah mekanisme untuk merencanakan


kegiatan untuk mencapai target, dan mengendalikan semua
kegiatan tersebut.
Target IKU adalah standar minimal pencapaian kinerja berbasis
BSC yang ditetapkan untuk periode tertentu. Penetapan target IKU
merupakan kesepakatan antara atasan dan bawahan serta

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 11
mempertimbangkan usulan pengelola kinerja organisasi. Ketentuan
penetapan target IKU sebagai berikut:
a. Berupa ukuran kuantitatif. Apabila target IKU bersifat kualitatif,
maka harus dikuantitatifkan;
b. Penentuan besaran target didasarkan:
1) peraturan perundang-undangan, peraturan lainnya
atau kebijakan Menteri yang berlaku;
2) keinginan stakeholder.
3) realisasi tahun lalu;
4) potensi dan proyeksi atas kondiisi internal dan eksternal
organisasi.
c. Target harus menantang namun dapat dicapai serta
diupayakan terus meningkat.
d. Setiap target IKU tahunan harus diuraikan menjadi target
bulanan/triwulanan (trajectory) sesuai periode pelaporan serta
jenis konsolidasi periode IKU tersebut.

Beberapa hal penting dalam menyusun IKU dan Target:


a. 1 sasaran strategis boleh memiliki satu atau lebih KPI dan target.
b. Target boleh disusun untuk beberapa tahun, atau dapat juga
disusun setiap tahun
c. Penulisan target harus mencantumkan kondisi saat ini dan target
yang ingin dicapai

Klasifikasi IKU

Selanjutnya IKU di klasifikasikan berdasarkan target pencapaiannya,


klasifikasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Maximize, yaitu Semakin tinggi pencapaian dari target maka
kinerja semakin baik.

b. Minimize, yaitu Semakin rendah pencapaian dari target maka


kinerja semakin baik.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 12
c. Stabilize, yaitu Semakin stabil (tidak naik dan tidak turun)
pencapaian dari target maka kinerja semakin baik.

3. Inisiatif Strategis (IS)

Inisiatif adalah langkah kegiatan atau urutan tindakan yang disusun


secara berkesinambungan untuk digunakan sebagai tahapan
pencapaian sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Inisiatif Strategis adalah sekumpulan proyek dan program berdurasi
waktu tertentu, di luar kegiatan rutin, yang harus dilaksanakan agar
target kinerja tercapai atau bahkan terlampaui.

Inisiatif strategis merupakan satu kegiatan atau beberapa langkah


kegiatan yang digunakan sebagai cara untuk mencapai target IKU
dan ditetapkan selama satu tahun ke depan. Inisiatif strategis yang
telah disusun harus diselaraskan (di-align) dan diturunkan (di-
cascade) ke level unit di bawahnya.

Inisiatif strategis bermanfaat bagi pegawai untuk mengetahui:


a. Apa yang harus dilakukan
b. Prioritas kegiatan
c. Kapan kegiatan harus dilakukan sehingga pegawai lebih terarah
dan realistis dalam pencapaian target IKU

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun inisiatif strategis


antara lain:
a. Merupakan suatu terobosan, bukan rutin
b. Memungkinkan untuk dieksekusi
c. Pilih yang penting-penting saja
d. Dasar untuk menyusun anggaran
e. Inisiatif strategis hanya untuk level 1 dan 2 saja.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 13
Kriteria Penyusunan Inisiatif Strategis
a. Memiliki relevansi terhadap pencapaian target IKU;
b. Mempersempit gap pencapaian target IKU yang telah
ditetapkan;
c. Disusun pada unit yang memiliki peta strategi dan berada
pada internal process perspective dan learning and growth
perspective;
d. Menghasilkan output/outcome;
e. Memiliki periode waktu penyelesaian;
f. Memiliki penanggung jawab utama (koordinator);
g. Dalam satu SS hanya diperbolehkan paling banyak dua IS.

Langkah-langkah penyusunan inisiatif strategis


a. Inisiatif strategis mulai disusun pada level 1
b. Pilih IKU pada perspektif Internal Process dan perpektif Learn and
Growth.
c. Susun program atau kegiatan (inisiatif strategis) untuk IKU tersebut
yang merupakan suatu terobosan (tidak rutin), memungkinkan
untuk dieksekusi, dan hal yang penting untuk dilaksanakan.
Perkirakan anggaran untuk melaksanakan inisiatif strategis.
d. Lakukan penyelarasan (alignment) dengan inisiatif strategis yang
lain dalam unit eselon I tersebut.
e. Turunkan (cascading ) inisiatif strategis ke level 2.

Setiap Inisiatif strategis merupakan upaya yang bersifat terobosan,


bukan hal yang bersifat reguler. Kegiatan yang merupakan Inisiatif
Strategis akan menjadi komponen kegiatan utama yang
pembiayaannya akan menjadi prioritas.

Inisiatif Strategis berbeda dengan action plan. Perbedaan


utamanya adalah inisiatif strategis bersifat preventif sedangkan
action plan bersifat korektif. Inisiatif strategis umumnya disusun pada
awal tahun untuk mencapai target IKU pada sasaran strategis yang
memerlukan suatu terobosan atau tidak dapat dicapai dengan
kegiatan rutin, sedangkan action plan disusun apabila terdapat
indikasi atau kondisi dimana target IKU tidak tercapai pada
periode monitoring sepanjang tahun berjalan.
Matriks Inisiatif Strategis dapat dilihat pada lampiran 4.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 14
4. Cascading dan Alignment

Penurunan (bahasa Inggris: Cascading) adalah proses penjabaran


dan penyelarasan Sasaran Strategis (SS),Indikator Kinerja Utama
(IKU), dan/atau target IKU secara vertikal dari level unit/satuan kerja
yang lebih tinggi ke level unit/satuan kerja yang lebih rendah.

Penyelarasan (bahasa Inggris: Alignment) adalah proses


penyelarasan SS, IKU, dan/atau target IKU secara horizontal antar
unit/satuan kerja yang selevel.

Cascading merupakan proses menurunkan Sasaran Strategis (SS),


Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Inisiatif Strategis (IS) ke level unit
organisasi yang lebih rendah. Dalam beberapa literatur cascading
disebut vertical alignment.
Sementara itu, horizontal alignment (selanjutnya disebut alignment)
merupakan proses untuk menjamin bahwa SS, IKU, dan inisiatif
strategis yang dibangun telah selaras dengan unit yang selevel.
Pada dasarnya, proses cascading dan alignment dapat dilakukan
dalam dua cara: (i) secara bersamaan (simultan) dan (ii) secara
berurutan (sekuensial). Namun, dalam praktik di KKP cascading dan
alignment dilakukan secara bersamaan (simultan). Proses
cascading dan alignment dapat dilihat pada Lampiran 5.

Setelah SS, IKU, dan inisiatif strategis dibangun pada level unit
organisasi yang paling tinggi, maka SS, IKU, dan inisiatif strategis
tersebut sebaiknya diturunkan (cascade) dan diselaraskan (align)
sampai dengan level unit organisasi yang paling rendah, bahkan ke
tingkat individu, agar dapat dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait dalam organisasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan cascading


adalah:
a) Cascading SS, IKU, dan inisiatif strategis ke level organisasi di
bawahnya merupakan suatu proses top-down dengan metode
yang didesain untuk menghubungkan SS, IKU, dan inisiatif

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 15
strategis antara level organisasi tertinggi dan level di bawahnya
hingga level individu.

b) SS yang diturunkan ke unit yang lebih rendah harus diletakkan


pada perspektif yang sama atau lebih tinggi dari perspektif
dimana SS tersebut berasal (unit yang lebih tinggi).
Dimungkinkan SS yang memiliki penamaan (penyebutan) sama
antara SS pada unit yang berbeda namun ruang lingkup SS
tersebut berbeda.
Gambar 2.1
Cascading SS pada Perspektif yang benar
Level 1

Level 2 Level 2 Level 2

Metode Cascading di KKP :


Cascading dimulai dari Sasaran Strategis ke-1 sampai terakhir.
Selanjutnya Indikator Kinerja Utama dan Inisiatif Strategis pada
setiap Sasaran Strategis juga dilakukan cascading ke unit organisasi
di bawahnya. Pada saat melakukan cascading Indikator Kinerja
Utama, agar diidentifikasi terlebih dahulu sifat Indikator Kinerja
Utama tersebut. Terdapat 4 sifat Indikator Kinerja Utama yang
dilakukan cascading.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 16
Gambar 2.2
4 Metode Cascading
Adopsi Lingkup Komponen Buat
Langsung* Dipersempit Pembentuk Baru
ATASAN
LEVEL

1 2 3 4
BAWAHAN
LEVEL

1 2a 2b 3.1 3.2 5

a. Adopsi Langsung
Kalimat dan definisi IKU pada unit/pegawai yang lebih tinggi
diadopsi secara penuh oleh unit/pegawai yang lebih rendah.
IKU cascading menggunakan metode adopsi langsung harus
memiliki output yang identik/sama pada tiap level. Proses
cascading ini dilakukan kepada:
1) Satu unit/satuan pada level yang lebih rendah; atau.
2) Dua atau lebih unit/satuan pada level yang lebih rendah
karena sifat pekerjaan yang memerlukan teamwork dan
tanggung jawab pencapaian
3) target bersifat tanggung renteng serta tidak didistribusikan.
4) Manual IKU unit/satuan yang lebih tinggi dan unit/satuan
yang lebih rendah harus memiliki kesamaan pada
komponen:
a) nama IKU, target, satuan pengukuran dan aspek target;
b) definisi dan formula perhitungan;
c) polarisasi;
d) konsolidasi periode; dan
e) Periode pelaporan.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 17
Gambar 2.3
Contoh metode cascading Adopsi Langsung
Sasaran Strategis IKU Target
MENTERI
Terwujudnya Pertumbuhan PDB
Kesejahteraan Perikanan (%) 8,00
Masyarakat KP

Sasaran Strategis IKU Target


DJPT

Terwujudnya Pertumbuhan PDB


Kesejahteraan Perikanan (%) 8,00
Masyarakat KP

b. Komponen Pembentuk
Artinya nilai indikator kinerja tersebut dibentuk oleh beberapa
unit di level bawahnya. Memisahkan SS, IKU berdasarkan
pembentuk pada masing-masing bagian.
Gambar 2.4
Contoh metode cascading Komponen Pembentuk
Sasaran Strategis IKU Target
MENTERI

Terkelolanya anggaran
pembangunan secara Opini atas LK KKP WTP
efisien dan akuntabel

Sasaran Sasaran
IKU Target IKU Target
SETJEN

Strategis Strategis
ITJEN

Batas toleransi
Terkelolanya Terkelolanya materialitas
Tingkat temuan
anggaran anggaran
ketaatan pengawas
pembangunan 100 pembangunan <1
terhadap SAP eksternal dari
secara efisien secara efisien
(%) total anggaran
dan akuntabel dan akuntabel
lingkup KKP(%)

c. Lingkup Dipersempit
Artinya nilai Indikator Kinerja tersebut ruang lingkupnya adalah
hanya unit kerja di bawahnya. Mempersempit lingkup sesuai
dengan bidang masing-masing.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 18
Gambar 2.5
Contoh metode cascading Lingkup Dipersempit
Sasaran Strategis IKU Target
MENTERI Terkelolanya anggaran Nilai Kinerja Anggaran
pembangunan secara (%) 80-90
efisien dan akuntabel

Sasaran Strategis IKU Target


SETJEN

Terkelolanya anggaran
pembangunan Setjen Nilai Kinerja Anggaran
secara efisien dan Setjen (%) 80-90
akuntabel

d. Buat Baru
Artinya nilai Indikator Kinerja tersebut tidak diturunkan dari level
atasnya. Membuat SS dan IKU baru yang menkontribusi SS dan
IKU atasannya.
Gambar 2.6
Contoh metode cascading Buat Baru
Sasaran Strategis IKU Target
SETJEN

Terwujudnya ASN lingkup


Setjen yang kompeten, Indeks Kompetensi dan
profesional dan Integritas (%) 77
berkepribadian

Sasaran Strategis IKU Target


ROREN

Persentase pegawai yang


Terwujudnya SDM yang mengikuti kegiatan
berkompeten peningkatan kompetensi 5
(%)

Langkah-langkah Melakukan Cascading dan Alignment


a. Pelajari BSC pada satu level unit yang lebih tinggi
b. Pelajari tugas, fungsi, dan kondisi internal unit kerja.
c. Identifikasi kontribusi unit/satuan terhadap peta strategi
organisasi/unit di 
 atasnya.
d. Tandai dan ambil SS pada peta strategi organisasi/unit di

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 19
atasnya yang relevan dengan tugas dan fungsi unit yang
bersangkutan.
e. Turunkan SS, IKU, dan inisiatif strategis tersebut.
f. Tentukan metode cascading yang akan digunakan untuk
cascading SS, IKU dan IS (adobsi langsung, Komponen
Pembentuk, Lingkup Dipersempit).
g. Jika masih terdapat tugas dan fungsi unit yang belum
terakomodasi, buatlah 
 SS, IKU, dan inisiatif strategis yang baru
(complement).
h. Lakukan alignment.
i. Susun manual IKU untuk setiap IKU yang dihasilkan.
j. Buat matriks informasi cascading (format pada lampiran 6)

5. Manual IKU

Setelah Indikator Kinerja Utama ditetapkan, maka perlu ditetapkan


Manual Indikator Kinerja Utama atau informasi indikator kinerja agar
semua yang membaca paham yang dimaksud dengan Indikator
Kinerja Utama tersebut.

Manual IKU merupakan penjelasan secara detail tentang IKU (contoh


format manual IKU pada lampiran 7), yang meliputi:
a. Komponen Nama IKU,
b. Kode IKU,
c. Definisi,
d. Formula Perhitungan,
e. Satuan Pengukuran,
f. Jenis aspek pada target,
g. Tingkat validitas Iku,
h. Penanggung jawab,
i. sumber data,
j. status data,
k. jenis konsolidasi
Menunjukkan pola akumulasi perhitungan target atau realisasi
IKU secara periodik, terdiri atas Akumulasi, Rata-rata dan Posisi
akhir.
l. metode cascading,
m. Klasifikasi,

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 20
n. periode pelaporan,
o. Konversi 120,
p. tabel data.

B. Perencanaan Kinerja

Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden nomor


29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP), dalam pasal 5 dijelaskan penyelenggaraan
SAKIP meliputi:
a. Rencana Strategis
b. Perjanjian Kinerja
c. Pengukuran Kinerja
d. Pengelolaan data kinerja
e. Pelaporan Kinerja
f. Reviu dan evaluasi kinerja
Alur pelaksanaan SAKIP dapat dilihat pada lampiran 8.
Dan sesuai dengan aspek pengelolaan kinerja, aspek perencanaan
terdiri dari beberapa dokumen perencanaan, antara lain:

1. Rencana Strategis (Renstra)

Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan


untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, dengan
berpedoman pada RPJMN dan dilengkapi dengan rencana sasaran
nasional yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran
program prioritas presiden. lebih lanjut sistematika
penulisan/penyusunan Renstra K/L diatur dalam Permen PPN nomor
5 Tahun 2014.

Dan sesuai dengan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) yang ditetapkan


KemenPAN dan RB, bahwa Renstra harus memenuhi beberapa
kriteria sesuai dengan komponen dan bobotnya yang antara lain:

Pemenuhan Renstra

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 21
Dokumen Renstra telah memuat:
a. visi, misi, dan program.
b. tujuan
c. indikator kinerja tujuan
d. target jangka menengah
e. sasaran
f. indikator kinerja sasaran
g. target tahunan

Kualitas Renstra
a. Tujuan telah berorientasi hasil
b. Sasaran telah berorientasi hasil
c. Program/kegiatan merupakan cara untuk mencapai
tujuan/sasaran/hasil program/hasil kegiatan
d. Indikator kinerja tujuan (outcome) telah memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik
e. Indikator kinerja sasaran (outcome dan output) telah memenuhi
kriteria indikator kinerja yang baik
f. Target kinerja ditetapkan dengan baik
g. Dokumen Renstra telah selaras dengan Dokumen
RPJMN/Dokumen Renstra atasannya
h. Dokumen Renstra telah menetapkan hal-hal yang seharusnya
ditetapkan (dalam kontrak kinerja/tugas fungsi/latar belakang
pendirian)

Implementasi Renstra
a. Dokumen Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
dokumen perencanaan tahunan
b. Dokumen Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
Dokumen Renstra unit kerja
c. Dokumen Renstra digunakan sebagai acuan penyusunan
Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
d. Target Jangka Menengah dalam Renstra telah dimonitor
pencapaiannya sampai dengan tahun berjalan
e. Dokumen Renstra telah direviu secara berkala

2. Rencana Kerja (Renja)

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 22
Rencana Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang
selanjutnya disebut Renja KKP adalah dokumen perencanaan
Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk periode 1 (satu) tahun.
Renja KKP ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan setiap awal tahun anggaran. Lebih lanjut tentang Renja
diatur dalam …

Sesuai dengan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) yang ditetapkan


KemenPAN dan RB, bahwa Rencana Kerja harus memenuhi
beberapa kriteria sesuai dengan komponen dan bobotnya yang
antara lain:
Pemenuhan Perencanaan Kinerja Tahunan
a. Dokumen perencanaan kinerja tahunan telah memuat sasaran,
program, indikator kinerja sasaran, dan target kinerja tahunan
b. Dokumen PK telah ada
c. Dokumen PK unit kerja telah ada
d. Dokumen PK disusun segera setelah anggaran disetujui
e. Dokumen PK telah memuat sasaran, indikator kinerja, dan target
jangka pendek
f. PK telah menyajikan IKU

3. RKA-K/L

Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya


disebut RKA-K/L adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian/lembaga/SKPD yang merupakan penjabaran dari
Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga/SKPD yang bersangkutan
dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.

4. Kontrak Kinerja

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 23
Pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Kelautan
dan Perikanan didukung oleh komitmen MKP dan pimpinan unit
sebagai penanggung jawab IKU yang dituangkan dalam bentuk
Kontrak Kinerja Tahunan. Kontrak kinerja berisi Sasaran Strategis, IKU
dan target yang menjadi tanggungjawab pimpinan unit organisasi
yang bersangkutan. Kontrak kinerja yang disusun ditandatangani
oleh penanggungjawab IKU bersangkutan dan disetujui oleh atasan
langsungnya. Berikut ini adalah mekanisme penetapan kontrak
kinerja:
a. Mekanisme penetapan Kontrak Kinerja Pimpinan Unit Eselon I
adalah sebagai berikut:
1) Perkiraan target capaian IKU, triwulanan/bulanan, dan
penentuan bobot tiap perspektif oleh masing-masing
Pengelola Kinerja Organisasi, disampaikan kepada
Sekretariat Jenderal cq. Kepala Biro Perencanaan KKP.
2) Sekretariat Jenderal cq. Kepala Biro Perencanaan dapat
mengundang Pengelola Kinerja Organisasi dalam rangka
membahas target capaian IKU dan penentuan bobot tiap
perspektif sebagai isi Kontrak Kinerja Unit Eselon I.
3) Kepala Biro Perencanaan memfasilitasi proses negosiasi
penentuan IKU dan target capaian para Pimpinan Unit Eselon
I dengan MKP. Kontrak Kinerja disepakati dan ditandatangani
oleh MKP dan Pimpinan Unit Eselon I yang bersangkutan.
b. Mekanisme penetapan Kontrak Kinerja Pimpinan Eselon II, III, IV,
dan Pegawai (Staf Ahli/Tenaga Pengkaji/Pejabat
Fungsional/Pejabat Eselon V/Pelaksana) mengacu pada
mekanisme di atas serta diatur dan ditetapkan oleh masing-
masing Unit Eselon I terkait.

Konsep kontrak kinerja yang akan ditandatangani harus sudah


sampaikan kepada pengelola kinerja organisasi paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sebelum batas waktu penetapan kontrak kinerja.
Pengelola Kinerja Organisasi melakukan reviu dan memaraf konsep
kontak kinerja paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum batas waktu
penetapan Kontrak Kinerja.

Komponen Kontrak Kinerja berisikan antara lain (format pada

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 24
lampiran 9):
a. Perjanjian Kinerja (PK)
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas
kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang
serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak
dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun
bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga
mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap
tahunnya.

Lebih lanjut tentang penyusunan PK, format PK, waktu


penyusunan, perubahan PK, dan pihak yang menyusun diatur
dalam Permen PAN dan RB nomor 53 Tahun 2014 tentang
petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata
cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah.

Untuk format PK level 0 sampai dengan Level 2 di lingkungan KKP


menyesuaikan dengan PK yang sudah diatur dalam Juknis yang
sudah ditetapkan oleh KemenPAN&RB, dan untuk format PK level
3 sampai dengan level 4 karena tidak lagi menggunakan
sasaran strategis, maka dikondisikan sesuai dengan format dan
kebutuhannya. Sedangkan untuk format PK antara KKP dengan
daerah disesuaikan dengan penambahan tabel output dari
dana Dekonsentrasi dan TP (format PK Level 0 s.d Level 4 dan PK
daerah dapat dilihat pada lampiran 10-14).

Perjanjian Kinerja dapat direvisi atau disesuaikan dalam hal


terjadi kondisi sebagai berikut:
1) Terjadi pergantian atau mutasi pejabat;
2) Perubahan dalam strategi yang mempengaruhi pencapaian
tujuan dan sasaran (perubahan program, kegiatan dan

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 25
alokasi anggaran);
3) Perubahan prioritas atau asumsi yang berakibat secara
signifikan dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran.

b. Peta Strategis
Sebelumnya tentang peta strategis telah diatur pada sub bab
sebelumnya. Lebih lanjut, peta strategi hanya disusun bagi unit
pemilik peta strategi. Format peta strategi dapat dilihat pada
lampiran 15.

c. Rincian Target IKU


Untuk rincian target IKU hanya disusun bagi pemilik perjanjian
kinerja. Terdapat tiga pola perhitungan target atau realisasi IKU
secara periodik yaitu: (1) akumulasi, (2) posisi akhir, (3) rata-rata.
Lebih lanjut pola perhitungan rincian target IKU dapat dilihat
pada lampiran 16.

d. Inisiatif Strategi
Sebelumnya tentang inisiatif strategi telah diatur pada sub bab
sebelumnya. Lebih lanjut, inisiatif strategi hanya disusun bagi level
1 dan level 2. Form inisiatif strategi dapat dilihat pada lampiran 4.

e. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)


SKP disusun disemua level individu/JFU/JFT. Lebih lanjut tentang
SKP tertuang dalam Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. Contoh formulir
SKP dapat dilihat pada lampiran 17

5. Rencana Aksi atas Kinerja

Upaya peningkatan kualitas SAKIP, diantaranya dilakukan dengan


menyusun dokumen rencana aksi yang mencantumkan target
secara periodik dan dilakukan monitoring secara berkala (triwulan),
termasuk evaluasi dalam rangka pengendaliannya.
Penyusunan rencana aksi juga merupakan penjabaran dari target
Penetapan Kinerja (PK) KKP dan menuangkan pengendalian kinerja
organisasinya ke dalam dokumen monitoring dan evaluasi yang
disusun secara berkala.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 26
Rencana aksi yang harus disusun oleh setiap unit kerja lingkup KKP
secara berjenjang terdiri dari:
a. Indikator kinerja
b. Kegiatan
c. Indikator output
d. Target output
e. Pagu output
f. Target kinerja per triwulan
Contoh matriks rencana aksi dapat dilihat pada lampiran 18

C. Pengukuran Kinerja

Setiap triwulanan dilakukan pengukuran kinerja oleh sub Tim


Pengukuran Kinerja, yakni membandingkan antara target yang
telah ditetapkan dengan data pencapaian kinerja. Cara
pengukuran mengacu pada Manual Indikator Kinerja Utama yang
telah ditetapkan. Pengukuran kinerja dilakukan dari bawah keatas,
yakni mulai dari level 4 ke atas. Pencapaian kinerja atasan
merupakan akumulasi pencapaian kinerja bawahannya. Data yang
dimasukkan sebagai pencapaian kinerja harus divalidasi dan
diverifikasi oleh sub Tim Pengelola Kinerja di tingkat Eselon I dan di
tingkat Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagai data mutakhir
yang diambil dari sumber data yang tepat. Pengukuran indikator
kinerja yang baik adalah dapat memberikan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga data yang disajikan harus (1)
valid, yakni diukur menggunakan alat ukur yang tepat yakni sesuai
dengan manual IKU, (2) reliable, yakni meskipun diukur berulang-
ulang hasilnya tetap konsisten, dan (3) obyektif, yakni bebas dari
intervensi/kepentingan.

Prinsip Pengukuran Kinerja


1. Pengukuran kinerja dilakukan secara periodik
2. Pengukuran kinerja dilakukan dari bawah keatas (level individu
sampai ke level 0)
3. Pencapaian kinerja atasan merupakan akumulasi pencapaian
kinerja bawahannya

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 27
Kriteria Pengukuran Kinerja
Sebelum melakukan pengukuran kinerja setiap
semester/triwulanan/bulanan, harus ditentukan kriteria penilaian
kinerja. Kriteria yang dimaksud :

1. Bobot validasi IKU


Validitas suatu IKU ditentukan berdasarkan tingkat kedekatan IKU
tersebut dengan tujuannya (SS).
Bobot validasi dibagi menjadi 4:
a) Lead input (0,1)
b) Lead proses (0,2)
c) Lag output (0,3)
d) Lag outcome (0,4)
Tabel bobot validasi dapat dilihat pada lampiran 19.

2. Klasifikasi target
Menunjukan arah nilai aktual dari IKU yang dibandingkan
terhadap target. Nilai dibagi menjadi beberapa jenis:
a) Maximize : semakin tinggi pencapaian dari target maka
kinerja semakin baik
b) Minimize : semakin rendah pencapaian dari target maka
kinerja semakin baik
c) Stabilize : semakin stabil (tidak naik dan tidak turun)
pencapaian dari target maka kinerja semakin baik

3. Klasifikasi pewarnaan berdasarkan status kinerja dari batas


toleransi pencapaian. (Tabel pada lampiran 19)

Langkah melakukan pengukuran kinerja


1. Tentukan dan sepakati standar status kinerja untuk NSS dan NPSS.
Standar status kinerja sebaiknya diputuskan terlebih dahulu di
level 0.
2. Tentukan dan sepakati bobot masing-masing perspektif. Bobot
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama, Total bobot
keseluruhan perspektif harus 100%. Besaran bobot per perspektif
dapat dilihat pada lampiran 19.
3. Pengisian form pengukuran atas IKU dan form pengukuran atas
Renaksi. Form Tabel pengukuran dapat dilihat pada lampiran 20.
4. Memasukkan data pada program aplikasi yang terintegrasi

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 28
(kinerjaku.kkp.go.id).

Validasi Data
Validasi data dapat dilakukan pada aplikasi Kinerjaku setelah data
capaian diinput. Data di validasi di setiap level organisasi oleh
atasannya langsung dengan panduan dari dokumen data dukung.

Verifikasi Data
Verifikasi dilakukan oleh tim Sub Verifikator, dengan menggunakan
tabel verfikator yang terdiri dari:
1. Tabel verifikator aspek perencanaan
2. Tabel verifikator aspek pengukuran
3. Tabel verifikator aspek pelaporan dan evaluasi
4. Tabel verifikator kesesuaian syarat IKU
Format tabel verifikator dapat dilihat pada lampiran 24.

Sub tim verifikator melakukan verifikasi sesuai dengan timeline di


setiap aspek, yaitu
1. Verifikasi perencanaan dan kesesuaian syarat IKU dilakukan
paling lambat minggu keempat bulan Februari.
2. Verifikasi pengukuran dilakukan setiap triwulan (paling lambat
minggu kedua bulan April/Juli/Oktober dan Januari tahun
berikutnya).
3. Verifikasi pelaporan dan evaluasi dilakukan setiap triwulan
(paling lambat minggu ke empat bulan April/Juli/Oktober dan
Januari tahun berikutnya).

D. Pelaporan Kinerja

Pelaksanaan pelaporan kinerja di lingkungan Kementerian Kelautan


dan Perikanan dilakukan secara berjenjang menggunakan metode
bottom-up. Data diperoleh dari unit terbawah lalu dikumpulkan di
unit di atasnya. Agar mempermudah pengujian keakuratan data,
maka data capaian (dan target) harus disampaikan secara lengkap
atau ada dokumen data dukung yang dibuat secara terpisah dari
laporannya.

Gambar 2.7

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 29
Timeline Pelaporan
Des Jan Feb Mar
Pelaporan Berbasis Aplikasi

Capaian
LKj Satker Penyampaian MENTERI

Lkj KKP
Ke Kemen Capaian
PAN&RB ESELON
I
LKj Unit Target

Capaian
ESELON
II
Target

LKj K/L Capaian


ESELON
III
Target
Reviu Itjen
ESELON
IV
Target

Gambar 2.8
Mekanisme Pelaporan
Manual
IKU

LKj Final &


Pengumpulan
Verifikasi Penetapan Tim Perbaikan Hasil
data kinerja ` Pernyataan
Penyusun LKj Reviu Itjen
Hasil Reviu

Level 1

Penyusunan Pengesahan
Level 2 Draft LKj Reviu Itjen Pimpinan
Satker/Unit/K/L
Level 3

Level 4 Penyampaian
Analisa Data Dukung
Hasil Penyusunan LKj LKj & Publikasi
Individu

Pemanfaatan &
Pengukuran Kinerja Pelaporan Kinerja Perbaikan

1. Laporan Kinerja (LKj) Interm dan Tahunan

Ketentuan dalam hal penyusunan LKj adalah:


a) kepala Unit Kerja sebagai Kuasa Pengguna Anggaran di
lingkungan kementerian KP dan daerah yang menangani

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 30
bidang KP menyampaikan Laporan Kinerja interim sekurang-
kurangnya setiap triwulan kepada Menteri.
b) laporan kinerja berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-
masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing
program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
Perencanaan, disertai analisa dan evaluasi singkat terhadap
capaian kinerja;
c) ketentuan teknis LKj, Lebih lanjut diatur dalam Permen PAN dan
RB nomor 53 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian
kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan
kinerja instansi pemerintah.

2. Pelaporan berbasis IT

Untuk membantu pengelolaan kinerja lingkup Kementerian Kelautan


dan Perikanan, telah dibangun sistem IT yang dapat digunakan oleh
setiap sub Tim Pengelola Kinerja. Program aplikasi yang telah
dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan alamat
kinerjaku.kkp.go.id berisikan tampilan data terdiri dari peta strategi,
dashboard target dan capaian serta tampilan warna capaian, data
Indikator Kinerja Utama, jumlah unit kerja, data cascading, manual
Indikator Kinerja Utama, rencana aksi bulanan, serta dashboard
verifikator dan menu reward & punishment. Sistem bekerja secara
on-line, dan akan memfasilitasi entry data perencanaan dan data
pencapaian. Sistem juga akan memfasilitasi penghitungan sesuai
dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Setiap sub Tim
mendapatkan user id dan password untuk pengisian data.

Seluruh data perencanaan, yakni Sasaran Strategis, Indikator Kinerja


Utama, Target, Inisiatif Strategis, Manual IKU dan rencana aksi di-
entry pada aplikasi kinerjaku.kkp.go.id oleh sub Tim Perencanaan
Kinerja. Entry data dilakukan pada awal tahun paling lambat akhir
Januari setiap tahun, selanjutnya setiap awal triwulanan dilakukan
entry data target triwulanan untuk setiap Sasaran Strategis dan
Indikator Kinerja Utama. Entry data dilakukan untuk semua level
(level 0 sampai 4). Setiap unit kerja eselon I membentuk Tim
Pengelola Kinerja di lingkungannya, dan bertugas untuk melakukan
entry data perencanaan dan pencapaian.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 31
Capaian kinerja triwulanan dilaporkan pada Rapat Pimpinan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Capaian kinerja dapat dilihat
pada sistem aplikasi kinerjaku.kkp.go.id secara on-line oleh
pimpinan. Laporan pada pimpinan disiapkan oleh sub Tim Pelaporan
Kinerja.

Kumpulan laporan kinerja triwulanan tersebut dapat digunakan


sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Interm dan Laporan
Kinerja Tahunan.

E. Evaluasi Kinerja

Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan


yang telah ditetapkan dapat dicapai dan sesuai dengan rencana,
serta untuk mengetahui dampak dari pencapaian tujuan tersebut.
Evaluasi berguna bagi pengambil keputusan untuk menetapkan
apakah kegiatan akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas,
atau ditingkatkan. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus.

Evaluasi kinerja dilakukan dengan ketentuan:


1. Evaluasi dilakukan secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun;
2. Evaluasi dilaksanakan untuk menilai efektifitas unit kerja
(organisasi);
3. Sebagai penanggungjawab evaluator unit kerja Inspektorat
Jenderal;
4. Ketentuan teknis evaluasi diatur dalam Permen PAN nomor 12
tahun 2015 tentang evaluasi SAKIP.

1. Evaluasi Program

Mekanisme evaluasi program secara rinci akan diatur tersendiri oleh


setiap Eselon I dengan menyesuaikan pada mekanisme

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 32
pengumpulannya. Hasil perbaikan data kinerja program disampikan
ke Menteri up. Sekjen dengan tembusan ke Kepala Biro
Perencanaan.

Evaluasi program dapat dikatakan telah dilakukan apabila seluruh


program telah dievaluasi dan mampu menjawab seluruh kriteria
sebagaimana ditetapkan.

Kriteria evaluasi program:


a. Terdapat informasi tentang capaian hasil-hasil program
b. Terdapat simpulan keberhasilan atau kegagalan program
c. Terdapat analisis dan simpulan tentang kondisi sebelum dan
sesudah dilaksanakannya suatu program
d. Terdapat analisis tentang perubahan target grup yang dituju
oleh program tersebut
e. Terdapat ukuran yang memadai tentang keberhasilan program.

2. Evaluasi Rencana Aksi atas Pencapaian Kinerja

Evaluasi rencana aksi dapat dikatakan telah dilakukan apabila

Kriteria evaluasi rencana aksi:


a. Terdapat informasi tentang capaian hasil-hasil rencana atau
agenda
b. Terdapat simpulan keberhasilan atau ketidakberhasilan rencana
atau agenda
c. Terdapat analisis dan simpulan tentang kondisi sebelum dan
sesudah dilaksanakannya suatu rencana atau agenda
d. Terdapat ukuran yang memadai tentang keberhasilan rencana
atau agenda

3. Reward & Punishment

Sesuai dengan arah Reformasi Birokrasi, Kementerian Kelautan dan


Perikanan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kinerja, salah satunya seperti pembenahan manajemen sumber
daya manusia aparatur (kepegawaian) mencakup sistem
remunerasi, peningkatan kompetensi aparatur, pembinaan karier
berdasarkan prestasi kerja, dan penerapan reward dan punishment
dalam pembinaan pegawai.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 33
Penerapan reward dan punishment secara konsekuen dapat
membawa pengaruh positif, antara lain:
a) Mekanisme dan sistem kerja menjadi lebih baik, karena adanya
tolak ukur kinerja yang jelas.
b) Kinerja individu semakin meningkat, karena adanya sistem
pengawasan yang obyektif dan tepat sasaran.
c) Adanya tingkat pencapaian kinerja para individu Organisasi.

F. Capaian Kinerja

Pencapaian kinerja (output dan outcome) dikatakan telah tercapai


apabila:
1. Target dapat dicapai
2. Capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya
3. Informasi mengenai kinerja dapat diandalkan
4. Capaian kinerja lainnya:
a. Inisiatif dalam pemberantasan korupsi
b. Inovasi dalam manajemen kinerja
c. Penghargaan-penghargaan lainnya
Lebih lanjut tentang capaian kinerja dapat dilihat pada Lembar
Kerja Evaluasi (LKE) SAKIP.

G. Pengelolaan Kinerja Dana Dekonsentrasi/TP

Pengelolaan kinerja dana dekon/TP sesuai Peraturan Presiden


Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang diamanatkan di pasal 25 ayat 1, bahwa
SKPD yang menjadi pelaksana Kegiatan dana dekonsentrasi
menyelenggarakan SAKIP dan menyusun Laporan Kinerja
sebagaimana berlaku bagi satuan kerja pada Kementerian
Negara/Lembaga. Dan apa yang diamanatkan pada Peraturan
Menteri PAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja (PK), Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
LAKIP, bagi Kementerian/Lembaga yang berkewajiban
menyalurkan dana dekonsentrasi dan dana dalam rangka Tugas

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 34
Pembantuan, maka disusun secara tersendiri perjanjian Kinerja
antara pimpinan unit organisasi yang bertanggungjawab atas
pencapaian kinerjanya dan pimpinan satuan kerja pemerintah
daerah yang melaksanakan tugas tersebut.

Atas dasar tersebut, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan


(KKP) memenuhi kewajibannya dengan menetapkan Perjanjian
Kinerja dengan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan kepada SKPD bidang Kelautan dan Perikanan di 34
Provinsi.

Sebanyak 12 indikator kinerja utama KKP yang merupakan bagian


dari tiga pilar yang menjadi misi KKP diturunkan ke Dinas KP Provinsi,
yaitu:
1. Pilar “Kesejahteraan” terdiri dari indikator:
(1) Nilai Tukar Nelayan (NTN)
(2) Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi)
2. Pilar “Kedaulatan” terdiri dari indikator:
(3) Persentase Kepatuhan Pelaku Usaha KP Terhadap
ketentuan perundang-undangan
(4) Persentase penyelesaian tindak pidana KP secara
akuntabel dan tepat waktu
3. pilar “Keberlanjutan” terdiri dari indikator:
(5) Luas Kawasan konservasi perairan daerah
(6) Produksi Perikanan Tangkap
(7) Produksi Perikanan Budidaya
(8) Produksi Garam
(9) Nilai Ekspor Hasil Perikanan
(10) Konsumsi Ikan
4. selanjutnya indikator yang merupakan terkait khusus dengan
pengelolaan kinerja dan anggaran ke daerah terdiri dari
indikator:
(11) Nilai SAKIP Dinas KP Provinsi
(12) Persentase tingkat kepatuhan terhadap SAP Satker Dinas KP
penerima dekon/TP

Pengelolaan kinerja dana dekon/TP lebih lanjut akan diatur dalam


Pedoman Teknis Pengelolaan Kinerja dana Dekon/TP.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 35
BAB III
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 36
Penerapan pengelolaan kinerja dengan pendekatan Balanced
Scorecard pada Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
memberikan perubahan cara pandang para pegawai terhadap
kinerja organisasi. Strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan dari
level 0 (tingkat Menteri) telah dapat terkomunikasikan ke level yang
lebih rendah, setiap unit telah memiliki Indikator Kinerja yang lebih
terukur, dan telah tumbuhnya budaya untuk dilakukan pengukuran
kinerja oleh atasannya. Hal tersebut tidak lepas dari adanya
komitmen pimpinan yang tinggi untuk mengevaluasi dan
memperbaiki kinerja organisasi.

Sangat disadari bahwa penerapan manajemen kinerja berbasis


Balanced Scorecard pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
masih dalam tahap penyempurnaan secara terus menerus,
sehingga masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan
disempurnakan. Sistem aplikasi yang telah dibangun akan terus
dilakukan penyempurnaan sehingga seluruh data kinerja mulai dari
level 4 dari seluruh unit kerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan
pusat dan daerah dapat terfasilitasi dengan baik secara on-line.

Pedoman Pengelolaan Kinerja


pada Kementerian Kelautan dan Perikanan 37

Anda mungkin juga menyukai