Anda di halaman 1dari 89

Draft Petunjuk Teknis Jabatan

Fungsional Dokter Gigi dan


Angka Kreditnya

Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional


Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL DOKTER GIGI DAN ANGKA KREDITNYA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor :
Tanggal :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KATA PENGANTAR

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003 tentang
Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya dan Surat Keputusan
Bersama Menteri Kesehatan dengan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 54 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya, untuk
memberikan kejelasan dalam melaksanakan kegiatan dan penilaian angka
kredit Dokter Gigi perlu ditetapkan Petunjuk Teknis oleh Menteri Kesehatan.
Dengan diterbitkannya buku petunjuk teknis ini, diharapkan pelaksanaan
Jabatan Fungsional Dokter Gigi dapat berjalan dengan baik dan dapat
membantu setiap Pimpinan dalam penerapan pola pengembangan karir bagi
Pejabat Fungsional Dokter Gigi dalam meningkatkan kemampuan dan
pengembangan karirnya.

Kepada semua pihak yang telah berperan serta memberikan bantuan


pemikiran, saran dan pendapat demi terwujudnya buku Petunjuk Teknis ini,
kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ...Februari 2017

Kepala Badan PPSDM Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI

Usman Sumantri
PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ...

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL DOKTER GIGI


DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk pelaksanaan Pasal 21 Keputusan Bersama Menteri


Kesehatan dan Kepala badan Kepegawaian Negara Nomor :
1740/MENKES/SKB/XII/2003 dan Nomor : 54 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi
dan Angka Kreditnya perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter
Gigi dan Angka Kreditnya;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587;
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Gaji
Pegawai Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3098), sebagaimana beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2011
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
24);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
194, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4015), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun
2003 tentang Perubahan Formasi Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4332);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4016),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 tahun 2002 tentang Perubahan atas Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4192);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 tahun 2002 tentang Perubahan atas
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4193);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2009 (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 164);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5135);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas
Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58);
13. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
240);
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003 Tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya;
15. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala badan
Kepegawaian Negara Nomor : 1740/MENKES/SKB/XII/2003
dan Nomor : 54 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
153/MENKES/SK/III/2006 Tentang Pedoman Penilaian
Angka Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan di Lingkungan
Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS


JABATAN FUNGSIONAL DOKTER GIGI DAN ANGKA KREDITNYA.

Pasal 1

(1) Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya yang
selanjutnya disebut Petunjuk Teknis merupakan Pedoman Bagi Pejabat
Fungsional Dokter Gigi, Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter Gigi, dan Pejabat
Struktural yang terkait dengan pengelolaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi.
(2) Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal .........2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ....... 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR ......
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor .......Tahun 2014
Tentang : Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Dokter Gigi dan Angka Kreditnya

BAB I PENDAHULUAN

A. Umum
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil menyatakan
bahwa untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan pembinaan
pegawai negeri sipil perlu ditetapkan jabatan fungsional.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan peraturan pemerintah
tersebut telah ditetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
141/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
Gigi dan Angka Kreditnya.
Sebagai Tindak lanjut Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
141/KEP/M.PAN/11/2003 telah ditetapkan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 54 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya.
Sebagai penjabaran dan pelaksanaan operasional peraturan-
peraturan tersebut di atas, perlu disusun kembali Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya yang
mengatur hal-hal berkenaan dengan pengelolaan administrasi
kepegawaian dan rincian kegiatan teknis Jabatan fungsional
Dokter Gigi.
Pengelolaan administrasi kepegawaian dan rincian kegiatan
tersebut meliputi jenjang jabatan dan jenjang pangkat, unsur dan
sub unsur kegiatan, butir kegiatan, definisi operasional,
kewenangan, penilaian angka kredit, pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit, sekretariat tim penilai, pengajuan usul
penilaian angka kredit, tatacara penilaian dan penetapan angka
kredit, tatacara penempatan, pengangkatan, kenaikan jabatan,
kenaikan pangkat, perpindahan jabatan, pembebasan sementara,
pengangkatan kembali, pemberhentian dari jabatan dan uji
kompetensi. Petunjuk Teknis ini meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan pembinaan jabatan fungsional dokter gigi meliputi
pengangkatan, kenaikan pangkat, pemberhentian dari jabatan
fungsional dokter gigi, fungsi dan tugas, tata cara dan kriteria
penilaian, serta pejabat yang berwenang dalam pembinaan dan
penilaian pejabat fungsional dokter gigi.

B. Tujuan
Sebagai pedoman bagi pemangku/calon pemangku Jabatan
Fungsional Dokter Gigi dan pihak yang berkepentingan agar
memiliki pengertian dan pemahaman yang sama tentang
ketentuan Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan angka kreditnya.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini dipergunakan dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian khususnya pengembangan karier bagi Jabatan
Fungsional Dokter Gigi yang bertugas pada sarana kesehatan
Pemerintah baik dilingkungan Kementerian Kesehatan, maupun
yang dipekerjakan dan diperbantukan pada sarana kesehatan
dilingkungan instansi Pemerintah di luar Kementerian Kesehatan,
Pemerintah Daerah dan TNI-POLRI.

D. Pengertian
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Dokter Gigi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat pada sarana
pelayanan kesehatan.
2. Jabatan fungsional dokter gigi adalah jabatan yang termasuk
dalam rumpun kesehatan yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis di bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan baik di
lingkungan Kementerian Kesehatan maupun di
Kementerian/Lembaga lainnya di luar Kementerian Kesehatan,
dan hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3. Tugas pokok pejabat fungsional dokter gigi adalah memberikan
pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membina
peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
kesehatan kepada masyarakat.
4. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan
dan/atau akumulasi nilai butir butir kegiatan yang harus
dicapai oleh seorang Dokter Gigi dalam rangka pembinaan
karier kepangkatan dan jabatannya.
5. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut, adalah bentuk pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat dalam upaya
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan akibat
penyakit gigi dan mulut, peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, serta pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka kemandirian di bidang kesehatan gigi dan mulut.
6. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut klinis, adalah pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di klinik, baik di
Puskesmas, Rumah Sakit atau Unit Pelayanan Kesehatan
lainnya, yang terdiri dari tindakan medik gigi dan mulut (dasar
umum, dasar khusus, spesialis dan darurat), kunjungan visite
pasien, pencatatan medik, konsultasi, rujukan, pemeriksaan
dental forensic, tugas jaga sampai Kepala Puskesmas.
7. Sarana pelayanan kesehatan, adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan gigi dan mulut,
yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, dan atau Unit
Kesehatan lainnya baik yang berada di lingkungan maupun
dibawah jajaran Kementerian Kesehatan maupun yang berada
di lingkungan dan dibawah jajaran Kementerian/Lembaga
lainnya di luar Kementerian Kesehatan.
8. Tim penilai angka kredit, adalah tim penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas menilai
prestasi kerja Dokter Gigi.
9. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan,
Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksanan Harian Badan
Narkotika Nasional serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
lain yang dipimpin oleh pejabat struktural eselon I dan bukan
merupan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
10. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, adalah
Gubernur.
11. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota, adalah
Bupati/Walikota.
12. Pemberhentian adalah pemberhentian dan jabatan Dokter Gigi
bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil.
13. Tindakan medik gigi dan mulut dasar umum, adalah rangkaian
kegiatan berupa menentukan diagnose, merencanakan,
melaksanakan dan membuat evaluasi tindakan
pencegahan/perlindungan dana atau pengobatan,
penyembuhan, pemulihan dari kelainan penyakit gigi dan
mulut esensial di masyarakat (misalnya tindakan fissure
sealant, tumpatan, pencabutan dan sejenisnya).
14. Tindakan medik gigi dan mulut dasar khusus, adalah
rangkaian kegiatan berupa menentukan diagnose,
merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi tindakan
penyembuhan dan pemulihan dari kelainan/penyakit gigi dan
mulut dengan menggunakan sarana penunjang Rumah
Sakit/Unit Kesehatan lainnya antara lain rontgen,
laboratorium, unit rawat inap, (misalnya : pelayanan
orthodonsi/prosthodonsi/bedah mulut sederhana).
15. Tindakan medik gigi dan mulut spesialis, adalah rangkaian
penyembuhan dan pemulihan di bidang kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis sesuai dengan
surat penugasannya dari Departemen Kesehatan atas
kewenangannya dalam bidang spesialisasinya, dengan
menggunakan sarana penunjang Rumah Sakit/unit kesehatan
lainnya antara lain rontgen, laboratorium, unit rawat inap,
(misalnya : pelayanan orthodonsi/prostodonsi/bedah
mulut/pedodonsi/endodonsi/oral medicine).
16. Kunjungan/visite kepada pasien rawat inap, adalah kegiatan
kunjungan kepada pasien rawat inap untuk observasi,
evaluasi, komunikasi dan rencana tindak lanjut dalam rangka
penyembuhan/pemulihan pasien dalam asuhannya.
17. Tindakan darurat medik gigi dan mulut, adalah tindakan
darurat yang dilakukan secara cepat dan tepat untuk
mencegah kesakitan/kecacatan akibat
komplikasi/kelainan/penyakit gigi dan mulut.
18. Catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap, adalah
catatan medik gigi dan mulut (status lengkap) bagi penderita
yang dirawat inap di Rumah Sakit.
19. Catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan, adalah
catatan medik gigi dan mulut (status lengkap) bagi penderita
rawat jalan di Rumah Sakit, Puskesmas atau Unit Pelayanan
Kesehatan lainnya termasuk UKGS.
20. Konsultasi dari pasien/masyarakat, adalah kegiatan bertukar
pikiran tentang kelainan atau penyakit gigi dan mulut, serta
data, informasi, keahlian, teknologi, program kesehatan gigi
dan mulut dengan pasien atau dengan masyarakat.
21. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya, adalah kegiatan
konsultasi yang dilakukan dengan tenaga kesehatan lainnya
(Dokter Gigi/dokter spesialis/tenaga ahli lainnya) tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
penderita/masyarakat.
22. Rujukan medik gigi dan mulut, adalah kegiatan menuliskan
pengantar rujukan dengan data-data serta hal lain yang
diperlukan secara lengkap atau menuliskan jawaban rujukan
dengan keterangan dan instruksi dan hal lain yang diperlukan
secara lengkap, yang dilaksanakan timbal balik horizontal
maupun vertical, baik rujukan pasien, teknologi maupun
model.
23. Pengujian kesehatan gigi dan mulut, adalah tindakan
memeriksa kesehatan gigi dan mulut individu/perorangan
dalam rangka general check up/pengujian untuk kesehatan.
24. Pemeriksaan dental forensic, adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi sesorang melalui Ilmu Kedokteran
Kehakiman, dengan cara pemeriksaan keadaan gigi dan mulut.
25. Tugas Jaga, adalah setiap pelayanan kesehatan gigi dan mulut
diluar ketentuan tugas rutin sesuai dengan peranan profesinya
yang meliputi tugas jaga sore, malam, dan 24 jam dalam
rangka kedinasan.
26. Daerah terpencil dan atau rawan, adalah daerah yang sangat
sukar dijangkau oleh transportasi dan komunikasi, yang
disebabkan antara lain oleh keadaan geografis, distribusi
penduduk yang terpencar dan jarang sehingga mendapat
kesukaran dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan
kesehatan.
27. Resiko pekerjaan, adalah suatu ancaman terhadap
keselamatan atau kesehatan petugas sebagai akibat bertugas di
unit pelayanan kesehatan/daerah tertentu.
28. Bertugas sebagai Kepala Puskesmas adalah Dokter Gigi
sebagai Kepala Puskesmas berdasarkan surat keputusan
pejabat yang berwenang.
29. Pelayanan Kesehatan Masyarakat di bidang kesehatan gigi dan
mulut, adalah upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan
mulut melalui pendekatan edukatif rangkaian tindakan siklus
pemecahan masalah secara sistematik terutama golongan
rentan terhadap kelainan/penyakit gigi dan mulut.
30. Pengidentifikasian masalah kesehatan gigi dan mulut, adalah
upaya yang dilakukan untuk menentukan masalah kesehatan
gigi dan mulut baik melalui survei/penelitian dalam
masyarakat, penelitian dokumen maupun melalui pendapat
ahli, sehingga menghasilkan analisa situasi kesehatan gigi dan
mulut secara holistic dan relevan untuk program, yang
diketahui dan disetujui oleh atasan langsungnya.
31. Pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut, adalah upaya
yang dilakukan meliputi pengkajian pemecahan masalah
kesehatan gigi dan mulut meliputi tahap-tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pengendaliannya yang relevan dengan
program, serta diketahui dan disetujui oleh atasan
langsungnya.
32. Evaluasi kesehatan gigi dan mulut, adalah upaya yang
dilakukan meliputi pengkajian daya guna/hasil guna program
dalam bentuk tulisan/umpan balik, termasuk saran-saran
penyempurnaanya yangdiketahui dan disetujui oleh atasan
langsungnya.
33. Pengamatan epidemiologi penyakit gigi dna mulut, adalah
kegiatan yang menyelidiki hubungan antar factor-faktor yang
dapat menimbulkan penyakit gigi dan mulut, akibat-akibatnya
serta penyebarannya.
34. Penyuluhan kepada masyarakat, adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh dokter gigi kepada kelompok-
kelompok tertentu kepada masyarakat (seperti petani, PKK, dan
lain-lain), dengan cara memberi ceramah dan demonstrasi serta
menggunakan alat-alat peraga yang berkaitan dengan materi
penyuluhan.
35. Pengarahan di bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah
kegiatan yang ditujukan untuk menggerakkan program
kesehatan gigi dan multu yang ditujukan kepada tenaga
pelaksana, baik lintas sector (Departemen Dalam Negeri,
Departemen Agama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Departemen Pertanian dan lain-lain) maupun lintas program.
36. Kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut,
adalah kegiatan melatih kader yang dipilih oleh masyarakat
melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dengan
memberikan ceramah, diskusi, demonstrasi dan dengan
menggunakan pedoman, alat peraga dan lain-lain.
37. Pengembangan profesi Dokter Gigi adalah pengembangan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan bakat yang
bermanfaat bagi profesinya dalam melaksanakan tugas.
38. Karya tulis ilmiah, adalah karya tulis yang disusun baik secara
kelompok maupun perorangan yang membahas sesuatu pokok
bahasn dengan menuangkan gagasan-gagasan tertentu melalui
identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisa
permasalahan, dan saran-saran pemecahannya.
39. Penulis Utama, adalah seseorang yang memprakarsai
penulisan, pemilik ide tentang hal yang akan ditulis, pembuat
outline, penyususnan konsep serta pembuat konsep akhir dari
penulisan tersebut.
40. Penulis Pembantu, adalah seseorang yang memberikan
bantuan kepada penulis utama dalam hal :
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. Analisa Data
d. Menyempurnakan konsep
e. Tambahan Bahan
41. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun secara perorangan maupun kelompok yang
membahas suatu pokok persoalan dan merupakan hasil
penelitian ilmiah tentang kesehatan gigi dan mulut.
42. Karya tulis ilmiah hasil pengkajian, survey dan atau evaluasi di
bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun secara perorangan atau kelompok yang
membahas suatu pokok persoalan dan merupakan pengkajian
hasil survei/evaluasi tentang kesehatan gigi dan mulut.
43. Karya tulis ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah di
bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah karya tulis ilmiah
yang disusun oleh seseorang atau kelompok yang membahas
suatu pokok persoalan yang merupakan tinjauan/ulasan
ilmiah tentang kesehatan gigi dan mulut.
44. Penyampaian prasaranan berupa tinjauan, gagasan, atau
ulasan ilmiah di bidang kesehatan gigi dan mulut, adalah
kegiatan berbicara dan mempertanggung jawabkan prasaran
yang disampaikan dalam forum ilmiah profesi.
45. Bimbingan, adalah kegiatan yang bersifat memberi contoh,
dorongan dan petunjuk kepada Dokter Gigi dengan golongan
pangkat/jabatan lebih rendah dalam kegiatan yang meliputi :
a. Mengamati pelaksanaan tugas,
b. Meningkatkan profesi
c. Memberi petunjuk dalam pelaksanaan tugas/penggunaan
peralatan dan sebagainya.
46. Teknologi tepat guna adalah pengembangan teknologi yang
mengacu pada :
a. Masalah kesehatan gigi masyarakat setempat
b. Sumber daya yang tersedia di masyarakat (seperti tenaga,
peralatan, dana, dan lain-lain)
c. Dapat diterima oleh masyarakat baik pemberi maupun
penerima pelajaran
d. Sesuai dengan azas manfaat secara berdayaguna dan
berhasil guna.
47. Kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Gigi dalam rangka
memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
bidang kesehatan.
48. Kegiatan dalam Tim Penilai Jabatan Dokter Gigi, adalah
kegiatan yang dikaitkan dengan kedudukan sebagai anggota
Tim Penilai Jabatan Dokter Gigi.
49. Mengajar/melatih pada DIKLAT, adalah kegiatan belajar
mengajar dalam forum pendidikan formal/pusat pendidikan
dan latihan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
50. Seminar adalah suatu metode belajar dimana para peserta
dilatih untuk saling bekerjasama, berpikir dan menyatakan
pendapat untuk memecahkan masalah yang dihadapi hingga
tercapai suatu kesimpulan berdasarkan pendapat bersama.
51. Lokakarya, adalah suatu pertemuan yang dilaksanakan untuk
membahas dan memadukan suatu karya tertentu dari para
peserta.
52. Terjemahan, adalah kegiatan dalam rangka pengalih bahassan
suatu tulisan dari suatu Bahasa ke dalam Bahasa lain.
53. Saduran, adalah karya tulis atau terjemahan secara bebas
dengan meringkaskan, menyederhanakan atau
mengembangkan tanpa mengubah intisari tulisan asal.
54. Abstrak tulisan ilmiah, adalah intisari tulisan ilmiah secara
tepat dan padat.
55. Keanggotaan dalam Organisasi rofesi, adalah kedudukan
seorang Dokter Gigi dalam organisasi profesi yang dianutnya
baik bersifat internasional maupun nasional yang bertujuan
meningkatkan kemampuan profesinya.
56. Tanda penghargaan/tanda jasa, adalah tanda kehormatan
yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia, negara
asing atau organisasi ilmiah Nasional/Internasional yang
mempunyai reputasi baik di kalangan masyarakat ilmiah.
57. Gelar kesarjanaan lainnya, adalah gelar kesarjanaan keahlian
tambahan yang setingkat dan mempunyai manfaat dalam
melaksanakan tugas pokok para Dokter Gigi.
58. Pengadaan dana pengelolaan dana upaya kesehatan
masyarakat, adalah kegiatan dalam upaya pengumpulan dana
tau pengelolaan dana untuk pelaksanaan kesehatan
masyarakat.
59. Penanggulangan bencana alam dilapangan, adalah upaya
pelayanan kesehatan di luar Rumah Sakit atau Puskesmas
yang ditujukan kepada individu/keluarga/masyarakat yang
ditimpa suatu musibah yang dideritanya.
60. Kegiatan dalam Tim penanggulangan penyakit tertentu, adalah
keanggotaan dokter gigi dalam Tim penanggulangan penyakit
yang bersifat khusus termasuk penyakit menular dan penyakit
lainnya yang dianggap membahayakan kesehatan masyarakat
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan.
61. Kegiatan bantuan/partisipasi bidang kesehatan, adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Gigi yang hasilnya
bermanfaat bagi usaha peningkatan kesehatan masyarakat.
BAB II

KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK

A. Kedudukan dan Tugas Pokok

1. Dokter Gigi berkedudukan sebagai pejabat Fungsional yang diangkat


oleh pejabat yang berwenang dengan tugas utama melakukan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat pada Sarana
Pelayanan Kesehatan.
2. Dokter Gigi sebagaimana tersebut dalam ayat butir I di atas hanya
dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus Pegawai Negeri
Sipil.
3. Tugas pokok Dokter Gigi adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan, kepada masyarakat meliputi
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
akibat kelainan/penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di
bidang Kesehatan.

B. Tanggung Jawab dan Wewenang

1. Tanggung jawab Dokter Gigi adalah melaksanakan tugas sebagai


Dokter Gigi sesuai dengan beban tugas yang diberikan kepadanya
dalam rangka pelaksanaan tugas umum Pemerintah dan
pembangunan bidang kesehatan.
2. Wewenang Dokter Gigi adalah merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan untuk mencapai hasil
pekerjaan yang optimal.
BAB III

JENJANG JABATAN, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN JABATAN


FUNGSIONAL DOKTER GIGI

A. Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Dokter Gigi


Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Dokter Gigi dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Dokter Gigi


JABATAN JENJANG JENJANG KEPANGKATAN GOLONGAN/R
FUNGSIONAL JABATAN UANG

Pertama a Penata Muda Tingkat I III/b

a. Penata III/c
Muda
b. PenataTingkat I III/d

a. Pembina IV/a

Dokter Gigi Madya b. Pembina Tingkat I IV/b

c. Pembina Utama Muda IV/c

a Pembina Utama Madya IVd

Utama b Pembina Utama IVe

B. Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


Unsur dan sub unsur kegiatan Dokter Gigi yang dapat dinilai angka
kreditnya, terdiri dari :
1. Pendidikan, meliputi :
a. Pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kesehatan gig dan
mulut serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Latihan (STTPL) atau sertifikat.
2. Pelayanan kesehatan, meliputi :
a. Penyembuhan penyakit gigi dan mulut;
b. Pemulihan kesehatan akibat penyakit gigi dan mulut;
c. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pencegahan
penyakit gigi dan mulut;
d. Pembuatan catatan medik untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap;
e. Pelayanan kesehatan lainnya untuk masyarakat;
f. Pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di
bidang kesehatan.
3. Pengabdian pada masyarakat, meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
b. Pelaksanaan tugas lapangan di bidang kesehatan;
c. Pelaksanaan penanggulangan penyakit/wabah tertentu.
4. Pengembangan Profesi, meliputi :
a. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan gigi dan
mulut;
b. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnyta di bidang
kesehatan gigi dan mulut;
c. Pembuatan buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis di bidang kesehatan gigi dan mulut;
d. Penemuan teknologi tepat guna di bidang kesehatan gigi dan
mulut.
5. Penunjang tugas Dokter Gigi meliputi :
a. Pengajar/Pelatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut;
b. Peran serta dalam kegiatan seminar/lokakarya di bidang
kesehatan gigi dan mulut;
c. Keanggotaan dalam organisasi profesi Dokter Gigi;
d. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter Gigi;
e. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya;
f. Perolehan piagam kehormatan.

C. Penilaian Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


Penilaian angka kredit angka kredit jabatan fungsional dokter gigi
dibedakan menjadi dua (2) unsur yaitu unsur utama dan unsur
penunjang.
1. Unsur Pendidikan
a. Sub Unsur Mengikuti Pendidikan Formal dan memperoleh
gelar/ijazah :
1) Angka kredit Pendidikan formal sebesar 150 dan untuk
pelaksana semua jenjang
2) Ijazah yang diakui adalah ijazah dari pendidikan dokter gigi
yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi, baik negeri maupun
swasta, dan telah memperoleh pengesahan atau akreditasi dari
instansi yang berwenang. Ijazah yang dikeluarkan oleh
perguruan tinggi luar negeri harus memperoleh pengesahan
kesetaraan dari instansi berwenang di Indonesia.
3) Ijazah yang diajukan pertama kali untuk menduduki jabatan
fungsional dokter gigi harus terkait dengan bidang kedokteran
gigi.
4) Ijazah yang lebih tinggi tapi tidak sesuai dengan bidang
kepakaran dokter gigi, hanya dinilai sebagai unsur penunjang,
kecuali tema disertasi/tesis yang ditulisnya berkaitan dengan
bidang kedokteran gigi. (perlu konfirmasi)
5) Pengusulan penilaian angka kredit dengan menggunakan ijazah
harus melampirkan fotocopy ijazah dan transkrip nilai yang
disahkan pejabat/kepala unit kerja tertinggi di instansi tersebut.
6) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah
a) Foto copy Ijazah ataupun yang disahkan oleh Pejabat yang
berwenang.
b) Apabila Dokter Gigi yang bersangkutan pendidikan di luar
negeri, maka bukti fisik yang bersangkutan sebagai dasar
penilaian adalah :
- foto copy ijazah dari Universitas asal yang disahkan oleh
Pejabat yang berwenang;
- Surat Keputusan Penyesuaian dari Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
(Kemenristekdikti).
7) Perhitungan Pemberian angka kredit
a. Yang dimaksud pendidikan formal adalah pendidikan yang
diakui oleh Kemenristekdikti dan Kemenkes yaitu :
1) Strata 2 (S2) atau yang setara; Dokter Gigi Spesialis,
Magister dalam bidang kesehatan atau kedokteran
seperti; M.Kes, MKM, MPH, Msc, MMRS, MARS.
2) Strata 3 (S3) atau yang setara; Doktor, Ph.D atau
Spesialis Konsultan.
3) Untuk Dokter Gigi yang memperoleh ijazah yang setara
dengan strata 2, sebagaimana poin 1 bilamana ia
memperoleh sertifikat pendidikan setara dengan strata 2
yang lain maka untuk setiap tambahan ijazah diberi
tambahan nilai 15.
4) Bagi Dokter Gigi yang memperoleh ijazah Spesialis yang
diterbitkan oleh Kemenristekdikti diberi tambahan nilai
25.
5) Bagi Dokter Gigi yang memperoleh ijazah S1, S2 dan S3,
namun bukan bidang kesehatan, misalnya Sarjana
Ekonomi, Sarjana Komunikasi, Sarjana Informatika, dll.
Diberi angka kredit sebagai unsur penunjang yang
besarnya sebagai berikut :
(1) Doktor (S3) 15
(2) Pasca Sarjana (S2) 10
(3) Sarjana (S1) 5
Contoh :
1. Drg. Widya adalah seorang tenaga Dokter Gigi berpendidikan
Dokter Gigi, kemudian yang bersangkutan mengikuti pendidikan
spesialisasi di bidang prosthodontie, dalam hal ini Drg. Widya
tersebut berhak memperoleh angka kredit 25 sebagai unsur
utama.
2. Drg. Manahan adalah seorang tenaga Dokter Gigi yang mengikuti
pendidikan sarjana hukum (program S1) dalam hal ini yang
bersangkutan diberi nilai 5 sebagai unsur penunjang.
3. Drg. Suzan adalah seorang tenaga Dokter Gigi yang mengikuti
pendidikan S2 mendapat ijazah M.Kes. Maka dalam hal ini yang
bersangkutan diberi nilai 10 sebagai unsur penunjang.
4. Drg. Mila adalah Dokter Gigi Spesialis Prosthodontie yang
mengikuti pendidikan Master Public Health (MPH). Dalam hal ini
yang bersangkutan mendapatkan angka kredit 10 sebagai unsur
penunjang.
5. Drg. Novdini adalah Dokter Gigi spesialis Oral Medicine
kemudian mengikuti program S3 Kedokteran Gigi, apabila yang
bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan dan memperoleh
ijazah yang bersangkutan mendapatkan angka kredit 25 sebagai
unsur penunjang.
b. Sub Unsur mengikuti pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan
gigi dan mulut dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Latihan (STTPL).
1) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah :
Foto copy Surat Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) dibidang
kesehatan gigi dan mulut berupa sertifikat dan atau piagam.
2) Pemberian angka kredit
a) Pendidikan dan Pelatihan di bidang kesehatan gigi dan mulut
yang dapat diberikan angka kredit diklat teknis maupun
keterampilan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang terkait
dengan jabatan fungsional dokter gigi. Contoh : Pelatihan
penanggulangan kegawat daruratan pada gigi, Pelatihan
Teknis Fungsional Gigi untuk Dokter Gigi di Puskesmas.
b) Pemberian angka kredit didasarkan pada jumlah jam latihan
yang tercantum dalam STTPL/sertifikat/piagam dan atau
keterangan dari panitia/penyelenggara dan besarnya angka
kredit sesuai dengan yang tercantum dalam tabel sebagai
berikut :
No. Lama Pelatihan Satuan Angka Pelaksana
Hasil Kredit

1. Lamanya lebih dari 960 jam sertifikat 15 Semua jenjang

2. Lamanya antara 641 - 960 sertifikat 9 Semua jenjang


jam

3. Lamanya antara 481 - 640 sertifikat 6 Semua jenjang


jam

4. Lamanya antara 161 - 480 sertifikat 3 Semua jenjang


jam

5. Lamanya antara 81 - 160 sertifikat 2 Semua jenjang


jam

6. Lamanya antara 30 – 80 sertifikat 1 Semua jenjang


jam
2. Unsur Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
1) Bukti fisik yang dipergunakan sebagai dasar penilaian adalah :
a) Surat pernyataan melakukan Pelayanan Kesehatan yang
ditandatangani atasan langsung.
b) Laporan hasil kerja bulanan, semester dan tahunan yang
mengacu kepada lampiran SKB Menkes dan Ka BKN No. 1740
dan No. 54 Tahun 2003.
2) Untuk menghitung jumlah prestasi kerja (hasil kerja) Dokter Gigi
dalam memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana tercantum
dalam butir-butir kegiatan Dokter Gigi, dihitung berdasarkan jam
efektif yang sudah ditentukan serta jam kerja efektif Pegawai
Negeri Sipil dalam satu hari kerja, yaitu 5 jam efektif (Definisi
Operasional 1250 jam/tahun : 240 hari kerja) di dalam satu hari.
Pencatatan hasil kerja setiap Dokter Gigi dalam melaksanakan
butir-butir kegiatan di catat oleh Dokter Gigi ke dalam laporan
hasil kerja harian untuk dilakukan rekapitulasi.
Contoh :
Seorang Dokter Gigi Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut
umum rawat jalan Konsul Utama, untuk pelayanan medik gigi
dan mulut umum rawat jalan Konsul Utama pada seorang pasien
dibutuhkan waktu lebih dari 15 menit/kasus, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :

300 menit
5 jam = = 20 Pasien/hari
15 menit
3) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat sederhana.
Sebagai contoh melakukan pembersihan karang gigi klas 1
kepada 5 pasien, maka angka kredit yang diperoleh adalah :

5
a. Dokter Gigi Pertama x 0,06 = 0,03
10

4) Tindakan medik gigi dan mulut spesialistik


a. Harus dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis yang telah
mempunyai ijazah sesuai dengan Spesialisasinya. Apabila di
dalam suatu daerah tidak ada Dokter Gigi Spesialis tindakan
medik gigi dan mulut spesialistik dapat dilakukan oleh Dokter
Gigi Umum yang terlatih (memiliki sertifikat).
b. Apabila tindakan gigi dan mulut spesialis dilakukan oleh Tim,
maka setiap 10 kasus:
Tim yang dilakukan dalam waktu dan tempat yang sama,
maka :
a. Ketua memperoleh angka kredit 60% dari haknya.
b.Masing-masing anggota memperoleh angka kredit 40% dari
haknya.
c. Apabila dilakukan oleh Tim antar Spesialis yang dilakukan
dalam waktu dan tempat yang berbeda. 100% haknya baik
ketua maupun anggota.
d. Apabila dilakukan oleh Tim antar Spesialis yang dilakukan
dalam waktu dan tempat yang sama ditambah 20% dari
haknya baik ketua sedangkan masing-masing anggota 100%
dari haknya.
5) Dokter Gigi yang memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat dengan cara memberi ceramah dan
demonstrasi serta menggunakan alat-alat peraga yang berkaitan
dengan materi penyuluhan. Jumlah peserta penyuluhan minimal
20 orang dilengkapi dengan daftar hadir.
Contoh : Seorang Dokter Gigi memberikan penyuluhan di suatu
tempat disertai surat tugas, dengan jumlah peserta
penyuluhan 20 orang. Selesai memberikan penyuluhan
Dokter Gigi tersebut membuat bukti fisik dan daftar
hadir.

6) Seorang Dokter Gigi yang melayani atau menerima konsultasi


dari luar atau keluar akan mendapatkan angka kredit.

3. Unsur Pengembangan Profesi


1) Untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi menjadi
Dokter Gigi Madya Pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b sampai dengan Dokter Gigi Utama pangkat Pembina Utama
golongan ruang IV/e, diwajibkan mengumpulkan sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) angka kredit dari unsur pengembangan
profesi.
2) Apabila suatu karya tulis disusun secara bersama-sama. Maka
pembagian angka kredit dibagi kepada semua penulis dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Penulis Utama 60%
 Penulis Pembantu 40%

Contoh : Suatu karya tulis dalam bentuk buku yang di


publikasikan secara nasional ditulis oleh 4 orang.
Maka penulis utama adalah nomor 1 dan penulis
pembantu dalam hal ini 3 orang, yaitu nomor 2 s/d 4
jika Angka Kredit karya tulis tersebut 12.50 maka
setiap penulis pembantu memperoleh :

40% x 12,50
= 1,667
3

4. Unsur Pengabdian Masyarakat


1) Angka Kredit untuk kegiatan pengabdian masyarakat, contohnya
melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan dan
melaksanakan tugas lapangan harus dibuktikan dengan surat
tugas melakukan kegiatan pengabdian masyarakat.
2) Angka Kredit untuk pengabdian masyarakat.
Contoh : Seorang Dokter Gigi mengikuti bakti sosial dalam
rangka menanggulangi penyakit tertentu atau wabah.
Penilaian angka kredit diberikan berdasarkan jumlah
kegiatan bakti sosial yang diikuti dengan menyertakan
surat tugas.

5. Unsur Penunjang Pelayanan Kesehatan


1) Menjadi anggota organisasi profesi Dokter Gigi, sebagai Pengurus
atau sebagai anggota.
2) Menjadi anggota tim penilai sebagai Ketua/Wakil Ketua atau
sebagai anggota.
BAB IV
RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER GIGI

A. Butir Kegiatan
Butir Kegiatan jabatan fungsional Dokter Gigi mengacu
kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003 Tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya.
Jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi tiap
Jenjang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi


JABATAN
FUNGSIONAL JENJANG JABATAN JUMLAH BUTIR KEGIATAN

Pertama 24 Butir Kegiatan

Muda 26 Butir Kegiatan

Dokter Gigi Madya 24 Butir Kegiatan

Utama 23 Butir Kegiatan

B. Definisi Operasional Kegiatan


Definisi Operasional Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi
merupakan penjelasan dari rincian butir kegiatan per-jenjang
Jabatan Fungsional Dokter Gigi sebagai berikut :
I. Rincian kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi sesuai
dengan jenjang jabatan, sebagai berikut :
a. Dokter gigi Pertama
1) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut umum rawat
jalan tingkat pertama;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya. (PMK No.71 Tahun 2013)
2) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut spesialistik
rawat jalan tingkat pertama;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan yang bersifat spesialistik yang dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
3) Melakukan tindakan khusus medik gigi dan mulut tingkat
sederhana oleh Dokter Gigi Umum;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut
perorangan yang bersifat non spesialistik setiap kasus
tindakan selama < 15 menit.
Contoh :
- Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan
permanen yang sederhana (Standar Kompetensi Dokter
Gigi No. 13.1 dan 13.4)
4) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
kompleks tingkat I
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan dan keluarga sesuai dengan bidang gigi
spesialistik yang dimilikinya setiap kasus tindakan < 15
menit. (Permenkes No 1173/MENKES/PER/X/2004)
Tentang RSGM.
5) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut tingkat
sederhana;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat non
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu
<15 menit.
6) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut
kompleks tingkat I;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu >
30 menit.
7) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap
Adalah melakukan kunjungan kepada pasien yang sedang
dirawat karena ada keluhan pada gigi dan mulut atau
mendapatkan rujukan dari sejawat lainnya.
8) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat
sederhana;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 15 menit.
Contoh : Standar Kompetensi Dokter Gigi Domain IV :
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik.
9) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut kompleks
tingkat I;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 60 menit.
10) Melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut;
Adalah melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan
gigi dan mulut.
11) Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan
epidemiolog penyakit gigi dan mulut;
Adalah Melakukan kegiatan untuk mencari informasi dari
berbagai sumber dan mengkompilasinya dalam rangka
menyelidiki hubungan antara faktor-faktor yang dapat
menimbulkan penyakit gigi dan mulut, akibat-akibat serta
penyebabnya.
12) Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut;
Adalah Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat dengan cara memberi ceramah dan
demonstrasi serta menggunakan alat-alat peraga yang
berkaitan dengan materi penyuluhan.
13) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat jalan dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
14) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat inap dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
15) Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut dari / ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang berbeda.
16) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
Menerima dan memberikan layanan konsultasi tentang
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan
yang sama.
17) Menguji kesehatan;
Adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
individu dalam rangka general check up.
18) Melakukan visum et repertum;
Adalah membuat keterangan medis tentang kondisi gigi dan
mulut terhadap jenazah atas permintaan pihak yang
berwenang.
19) Menjadi saksi ahli;
Adalah memberikan keterangan sesuai keahlian atas
permintaan pihak yang berwenang.
20) Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
Adalah Melakukan pemantauan secara cermat terhadap
penggalian jenazah agar data-data medik gigi dan mulut
tidak berubah.
21) Melakukan dental forensik dengan pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi dengan
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
22) Melakukan tugas jaga panggilan/on call;
Adalah melakukan tugas jaga panggilan untuk kasus
kedaruratan medik gigi dan mulut.
23) Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
luar ketentuan tugas rutin.
24) Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah yang jarang penduduknya.

b. Dokter Gigi Muda


1) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut umum konsul
pertama;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya. (PMK No.71 Tahun 2013)
2) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut spesialistik
konsul rujukan pertama;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan rujukan yang bersifat spesialistik yang
dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan,
dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
3) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah Melakukan layanan konsultasi gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 15 menit.
4) Melakukan tindakan khusus medik gigi dan mulut tingkat
sedang oleh Dokter Gigi Umum;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut
perorangan yang bersifat non spesialistik setiap kasus
tindakan selama < 30 menit.
5) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
kompleks tingkat I
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan dan keluarga sesuai dengan bidang gigi
spesialistik yang dimilikinya setiap kasus tindakan < 15
menit. (Permenkes No 1173/MENKES/PER/X/2004)
Tentang RSGM.
6) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 30 menit.
7) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut tingkat
sederhana;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat non
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu
<15 menit.
8) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut
kompleks tingkat I;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu >
30 menit.
9) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap
Adalah melakukan kunjungan kepada pasien yang sedang
dirawat karena ada keluhan pada gigi dan mulut atau
mendapatkan rujukan dari sejawat lainnya.
10) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat
sederhana;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 15 menit.
Contoh : Standar Kompetensi Dokter Gigi Domain IV :
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik.
11) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut kompleks
tingkat I;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 60 menit.
12) Melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut;
Adalah melakukan upaya promotif dan preventif kesehatan
gigi dan mulut.
13) Mengolah data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit gigi dan mulut;
Adalah melakukan management data ( koding, tabulasi )
dari informasi yang didapatkan dalam rangka menyelidiki
hubungan antara faktor-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit gigi dan mulut, akibat-akibat serta penyebabnya
14) Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
Adalah Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat dengan cara memberi ceramah dan
demonstrasi serta menggunakan alat-alat peraga yang
berkaitan dengan materi penyuluhan.
15) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat jalan dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
16) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat inap dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
17) Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut dari / ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang berbeda.
18) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
Menerima dan memberikan layanan konsultasi tentang
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan
yang sama.
19) Menguji kesehatan;
Adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
individu dalam rangka general check up.
20) Melakukan visum et repertum;
Adalah membuat keterangan medis tentang kondisi gigi dan
mulut terhadap jenazah atas permintaan pihak yang
berwenang.
21) Menjadi saksi ahli;
Adalah memberikan keterangan sesuai keahlian atas
permintaan pihak yang berwenang.
22) Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
Adalah Melakukan pemantauan secara cermat terhadap
penggalian jenazah agar data-data medik gigi dan mulut
tidak berubah.
23) Melakukan dental forensik dengan pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi dengan
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
24) Melakukan tugas jaga panggilan/on call;
Adalah melakukan tugas jaga panggilan untuk kasus
kedaruratan medik gigi dan mulut.
25) Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
luar ketentuan tugas rutin.
26) Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah yang jarang penduduknya.

c. Dokter Gigi Madya


1) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah Melakukan layanan konsultasi gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 15 menit.
2) Melakukan tindakan khusus medik gigi dan mulut kompleks
tingkat I oleh Dokter Gigi Umum;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut
perorangan yang bersifat non spesialistik setiap kasus
tindakan selama < 60 menit.
3) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
kompleks tingkat II;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan dan keluarga sesuai dengan bidang gigi
spesialistik yang dimilikinya setiap kasus tindakan < 30
menit. (Permenkes No 1173/MENKES/PER/X/2004)
Tentang RSGM.
4) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 30 menit.
5) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut tingkat
sedang;
Adalah Melakukan tindakan medik darurat gigi dan mulut
serta memberikan medikasi untuk meringankan rasa sakit
pasien tersebut (relief of pain) dengan durasi waktu >15
menit.
6) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut kompleks
tingkat II;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu <
60 menit.
7) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
Adalah melakukan kunjungan kepada pasien yang sedang
dirawat karena ada keluhan pada gigi dan mulut atau
mendapatkan rujukan dari sejawat lainnya.
8) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat sedang;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 30 menit.
Contoh : Standar Kompetensi Dokter Gigi Domain IV :
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik.
9) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut kompleks
tingkat II;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
> 60 menit.
10) Menganalisa data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit gigi dan mulut;
Adalah Melakukan analisis data dalam menentukan
hubungan antara faktor-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit gigi dan mulut, akibat-akibat serta penyebabnya.
11) Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut;
Adalah Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat dengan cara memberi ceramah dan
demonstrasi serta menggunakan alat-alat peraga yang
berkaitan dengan materi penyuluhan.
12) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat jalan dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
13) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat inap dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
14) Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut dari / ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang berbeda.
15) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
kesehatan yang sama.
16) Menguji kesehatan;
Adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
individu dalam rangka general check up.
17) Melakukan visum et repertum;
Adalah membuat keterangan medis tentang kondisi gigi
dan mulut terhadap jenazah atas permintaan pihak yang
berwenang.
18) Menjadi saksi ahli;
Adalah memberikan keterangan sesuai keahlian atas
permintaan pihak yang berwenang.
19) Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
Adalah Melakukan pemantauan secara cermat terhadap
penggalian jenazah agar data-data medik gigi dan mulut
tidak berubah.
20) Melakukan dental forensik tanpa pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi tanpa
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
21) Melakukan dental forensik dengan pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi dengan
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
22) Melakukan tugas jaga panggilan/on call;
Adalah melakukan tugas jaga panggilan untuk kasus
kedaruratan medik gigi dan mulut.
23) Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
luar ketentuan tugas rutin.
24) Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah yang jarang penduduknya.

d. Dokter Gigi Utama


1) Melakukan pelayanan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah Melakukan layanan konsultasi gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 15 menit.
2) Melakukan tindakan khusus medik gigi dan mulut kompleks
tingkat II oleh Dokter Gigi Umum;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut
perorangan setiap kasus tindakan selama > 60 menit dengan
supervisi dari dokter gigi spesialis.
3) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
kompleks tingkat III;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
perorangan dan keluarga sesuai dengan bidang gigi
spesialistik yang dimilikinya setiap kasus tindakan > 30
menit. (Permenkes No 1173/MENKES/PER/X/2004)
Tentang RSGM.
4) Melakukan tindakan medik gigi dan mulut spesialistik
konsultan;
Adalah melakukan tindakan medik gigi dan mulut untuk
kasus-kasus yang sesuai dengan spesialisasinya dengan
durasi waktu > 30 menit.
5) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut tingkat
sedang;
Adalah Melakukan tindakan medik darurat gigi dan mulut
serta memberikan medikasi untuk meringankan rasa sakit
pasien tersebut (relief of pain) dengan durasi waktu >15
menit.
6) Melakukan tindakan darurat medik gigi dan mulut kompleks
tingkat III;
Adalah melakukan tindakan diagnostik medik darurat gigi
dan mulut perorangan dan keluarga yang bersifat
spesialistik serta memberikan medikasi untuk meringankan
rasa sakit pada pasien (relief of pain) dengan durasi waktu >
60 menit.
7) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
Adalah melakukan kunjungan kepada pasien yang sedang
dirawat karena ada keluhan pada gigi dan mulut atau
mendapatkan rujukan dari sejawat lainnya.
8) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut tingkat sedang;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 30 menit.
Contoh : Standar Kompetensi Dokter Gigi Domain IV :
Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik.
9) Melakukan pemulihan fungsi gigi dan mulut kompleks
tingkat III;
Adalah melakukan perbaikan fisiologi gigi untuk
mengembalikan fungsi gigi dan mulut setiap kasus tindakan
< 90 menit.
10) Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut;
Adalah Memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
kepada masyarakat dengan cara memberi ceramah dan
demonstrasi serta menggunakan alat-alat peraga yang
berkaitan dengan materi penyuluhan.
11) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat jalan;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat jalan dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
12) Membuat catatan medik gigi dan mulut pasien rawat inap;
Adalah menuliskan segala tindakan yang dilakukan kepada
pasien rawat inap dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
13) Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut dari / ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang berbeda.
14) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
Adalah menerima dan memberikan layanan konsultasi
tentang kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
kesehatan yang sama.
15) Menguji kesehatan;
Adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
individu dalam rangka general check up.
16) Melakukan visum et repertum;
Adalah membuat keterangan medis tentang kondisi gigi
dan mulut terhadap jenazah atas permintaan pihak yang
berwenang.
17) Menjadi saksi ahli;
Adalah memberikan keterangan sesuai keahlian atas
permintaan pihak yang berwenang.
18) Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
Adalah Melakukan pemantauan secara cermat terhadap
penggalian jenazah agar data-data medik gigi dan mulut
tidak berubah.
19) Melakukan dental forensik tanpa pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi tanpa
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
20) Melakukan dental forensik dengan pemeriksaan
laboratorium;
Adalah melakukan identifikasi kondisi gigi geligi dengan
pemeriksaan laboratorium pada jenazah atas permintaan
pihak yang berwenang.
21) Melakukan tugas jaga panggilan/on call;
Adalah melakukan tugas jaga panggilan untuk kasus
kedaruratan medik gigi dan mulut.
22) Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
luar ketentuan tugas rutin.
23) Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
Adalah melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah yang jarang penduduknya.
BAB V
PENGORGANISASIAN DAN TATA LAKSANA
PENILAIAN ANGKA KREDIT

A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit


Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit Dokter Gigi
adalah sebagai berikut : (Permenpan No 141)

1) Menteri Kesehatan atau pejabat eselon I yang ditunjuk bagi


Dokter Gigi Utama yang berada di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan Instansi di luar Kementerian Kesehatan.
2) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan atau pejabat eselon II yang ditunjuk bagi Dokter
Gigi Pertama sampai dengan Dokter Gigi Madya yang berada di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
3) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi bagi Dokter Gigi Pertama
sampai dengan Dokter Gigi Madya yang bekerja pada sarana
pelayanan kesehatan provinsi.
4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bagi Dokter Gigi
Pertama sampai dengan Dokter Gigi Madya yang bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota
5) Pimpinan Unit Kerja Sarana Pelayanan Kesehatan (serendah-
rendahnya eselon III) pada instansi Pusat di luar Kementerian
Kesehatan bagi Dokter Gigi Pertama sampai dengan Dokter
Gigi Madya yang bekerja pada unit kerja saranan pelayanan
kesehatan masing-masing.

B. Tim Penilai
Ketentuan mengenai syarat pengangkatan untuk menjadi
Anggota Tim Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional Dokter Gigi
mengacu kepada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003
tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya, dan
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan
Nomor 54 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya, yaitu :
I. Ketentuan Tim Penilai
a. Tim penilai yang ditunjuk harus memnuhi syarat sebagai
berikut :
1) Serendah-rendahnya menduduki jabatan/pangkat
setingkat dengan jabatan/pangkat Dokter Gigi yang
dinilai;
2) Mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja
Dokter Gigi; dan
3) Dapat aktif melakukan penilaian
b. Masa jabatan anggota tim penilai adalah 3 (tiga tahun) dan
dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya
dengan maksimal dalam 2 (dua) masa jabatan.
c. Apabila tim penilai yang telah menjabat sebagai tim penilai
telah menjabat dalam 2 (dua) masa jabatan, dan ingin
diangkat kembali, maka tim penilai tersebut harus
melampaui tenggang waktu 1 (satu) tahun masa jabatan.
d. Apabila terdapat anggota tim penilai yang pensiun atau
berhalangan paling singkat 6 (enam) bulan, Ketua tim
Penilai mengusulkan penggantian anggota tim penilai
secara defenitif sesuai masa kerja yang tersisa kepada
pejabat yang berwewenang menetapkan tim penilai.
e. Apabila anggota tim penilai turut dinilai, maka ketua tim
penilai dapat mengangkat anggota tim penilai pengganti.
f. Jumlah anggota tim penilai yang berasal dari dokter gigi
harus lebih banyak dari pada anggota tim penilai yang
berasal dari bukan dokter gigi.
g. Susunan keanggotaan tim penilai terdiri dari unsur bidang
kedokteran gigi, unsur kepegawaian, dan pejabat fungsional
dokter gigi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Seorang ketua merangkap anggota dari unsure teknis;
2) Seorang wakil ketua merangkap anggota dari unsure
kepegawaian;
3) Seorang sekretaris merangkap anggota; dan
4) Paling kurang 4 (empat) orang anggota.
5) Anggota tim penilai paling sedikit 2 (dua) orang dari
pejabat fungsional dokter.
h. Dalam hal komposisi jumlah anggota tim penilai tidak dapat
dipenuhi sebagian atau seluruhnya dari dokter gigi, maka
anggota Tim Penilai dapat diangkat dari pejabat lain yang
mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja dokter
gigi.
i. Apabila tim penilai jabatan fungsional dokter gigi Unit
pelayanan kesehatan Kementerian/Lembaga Pemerintah
(setingkat eselon II) atau tim penilai instansi belum dapat
dibentuk karena belum memenuhi sayarat keanggotaan tim
penilai yang ditentukan, maka penilaian dan penetapan
angka kredit dapat dimintakan kepada tim penilai Diektorat
Jenderal/Tim penilai Sekretariat Direktorat Jenderal.
j. Apabila tim penilai provinsi belum dapat dibentuk karena
belum memenuhi syarat keanggotaan tim penilai yang
ditentukan, maka penilaian angka kredit dokter gigi dapat
dimintakan kepada tim penilai Direktorat jenderal/ Tim
penilai Sekretariat Direktorat Jenderal.
k. Apabila tim penilai kabupaten/kota belum dapat dibentuk
karena belum memenuhi syarat keanggotaan tim penilai
yang diterntukan, maka penilaian angka kredit dokter gigi
dapat dimintakan kepada tim penilai kabupaten/kota
terdekat atau tim penilai provinsi yang bersangkutan atau
tim penilai Direktorat jenderal/ Tim penilai Sekretariat
Direktorat Jenderal .
l. Apabila dipandang perlu, pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit dapat membentuk tim penilai
teknis yang aanggotanya terdiri dari para ahli, baik yang
berkedudukan sebagai PNS atau bukan PNS yang
mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan dalam
menilai angka kredit fungsional dokter gigi.
m. Pembentukan dan susunan anggota tim penilai ditetapkan
oleh:
1) Direktur jenderal yang membidangi pelayanan
kesehatan Kementerian Kesehatan atau pejabat Eselon
II yang ditunjuk untuk tim penilai Direktorat Jenderal;
2) Sekretaris Direktorat Jenderal yang membidangi
pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan untuk tim
penilai Sekretariat Direktorat Jenderal;
3) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (minimal eselon II) di
lingkungan Kementerian Kesehatan untuk tim penilai
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan
4) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (minimal eselon II) di
lingkungan Kementerian/Lembaga lainnya untuk tim
penilai Unit Pelayanan Teknis (UPT) dan instansi di
Kementerian/Lembaga lainnya diluar lingkungan
Kementerian Kesehatan;
5) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk tim penilai
provinsi;
6) Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk Tim Penilai
Kab/Kota.
II. Tugas Pokok dan Fungsi tim Penilai
a. Tugas pokok tim penilai Kementerian adalah:
1) Membantu Menteri Kesehatan atau pejabat Eselon I yang
ditunjuk di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam
menetapkan angka kredit dokter gigi utama yang bekerja
pada sarana pelayanan kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan dan instansi lain di luar
Kementerian Kesehatan.
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Menteri Kesehatan atau pejabat eselon I yang ditunjuk di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional
dokter gigi utama.

b. Tim Penilai Direktorat Jenderal


Tugas pokok tim penilai Direktorat Jenderal adalah:
1) Membantu Direktur Jenderal yang membina pelayanan
kesehatan di Kementerian Kesehatan atau pejabat
Eselon II yang ditunjuk dalam menetapkan angka kredit
bagi jabatan fungsional Dokter Gigi Pertama sampai
dengan Dokter Gigi Madya yang bekerja pada unit
pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Direktur Jenderal yang membina pelayanan kesehatan
Kementerian Kesehatan atau pejabat Eselon II yang
ditunjuk yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit bagi jabatan fungsional Dokter Gigi Pertama
sampai dengan Dokter Gigi Madya yang bekerja pada
unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
3) Melakukan verifikasi dan penilaian terhadap DUPAK;
4) Menentukan besarnya angka kredit yang diperoleh
Dokter Gigi dari hasil prestasi kerja dalam melakukan
butir kegiatan Jabatan Fungsional Dokter Gigi, untuk
Jabatan Fungsional Dokter Gigi Pertama sampai dengan
Jabatan fungsional dokter Gigi Madya.
5) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka
kredit yang telah dituangkan dalam blanko PAK, kepada
kepada Menteri Kesehatan atau pejabat yang ditunjuk
untuk ditandatangani.

c. Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal


Tugas pokok tim penilai Sekretariat Direktorat Jenderal
adalah:
1) Membantu Sekretaris Direktur Jenderal yang membina
pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan dalam
menetapkan angka kredit bagi Jabatan Fungsional
Dokter Gigi Pertama sampai dengan Jabatan fungsional
dokter Gigi Madya yang bekerja pada unit pelayanan
kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan instansi lainnya; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris Direktur Jenderal yang membina pelayanan
kesehatan Kementerian Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit bagi Jabatan Fungsional
Dokter Gigi Pertama sampai dengan Jabatan fungsional
dokter Gigi Madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka
kredit yang telah dituangkan dalam blanko PAK, kepada
kepada Sekretaris Direktorat Jenderal atau pejabat yang
ditunjuk untuk ditandatangani.
d. Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan
Tugas pokok Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan adalah:
1) Membantu Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Kementerian Kesehatan dalam menetapkan angka kredit
Jabatan Fungsional Dokter Gigi Pertama sampai dengan
Jabatan fungsional dokter Gigi Madya yang bekerja pada
unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di
lingkungan Kementerian Kesehatan masing-masing; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit bagi jabatan fungsional dokter gigi pertama
sampai dengan madya.
3) Melakukan verifikasi dan penilaian terhadap DUPAK;
4) Menentukan besarnya angka kredit yang diperoleh
dokter dari hasil prestasi kerja dalam melakukan butir
kegiatan jabatan fungsional dokter gigi, untuk jabatan
fungsional dokter gigi pertama sampai dengan madya.
5) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka
kredit yang telah dituangkan dalam balnko PAK, kepada
kepada pimpinan UPT atau pejabat yang ditunjuk untuk
ditandatangani.

e. Tim Penilai Instansi


Tugas pokok tim penilai instansi adalah:
1) Membantu Pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan
Kementerian/Lembaga Pemerintah di luar lingkungan
Kementerian Kesehatan (setingkat Eselon II ) dalam
menetapkan angka kredit bagi jabatan fungsional dokter
gigi pertama sampai dengan madya yang bekerja pada
unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di
lingkungan masing-masing; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Pimpinan Unit Pelayanan kesehatan/sarana kesehatan
Kementerian/Lembaga Pemerintah di luar Lingkungan
Kementerian Kesehatan (setingkat eselon II) yang
berhubungan dengan penetapan angka kredit bagi
jabatan fungsional dokter gigi pertama sampai dengan
madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai instansi berupa
angka kredit yang telah dituangkan dalam blanko PAK,
kepada kepada pimpinan instansi atau pejabat yang
ditunjuk untuk ditandatangani.

f. Tim Penilai Provinsi


Tugas pokok tim penilai Provinsi adalah:
1) Membantu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dalam
menetapkan angka kredit bagi jabatan fungsional dokter
gigi pertama sampai dengan madya yang bekerja pada
unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di
lingkungan provinsi; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit jabatan fungsional
dokter gigi pertama sampai dengan jabatan fungsional
dokter gigi madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka
kredit yang telah dituangkan dalam balnko PAK, kepada
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau pejabat
yang ditunjuk untuk ditandatangani.

g. Tim Penilai Kabupaten/Kota


Tugas pokok tim penilai Kabupaten/Kota adalah:
1) Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam menetapkan angka kredit bagi jabatan fungsional
dokter gigi pertama sampai dengan jabatan fungsional
dokter gigi Madya yang bekerja pada unit pelayanan
kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
Kabupaten/Kota; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
berhubungan dengan penetapan angka kredit jabatan
fungsional dokter gigi pertama sampai dengan jabatan
fungsional dokter gigi madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka
kredit yang telah dituangkan dalam balnko PAK, kepada
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau pejabat
yang ditunjuk untuk ditandatangani.

h. Tim Penilai Teknis


Tugas pokok tim penilai teknis adalah:
1) Memberikan saran dan pendapat kepada ketua tim
penilai untuk memberikan penilaian kegiatan yang
bersifat khusus dan atau keahlian tertentu.
2) Tim penilai teknis menerima tugas dari dan bertanggung
jawab kepada Ketua Tim Penilai.
i. Tugas Sekretariat Tim Penilai
Untuk membantu Tim Penilai dalam melaksanakan
tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai. Sekretariat Tim
Penilai dipimpin oleh Sekretaris.
1) Kedudukan Sekretariat Tim Penilai
Kedudukan Sekretariat Tim Penilai adalah sebagai
berikut:

a. Sekretariat Tim Penilai Pusat dan Sekretariat Tim


Penilai Unit Kerja berkedudukan pada Sekretariat
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan.
b. Sekretariat Tim Penilai Instansi berkedudukan pada
unit kepegawaian di unit kerja setingkat eselon II pada
Instansi selain Kementerian Kesehatan.
c. Sekretariat Tim Penilai Provinsi berkedudukan pada
unit kepegawaian di Dinas yang membidangi
kesehatan pada Provinsi.
d. Sekretariat Tim Penilai Kabupaten/Kota
berkedudukan pada unit kepegawaian di Dinas yang
membidangi kesehatan pada Kabupaten/Kota.
2) Kriteria/Kompetensi Anggota Sekretariat Tim Penilai
Kriteria/Kompetensi Anggota Sekretariat Tim Penilai
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang peraturan perundang-undangan
terkait dengan jabatan fungsional Dokter Gigi.
b. Memahami mekanisme dan prosedur penilaian angka
kredit Dokter Gigi.
c. Mampu mengadministrasikan terkait penilaian angka
kredit Perawat Gigi ke dalam format penetapan angka
kredit.
d. Dapat menjaga rahasia hasil penilaian angka kredit
Dokter Gigi.
3) Masa Jabatan Anggota Sekretariat Tim Penilai
Masa Jabatan Anggota Sekretariat Tim Penilai mengikuti
masa jabatan Tim Penilai
4) Pemberhentian Anggota Sekretariat Tim Penilai
Anggota Sekretariat Tim Penilai diberhentikan dari
jabatannya apabila:
a. Habis masa jabatan; dan/atau
b. Mengundurkan diri dari keanggotaan Sekretariat Tim
Penilai; dan/atau
c. Pindah tempat kerja yang dapat menghalangi tugas
sebagai Anggota Sekretariat Tim Penilai; dan/atau
d. Dijatuhi hukuman tingkat sedang atau berat di bidang
kepegawaian; dan/atau
e. Berhenti atau diberhentikan sebagai pegawai negeri
sipil.
Bagi Anggota Sekretariat Tim Penilai yang
diberhentikan sebelum habis masa jabatannya, dapat
diganti dengan anggota baru dengan Keputusan
Pejabat yang berwenang mengangkat dan
memberhentikan keanggotaan Sekretariat Tim Penilai.

5) Rincian Tugas Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit:


a. Menerima DUPAK berikut kelengkapannya.
b. Memverifikasi dan mengkonfirmasi kekurangan
kelengkapan berkas DUPAK.
c. Mengadministrasikan DUPAK berikut kelengkapannya.
d. Menyiapkan persidangan Tim Penilai.
e. Mendistribusikan DUPAK berikut kelengkapannya
kepada Tim Penilai.
f. Mendokumentasikan hasil kerja Tim Penilai dan bukti
prestasi kerja yang telah dinilai.
g. Membantu tim penilai dalam menuangkan pemberian
angka kredit Dokter Gigi yang telah disepakati Tim
Penilai ke dalam format PAK untuk ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang.
h. Memfasilitasi Tim Penilai dalam pelaksanaan tugas
penilaian.
i. Melaporkan pelaksanaan tugas kesekretariatan
kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.

III. Prosedur dan Tata Cara Penilaian Penetapan Kredit


1. Prosedur pengusulan angka kredit
Prosedur pengusulan angka kredit adalah:
a. Pejabat jabatan fungsional dokter gigi menyusun DUPAK 2
(dua) kali dalam 1(satu) tahun pada periode Januari s/d
Juni dan Juli s/d Desember.
b. Pejabat jabatan fungsional dokter gigi mencantumkan
perkiraan angka kredit prestasi kerjanya ke dalam formulir
Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) jabatan
fungsional dokter gigi berikut kelengkapan berkasnya untuk
disampaikan kepada Kepala UnitKerja/UPT/UPTD yang
bersangkutan.
c. Kepala Unit Kerja/UPT/UPTD yang bersangkutan dibantu
oleh tim verifikasi meneliti ulang kebenaran DUPAK berikut
kelengkapannya.
d. Setiap dokter gigi berdasarkan hasil kegiatan yang
dituangkan dalam Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
(DUPAK) diharuskan mengusulkan paling kurang satu kali
dalam satu tahun dengan melampirkan bukti-bukti sebagai
berikut :
1) Salinan/fotokopi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) tahun
terakhir yang diketahui atasan langsung (Apabila usul
angka kredit telah mencapai kumulatif minimal yang
dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi) yang dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
2) Salinan/fotokopi surat keputusan kenaikan jabatan dan
pangkat terakhir yang diketahui atasan langsung.
3) Salinan/fotokopi surat keputusan terakhir tentang
pengangkatan pertama/pengangkatan kembali dalam
jabatan dokter gigi yang diketahui atasan langsung.
4) Salinan/fotokopi Penetapan Angka Kredit (PAK) terakhir
yang diketahui atasan langsung.
5) Bukti fisik hasil pelaksanaan tugas sebagai Dokter Gigi.
6) Surat Penugasan dan Uraian Tugas (tugas pokok dan
diluar tugas pokok)
7) Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) Nurse
Diploma/Ners/Ners Spesialis yang masih berlaku atau
Surat Bukti pengurusan STR yang baru.
8) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
9) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan (SPMK) di
bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut dari pejabat
yang berwenang;
10) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi di bidang pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dari pejabat yang berwenang;
11) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan
penunjang di bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dari pejabat yang berwenang.
12) Melampirkan seluruh bukti fisik hasil pelaksanaan
kegiatan.
e. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit diajukan dengan surat
pengantar dari pejabat sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003
tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka
Kreditnya. Pengajuan usul penetapan angka kredit harus
telah sampai kepada Sekretariat TPAK yang berwenang
menetapkan angka kredit selambat-lambatnya:
1) Tanggal 15 Juni bagi dokter gigi yang akan naik
jabatan/pangkat pada periode Oktober tahun yang
bersangkutan.
2) Tanggal 15 Desember bagi dokter gigi yang akan naik
jabatan/pangkat pada periode April tahun berikutnya.
f. Sekretariat TPAK mendistribusikan bahan/berkas usulan
yang sudah lengkap kepada TPAK
g. Pimpinan Unit Kerja menyampaikan bahan/berkas usulan
kepada Sekretariat TPAK.
Sekretariat TPAK mendistribusikan bahan/berkas
usulan yang sudah lengkap kepada TPAK.
 Berkas usulan yang tidak lengkap diberitahukan kepada
pejabat jf dokter melalui Pimpinan Unit Kerja untuk
dilengkapi.
h. TPAK menuangkan ke dalam format PAK.
i. Sekretariat TPAK menyampaikan format PAK kepada PBAK
untuk ditandatangani/disahkan.
j. PAK Asli disampaikan kepada Badan Kepegawaian
Negara/Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.
Pejabat Berwenang
Menetapkan Angka
BKN/Kanreg BKN
Kredit

Tim Penilai
(keluar PAK)

Sekretariat
Tim Penilai

Pimpinan
Unit Kerja

Atasan Langsung Pejabat Pengusul


Dokter gigi
2. Pengumpulan angka Kredit dan Pengajuan DUPAK
Kenaikan pangkat/jabatan Pejabat Fungsional Dokter Gigi
ditingkat yang lebih tinggi, harus menggunakan angka kredit
yang diperoleh dari hasil prestasinya dalam melaksanakan
rincian kegiatan Dokter Gigi, sebagaimana tercantum pada
Lampiran I Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 141 tahun 2003. Prosedur dan tata
cara pengumpulan angka kredit dan pengajuan DUPAK adalah
sebagai berikut :
a) Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Dokter Gigi dicatat, dan
setiap bulan dilaporkan kepada atasan langsungnya untuk
diperiksa dan diteliti kebenarannya, dibuat menurut contoh
formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran I Surat
Keputusan ini.
b) Setiap tahun Dokter Gigi yang bersangkutan membuat
rekapitulasi laporan hasil kerja, selanjutnya diserahkan
atasan langsungnya untuk diperiksa san diteliti
kebenerannya, dibuat menurut contoh formulir
sebagaimana tersebut pada Lampiran II Surat Keputusan
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter
Gigi dan angka kreditnya.
Setelah atasan langsung menerima rekapitulasi laporan
tahunan, dari masing-masing Dokter Gigi yang menjadi
bawahannya, segera membuat Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK), berdasarkan laporan hasil prestasi dari para
Dokter Gigi tersebut, yang dibuat menurut contoh formulir
sebagaimana tersebut pada Lampiran I Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 1740/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 54 Tahun
2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Dokter Gigi dan Angka Kreditnya.
c) DUPAK yang telah dibuat dan ditandatangani oleh atasan
langsung Dokter Gigi yang bersangkutan selanjutnya
diajukan kepada Tim Penilai Unit Kerja yang berada pada
masing-masing Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dan atau
pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bagi Dokter Gigi
yang bertugas di Puskesmas/Puskesmas Pembantu,
Poliklinik/Balai Pengobatan pada Instansi Pemerintah,
untuk dilaksanakan penilaian pendahuluan.

3. Tata Cara Penilaian


Berdasarkan DUPAK yang disampaikan oleh jabatan fungsional
dokter gigi, selanjutnya Tim Penilai melakukan kegiatan
sebagai berikut:

a. Persidangan Tim Penilai dilaksanakan 2 (dua) kali dalam


setahun yaitu setiap bulan Juni dan Desember.
b. Pengambilan keputusan dalam pemberian angka kredit
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1) Ketua Tim Penilai membagi tugas penilaian kepada
anggota Tim Penilai.
2) Setiap usul dinilai oleh 3 (tiga) orang anggota.
3) Setelah masing-masing anggota melakukan penilaian,
hasilnya disampaikan kepada Ketua Tim Penilai melalui
Sekretaris Tim Penilai untuk disahkan.
4) Apabila angka kredit yang diberikan oleh tiga orang
penilai tidak sama, maka pemberian angka kredit
dimusyawarahkan dalam sidang pleno untuk didiskusikan
antar Tim Penilai.
5) Pengambilan keputusan dalam sidang pleno Tim Penilai
dilakukan secara aklamasi atau melalui suara terbanyak.
6) Sekretaris Tim Penilai menuangkan angka kredit hasil
keputusan musyawarah dalam sidang pleno ke dalam
formulir penetapan angka kredit.

c. Bagi Provinsi/Kabupaten/Kota yang belum memiliki Tim


Penilai Jabatan Fungsional dokter gigi, maka Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota
dengan jabatan setara Eselon II tersebut dapat bekerjasama
dengan Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter Gigi pada
Provinsi/Kabupaten/Kota terdekat atau mengadakan
kerjasama dengan Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter
Gigi Tingkat Unit Kerja untuk melakukan penilaian angka
Kredit Dokter Gigi dengan membuat surat kerjasama
penilaian jabatan fungsional dokter gigi.
d. Apabila dari satu unit kerja belum mempunyai tim penilai
dan akan dimintakan penilaian angka kredit ke tim penilai
unit kerja lainnya harus membuat surat kerjasama penilaian
jabatan fungsional bidang kesehatan.

4. Perolehan Angka Kredit Berdasarkan Kewenangan


Melaksanakan Tugas
Apabila pada suatu unit kerja tertentu tidak terdapat dokter
gigi untuk semua jenjang jabatan, maka dokter gigi dalam
jabatan tertentu selain melaksanakan tugas baik unsur utama
maupun unsur penunjang sesuai jenjang jabatannya, juga
dapat melaksanakan tugas dokter gigi pada jabatan satu
tingkat di atasnya atau satu tingkat di bawahnya. Dokter gigi
yang melaksanakan baik unsur utama maupun unsur
penunjang satu tingkat di atas jabatannya, memperoleh
angka kredit 80% (delapan puluh persen) dari angka kredit
butir kegiatan tersebut. Dokter Gigi dapat diberi tugas oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas satu
tingkat di atas jabatannya apabila dokter gigi yang
ditugaskan mempunyai kemampuan dan keahlian
mengerjakan butir kegiatan tersebut.
BAB VI

PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN


SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN DARI
JABATAN.

A. Pejabat Yang Berwenang (mengacu kepada KepmenPAN dan


Juklak)
1. Pengangkatan, kenaikan jabatan, pembebasan sementara,
pengangkatan kembali dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari jabatan Dokter Gigi ditetapkan dengan keputusan
pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada angka 1 di
atas adalah sebagai berikut :
a. Menteri Kesehatan atau Pejabat yang ditunjuk, bagi Dokter yang
menjabat Dokter Madya sampai dengan Dokter Utama.
b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Pejabat yang ditunjuk
bagi Dokter yang menjabat Dokter Pratama sampai dengan
Dokter Muda.

B. Pengangkatan Pertama
1. Persyaratan
a. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam
Jabatan Fungsional Dokter Gigi harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Berijazah serendah-rendahnya ijazah Dokter Gigi
2) Pangkat serendah-rendahnya Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b.
3) Bersedia melakukan tugas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dan memenuhi kode etik Kedokteran Gigi
Indonesia
4) Harus sudah bertugas pada Sarana Pelayanan Kesehatan,
sedikitnya selama 1 tahun terakhir.
5) Telah berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil
6) Tidak sedang menduduki jabatan struktural ataupun
jabatan fungsional lainnya
7) Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan
pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
(DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
8) Telah memiliki Angka Kredit sedikit-dikitnya sebesar 150
yang telah ditetapkan oleh Pejabat Yang Berwenang.

Note : Untuk penilaian angka kredit


1. Perhitungan dimulai sejak masuk sebagai CPNS dengan
menyertakan SPMT.

b. Pegawai Negeri Sipil (Tenaga Dokter Gigi) yang menduduki


Jabatan Struktural atau jabatan lainnya, dapat dialihkan ke
dalam jabatan Dokter Gigi dengan ketentuan, bahwa di
samping memenuhi ketentuan tersebut dalam huruf a (1-7) di
atas, harus pula memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Pernah bertugas sebagai Dokter Gigi pada Sarana Pelayanan
Kesehatan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
2) Sekurang-kurangnya 5 (lima ) tahun sebelum mencapai
batas usia pensiun berdasarkan jabatan terakhir sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Harus beradaptasi (bertugas) pada Sarana Pelayanan
Kesehatan sedikitnya selama satu semester.
2. Prosedur dan Tata Cara
a. Untuk menentukan besarnya angka kredit dan tingkat jabatan
Dokter Gigi bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk
pertama kali, digunakan angka kredit yang berasal dari
Pendidikan, Pelayanan Kesehatan, Pengembangan Profesi dan
Pengabdian Masyarakat.
Contoh: Drg. Rina adalah seorang Dokter Gigi, diangkat
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai
tanggal 1 Maret 2015 dan ditugaskan pada Sarana
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas,
Poliklinik, dll) Setelah 1 (satu) tahun bertugas, yang
bersangkutan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Pada tanggal 29 Februari 2016, diusulkan untuk
diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Dokter Gigi.
Dalam hal yang demikian, maka pengangkatan Drg.
Rina dalam jabatan Dokter Gigi dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Contoh :
a) Angka Kreditnya dihitung mulai dari yang bersangkutan
aktif bertugas pada Sarana Pelayanan Kesehatan, yaitu 1
Maret 2015 s/d 29 Februari 2016 dengan perhitungan
sebagai berikut :
1) Pendidikan
a. Formal (S1) = 150
b. Pendidikan & Pelatihan = 0
2) Pelayanan Kesehatan = 5,4
3) Pengembangan Profesi = 0
4) Pengabdian Masyarakat = 1
5) Penunjang Tugas Dokter Gigi = 1,75
Jumlah = 158,15
b) Pada tanggal 31 Maret 2016 Angka Kredit ditetapkan
sebesar 158,15
c) Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
dapat diangkat dalam jabatan Dokter Gigi Pertama dengan
Angka Kredit 158,15 terhitung mulai tanggal 1 April 2016.

b. Pegawai Negeri Sipil (Tenaga Dokter Gigi) yang beralih dari


jabatan struktural dan atau jabatan fungsional lainnya,
Pangkatnya ditetapkan sesuai dengan pangkat terakhir yang
dimiliki, Jabatan Dokter Gigi ditetapkan sesuai dengan
besarnya angka kredit yg diperolehnya sewaktu bertugas pada
sarana pelayanan kesehatan dan yang lainnya ditambah
dengan angka kredit yang diperolehnya selama beradaptasi
pada sarana pelayanan kesehatan selama 1 (satu) semester
yang berasal dari pelayanan kesehatan dan pengabdian
masyarakat.
Contoh : Drg. Iwan adalah seorang Dokter Gigi terhitung mulai
tanggal 1 Maret 2004 Diangkat sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil dan ditugaskan pada Sarana
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas). Setelah 4 tahun
kemudian yaitu Tmt 1 April 2008 dan diangkat
sebagai Pejabat Eselon IV/b di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kudus. Setelah PNS yang bersangkutan
menduduki pangkat puncak dalam jenjang jabatan
yang didudukinya (menduduki pangkat Penata Tk.I –
Gol. III/d), terhitung mulai tanggal 1 Desember 2014
PNS yang bersangkutan dipindahkan ke Sarana
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit). Setelah bertugas
1 semester di Sarana Pelayanan Kesehatan yaitu pada
1 Juli 2015 diusulkan untuk diangkat dalam jabatan
Fungsional Dokter Gigi. Dalam hal yang demikian,
maka pengangkatan Drg. Iwan dalam jabatan Dokter
Gigi dilaksanakan ketentuan sebagai berikut :
a) Angka Kreditnya dihitung mulai dari
bersangkutan aktif bertugas pada Sarana
Kesehatan, yaitu : 1 Maret 2004 s/d 1 April
2008, ditambah dengan Angka Kredit yang
diperoleh selama beradaptasi (bertugas) pada
Sarana Pelayanan Kesehatan selama 1
Semester yaitu : 1 Januari 2015 s/d 1 Juli
2015 dengan perhitungan sebagai berikut :
1) Pendidikan
a. Formal (S1) = 150
b. Pendidikan & Pelatihan = 3
(kalau ada)
2) Pelayanan Kesehatan = 24,4
3) Pengembangan Profesi = 0
4) Pengabdian Masyarakat = 0,75
5) Penunjang Tugas Dokter Gigi = 6,75
Jumlah = 184,9

b) Pada tanggal 31 Juli 2015 Angka Kredit


ditetapkan sebesar 184,9.
c) Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dapat diangkat dalam jabatan
Dokter Gigi Pertama dengan Angka Kredit
184,9 dalam pangkat Penata Tk. I – Golongan
III/d, terhitung mulai tanggal 1 Agustus
2015.
c. Pengangkatan pertama kali Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
Dokter Gigi, ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan atau Pejabat lain yang ditunjuk menggunakan
contoh formulir sebagaimana tersebut pada Lampiran VI Surat
Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 1740/MENKES/SKB/VII/2003
Dan No.54 Tahun 2003.
d. Kelengkapan berkas.
Setiap usul pengangkatan pertama kali dalam jabatan Dokter
Gigi harus dilampiri kelengkapan berkas sebagai berikut :
1) Ijazah Dokter Gigi
2) Surat Keputusan pengangkatan menjadi PNS dan atau
kenaikan pangkat terakhir.
3) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam tahun
terakhir.
4) Surat Keputusan penugasan dan atau pemindahan pada
Sarana Pelayanan Kesehatan.
5) Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit (PAK) yang telah
ditandatangani Pejabat yang berwenang.
6) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas di Pelayanan
Kesehatan dari PNS yang bersangkutan.

e. Tata cara pengajuan usul pengangkatan pertama.


1. Setiap Pegawai Negeri Sipil (Tenaga Dokter Gigi) yang
bertugas pada Sarana Pelayanan Kesehatan yang
memenuhi persyaratan yang diangkat dalam jabatan Dokter
Gigi, segera mempersiapkan kelengkapan berkas yang
diperlukan serta sekaligus mempersiapkan kelengkapan
berkas untuk bahan penilaian dan penetapan angka kredit,
karena usul pengangkatan Pertama tersebut akan diajukan
secara bersamaan dengan usul penilaian dan penetapan
angka kredit yang diperlukan untuk bahan persyaratan
pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional Dokter
Gigi, selanjutnya kelengkapan berkas tersebut diserahkan
kepada Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan
Administrasi Kepegawaian pada Sarana Pelayanan
Kesehatan tersebut.
2. Setelah Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan
administrasi kepegawaian menerima kelengkapan tersebut,
segera menyiapkan surat pengantar usul penilaian dan
penetapan angka kredit dan usul pengangkatan pertama
dan selanjutnya diserahkan kepada pimpinan Sarana
Pelayanan Kesehatan untuk ditandatangani.

3. Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan akan


menandatangani surat pengantar usul tersebut di atas,
selanjutnya segera mengajukannya kepada pejabat yang
berwenang yaitu :

a. Menteri Kesehatan RI Pimpinan Tinggi di


Kementerian/Lembaga lainnya, sepanjang usul penilaian
dan penetapan angka kredit dan usul pengangkatan
pertama bagi Pegawai Negeri Sipil (Dokter Gigi) yang
akan diangkat dalam jabatan fungsional Dokter Gigi
Pertama pangkat Penata Muda Tk. I-Gol III/b.
b. Pimpinan Tinggi di Kementerian/Lembaga lainnya,
sepanjang usul penilaian dan penetapan angka kredit
dan usul pengangkatan pertama bagi Pegawai Negeri
Sipil (Dokter Gigi) yang akan diangkat dalam jabatan
fungsional Dokter Gigi Pertama pangkat Penata Muda
Tk. I-Gol III/b sampai dengan Dokter Gigi Madya
pangkat Pembina Tk.I-Gol IV/b.
c. Pengangkatan pertama untuk yang di Provinsi dan
Kab/Kota
4. Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada angka 3
a dan b di atas, akan menyerahkan usul tersebut kepada :
a. Tim Penilai yang berada dilingkungan kerjanya
sepanjang mengenai Usul penilaian dan penetapan
angka kredit (Dalam hal ini Tim Penilai Propinsi
dilingkungan Kanwil Depkes dan Tim Penilai Pusat
dilingkungan Kantor Depkes Pusat)
b. Pejabat yang mengelola Administrasi Kepegawaian yang
berada dilingkungan kerja, sepanjang mengenai usul
pengangkatan pertama dalam jabatan Dokter Gigi
(Dalam hal ini Tim Penilai Propinsi dilingkungan Kanwil
Depkes dan Tim Penilai Pusat dilingkungan Kantor
Depkes Pusat).
5. Tim Penilai Pusat dan atau Tim Penilai Provinsi akan
menyelesaikan usul penilaian dan penetapan angka kredit
sesuai prosedur yang berlaku, selanjutnya diserahkan
kepada Pejabat yang berwenang untuk ditandatangani
(ditetapkan).
6. Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada huruf
(3 a dan b) di atas, menyerahkan PAK yang sudah
ditandatangani (ditetapkan) kepada Pejabat yang bertugas
dalam pengelolaan administrai yang berada dilingkungan
kerjanya sebagaimana dimaksud pada ayat 4 b di atas.
7. Setelah Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan
administrasi kepegawaian menerima PAK yang diperlukan,
segera mempersiapkan surat keputusan pengangkatan
pertama ke dalam jabatan Fungsional Dokter Gigi,
selanjutnya disampaikan kepada Pejabat yang berwenang
untuk ditandatangani/ditetapkan.
C. Kenaikan Pangkat
1. Kenaikan Pangkat
a. Pejabat yang berwenang.
Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan
pangkat bagi Pejabat Fungsional Dokter Gigi adalah :
1) Presiden Republik Indonesia untuk kenaikan pangkat
menjadi Pembina Utama Muda Golongan ruang IV/c
sampai dengan Pembina Utama, Golongan ruang IV/e.
2) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk kenaikan
pangkat Gol IIIc Penata sampai dengan Gol IV b
Pembina Tk. I untuk PNS Pusat.
3) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi Yang
bersangkutan untuk kenaikan pangkat Gol IIIc Penata
sampai dengan Gol IV b Pembina Tk. I untuk PNS
Daerah.
4) Pimpinan Tinggi di Kementerian/Lembaga lainnya,
sepanjang usul penilaian dan penetapan angka kredit
dan usul pengangkatan pertama bagi Pegawai Negeri
Sipil (Dokter Gigi) yang akan diangkat dalam jabatan
fungsional Dokter Gigi Pertama pangkat Penata Muda
Tk. I-Gol III/b sampai dengan Dokter Gigi Madya
pangkat Pembina Tk.I-Gol IV/b.

b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan pangkat bagi Pejabat
Fungsional Dokter Gigi adalah sebagai berikut :
1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat
terakhir.
2) Telah dipenuhi angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam
DP-3, sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.

c. Prosedur dan Tata Cara


1) Kelengkapan berkas.
Setiap usul kenaikan jabatan harus melampirkan
berkas-berkas sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir.
b) Surat Keputusan kenaikan jabatan yang terakhir.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam
2 (dua) tahun terakhir.
d) Fotokopi Kartu Pegawai (Karpeg).
e) Surat persetujuan dari pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
f) PAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat
berwenang.

2) Tata cara pengusulan


a) Setiap Dokter Gigi yang telah mengumpulkan angka
kredit kumulatif yang dipersyaratkan untuk kenaikan
pangkat setingkat lebih tinggi, segera mempersiapkan
berkas-berkas yang diperlukan sebagaimana tersebut
angka 1) di atas, serta sekaligus mempersiapkan
kelengkapan berkas untuk bahan penilaian dan
penetapan angka kredit, karena usul kenaikan
jabatan tersebut akan diajukan secara bersamaan
dengan usul penilaian dan penetapan angka kredit,
yang diperlukan untuk bahan persyaratan kenaikan
pangkat. Selanjutnya diserahkan kepada Pejabat yang
bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian pada sarana kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian mempersiapkan surat pengusulan
kenaikan pangkat dan surat pengusulan penilaian
dan penetapan angka kredit bagi Dokter Gigi yang
bersangkutan, selanjutnya diajukan kepada pimpinan
Sarana pelayanan kesehatan dan atau Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditandatangani.
c) Pimpinan Sarana kesehatan dan atau Kepala Dinas
Kesehatan Tingkat II mengajukan usul penilaian dan
penetapan angka kredit dan usul kenaikan pangkat
bagi Dokter Gigi yang bersangkutan kepada :
1) Menteri Kesehatan sepanjang Pejabat Fungsional
Dokter Gigi yang akan dinaikkan pangkatnya
menjadi Pembina Tk.I – Golongan IV/b sampai
dengan Pembina utama - Golongan IV/e.
2) Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM
(KemenKum HAM)
3) Kemudian diteruskan ke Biro Kepegawaian
KemenKum HAM  Tim Penilai di Undang oleh
Biro Kepegawaian untuk sidang penetapan
kenaikan pangkat.
4) Hasil Sidang akan ditetapkan ke dalam sebuah SK,
untuk diserahkan dan di tanda tangani oleh oleh
Sekjen KemenKum HAM.
5) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi sepanjang
Pejabat Fungsional Dokter Gigi yang akan
dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Tk.I –
Golongan III/b sampai dengan Pembina - Golongan
IV/a.
d) Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada
huruf c) di atas, menugaskan Tim Penilai yang
bersangkutan untuk melaksanakan verifikasi
terhadap usul penetapan angka kredit dari Dokter
Gigi (hasil penilaian Tim Penilai Unit Kerja).
e) Setelah Tim Penilai melaksanakan verifikasi terhadap
usul penetapan angka kredit, hasil verifikasi tersebut
oleh Ketua Tim disampaikan kepada Pejabat yang
berwenang untuk ditetapkan angka kreditnya.
Kemudian PAK yang sudah ditandatangani beserta
berkas usul kenaikan pangkat disampaikan kepada
Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan
Administrasi Kepegawaian, yaitu :
(1) Kepala Bagian Kepegawaian pada Dinas Kesehatan
Provinsi sepanjang mengenai usuk kenaikan
pangkat menjadi Penata Muda Tk. I Gol. III/b s/d
Pembina – Gol. IV/a
(2) Kepala Biro Kepegawaian sepanjang mengenai usul
kenaikan pangkat menjadi Pembina Tk. I Gol. IV/b
s/d Pembina Utama – Gol. IV/e.
f) Setelah Pejabat yang mengelola administrasi
kepegawaian sebagaimana tersebut pada huruf e) di
atas menerima PAK, segera disiapkan usul kenaikan
pangkatnya untuk diajukan kepada :
(1) Kepala bagian kepegawaian pada wilayah Dinas
Kesehatan Provinsi, sepanjang mengenai usul
kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tk. I –
Gol. III/b s/d Pembina Gol. IV/a.
(2) Bapak Presiden melalui Menteri Negara Sekretaris
Negara, dan tembusannya kepada Kepala BKN,
oleh Menteri Kesehatan, bagi Dokter Gigi yang
akan dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Tk. I
Gol. IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e.

g.1) Kepala Badan Kepegawaian Negara segera


menerbitkan Surat Keputusan kenaikan pangkat
bagi Dokter Gigi yang akan dinaikkan pangkatnya
menjadi Penata Muda Tk. I – Gol. III/b s/d
Pembina – Gol. IV/a, setelah menerima usul
kenaikan pangkat dari Kepala Biro Kepegawaian
Setjen Kemenkes RI.
g.2) Kepala Badan Kepegawaian Negara segera
menyiapkan surat persetujuan pertimbangan
teknis mengenai usul kenaikan pangkat bagi
Dokter Gigi yang akan dinaikkan pangkatnya
menjadi Pembina Tk. I – Gol. IV/b s/d Pembina
Utama – Gol. IV/e, untuk selanjutnya disampaikan
kepada Bapak Presiden RI unutk
ditandatangani/ditetapkan.
h) Menteri Negara Sekretariat Negara, segera
menyiapkan surat keputusan kenaikan pangkat
bagi Dokter Gigi yang akan dinaikkan pangkatnya
menjadi Pembina Tk. I – Gol. IV/b sampai dengan
Pembina Utama – Golongan IV/e, untuk
selanjutnya disampaikan kepada Bapak Presiden
RI untuk ditandatangani/ditetapkan.
2. Kenaikan Jabatan
a. Umum
Pengangkatan Dokter Gigi ke dalam jabatan satu tingkat lebih
tinggi ditetapkan dengan menggunakan contoh formulir
sebagaimana tersebut pada Lampiran VI Surat Keputusan ini.

b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan jabatan bagi pejabat fungsional
Dokter Gigi adalah sebagai berikut :
1) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan
terakhir.
2) Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan
jabatan setingkat lebih tinggi.
3) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan
pekerjaan dalam DP-3, sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.

c. Prosedur dan Tata Cara


1) Kelengkapan berkas
Setiap usul kenaikan pangkat harus melampirkan berkas-
berkas sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir.
b) Surat Keputusan kenaikan jabatan yang terakhir.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP – 3) dalam 1
(satu) tahun terakhir.
d) Surat usulan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
e) PAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat yang
berwenang.
2) Tata cara pengusulan
a) Setiap Dokter Gigi yang telah mengumpulkan angka
kredit kumulatif yang dipersyaratkan untuk kenaikan
jabatan setingkat lebih tinggi, segera mempersiapkan
berkas-berkas yang diperlukan sebagaimana tersebut
angka 1) di atas, serta sekaligus mempersiapkan
kelengkapan berkas untuk bahan penilaian dan
penetapan angka kredit, karena usul kenaikan pangkat
tersebut akan diajukan secara bersamaan dengan usul
penilaian dan penetapan angka kredit, yang diperlukan
untuk bahan persyaratan kenaikan jabatan. Selanjutnya
diserahkan kepada Pejabat yang bertugas dalam
pengelolaan administrasi kepegawaian pada Sarana
Pelayanan Kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan Administrasi
Kepegawaian mempersiapkan surat pengusulan kenaikan
jabatan Dokter Gigi yang bersangkutan, selanjutnya
diajukan kepada pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan
dan atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota
c) Setelah Pejabat yang mengelola administrasi kepegawaian
sebagaimana tersebut pada huruf b) di atas menerima
PAK dan usul kenaikan jabatan Dokter Gigi, segera
disiapkan surat keputusan kenaikan jabatan,
selanjutnya disampaikan kepada Pejabat yang berwenang
untuk ditetapkan surat keputusannya.
D. Pembebasan Sementara
a. Umum
Pejabat Fungsional Dokter Gigi dibebaskan sementara dari
jabatannya apabila :
1) Dijatuhi hukuman disiplintingkat sedang atau tingkat berat
berupa jenis hukuman disiplin berupa penurunan pangkat.
2) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil.
3) Ditugaskan secara penuh diluar jabatan dokter gigi
4) Menjalani cuti diluar tanggungan negara kecuali untuk
persalinan ke-4 dan seterusnya.
5) Menjalani tugas belajar lebih dari 6 bulan.
b. Prosedur dan Tata Cara
1) Pembebasan sementara dari jabatan Dokter Gigi ditetapkan
dengan surat keputusan pejabat yang berwenang dengan
menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada
lampiran VII, Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/MENKES/SKB/VII/2003 Dan No.54 Tahun 2003.
2) Kelengkapan berkas
Setiap usul pembebasan sementara harus melampirkan
berkas-berkas sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir.
b) Surat Keputusan kenaikan jabatan yang terakhir.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) Dalam 1
(satu) tahun terakhir.
d) Surat Keputusan Tugas Belajar, atau;
e) Surat Keputusan penjatuhan hukuman disiplin, atau;
f) Surat Keputusan penugasan di luar Sarana Pelayanan
Kesehatan atau di luar tugas pokok Dokter Gigi, atau;
g) Surat Keputusan cuti di luar tanggungan Negara.
h) Surat Keputusan PAK yang terakhir.
3) Tata cara pengusulan.
a) Atasan langsung dari setiap Dokter Gigi yang akan
dibebaskan sementara dari jabatan Dokter Gigi
mengajukan usul pembebasan sementara kepada Pejabat
yang bertugas dalam pengelolaan Administrasi
Kepegawaian pada Sarana Pelayanan Kesehatan, serta
melampirkan berkas-berkas yang diperlukan
sebagaimana tersebut angka 1) di atas.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian mempersiapkan surat pengusulan
pembebasan sementara, selanjutnya diajukan kepada
pimpinan Sarana pelayanan kesehatan dan atau Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan atau Propinsi untuk
ditandatangani.
c) Untuk K/L lainnya pengusulan pembebasan sementara
diajukan ke Biro Kepegawaian.
1) Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan dan atau
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota dan atau Propinsi
mengajukan usul pembebasan sementara bagi Dokter
Gigi yang bersangkutan kepada : Menteri Kesehatan
sepanjang Pejabat Fungsional Dokter Gigi yang
menjabat Dokter Gigi Madya sampai dengan Dokter
Gigi Utama.
2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi sepanjang Pejabat
Fungsional Dokter Gigi yang menjabat Dokter Gigi
Pratama sampai dengan Dokter Gigi Muda.
d) Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada
huruf c) di atas menugaskan Pejabat yang bertugas
dalam pengelolaan Administrasi Kepegawaian
dilingkungan kerjanya masing-masing dalam hal ini
adalah :
(1) Kepala Bagian Kepegawaian pada Kantor Wilayah
Depkes Propinsi sepanjang mengenai usul
kenaikan jabatan menjadi Dokter Gigi Muda.
(2) Kepala Biro Kepegawaian pada Kantor Depkes
Pusat sepanjang mengenai usul kenaikan jabatan
menjadi Dokter Gigi Madya sampai dengan Dokter
Gigi Utama, untuk menyiapkan draft Surat
Keputusan pembebasan sementara bagi Dokter
Gigi bersangkutan.
e) Setelah Pejabat yang mengelola Administrasi
Kepegawaian sebagaimana tersebut pada huruf d) di atas
menyiapkan Surat Keputusan pembebasan sementara
selanjutnya disampaikan pada Pejabat yang berwenang
untuk ditetapkan Surat Keputusannya.

2. Pegangkatan Kembali
a. Umum
1) Dokter Gigi yang dibebaskan dari jabatannya dapat diangkat
kembali ke dalam jabatan Fungsional Dokter Gigi apabila :
a) Masa berlakunya hukuman disiplin telah berakhir atau;
b) Telah selesai bertugas di luar tugas jabatan Dokter Gigi
atau;
c) Telah selesai menjalankan tugas belajar atau;
d) Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Dokter Gigi yang bersangkutan
dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi hukuman pidana
percobaan atau;
e) Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan Negara
dan telah diangkat kembali pada instansi semula.
2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali ke dalam jabatan
Dokter Gigi jabatannya ditetapkan berdasarkan angka terakhir
yang dimiliki.
Contoh :
Drg. Ratna adalah seorang Dokter Gigi, terakhir menduduki
pangkat Penata Tk. I Golongan III/b, serta menjabat sebagai
Dokter Gigi Pertama dan memiliki angka kredit terakhir
sebesar 170, (sebelum pindah ke jabatan di luar Dokter Gigi).
Kemudian dipindahkan tugasnya di luar jabatan Dokter Gigi
dan dibebaskan dari jabatan Dokter Gigi. Setelah Drg. Ratna
tersebut menduduki pangkat Pembina golongan ruang IV/a,
yang bersangkutan ditugaskan pada Sarana Pelayanan
Kesehatan dan diangkat kembali ke dalam jabatan Fungsional
Dokter Gigi. Maka pengangkatan kembali Drg. Ratna dalam
jabatan Dokter Gigi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Pangkatnya ditetapkan sebagai Pembina golongan ruang
IV/a.
b) Jabatannya ditetapkan sebagai Dokter Gigi Pertama karena
angka kredit terakhir yang dimilikinya adalah 170 angka
kredit.
b. Prosedur dan Tata Cara
a) Pengangkatan kembali ke dalam jabatan Dokter Gigi dengan
Surat Keputusan Pejabat yang berwenang dengan
menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada
lampiran VI, Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1740/MENKES/SKB/XII/2003 Dan No.54 Tahun 2003.
1. Kelengkapan berkas
Setiap usul pengangkatan kembali harus melampirkan berkas-
berkas sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir.
b) Surat Keputusan pengangkatan/kenaikan jabatan yang
terakhir.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam 1
(satu) tahun terakhir.
d) Surat Pernyataan melaksanakan tugas jabatan Dokter Gigi
yang ditandatangani Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan
atau;
e) Surat Pernyataan telah aktif kembali melaksanakan tugas
jabatan Dokter Gigi yang ditandatangani Pimpinan Sarana
Pelayanan Kesehatan.

ii. Tata Cara Pengusulan


a) Setiap Dokter Gigi yang dibebaskan sementara dari jabatan
Dokter Gigi dan telah aktif kembali melaksanakan tugas
jabatan Dokter Gigi pada sarana pelayanan kesehatan,
segera melengkapi berkas-berkas yang diperlukan
sebagaimana tersebut angka 1) di atas selanjutnya
menyerahkannya kepada Pejabat yang bertugas dalam
pengelolaan administrasi kepegawaian pada Sarana
Kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan Administrasi
Kepegawaian mempersiapkan surat pengusulan
pengangkatan kembali dalam jabatan Dokter Gigi,
selanjutnya diajukan kepada pimpinan Sarana kesehatan
dan atau Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II untuk
ditandatangani.
c) Pimpinan sarana kesehatan dan atau Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II mengajukan usul
pengangkatan kembali dalam jabatan Dokter Gigi kepada :
1) Menteri Kesehatan sepanjang Pejabat Fungsional Dokter
Gigi yang menjabat Dokter Gigi Madya sampai Dokter
Gigi Utama.
2) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi sepanjang
Pejabat Fungsional Dokter Gigi yang menjabat Dokter
Gigi Pratama sampai dengan Dokter Gigi Muda.
d) Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada huruf c)
di atas menugaskan Pejabat yang bertugas dalam
pengelolaan Administrasi Kepegawaian di lingkungan
kerjanya masing-masing dalam hal ini adalah :
a. Kepala Bagian Kepegawaian pada Kantor Wilayah
Depkes Propinsi sepanjang mengenai usul kenaikan
jabatan menjadi Dokter Gigi Muda.
b. Kepala Bagian Kepegawaian pada Kementerian
Kesehatan Pusat sepanjang mengenai usul kenaikan
jabatan menjadi Dokter Gigi Madya sampai dengan
Dokter Gigi Utama, untuk menyiapkan draft surat
keputusan pengangkatan ke dalam jabatan Dokter Gigi
bagi Dokter Gigi yang bersangkutan.
e) Setelah Pejabat yang mengelola administrasi kepegawaian
sebagaimana tersebut pada huruf d) di atas menyiapkan
Surat Keputusan pengangkatan kembali dalam jabatan
Dokter Gigi selanjutnya disampaikan kepada Pejabat yang
berwenang untuk ditetapkan Surat Keputusannya.
E. Pemberhentian dari Jabatannya, apabila :
Dokter diberhentikan dari jabatannya, apabila :
1. Dalam jangka waktu 1 tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
2. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, kecuali hukuman disiplin tingkat berat
berupa penurunan pangkat.
VII. PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan penjabaran dari Kepmenpan No.


141/KEP/M.PAN/11/2003 dan SKB Menkes dan KA BKN Nomor
1740/MENKES/SKB/XII/2003 Dan No.54 Tahun 2003.
1. Apabila ditemukan kesulitan dalam melaksanakan Surat
Keputusan ini, untuk mendapat penyelesaiannya agar segera
menghubungi Kepala Badan PPSDM Kesehatan c.q. Pusat
Peningkatan Mutu SDMK
2. Diharapkan agar Petunjuk teknis ini dipahami dan dipedomani.

Anda mungkin juga menyukai