Nomor :
Tanggal :
Usman Sumantri
PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ...
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
(1) Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya yang
selanjutnya disebut Petunjuk Teknis merupakan Pedoman Bagi Pejabat
Fungsional Dokter Gigi, Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter Gigi, dan Pejabat
Struktural yang terkait dengan pengelolaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi.
(2) Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal .........2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ....... 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR ......
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor .......Tahun 2014
Tentang : Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Dokter Gigi dan Angka Kreditnya
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil menyatakan
bahwa untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan pembinaan
pegawai negeri sipil perlu ditetapkan jabatan fungsional.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan peraturan pemerintah
tersebut telah ditetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
141/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
Gigi dan Angka Kreditnya.
Sebagai Tindak lanjut Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
141/KEP/M.PAN/11/2003 telah ditetapkan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 54 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya.
Sebagai penjabaran dan pelaksanaan operasional peraturan-
peraturan tersebut di atas, perlu disusun kembali Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya yang
mengatur hal-hal berkenaan dengan pengelolaan administrasi
kepegawaian dan rincian kegiatan teknis Jabatan fungsional
Dokter Gigi.
Pengelolaan administrasi kepegawaian dan rincian kegiatan
tersebut meliputi jenjang jabatan dan jenjang pangkat, unsur dan
sub unsur kegiatan, butir kegiatan, definisi operasional,
kewenangan, penilaian angka kredit, pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit, sekretariat tim penilai, pengajuan usul
penilaian angka kredit, tatacara penilaian dan penetapan angka
kredit, tatacara penempatan, pengangkatan, kenaikan jabatan,
kenaikan pangkat, perpindahan jabatan, pembebasan sementara,
pengangkatan kembali, pemberhentian dari jabatan dan uji
kompetensi. Petunjuk Teknis ini meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan pembinaan jabatan fungsional dokter gigi meliputi
pengangkatan, kenaikan pangkat, pemberhentian dari jabatan
fungsional dokter gigi, fungsi dan tugas, tata cara dan kriteria
penilaian, serta pejabat yang berwenang dalam pembinaan dan
penilaian pejabat fungsional dokter gigi.
B. Tujuan
Sebagai pedoman bagi pemangku/calon pemangku Jabatan
Fungsional Dokter Gigi dan pihak yang berkepentingan agar
memiliki pengertian dan pemahaman yang sama tentang
ketentuan Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan angka kreditnya.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini dipergunakan dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian khususnya pengembangan karier bagi Jabatan
Fungsional Dokter Gigi yang bertugas pada sarana kesehatan
Pemerintah baik dilingkungan Kementerian Kesehatan, maupun
yang dipekerjakan dan diperbantukan pada sarana kesehatan
dilingkungan instansi Pemerintah di luar Kementerian Kesehatan,
Pemerintah Daerah dan TNI-POLRI.
D. Pengertian
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Dokter Gigi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat pada sarana
pelayanan kesehatan.
2. Jabatan fungsional dokter gigi adalah jabatan yang termasuk
dalam rumpun kesehatan yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis di bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan baik di
lingkungan Kementerian Kesehatan maupun di
Kementerian/Lembaga lainnya di luar Kementerian Kesehatan,
dan hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3. Tugas pokok pejabat fungsional dokter gigi adalah memberikan
pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membina
peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
kesehatan kepada masyarakat.
4. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi nilai butir butir kegiatan yang harus
dicapai oleh seorang Dokter Gigi dalam rangka pembinaan
karier kepangkatan dan jabatannya.
5. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut, adalah bentuk pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat dalam upaya
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan akibat
penyakit gigi dan mulut, peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, serta pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut.
6. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut klinis, adalah pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di klinik, baik di
Puskesmas, Rumah Sakit atau Unit Pelayanan Kesehatan
lainnya, yang terdiri dari tindakan medik gigi dan mulut (dasar
umum, dasar khusus, spesialis dan darurat), kunjungan visite
pasien, pencatatan medik, konsultasi, rujukan, pemeriksaan
dental forensic, tugas jaga sampai Kepala Puskesmas.
7. Sarana pelayanan kesehatan, adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan gigi dan mulut,
yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, dan atau Unit
Kesehatan lainnya baik yang berada di lingkungan maupun
dibawah jajaran Kementerian Kesehatan maupun yang berada
di lingkungan dan dibawah jajaran Kementerian/Lembaga
lainnya di luar Kementerian Kesehatan.
8. Tim penilai angka kredit, adalah tim penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai
prestasi kerja Dokter Gigi.
9. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan,
Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksanan Harian Badan
Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
lain yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon I dan bukan
merupan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
10. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, adalah
Gubernur.
11. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota, adalah
Bupati/Walikota.
12. Pemberhentian adalah pemberhentian dan jabatan Dokter Gigi
bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil.
13. Tindakan medik gigi dan mulut dasar umum, adalah rangkaian
kegiatan berupa menentukan diagnose, merencanakan,
melaksanakan dan membuat evaluasi tindakan
pencegahan/perlindungan dana atau pengobatan,
penyembuhan, pemulihan dari kelainan penyakit gigi dan
mulut esensial di masyarakat (misalnya tindakan fissure
sealant, tumpatan, pencabutan dan sejenisnya).
14. Tindakan medik gigi dan mulut dasar khusus, adalah
rangkaian kegiatan berupa menentukan diagnose,
merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi tindakan
penyembuhan dan pemulihan dari kelainan/penyakit gigi dan
mulut dengan menggunakan sarana penunjang Rumah
Sakit/Unit Kesehatan lainnya antara lain rontgen,
laboratorium, unit rawat inap, (misalnya : pelayanan
orthodonsi/prosthodonsi/bedah mulut sederhana).
15. Tindakan medik gigi dan mulut spesialis, adalah rangkaian
penyembuhan dan pemulihan di bidang kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis sesuai dengan
surat penugasannya dari Departemen Kesehatan atas
kewenangannya dalam bidang spesialisasinya, dengan
menggunakan sarana penunjang Rumah Sakit/unit kesehatan
lainnya antara lain rontgen, laboratorium, unit rawat inap,
(misalnya : pelayanan orthodonsi/prostodonsi/bedah
mulut/pedodonsi/endodonsi/oral medicine).
16. Kunjungan/visite kepada pasien rawat inap, adalah kegiatan
kunjungan kepada pasien rawat inap untuk observasi,
evaluasi, komunikasi dan rencana tindak lanjut dalam rangka
penyembuhan/pemulihan pasien dalam asuhannya.
17. Tindakan darurat medik gigi dan mulut, adalah tindakan
darurat yang dilakukan secara cepat dan tepat untuk
mencegah kesakitan/kecacatan akibat
komplikasi/kelainan/penyakit gigi dan mulut.
18. Catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap, adalah
catatan medik gigi dan mulut (status lengkap) bagi penderita
yang dirawat inap di Rumah Sakit.
19. Catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan, adalah
catatan medik gigi dan mulut (status lengkap) bagi penderita
rawat jalan di Rumah Sakit, Puskesmas atau Unit Pelayanan
Kesehatan lainnya termasuk UKGS.
20. Konsultasi dari pasien/masyarakat, adalah kegiatan bertukar
pikiran tentang kelainan atau penyakit gigi dan mulut, serta
data, informasi, keahlian, teknologi, program kesehatan gigi
dan mulut dengan pasien atau dengan masyarakat.
21. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya, adalah kegiatan
konsultasi yang dilakukan dengan tenaga kesehatan lainnya
(Dokter Gigi/dokter spesialis/tenaga ahli lainnya) tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
penderita/masyarakat.
22. Rujukan medik gigi dan mulut, adalah kegiatan menuliskan
pengantar rujukan dengan data-data serta hal lain yang
diperlukan secara lengkap atau menuliskan jawaban rujukan
dengan keterangan dan instruksi dan hal lain yang diperlukan
secara lengkap, yang dilaksanakan timbal balik horizontal
maupun vertical, baik rujukan pasien, teknologi maupun
model.
23. Pengujian kesehatan gigi dan mulut, adalah tindakan
memeriksa kesehatan gigi dan mulut individu/perorangan
dalam rangka general check up/pengujian untuk kesehatan.
24. Pemeriksaan dental forensic, adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi sesorang melalui Ilmu Kedokteran
Kehakiman, dengan cara pemeriksaan keadaan gigi dan mulut.
25. Tugas Jaga, adalah setiap pelayanan kesehatan gigi dan mulut
diluar ketentuan tugas rutin sesuai dengan peranan profesinya
yang meliputi tugas jaga sore, malam, dan 24 jam dalam
rangka kedinasan.
26. Daerah terpencil dan atau rawan, adalah daerah yang sangat
sukar dijangkau oleh transportasi dan komunikasi, yang
disebabkan antara lain oleh keadaan geografis, distribusi
penduduk yang terpencar dan jarang sehingga mendapat
kesukaran dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan
kesehatan.
27. Resiko pekerjaan, adalah suatu ancaman terhadap
keselamatan atau kesehatan petugas sebagai akibat bertugas di
unit pelayanan kesehatan/daerah tertentu.
28. Bertugas sebagai Kepala Puskesmas adalah Dokter Gigi
sebagai Kepala Puskesmas berdasarkan surat keputusan
pejabat yang berwenang.
29. Pelayanan Kesehatan Masyarakat di bidang kesehatan gigi dan
mulut, adalah upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan
mulut melalui pendekatan edukatif rangkaian tindakan siklus
pemecahan masalah secara sistematik terutama golongan
rentan terhadap kelainan/penyakit gigi dan mulut.
30. Pengidentifikasian masalah kesehatan gigi dan mulut, adalah
upaya yang dilakukan untuk menentukan masalah kesehatan
gigi dan mulut baik melalui survei/penelitian dalam
masyarakat, penelitian dokumen maupun melalui pendapat
ahli, sehingga menghasilkan analisa situasi kesehatan gigi dan
mulut secara holistic dan relevan untuk program, yang
diketahui dan disetujui oleh atasan langsungnya.
31. Pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut, adalah upaya
yang dilakukan meliputi pengkajian pemecahan masalah
kesehatan gigi dan mulut meliputi tahap-tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pengendaliannya yang relevan dengan
program, serta diketahui dan disetujui oleh atasan
langsungnya.
32. Evaluasi kesehatan gigi dan mulut, adalah upaya yang
dilakukan meliputi pengkajian daya guna/hasil guna program
dalam bentuk tulisan/umpan balik, termasuk saran-saran
penyempurnaanya yangdiketahui dan disetujui oleh atasan
langsungnya.
33. Pengamatan epidemiologi penyakit gigi dna mulut, adalah
kegiatan yang menyelidiki hubungan antar factor-faktor yang
dapat menimbulkan penyakit gigi dan mulut, akibat-akibatnya
serta penyebarannya.
34. Penyuluhan kepada masyarakat, adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh dokter gigi kepada kelompok-
kelompok tertentu kepada masyarakat (seperti petani, PKK, dan
lain-lain), dengan cara memberi ceramah dan demonstrasi serta
menggunakan alat-alat peraga yang berkaitan dengan materi
penyuluhan.
35. Pengarahan di bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah
kegiatan yang ditujukan untuk menggerakkan program
kesehatan gigi dan multu yang ditujukan kepada tenaga
pelaksana, baik lintas sector (Departemen Dalam Negeri,
Departemen Agama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Departemen Pertanian dan lain-lain) maupun lintas program.
36. Kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
adalah kegiatan melatih kader yang dipilih oleh masyarakat
melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dengan
memberikan ceramah, diskusi, demonstrasi dan dengan
menggunakan pedoman, alat peraga dan lain-lain.
37. Pengembangan profesi Dokter Gigi adalah pengembangan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan bakat yang
bermanfaat bagi profesinya dalam melaksanakan tugas.
38. Karya tulis ilmiah, adalah karya tulis yang disusun baik secara
kelompok maupun perorangan yang membahas sesuatu pokok
bahasn dengan menuangkan gagasan-gagasan tertentu melalui
identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisa
permasalahan, dan saran-saran pemecahannya.
39. Penulis Utama, adalah seseorang yang memprakarsai
penulisan, pemilik ide tentang hal yang akan ditulis, pembuat
outline, penyususnan konsep serta pembuat konsep akhir dari
penulisan tersebut.
40. Penulis Pembantu, adalah seseorang yang memberikan
bantuan kepada penulis utama dalam hal :
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. Analisa Data
d. Menyempurnakan konsep
e. Tambahan Bahan
41. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun secara perorangan maupun kelompok yang
membahas suatu pokok persoalan dan merupakan hasil
penelitian ilmiah tentang kesehatan gigi dan mulut.
42. Karya tulis ilmiah hasil pengkajian, survey dan atau evaluasi di
bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun secara perorangan atau kelompok yang
membahas suatu pokok persoalan dan merupakan pengkajian
hasil survei/evaluasi tentang kesehatan gigi dan mulut.
43. Karya tulis ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah di
bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun oleh seseorang atau kelompok yang membahas
suatu pokok persoalan yang merupakan tinjauan/ulasan
ilmiah tentang kesehatan gigi dan mulut.
44. Penyampaian prasaranan berupa tinjauan, gagasan, atau
ulasan ilmiah di bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah
kegiatan berbicara dan mempertanggung jawabkan prasaran
yang disampaikan dalam forum ilmiah profesi.
45. Bimbingan, adalah kegiatan yang bersifat memberi contoh,
dorongan dan petunjuk kepada Dokter Gigi dengan golongan
pangkat/jabatan lebih rendah dalam kegiatan yang meliputi :
a. Mengamati pelaksanaan tugas,
b. Meningkatkan profesi
c. Memberi petunjuk dalam pelaksanaan tugas/penggunaan
peralatan dan sebagainya.
46. Teknologi tepat guna adalah pengembangan teknologi yang
mengacu pada :
a. Masalah kesehatan gigi masyarakat setempat
b. Sumber daya yang tersedia di masyarakat (seperti tenaga,
peralatan, dana, dan lain-lain)
c. Dapat diterima oleh masyarakat baik pemberi maupun
penerima pelajaran
d. Sesuai dengan azas manfaat secara berdayaguna dan
berhasil guna.
47. Kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Gigi dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
bidang kesehatan.
48. Kegiatan dalam Tim Penilai Jabatan Dokter Gigi, adalah
kegiatan yang dikaitkan dengan kedudukan sebagai anggota
Tim Penilai Jabatan Dokter Gigi.
49. Mengajar/melatih pada DIKLAT, adalah kegiatan belajar
mengajar dalam forum pendidikan formal/pusat pendidikan
dan latihan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
50. Seminar adalah suatu metode belajar dimana para peserta
dilatih untuk saling bekerjasama, berpikir dan menyatakan
pendapat untuk memecahkan masalah yang dihadapi hingga
tercapai suatu kesimpulan berdasarkan pendapat bersama.
51. Lokakarya, adalah suatu pertemuan yang dilaksanakan untuk
membahas dan memadukan suatu karya tertentu dari para
peserta.
52. Terjemahan, adalah kegiatan dalam rangka pengalih bahassan
suatu tulisan dari suatu Bahasa ke dalam Bahasa lain.
53. Saduran, adalah karya tulis atau terjemahan secara bebas
dengan meringkaskan, menyederhanakan atau
mengembangkan tanpa mengubah intisari tulisan asal.
54. Abstrak tulisan ilmiah, adalah intisari tulisan ilmiah secara
tepat dan padat.
55. Keanggotaan dalam Organisasi rofesi, adalah kedudukan
seorang Dokter Gigi dalam organisasi profesi yang dianutnya
baik bersifat internasional maupun nasional yang bertujuan
meningkatkan kemampuan profesinya.
56. Tanda penghargaan/tanda jasa, adalah tanda kehormatan
yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia, negara
asing atau organisasi ilmiah Nasional/Internasional yang
mempunyai reputasi baik di kalangan masyarakat ilmiah.
57. Gelar kesarjanaan lainnya, adalah gelar kesarjanaan keahlian
tambahan yang setingkat dan mempunyai manfaat dalam
melaksanakan tugas pokok para Dokter Gigi.
58. Pengadaan dana pengelolaan dana upaya kesehatan
masyarakat, adalah kegiatan dalam upaya pengumpulan dana
tau pengelolaan dana untuk pelaksanaan kesehatan
masyarakat.
59. Penanggulangan bencana alam dilapangan, adalah upaya
pelayanan kesehatan di luar Rumah Sakit atau Puskesmas
yang ditujukan kepada individu/keluarga/masyarakat yang
ditimpa suatu musibah yang dideritanya.
60. Kegiatan dalam Tim penanggulangan penyakit tertentu, adalah
keanggotaan dokter gigi dalam Tim penanggulangan penyakit
yang bersifat khusus termasuk penyakit menular dan penyakit
lainnya yang dianggap membahayakan kesehatan masyarakat
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan.
61. Kegiatan bantuan/partisipasi bidang kesehatan, adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Gigi yang hasilnya
bermanfaat bagi usaha peningkatan kesehatan masyarakat.
BAB II
a. Penata III/c
Muda
b. PenataTingkat I III/d
a. Pembina IV/a
300 menit
5 jam = = 20 Pasien/hari
15 menit
3) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat sederhana.
Sebagai contoh melakukan pembersihan karang gigi klas 1
kepada 5 pasien, maka angka kredit yang diperoleh adalah :
5
a. Dokter Gigi Pertama x 0,06 = 0,03
10
40% x 12,50
= 1,667
3
A. Butir Kegiatan
Butir Kegiatan jabatan fungsional Dokter Gigi mengacu
kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003 Tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya.
Jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi tiap
Jenjang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
B. Tim Penilai
Ketentuan mengenai syarat pengangkatan untuk menjadi
Anggota Tim Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional Dokter Gigi
mengacu kepada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003
tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya, dan
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan
Nomor 54 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya, yaitu :
I. Ketentuan Tim Penilai
a. Tim penilai yang ditunjuk harus memnuhi syarat sebagai
berikut :
1) Serendah-rendahnya menduduki jabatan/pangkat
setingkat dengan jabatan/pangkat Dokter Gigi yang
dinilai;
2) Mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja
Dokter Gigi; dan
3) Dapat aktif melakukan penilaian
b. Masa jabatan anggota tim penilai adalah 3 (tiga tahun) dan
dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya
dengan maksimal dalam 2 (dua) masa jabatan.
c. Apabila tim penilai yang telah menjabat sebagai tim penilai
telah menjabat dalam 2 (dua) masa jabatan, dan ingin
diangkat kembali, maka tim penilai tersebut harus
melampaui tenggang waktu 1 (satu) tahun masa jabatan.
d. Apabila terdapat anggota tim penilai yang pensiun atau
berhalangan paling singkat 6 (enam) bulan, Ketua tim
Penilai mengusulkan penggantian anggota tim penilai
secara defenitif sesuai masa kerja yang tersisa kepada
pejabat yang berwewenang menetapkan tim penilai.
e. Apabila anggota tim penilai turut dinilai, maka ketua tim
penilai dapat mengangkat anggota tim penilai pengganti.
f. Jumlah anggota tim penilai yang berasal dari dokter gigi
harus lebih banyak dari pada anggota tim penilai yang
berasal dari bukan dokter gigi.
g. Susunan keanggotaan tim penilai terdiri dari unsur bidang
kedokteran gigi, unsur kepegawaian, dan pejabat fungsional
dokter gigi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Seorang ketua merangkap anggota dari unsure teknis;
2) Seorang wakil ketua merangkap anggota dari unsure
kepegawaian;
3) Seorang sekretaris merangkap anggota; dan
4) Paling kurang 4 (empat) orang anggota.
5) Anggota tim penilai paling sedikit 2 (dua) orang dari
pejabat fungsional dokter.
h. Dalam hal komposisi jumlah anggota tim penilai tidak dapat
dipenuhi sebagian atau seluruhnya dari dokter gigi, maka
anggota Tim Penilai dapat diangkat dari pejabat lain yang
mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja dokter
gigi.
i. Apabila tim penilai jabatan fungsional dokter gigi Unit
pelayanan kesehatan Kementerian/Lembaga Pemerintah
(setingkat eselon II) atau tim penilai instansi belum dapat
dibentuk karena belum memenuhi sayarat keanggotaan tim
penilai yang ditentukan, maka penilaian dan penetapan
angka kredit dapat dimintakan kepada tim penilai Diektorat
Jenderal/Tim penilai Sekretariat Direktorat Jenderal.
j. Apabila tim penilai provinsi belum dapat dibentuk karena
belum memenuhi syarat keanggotaan tim penilai yang
ditentukan, maka penilaian angka kredit dokter gigi dapat
dimintakan kepada tim penilai Direktorat jenderal/ Tim
penilai Sekretariat Direktorat Jenderal.
k. Apabila tim penilai kabupaten/kota belum dapat dibentuk
karena belum memenuhi syarat keanggotaan tim penilai
yang diterntukan, maka penilaian angka kredit dokter gigi
dapat dimintakan kepada tim penilai kabupaten/kota
terdekat atau tim penilai provinsi yang bersangkutan atau
tim penilai Direktorat jenderal/ Tim penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal .
l. Apabila dipandang perlu, pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit dapat membentuk tim penilai
teknis yang aanggotanya terdiri dari para ahli, baik yang
berkedudukan sebagai PNS atau bukan PNS yang
mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan dalam
menilai angka kredit fungsional dokter gigi.
m. Pembentukan dan susunan anggota tim penilai ditetapkan
oleh:
1) Direktur jenderal yang membidangi pelayanan
kesehatan Kementerian Kesehatan atau pejabat Eselon
II yang ditunjuk untuk tim penilai Direktorat Jenderal;
2) Sekretaris Direktorat Jenderal yang membidangi
pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan untuk tim
penilai Sekretariat Direktorat Jenderal;
3) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (minimal eselon II) di
lingkungan Kementerian Kesehatan untuk tim penilai
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan
4) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (minimal eselon II) di
lingkungan Kementerian/Lembaga lainnya untuk tim
penilai Unit Pelayanan Teknis (UPT) dan instansi di
Kementerian/Lembaga lainnya diluar lingkungan
Kementerian Kesehatan;
5) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk tim penilai
provinsi;
6) Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk Tim Penilai
Kab/Kota.
II. Tugas Pokok dan Fungsi tim Penilai
a. Tugas pokok tim penilai Kementerian adalah:
1) Membantu Menteri Kesehatan atau pejabat Eselon I yang
ditunjuk di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam
menetapkan angka kredit dokter gigi utama yang bekerja
pada sarana pelayanan kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan instansi lain di luar
Kementerian Kesehatan.
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Menteri Kesehatan atau pejabat eselon I yang ditunjuk di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional
dokter gigi utama.
Tim Penilai
(keluar PAK)
Sekretariat
Tim Penilai
Pimpinan
Unit Kerja
B. Pengangkatan Pertama
1. Persyaratan
a. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam
Jabatan Fungsional Dokter Gigi harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Berijazah serendah-rendahnya ijazah Dokter Gigi
2) Pangkat serendah-rendahnya Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b.
3) Bersedia melakukan tugas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dan memenuhi kode etik Kedokteran Gigi
Indonesia
4) Harus sudah bertugas pada Sarana Pelayanan Kesehatan,
sedikitnya selama 1 tahun terakhir.
5) Telah berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil
6) Tidak sedang menduduki jabatan struktural ataupun
jabatan fungsional lainnya
7) Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan
pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
8) Telah memiliki Angka Kredit sedikit-dikitnya sebesar 150
yang telah ditetapkan oleh Pejabat Yang Berwenang.
b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan pangkat bagi Pejabat
Fungsional Dokter Gigi adalah sebagai berikut :
1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat
terakhir.
2) Telah dipenuhi angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam
DP-3, sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan jabatan bagi pejabat fungsional
Dokter Gigi adalah sebagai berikut :
1) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan
terakhir.
2) Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan setingkat lebih tinggi.
3) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan
pekerjaan dalam DP-3, sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
2. Pegangkatan Kembali
a. Umum
1) Dokter Gigi yang dibebaskan dari jabatannya dapat diangkat
kembali ke dalam jabatan Fungsional Dokter Gigi apabila :
a) Masa berlakunya hukuman disiplin telah berakhir atau;
b) Telah selesai bertugas di luar tugas jabatan Dokter Gigi
atau;
c) Telah selesai menjalankan tugas belajar atau;
d) Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Dokter Gigi yang bersangkutan
dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi hukuman pidana
percobaan atau;
e) Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan Negara
dan telah diangkat kembali pada instansi semula.
2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali ke dalam jabatan
Dokter Gigi jabatannya ditetapkan berdasarkan angka terakhir
yang dimiliki.
Contoh :
Drg. Ratna adalah seorang Dokter Gigi, terakhir menduduki
pangkat Penata Tk. I Golongan III/b, serta menjabat sebagai
Dokter Gigi Pertama dan memiliki angka kredit terakhir
sebesar 170, (sebelum pindah ke jabatan di luar Dokter Gigi).
Kemudian dipindahkan tugasnya di luar jabatan Dokter Gigi
dan dibebaskan dari jabatan Dokter Gigi. Setelah Drg. Ratna
tersebut menduduki pangkat Pembina golongan ruang IV/a,
yang bersangkutan ditugaskan pada Sarana Pelayanan
Kesehatan dan diangkat kembali ke dalam jabatan Fungsional
Dokter Gigi. Maka pengangkatan kembali Drg. Ratna dalam
jabatan Dokter Gigi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Pangkatnya ditetapkan sebagai Pembina golongan ruang
IV/a.
b) Jabatannya ditetapkan sebagai Dokter Gigi Pertama karena
angka kredit terakhir yang dimilikinya adalah 170 angka
kredit.
b. Prosedur dan Tata Cara
a) Pengangkatan kembali ke dalam jabatan Dokter Gigi dengan
Surat Keputusan Pejabat yang berwenang dengan
menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada
lampiran VI, Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/MENKES/SKB/XII/2003 Dan No.54 Tahun 2003.
1. Kelengkapan berkas
Setiap usul pengangkatan kembali harus melampirkan berkas-
berkas sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir.
b) Surat Keputusan pengangkatan/kenaikan jabatan yang
terakhir.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam 1
(satu) tahun terakhir.
d) Surat Pernyataan melaksanakan tugas jabatan Dokter Gigi
yang ditandatangani Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan
atau;
e) Surat Pernyataan telah aktif kembali melaksanakan tugas
jabatan Dokter Gigi yang ditandatangani Pimpinan Sarana
Pelayanan Kesehatan.