Anda di halaman 1dari 84

Draft Petunjuk Teknis Jabatan

Fungsional Dokter dan Angka


Kreditnya

Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional


Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL DOKTER DAN ANGKA KREDITNYA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor :
Tanggal :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KATA PENGANTAR

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya dan Surat Keputusan
Bersama Menteri Kesehatan dengan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1738/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya, untuk
memberikan kejelasan dalam melaksanakan kegiatan dan penilaian angka
kredit Dokter perlu ditetapkan Petunjuk Teknis oleh Menteri Kesehatan.
Dengan diterbitkannya buku petunjuk teknis ini, diharapkan pelaksanaan
Jabatan Fungsional Dokter dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu
setiap Pimpinan dalam penerapan pola pengembangan karir bagi Pejabat
Fungsional Dokter dalam meningkatkan kemampuan dan pengembangan
karirnya.

Kepada semua pihak yang telah berperan serta memberikan bantuan


pemikiran, saran dan pendapat demi terwujudnya buku Petunjuk Teknis ini,
kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ...Februari 2017

Kepala Badan PPSDM Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI

Usman Sumantri
PERATURAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ...

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL DOKTER

DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk pelaksanaan Pasal 21 Keputusan Bersama Menteri


Kesehatan dan Kepala badan Kepegawaian Negara Nomor :
1738/MENKES/SKB/XII/2003 dan Nomor : 52 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan
Angka Kreditnya perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter dan Angka
Kreditnya;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587;
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Gaji
Pegawai Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3098), sebagaimana beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2011
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
24);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
194, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4015), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun
2003 tentang Perubahan Formasi Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4332);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4016),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 tahun 2002 tentang Perubahan atas Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4192);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 tahun 2002 tentang Perubahan atas
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4193);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2009 (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 164);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5135);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Yang Mencapai Batas
Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58);
13. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
240);
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 Tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka
Kreditnya;
15. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala badan
Kepegawaian Negara Nomor : 1738/MENKES/SKB/XII/2003
dan Nomor : 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
153/MENKES/SK/III/2006 Tentang Pedoman Penilaian
Angka Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan di Lingkungan
Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS


JABATAN FUNGSIONAL DOKTER DAN ANGKA KREDITNYA.

Pasal 1

(1) Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya yang
selanjutnya disebut Petunjuk Teknis merupakan Pedoman Bagi Pejabat
Fungsional Dokter, Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter, dan Pejabat
Struktural yang terkait dengan pengelolaan Jabatan Fungsional Dokter.
(2) Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal .........2016
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal ....... 2016
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR ......
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Umum

B. Tujuan

C. Pengertian

BAB II KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK, JENJANG JABATAN, UNSUR DAN

SUB UNSUR KEGIATAN

A. Kedudukan Tugas pokok

B. Tanggung jawab dan Wewenang

C. Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Jabatan Fungsional Dokter

D. Bidang dan Unsur Kegiatan

E. Penilaian Unsur dan Sub Unsur Kegiatan

BAB III KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER

A. Butir Kegiatan

B. Defenisi Operasional kegiatan

BAB IV TATA LAKSANA PENILAIAN ANGKA KREDIT

A. Tim Penilai

B. Tugas Pokok dan Fungsi tim Penilai

C. Prosedur dan Tata Cara Penilaian dan Penetapan Kredit

BAB V PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA

A. Pejabat yang berwenang


B. Pengangkatan pertama

C. Kenaikan Pangkat dan Jabatan

D. Pembebasan Sementara
BAB VI PENUTUP

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor .......Tahun 2014
Tentang : Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Dokter dan Angka Kreditnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Umum

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu
profesionalisme dan pembinaan pegawai negeri sipil perlu ditetapkan jabatan
fungsional.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan peraturan pemerintah tersebut telah


ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
dan Angka Kreditnya.

Tindak lanjut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 telah ditetapkan Peraturan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1738/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.

Sebagai penjabaran dan pelaksanaan operasional peraturan-peraturan tersebut


di atas, perlu disusun kembali Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Dokter dan
Angka Kreditnya yang mengatur hal-hal berkenaan dengan pengelolaan
administrasi kepegawaian dan rincian kegiatan teknis bidang dokter.

Pengelolaan administrasi kepegawaian dan rincian kegiatan tersebut meliputi


jenjang jabatan dan jenjang pangkat, unsur dan sub unsur kegiatan, butir
kegiatan, definisi operasional, kewenangan, penilaian angka kredit, pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, sekretariat tim penilai, pengajuan usul
penilaian angka kredit, tatacara penilaian dan penetapan angka kredit, tatacara
penempatan, pengangkatan, kenaikan jabatan, kenaikan pangkat, perpindahan
jabatan, pembebasan sementara, pengangkatan kembali, pemberhentian dari
jabatan dan uji kompetensi.

B. Tujuan

Sebagai pedoman bagi pemangku/calon pemangku Jabatan Fungsional dokter


dan pihak yang berkepentingan agar memiliki pengertian dan pemahaman yang
sama tentang ketentuan Jabatan Fungsional dokter dan angka kreditnya.

C. Pengertian
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Dokter, adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada
sarana pelayanan kesehatan.

2. Jabatan fungsional dokter adalah jabatan yang termasuk dalam rumpun


kesehatan yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis di bidang pelayanan
kesehatan masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan baik di lingkungan
Kementerian Kesehatan maupun di Kementerian/Lembaga lainnya di luar
Kementerian Kesehatan, dan hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

3. Tugas pokok pemangku jabatan fungsional dokter adalah memberikan


pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat serta membina peran serta masyarakat dalam
rangka kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
4. Pelayanan kesehatan, adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan akibat penyakit, peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di
bidang kesehatan.

5. Sarana pelayanan kesehatan, adalah tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan, yaitu Rumah Sakit, Puskesmas,
Poliklinik, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan atau Unit Kesehatan
lainnya baik yang berada di lingkungan, dan dibawah jajaran Kementerian
Kesehatan maupun yang berada di lingkungan dan dibawah jajaran
Kementerian/Lembaga lainnya di luar Kementerian Kesehatan.

6. Angka kredit, adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan /atau
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Dokter
dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.

7. Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disebut PAK adalah hasil


penilaian dan penetapan angka kredit Dokter oleh Ketua Tim Penilai yang
berwenang menetapkan Anka Kredit Dokter.

8. Tim penilai angka kredit, adalah tim penilai yang dibentuk berdasarkan
kriteria tim penilai, dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan oleh
pejabat yang berwenang dan diberi tugas menilai prestasi kerja pejabat
fungsional Dokter.

9. Sidang Pleno adalah sidang Tim Penilai untuk menetapkan angka kredit
Dokter dan harus dihadiri sekurang-kurangnya ½ n + 1 dari seluruh
anggota Tim Penilai, di mana n adalah jumlah seluruh anggota Tim Penilai.

10. Berita Acara Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disebut BAPAK
adalah laporan ahsil akhir penilaian angka kredit dan ditandatangani oleh
seluruh anggota Tim Penilai yang hadir dalam sidang pleno penilaian
angka kredit untuk Penetapan Angka Kredit oleh Ketua Tim Penilai.
11. Pendidikan adalah segala program pendidikan formal yang mendapat
gelar/ijazah, serta pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan dan
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STPL) atau
sertifikat.

12. Pemberhentian adalah pemberhentian dari jabatan Dokter bukan


pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil.
13. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan adalah pejabat yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk
memimpin suatu sarana pelayanan kesehatan, yaitu Direktur rumah sakit,
Kepala Balai Pengobatan, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kepala
Puskesmas, Kepala Poliklinik, dan Kepala Unit kerja pelayanan kesehatan
lainnya.
14. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Agung,
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian
Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, serta Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat struktural Eselon
I dan bukan merupakan bagian dari Kementerian/Lembaga Pemerintah
Non Kementerian.
15. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi adalah Gubernur.
16. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah
Bupati/Walikota.
17. Pendidikan adalah segala program pendidikan formal yang mendapat
gelar/ijazah serta pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan dan
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STPL) atau
sertifikat.

18. Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan yang meliputi penyembuhan


penyakit, Pemulihan kesehatan akibat penyakit, Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit, Pembuatan catatan
medik untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, Pelayanan kesehatan
lainnya untuk masyarakat, Pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka kemandirian di bidang kesehatan
19. Pimpinan sarana kesehatan adalah pejabat yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak oleh pejabat yang berwewenang untuk
memimpin suatu sarana kesehatan, yaitu Direktur rumah sakit, Kepala
Balai Pengobatan, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, KEpala
Puskesmas, Kepala Poliklinik, dan KEpala Unit kerja pelayanan lainnya.
20. Pendidikan adalah segala program pendidikan yang berhubungan dengan
fungsi tenaga dokter, sehingga didapatkan peningkatan ilmu pengetahuan
dan atau ketrampilan dan atau perbaikan sikap dan perilaku yang berguna
di dalam peningkatan mutu pelaksanaan pelayanan.
21. Kegiatan tenaga dokter, adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
dokter berupaya upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan/pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
akibat penyakit perorangan, kelompok atau masyarakat.
22. Pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang mencakup upaya-upaya
peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan/pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan akibat
penyakit perorangan, kelompok atau masyarakat.
23. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah setiap upaya kesehatan dan
atau yang berkaitan yang ditujukan kepada masyarakat baik sehat maupun
yang sakit, untuk mencegah penyakit, untuk mengoptimalkan dan
memulihkan kesehatan serta penyembuhan penyakit.
24. Penyembuhan penyakit adalah upaya pengobatan/tindakan terhadap
orang sakit.
25. Pemulihan mental adalah upaya pemulihan terhadap orang dengan
kelainan mental/cacat mental.
26. Pemulihan fisik adalah upaya pemulihan terhadap orang dengan kelainan
fisik/cacat fisik.
27. Peningkatan kesehatan masyarakat adalah upaya untuk mengoptimalkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masayarakat.
28. Pencegahan penyakit adalah upaya pencegahan agar perorangan,
keluarga dan masayarakat terhindar dari penyakit.
29. Pemeliharaaan kesehatan ibu, Bayi, Anak adalah kegiatan peningkatan
derajat kesehatan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dalam upaya meningkatkan status kesehatan ibu, ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu menyusui, bayi, anak balita dan anak.
30. Pelayanan Kesehatan Keluarga adalah kegiatan baik komunikasi,
informasi (KIE), pelayanan mengajak, melayani, mengayomi, peserta
Keluarga Berencana dan keluargganya.
31. Pelayanan Medik Umum adalah kegiatan untuk menentukan penyakit
(diagnose) dan tindakan penyembuhan serta membuat catatan medic,
penentuan diagnose tersebut dilaksanakan dengan cara wawancara
(anamnesa) pemeriksaan fisik dan atau pemeriksaan penunjang diagnostic
yang dilakukan Dokter Spesialis.
32. Pelayanan Sub Spesialistik adalah kegiatan untuk menentukan penyakit
(diagnostic) dan tindakan penyembuhan serta membuat catatan medic,
penentuan diagnose tersebut dilaksanakan dengan cara wawancara
(anamnesa) pemeriksaan fisik dan atau pemeriksaan penunjang diagnostic
yang dilakukan Dokter Spesialis dengan brevert Sub Spesialis.
33. Tindakan medic khusus oleh Dokter Umum adalah tindakan medic khusus
yang menggunakan alat-alat penunjang yang dilakukan Dokter Umum di
bawah bimbingan.
34. Tindakan khusus spesialistik adalah tindakan medic khusus dengan
menggunakan alat-alat penunjang yang khusus untuk itu yang dilakukan
Dokter Spesialis dengan brevet sub spesialis.
35. Tindakan khusus sub spesialistik adalah tindakan medic khusus yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih yang
dilakukan Dokter Spesialis dengan brevet sub spesialis.
36. Tindakan darurat medic/P3K, adalah tindakan darurat yang dilakukan
secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan atau kecacatan
akibat kelainan atau penyakit tertentu.
37. Catatan Medik adalah catatan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan
dalam tindakan medic dan merupakan dokumen yang bermanfaat untuk
memperoleh data/informasi yang dapat digunakan untuk menunjang
system informasi kesehatan, keperluan administrasi, dan teknis kesehatan
serta bukti dibidang hokum.
38. Pelayanan imunisasi, adalah memberikan kekebalan pasien/orang
terhadap beberapa penyakit, dengan memberikan atau menyuntikan
kuman penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan.
39. Pelayanan Gizi adalah setiap kegiatan peningkatan derajat kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan
melalui perbaikan gizi.
40. Penyuluhan kesehatan masyarakat, adalah upaya pemberian informasi
dan pendidikan oleh tenaga dokter kepada kelompok-kelompok tertentu
kepada masyarakat, misalnya masyarakat tani, nelayan, buruh, ibu-ibu
PKK dan lain-lain dengan cara memberikan ceramah dan demonstrasi
dengan mempergunakan alat-alat peraga yang berkaitan dengan materi
penyuluhan.
41. Menerima konsultasi adalah kegiatan rujukan tentang pasien, penyakit,
data/informasi, keahlian/teknologi kesehatan dari tenaga kesehatan lainnya
ke dokter, dari dokter ke dokter lainnya, dari dokter ke dokter spesialis dan
dokter spesialis dengan dokter spesialis lainnya.
42. Pengujian kesehatan adalah suatu cara pemeriksaan secara keseluruhan
individu meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan penunjang lainnya
dalam rangka untuk mengetahui derajat kesehatan.
43. Visum et repertum, adalah laporan hasil pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan dari penderita-penderita tertentu atau pemeriksaan mayat atas
permintaan pihak yang berwajib mengenai kelainan yang didapat pada
penderita atau mayat akibat sesuatu yang menjadi masalah di bidang
hokum yang berlaku.
BAB II

KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK, JENJANG JABATAN, UNSUR DAN SUB UNSUR
KEGIATAN

A. Kedudukan dan Tugas Pokok


Adapun kedudukan dan tugas pokok pejabat fungsional dokter adalah:
1. Jabatan fungsional Dokter termasuk dalam rumpun kesehatan
2. Instansi Pembina jabatan fungsional dokter adalah Kementerian Kesehatan
dalam hal ini berada pada Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan.
3. Jabatan fungsional dokter adalah jabatan fungsional seorang dokter sebagai
pelaksana teknis fungsional di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat
pada sarana pelayanan kesehatan di lingkungan kementrian kesehatan dan di
luar kementrian kesehatan.
4. Jabatan fungsional dokter adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh
seseorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil.
5. Tugas pokok Dokter adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
kesehatan.
B. Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Jabatan Fungsional Dokter
Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Dokter dari yang terendah sampai dengan
yang tertinggi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Dokter


NO. JENJANG JABATAN JENJANG KEPANGKATAN GOLONGAN/R
UANG

Dokter Pertama a. Penata Muda Tingkat I III/b

a. Penata III/c

Dokter Muda b. PenataTingkat I III/d

a. Pembina IV/a

b. Pembina Tingkat I IV/b


Dokter Madya
c. Pembina Utama Muda IV/c

d. Pembina Utama Madya IV/d


Dokter Utama
e. Pembina Utama IV/e

C. Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


Unsur dan sub unsur kegiatan jabatan fungsional dokter yang dapat dinilai angka
kreditnya, terdiri dari:

1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan formal dan mendapat ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kesehatan dan memperoleh
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat

2. Pelayanan kesehatan, meliputi:


a. Penyembuhan Penyakit;
b. Pemulihan kesehatan akibat penyakit;
c. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit;
d. Pembuatan catatan medic untuk pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. Pelayanan kesehatan lainnya untuk masyarakat;
f. Pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang
kesehatan
3. Pengabdian pada masyarakat, meliputi:
a. Pelaksanaan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
b. Pelaksanaan tugas lapangan di bidang kesehatan;
c. Pelaksanaan penanggulangan penyakit/wabah tertentu.

4. Pengembangan profesi, meliputi:


a. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan;
b. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan lainnya di bidang kesehatan;
c. Pembuatan buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis di
bidang kesehatan; dan
d. Penemuan teknologi tepat guna di bidang kesehatan.
5. Penunjang tugas Dokter, meliputi:
a. Pengajar/pelatih dalam bidang kesehatan;
b. Peran serta dalam kegiatan seminar/lokakarya di bidang kesehatan;
c. Keanggotaan dalam organisasi profesi dokter;
d. Keanggotaan dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Dokter;
e. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya; dan
f. Perolehan piagam kehormatan.
BAB III
KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER

Kegiatan jabatan fungsional dokter diuraikan berdasarakan butir kegiatan, defenisi


operasional serta penilaian unsur dan sub unsur kegiatan.

A. Butir Kegiatan
Butir Kegiatan Jabatan Fungsional dokter mengacu kepada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
139/KEP.M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka
Kreditnya.

Jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter tiap Jenjang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Butir Kegiatan Jabatan Fungsional Dokter

JABATAN
JENJANG JABATAN JUMLAH BUTIR KEGIATAN
FUNGSIONAL

Ahli Pertama 35 Butir Kegiatan

Dokter Ahli Muda 35 Butir Kegiatan

Keahlian Ahli Madya 28 Butir Kegiatan

Ahli Utama 27 Butir Kegiatan

B. Definisi Operasional Kegiatan


Definisi Operasional Kegiatan Jabatan Fungsional dokter merupakan
penjelasan dari rincian butir kegiatan per-jenjang Jabatan Fungsional dokter.

1. Dokter Pertama

Defenisi operasional kegiatan jabfung dokter pertama dapat dilihat pada table 2.2
berikut:
Tabel 2.2. Butir Kegiatan dan defenisi operasional butir kegiatan
No. Butir Kegiatan Defenisi Operasional
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat Melakukan pelayanan medik oleh
jalan tingkat pertama Pegawai Negeri berijazah Dokter dan
telah memiliki STR dan SIP, selanjutnya
Konsul
disebut Dokter

Melakukan pelayanan medis pada


pasien/klien rawat jalan
Diisi oleh : Dokter
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat Melakukan pelayanan medik spesialistik
jalan tingkat pertama oleh Pegawai Negeri Sipil berijazah
Dokter spesialis dan memiliki STR dan
SIP.

Melakukan pelayanan medis spesialistik


pada pasien/klien rawat jalan
Diisi oleh : Dokter Spesialis
3. Melakukan tindakan khusus tingkat melaksanakan tindakan yang
sederhana oleh Dokter umum dilaksanakan oleh dokter umum atau
tindakan Spesialistik yang
dilaksanakana oleh dokter umum di
mana tidak ada Dokter Spesialis di
sarana kesehatan itu.

melaksanakan tindakan yang


dilaksanakan oleh dokter umum dalam
Wktu 30 menit dan tingkat
kompleksitas/kerumitan/kewenangan

Contoh:

 Extirpasi
 Insisi
 Penatalaksanaan kejang demam
 menjahit luka
 melakukan debridement luka
 melakukan fiksasi pada fraktur
 melakukan up hecting ( cabut
benang)
 melakukan injeksi obat
intramuscular
 pemasangan nebulizer
 pemasangan dan observasi
oksigen
 melakukan irigasi mata
(SKDI Level 4)
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang Melakukan tindakan khusus oleh dokter
umum dibawah supervise dokter
oleh Dokter umum
spesialis dalam waktu 60 menit dan
tingkat
kompleksitas/kerumitan/kewenangan
contoh :
 vena seksi
 intubasi
 pemeriksaan kondisi untuk laik
terbang

 tindakan (penatalaksanaan) yang


tercantum pada SKDI level 3)
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat Melakukkan tindakan khusus oleh
sederhana dokter spesialis
Dalam waktu 30 menit

6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat Dalam waktu 60 menit


sedang
Melakukkan tindakan khusus oleh
dokter spesialis
7. Melakukan tindakan darurat Dalam waktu 30 menit
medik/pertolongan pertama pada
Melakukan tindakan darurat medik/P3K
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana oleh Dokter Umum, Dokter Spesialis
atau Dokter dengan brever Sub
Spesialis

8. Melakukan kunjungan (visite) kepada Rawat inap dapat dilaksanakan di


pasien rawat inap instalansi/unit rawat inap atau ruang
observasi Sarana Kesehatan atau ruang
karantina
9. Melakukan pemulihan mental tingkat Dalam waktu 30 menit
sederhana Melaksanakan pemulihan mental pasien
oleh dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis
Contoh:

Memberikan terapi psikofarmaka (obat-


obat anti psikotik,

Psikoterapi suportif konseling

Melakukan konseling dan edukasi


kepatuhan obat
10. Melakukan pemulihan mental kompleks Melakukan pemulihan mental oleh
tingkat I; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 90 menit.

Contoh:

- Psikoterapi suportif (kasus


kedaruratan psikiatrik)
- ECT (bagi dokter yang diberikan
kewenangan tambahan/dalam
supervisi)
- HARS/HDRS
- House Tree Person Test
- Draw A Person Test

11. Melakukan pemulihan fisik tingkat Dalam waktu 30 menit


sederhana; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
Contoh:

 Memberikan terapi simptomatik


pada pasien

Memberikan terapi maintenance


untuk pasien tb paru, hipertensi,
diabetes mellitus, hiv, dll
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks Dalam waktu 90 menit
tingkat I; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan Ibu; Memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative bagi
ibu
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi Memberikan pelayanan promotif,
dan bayi di bawah lima tahun (balita); preventif, kuratif dan rehabilitative bagi
bayi dan balita
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak; Memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative bagi
anak
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana; Melakukan pelayanan kontrasepsi,
Infertilitas/kesehatan reproduksi,
pelayanan pengobatan efek samping
komplikasi dan kegagalan
17. Melakukan pelayanan imunisasi; Memberikan kekebalan pasien/klien
terhadap beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
18. Melakukan pelayanan gizi; Memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative
terkait gizi.
19. Mengumpulkan data dalam rangka Melakukan pengamatan epidemiologi
pengamatan epidemiologi penyakit; terhadap penyakit potensial wabah

Data primer (hasil pemeriksaan) yang


dikumpulkan per Waktu pengamatan
Contoh:
Pengamatan patonomonic sign
penumpang yang datang dari luar
negeri/dalam negeri dengan penyakit
potensial wabah di
Bandara/Pelbuhan/lintas batas darat
oleh dokter KKP per shift jaga.
20. Melakukan penyuluhan medik;
a. Penyuluhan medis terhadap Memberikan penyuluhan untuk
perorangan perilaku hidup sehat kepada
b. Penyuluhan medis terhadap
kel/masyarakat yang dikumpulkan
kelompok
dalam satu kegiatan dengan jumlah
peserta min. 15 orang perlaporan
kegiatan.
c. Penyuluhan medis terhadap massa
-Memberikan penyuluhan melalui
media massa

-Memberikan penyuluhan terhadap


kelompok resiko/penumpang/awak
alat angkut yang datang dari daerah
terjangkit.
21. Membuat catatan medik rawat jalan; Membuat catatan yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan medik pasien rawat jalan di
sarana kesehatan
22. Membuat catatan medik rawat inap; Membuat catatan yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan medik pasien rawat
inap/observasi di sarana kesehatan
23. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
luar atau keluar; pasien rujukan dari luar sarana
kesehatan dan atau merujuk pasien
ke luar sarana kesehatan yang
dilaksanakan oleh dokter
umum/dokter spesialis.
24. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
dalam; pasien rujukan dari dalam sarana
kesehatan
25. Menguji kesehatan individu Melakukan pemeriksaan kesehatan
dalam rangka menentukan derajat
kesehatannya, sesuai dengan
fasilitas yang tersedia di sarana
kesehatan

Melakukan pemeriksaan kesehatan


individu dalam rangka menentukan
derajat kesehatannya, sesuai
dengan fasilitas yang tersedia di
sarana kesehatan

Contoh:

Melakukan pemeriksaaan kesehatan


jamaah umroh
26. Menjadi tim penguji kesehatan Melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap individu dan atau kelompok
sebagai bagian dari suatu tim yang
telah dibentuk berdasarkan surat
keputusan.

Contoh:

-melakukan pemeriksaan kesehatan


haji
27. Melakukan visum et repertum tingkat Melakukan pemeriksaan kasus atas
sederhana permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum

Melakukan pemeriksaan kasus atas


permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu 30 menit.
28. Melakukan visum et repertum kompleks Melakukan pemeriksaan kasus atas
tingkat I; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu 90 menit
29. Menjadi saksi ahli; Memberikan pelayanan saksi ahli
dalam persidangan
30. Mengawasi penggalian mayat untuk Cukup jelas.
pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan Melakukan pemeriksaan mayat
laboratorium; Cukup jelas
32. Melakukan tugas jaga panggilan/on call; Melakukan tugas jaga panggilan/on
call (konsultasi via telp atau alat
komunikasi lainnya) di sarana
kesehatan yang sudah dijadwalkan
sebelumnya.
33. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah Melakukan tugas jaga yang sudah
sakit; dijadwalkan di sarana kesehatan.
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi Melakukan tugas jaga di suatu
pasien; tempat/sarana kesehatan pelayanan
yang sepi pasien,
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam Melakukan pelatihan kader yang
bidang kesehatan tingkat sederhana
berasal dari masyarakat

Melakukan pelatihan kader yang


dipilih oleh masyarakat dengan
tingkat pendidikan maksimal SMP
dengan cara memberi
ceramah/paparan/materi, diskusi,
dan atau demonstrasi dengan alat
peraga/media

2. Dokter Muda

Definisi operasional kegiatan jabfung dokter muda dapat dilihat pada table 2.3
berikut:

Tabel 2.3. Butir Kegiatan dan defenisi operasional butir kegiatan jf muda
No. Butir Kegiatan Defenisi Operasional
1. Melakukan pelayanan medik umum konsul Melakukan pelayanan medis pada
pertama; pasien/klien kunjungan baru/pertama
atau dengan penyakit/diagnosis baru
2. Melakukan pelayanan spesialistik konsul Melakukan pelayanan medis spesialistik
pertama; pada pasien/klien kunjungan
baru/pertama atau dengan
penyakit/diagnosis baru
3. Melakukan pelayanan spesialistik Melakukan pelayanan medis spesialistik
konsultan; pada pasien/klien kunjungan
baru/pertama atau dengan
penyakit/diagnosis baru
4. Melakukan tindakan khusus kompleks Melakukan tindakan khusus oleh dokter
tingkat I oleh Dokter umum; umum dalam waktu 90 menit dan
tingkat
kompleksitas/kerumitan/kewenangan
contoh :
 melaksanakan assestment pasien
adiksi tanpa komorbiditas
 melaksanakan assestment pasien
gangguan jiwa tanpa komorbiditas
 Penatalaksanaan pasien gaduh
gelisah
 penatalaksanan
intoksikasi/withdrawl
 persalinan normal
 penanganan pasien suspect
penyakit karantina/Public Health
Emergency of International Concern
(PHEIC) dalam kondisi rutin
5. Melakukan tindakan spesialistik kompleks Dalam waktu 90 menit
tingkat I;
Melakukkan tindakan khusus oleh
dokter spesialis untuk kasus dengan
komplikasi
6. Melakukan tindakan medik spesialistik Melakukkan tindakan khusus oleh
konsultan; dokter spesialis konsultan
7. Melakukan tindakan darurat medik/P3K Melakukan tindakan darurat medik/P3K
tingkat sedang; oleh Dokter Umum, Dokter Spesialis
atau Dokter dengan brever Sub
Spesialis
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada Rawat inap dapat dilaksanakan di
pasien rawat inap; instalansi/unit rawat inap atau ruang
observasi Sarana Kesehatan atau ruang
karantina
9. Melakukan pemulihan mental tingkat Dalam waktu 30 menit
sederhana;
Melaksanakan pemulihan mental pasien
oleh dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 30 menit.

Contoh:

Memberikan terapi psikofarmaka (obat-


obat anti psikotik,

Psikoterapi suportif konseling

Melakukan konseling dan edukasi


kepatuhan obat
10. Melakukan pemulihan mental kompleks Melakukan pemulihan mental oleh
tingkat I; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 90 menit.

Contoh:

- Psikoterapi suportif (kasus


kedaruratan psikiatrik)
- ECT (bagi dokter yang diberikan
kewenangan tambahan/dalam
supervisi)
- HARS/HDRS
- House Tree Person Test
- Draw A Person Test

11. Melakukan pemulihan fisik tingkat Melakukan pemulihan mental oleh


sederhana; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 60 menit.

Contoh:

Psikoterapi suportif konseling

 Melakukan MI (Motivation
Interviewing)

 Melakukan CBT (Cognitive


Behaviour Therapy)

 Melakukan PITC

12. Melakukan pemulihan fisik kompleks Dalam waktu 90 menit


tingkat I; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan Ibu; Dalam waktu 90 menit
Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi Memberikan pelayanan promotif,
dan bayi di bawah lima tahun (balita); preventif, kuratif dan rehabilitative bagi
bayi dan balita
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak; Memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative bagi
anak
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana; Melakukan pelayanan kontrasepsi,
Infertilitas/kesehatan reproduksi,
pelayanan pengobatan efek samping
komplikasi dan kegagalan
17. Melakukan pelayanan imunisasi; Memberikan kekebalan pasien/klien
terhadap beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
18. Melakukan pelayanan gizi; Memberikan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative
terkait gizi.
19. Mengolah data dalam rangka pengamatan Melakukan pengolahan data dalam
epidemiologi penyakit; rangka pengamatan epidemiologi
terhadap penyakit potensial wabah
(cukup jelas)

20. Melakukan penyuluhan medik; -Memberikan penyuluhan untuk


perilaku hidup sehat kepada
kel/masyarakat yang dikumpulkan
dalam satu kegiatan dengan jumlah
peserta min. 15 orang perlaporan
kegiatan.
-Memberikan penyuluhan melalui
media massa

-Memberikan penyuluhan terhadap


kelompok resiko/penumpang/awak
alat angkut yang datang dari daerah
terjangkit.
21. Membuat catatan medik pasien rawat Membuat catatan yang berkaitan
jalan; dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan tindakan medik pasien rawat
jalan di sarana kesehatan
22. Membuat catatan medik pasien rawat inap; Membuat catatan yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan medik pasien rawat
inap/observasi di sarana kesehatan
23. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
luar atau keluar; pasien rujukan dari luar sarana
kesehatan dan atau merujuk pasien
ke luar sarana kesehatan yang
dilaksanakan oleh dokter
umum/dokter spesialis.
24. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
dalam; pasien rujukan dari dalam sarana
kesehatan
25. Menguji kesehatan individu; Melakukan pemeriksaan kesehatan
individu dalam rangka menentukan
derajat kesehatannya, sesuai
dengan fasilitas yang tersedia di
sarana kesehatan

Contoh:

Melakukan pemeriksaaan kesehatan


jamaah umroh
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan; Melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap individu dan atau kelompok
sebagai bagian dari suatu tim yang
telah dibentuk berdasarkan surat
keputusan.

Contoh:

-melakukan pemeriksaan kesehatan


haji
27. Melakukan visum et repertum tingkat Melakukan pemeriksaan kasus atas
sederhana; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum
28. Melakukan visum et repertum kompleks Melakukan pemeriksaan kasus atas
tingkat I; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu 90 menit
29. Menjadi saksi ahli; Memberikan pelayanan saksi ahli
dalam persidangan
30. Mengawasi penggalian mayat untuk Cukup jelas.
pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan Melakukan pemeriksaan
laboratorium; laboratorium terhadap mayat (cukup
jelas)
32. Melakukan tugas jaga panggilan/on call; Melakukan tugas jaga panggilan/on
call (konsultasi via telp atau alat
komunikasi lainnya) di sarana
kesehatan yang sudah dijadwalkan
sebelumnya.
33. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah Melakukan tugas jaga yang sudah
sakit; dijadwalkan di sarana kesehatan.
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi Melakukan tugas jaga di suatu
pasien; tempat/sarana kesehatan pelayanan
yang sepi pasien,
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam Melakukan pelatihan kader yang
bidang kesehatan tingkat sedang. berasal dari masyarakat
2. Dokter Madya

Defenisi operasional kegiatan jabfung dokter madya dapat dilihat pada table 2.4
berikut:

Tabel 2.4. Butir Kegiatan dan defenisi operasional butir kegiatan jf madya
No. Butir Kegiatan Defenisi Operasional
1. Melakukan pelayanan spesialistik Melakukan pelayanan medis spesialistik
konsultan; konsultan pada pasien/klien rawat jalan
2. Melakukan tindakan khusus kompleks Melakukan tindakan khusus oleh dokter
tingkat II oleh Dokter umum; umum dalam waktu 120 menit,

contoh :
 Persalinan dengan penyulit (PONED)
 melaksanakan assestment pasien
adiksi dengan komorbiditas
 melaksanakan assestment pasien
gangguan jiwa dengan komorbiditas
 penanganan pasien suspect penyakit
karantina dalam kondisi
PHEIC
 Penanganan delirium tremens
Penanganan over dosis NAPZA
3. Melakukan tindakan spesialistik kompleks Dalam waktu 120 menit
tingkat II;
Melakukkan tindakan khusus oleh
dokter spesialis untuk kasus dengan
komplikasi
4. Melakukan tindakan medik spesialistik Melakukan tindakan darurat medic oleh
konsultan; dokter umum, dokter spesialis, atau
dokter sub spesialis dalam waktu 90
menit.
5. Melakukan tindakan darurat medik/P3K Melakukan tindakan darurat medik/P3K
kompleks tingkat I; oleh Dokter Umum, Dokter Spesialis
atau Dokter dengan brever Sub
Spesialis
6. Melakukan kunjungan (visite) kepada Rawat inap dapat dilaksanakan di
pasien rawat inap; instalansi/unit rawat inap atau ruang
observasi Sarana Kesehatan atau ruang
karantina
7. Melakukan pemulihan mental tingkat Melakukan pemulihan mental oleh
sedang; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 60 menit.

Contoh:
Psikoterapi suportif konseling
 Melakukan MI (Motivation
Interviewing)
 Melakukan CBT (Cognitive
Behaviour Therapy)
 Melakukan PITC

8. Melakukan pemulihan mental kompleks Melakukan pemulihan mental oleh


tingkat II; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 90 menit.

9. Melakukan pemulihan fisik kompleks Dalam waktu 120 menit


tingkat II; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
10. Melakukan pemulihan fisik kompleks Dalam waktu 60 menit
tingkat sedang; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
11. Menganalisa data dalam rangka Melakukan analisa data dalam rangka
pengamatan epidemiologi penyakit; pengamatan epidemiologi terhadap
penyakit potensial wabah (Cukup
jelas)
12. Melakukan penyuluhan medik; Membuat catatan yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan tindakan medik pasien rawat
inap/observasi di sarana kesehatan
13. Membuat catatan medik pasien rawat Membuat catatan yang berkaitan
jalan; dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan tindakan medik pasien rawat
jalan di sarana kesehatan
14. Membuat catatan medik pasien rawat inap;

15. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
luar atau keluar; pasien rujukan dari luar sarana
kesehatan dan atau merujuk pasien
ke luar sarana kesehatan yang
dilaksanakan oleh dokter
umum/dokter spesialis.
16. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
dalam; pasien rujukan dari dalam sarana
kesehatan
17. Menguji kesehatan individu; Melakukan pemeriksaan kesehatan
individu dalam rangka menentukan
derajat kesehatannya, sesuai
dengan fasilitas yang tersedia di
sarana kesehatan
Contoh:
Melakukan pemeriksaaan kesehatan
jamaah umroh
18. Menjadi Tim Penguji Kesehatan; Melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap individu dan atau kelompok
sebagai bagian dari suatu tim yang
telah dibentuk berdasarkan surat
keputusan.
Contoh:
-melakukan pemeriksaan kesehatan
haji
19. Melakukan visum et repertum tingkat Melakukan pemeriksaan kasus atas
sedang; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu 60 menit
20. Melakukan visum et repertum kompleks Melakukan pemeriksaan kasus atas
tingkat II; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu lebih dari
90 menit
21. Menjadi saksi ahli; Memberikan pelayanan saksi ahli
dalam persidangan
22. Mengawasi penggalian mayat untuk Cukup jelas.
pemeriksaan;
23. Melakukan otopsi tanpa pemeriksaan Cukup jelas
laboratorium;
24. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan Cukup jelas
laboratorium;
25. Melakukan tugas jaga panggilan/on call; Melakukan tugas jaga panggilan/on
call (konsultasi via telp atau alat
komunikasi lainnya) di sarana
kesehatan yang sudah dijadwalkan
sebelumnya.
26. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah Melakukan tugas jaga yang sudah
sakit; dijadwalkan di sarana kesehatan.
27. Melakukan tugas jaga di tempat sepi Melakukan tugas jaga di suatu
pasien; tempat/sarana kesehatan pelayanan
yang sepi pasien,
28. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam Melakukan pelatihan kader yang
bidang kesehatan kompleks.
dipilih oleh masyarakat dengan
tingkat pendidikan
Diploma,S1/sederajat dengan cara
memberi ceramah/paparan/materi,
diskusi, dan atau demonstrasi
dengan alat peraga/media
2. Dokter Utama

Defenisi operasional kegiatan jabfung dokter madya dapat dilihat pada table 2.4
berikut:

Tabel 2.4. Butir Kegiatan dan defenisi operasional butir kegiatan jf madya
No. Butir Kegiatan Defenisi Operasional

1. Melakukan pelayanan spesialistik Melakukan pelayanan medis spesialistik


konsultan; konsultan pada pasien/klien rawat jalan
2. Melakukan tindakan khusus kompleks Melakukan tindakan khusus oleh dokter
tingkat III oleh Dokter umum; umum dalam waktu > 120 menit, contoh
: penanganan kejang demam (SKDI 3A
sampai dengan 4B)

Contoh:
 Evakuasi medic udara dan laut
3. Melakukan tindakan spesialistik kompleks Dalam waktu 120 menit
tingkat III;
Melakukkan tindakan khusus oleh
dokter spesialis untuk kasus dengan
komplikasi
4. Melakukan tindakan medik spesialistik Melakukkan tindakan khusus oleh
konsultan; dokter spesialis konsultan
5. Melakukan tindakan darurat medik/P3K Melakukan tindakan darurat medic oleh
kompleks tingkat II; dokter umum, dokter spesialis, atau
dokter sub spesialis dalam waktu 120
6. Melakukan kunjungan (visite) kepada Rawat inap dapat dilaksanakan di
pasien rawat inap; instalansi/unit rawat inap atau ruang
observasi Sarana Kesehatan atau ruang
karantina
7. Melakukan pemulihan mental tingkat Melakukan pemulihan mental oleh
sedang; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 60 menit.

Contoh:
Psikoterapi suportif konseling
 Melakukan MI (Motivation
Interviewing)
 Melakukan CBT (Cognitive
Behaviour Therapy)
 Melakukan PITC
8. Melakukan pemulihan mental kompleks Melakukan pemulihan mental oleh
tingkat II; dokter/dokter spesialis/dokter sub
spesialis dalam jangka waktu 90 menit
9. Melakukan pemulihan fisik tingkat sedang; Dalam waktu 60 menit
Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
10. Melakukan pemulihan fisik kompleks Dalam waktu 120 menit
tingkat II; Melakukan tindakan untuk
memfungsikan kembali organ bagian
tubuh lain setelah upaya pengobatan
limitasi cacat dan rehabilitasi
11. Melakukan penyuluhan medik; -Memberikan penyuluhan untuk
perilaku hidup sehat kepada
kel/masyarakat yang dikumpulkan
dalam satu kegiatan dengan jumlah
peserta min. 15 orang perlaporan
kegiatan.
-Memberikan penyuluhan melalui
media massa

-Memberikan penyuluhan terhadap


kelompok resiko/penumpang/awak
alat angkut yang datang dari daerah
terjangkit.
12. Membuat catatan medik pasien rawat Membuat catatan yang berkaitan
jalan; dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan tindakan medik pasien rawat
jalan di sarana kesehatan
13. Membuat catatan medik pasien rawat inap Membuat catatan yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan dalam
pelayanan tindakan medik pasien rawat
inap/observasi di sarana kesehatan
14. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
luar atau keluar; pasien rujukan dari luar sarana
kesehatan dan atau merujuk pasien
ke luar sarana kesehatan yang
dilaksanakan oleh dokter
umum/dokter spesialis.
15. Melayani atau menerima konsultasi dari Memberikan pelayanan medis pada
dalam; pasien rujukan dari dalam sarana
kesehatan
16. Menguji kesehatan individu; Melakukan pemeriksaan kesehatan
individu dalam rangka menentukan
derajat kesehatannya, sesuai
dengan fasilitas yang tersedia di
sarana kesehatan

Contoh:

Melakukan pemeriksaaan kesehatan


jamaah umroh
17. Menjadi Tim Penguji Kesehatan; Melakukan pemeriksaan kesehatan
terhadap individu dan atau kelompok
sebagai bagian dari suatu tim yang
telah dibentuk berdasarkan surat
keputusan.

Contoh:

-melakukan pemeriksaan kesehatan


haji
18. Melakukan visum et repertum kompleks Melakukan pemeriksaan kasus atas
tingkat II; permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum
19. Melakukan visum et repertum Kompleks Melakukan pemeriksaan kasus atas
Tkt. II permintaan tertulis dari penyidik
untuk kesaksian dan menyusun
visum et repertum, melakukan visum
et repertum dalam waktu lebih dari
90 menit
20. Menjadi saksi ahli; Memberikan pelayanan saksi ahli
dalam persidangan
21. Mengawasi penggalian mayat untuk Cukup jelas
pemeriksaan;
22. Melakukan otopsi tanpa pemeriksaan Melakukan pemeriksaan mayat
laboratorium; (outopsi) cukup jelas
23. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan Cukup jelas
laboratorium;
24. Melakukan tugas jaga panggilan/on call; Melakukan tugas jaga panggilan/on
call (konsultasi via telp atau alat
komunikasi lainnya) di sarana
kesehatan yang sudah dijadwalkan
sebelumnya.
25. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah Melakukan tugas jaga yang sudah
sakit; dijadwalkan di sarana kesehatan
26. Melakukan tugas jaga di tempat sepi Melakukan tugas jaga di suatu
pasien; tempat/sarana kesehatan pelayanan
yang sepi pasien,
27. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam Melakukan pelatihan kader yang
bidang kesehatan kompleks tingkat I; dipilih oleh masyarakat dengan
tingkat pendidikan maksimal
S2/sederajat atau pejabat negara
dengan cara memberi
ceramah/paparan/materi, diskusi,
dan atau demonstrasi dengan alat
peraga/media

C. Penilaian Unsur dan Sub Unsur Kegiatan


Penilaian angka kredit jabatan fungsional Dokter dibedakan menjadi dua unsur, yaitu
unsur utama dan unsur penunjang.
1. Unsur Utama
Unsur utama penilaian angka kredit jabatan fungsional dokter terdiri atas:
a. Pendidikan
1) Sub unsur mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah
a) Angka kredit Pendidikan formal sebesar 150 dan untuk pelaksana
semua jenjang
b) Ijazah yang diakui adalah ijazah dari pendidikan dokter yang
dikeluarkan oleh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan
telah memperoleh pengesahan atau akreditasi dari instansi yang
berwenang. Ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi luar negeri
harus memperoleh pengesahan kesetaraan dari instansi berwenang di
Indonesia.
c) Ijazah yang diajukan pertama kali untuk menduduki jabatan fungsional
Dokter harus terkait dengan bidang kedokteran.
d) Ijazah yang lebih tinggi tapi tidak sesuai dengan bidang kepakaran
dokter, hanya dinilai sebagai unsur penunjang, kecuali tema
disertasi/tesis yang ditulisnya berkaitan dengan bidang kedokteran.
e) Pengusulan penilaian angka kredit harus melampirkan fotocopy ijazah
dan transkrip nilai yang disahkan pejabat/kepala unit kerja tertinggi di
instansi tersebut.
2) Pendidikan dan Pelatihan fungsional di bidang kesehatan dan memperoleh
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL)
No. Butir Kegiatan Satuan Angka Pelaksana
Hasil Kredit

1. Lamanya lebih dari 960 jam sertifikat 15 Semua jenjang

2. Lamanya antara 641 - 960 jam sertifikat 9 Semua jenjang

3. Lamanya antara 481 - 640 jam sertifikat 6 Semua jenjang

4. Lamanya antara 161 - 480 jam sertifikat 3 Semua jenjang

5. Lamanya antara 81 - 160 jam sertifikat 2 Semua jenjang

6. Lamanya antara 30 – 80 jam sertifikat 1 Semua jenjang

Keterangan:
a) Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dimaksud adalah diklat teknis
maupun keterampilan di bidang kesehatan yang terkait dengan jabfung
dokter dan pendidikan dan pelatihan kedinasan
b) Diklat yang lamanya kurang dari 30 JP dinilai sebagai unsur penunjang
c) Ketentuan lamanya diklat dapat dijelaskan sebagai berikut:
 JP merupakan singkatan dari Jam Pembelajaran
 1 JP setara dengan 45 menit atau sehari sama dengan 12 JP efektif.
 Pengusulan melampirkan sertifikat atau surat Tanda Tamat
Pendidikan dan pelatihan (STTPP)
d) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya di bidang kesehatan yang
diakui oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yaitu:
(1) Strata 2 (S2) atau yang setara; dokter spesialis I, magister di bidang
kesehatan atau kedokteran (M.Kes, MPH, M.sc, MMRS, MARS,
MKK, dll mendapat angka kredit yang dikonversikan dengan nilai
angka kredit dari diklat yang lamanya lebih dari 960 jam yaitu
sebesar 15 angka kredit
(2) Strata 3 (S3) atau yang setara; dokter subspesialis/dokter spesialis
II, Doktor, Ph.D mendapat angka kredit yang dikonversikan dengan
nilai angka kredit dari diklat yang lamanya lebih dari 960 jam

Contoh:
1. Dr. Suharni adalah seorang tenaga dokter berpendidikan dokter
umum. Saat diangkat pertama kali dalam jabatan fungsional dokter
yang bersangkutan diberi angka kredit dari unsur pendidikan s1
sebesar 150. Kemudian dr. suharni melanjutkan pendidikan
program spesialis I atau program s2 bidang kesehatan. Setelah dr.
suharni tersebut menyelesaikan pendidikannya dan memperoleh
ijazah, maka diberikan angka kredit sebesar 15.
2. Dr. Desi adalah seorang tenaga dokter spesialis bedah (Spesialis I)
kemudian mengikuti pendidikan program spesialis Bedah anak
(spesialis II). Pada saat Dr. Desi tersebut memperoleh ijazah
Spesialis bedah (Spesialis I) telah diberi angka kredit sebesar 15,
sehingga apabila dr.Desi tersebut menyelesaikan pendidikannya
dan memperoleh ijazah Spesialis II diberikan angka kredit sebesar
15.

b. Pelayanan Kesehatan
1) Sub unsur menyembuhkan penyakit
a) Bukti fisik yang digunakan sebagai dasar penilaian adalah:
 Surat pernyataan melakukan Pelayanan Kesehatan yang
ditandatangani oleh atasan langsung.
 Laporan hasil kerja bulanan dan tahunan
b) Pemberian angka kredit
(1) Penghitungan Jumlah Prestasi Kerja (Hasil Kerja) secara umum.
Untuk menghitung jumlah prestasi kerja (hasil kerja) dokter dalam
memberikan pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan jumlah jam
efektif yang telah ditentukan untuk setiap tindakan sebagaimana
pula jam kerja efektif Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam satu hari
kerja, yaitu 5 jam/hari (300 menit)
Contoh:
Dr. Harwin, bertugas pada RSU, melakukan tindakan pelayanan
medik umum. Untuk melakukan tindakan pelayanan medik umum
dibutuhkan waktu 10 menit untuk setiap pasien. Dengan demikian,
jumlah pasien yang dapat dilayani oleh Dr. Harwin tersebut dalam 1
hari kerja adalah sebagai berikut:
300 menit
═ 30 orang (pasien)
10 pasien/klien

(2) Besarnya angka kredit yang diperoleh


(a). Apabila dr. Harwin tersebut, menjabat dokter pratama, angka
kredit yang diperoleh dalam 1 hari adalah sebagai berikut:
27 pasien
X 0.016 ═ 0.0432
10 pasien

(b). Apabila dr. Harwin tersebut, menjabat dokter Muda, angka kredit
yang diperoleh dalam 1 hari adalah sebagai berikut:
27 pasien
X 0.022 ═ 0.0594
10 pasien

(c) . Apabila dr. Harwin tersebut menjabat dokter Madya, angka


Kredit yang diperoleh dalam sehari adalah sebagai berikut:
27 pasien
X 0.06 ═ 0.162
10 pasien

(3) Apabila seorang dokter dalam melaksanakan pelayanan kesehatan,


melakukan tindakan melebihi jumlah tindakan diatas normal, maka
harus sepengetahuan atasannya, dengan memberikan surat
penugasan atau surat keterangan agar masuk dalam penghitungan
angka kredit (dengan menggunakan rumus yang sama).
(4) Untuk kelancaran pelaksanaan pencatatan prestasi kerja (hasil
kerja) dokter serta untuk memperoleh data dan informasi yang
akurat dan cepat, tim penilai pembantu pada sarana kesehatan
dapat bekerja sama dengan petugas Medical Record di sarana
kesehatan yang bersangkutan.
(5) Pelayanan spesialistik
Harus dilakukan oleh dokter Spesialis yang telah mempunyai brevet
di bidangnya, apabila di dalam suatu daerah tidak ada dokter
spesialis, maka spesialistik dapat dilakukan oleh dokter umum
dengan angka kredit sebesar 80% dari angka kredit setiap butir
kegiatan. Brevet Spesialis adalah brevet yang sudah diakui oleh
Depdikbud dan Kemenkes serta organisasi profesi (IDI).
Contoh:
Apabila dr. Elvina sebagai dokter umum melakukan tindakan
spesialistik di sarana pelayanan kesehatan dikarenakan tidak
terdapat dokter spesialis maka angka kredit yang diperoleh sebagai
berikut:
27 pasien
X 0.03 ═ 0.081
10 pasien

80% x 0,081 = 0.0648


Maka dr. Elvina mendapat nilai angka kredit sebesar 0,0648.
(6) Tindakan Sub Spesialistik
Harus dilakukan oleh dokter Sub Spesialis yang telah mempunyai
Brevet/sertifikat sub spesialis di bidangnya, apabila dilakukan oleh
dokter spesialis, maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai
tindakan spesialistik. Brevet sub spesialis adalah brevet yang diakui
oleh Depdikbud dan Kemenkes serta organisasi profesi IDI.
Catatan: cara penghitungan sama dengan point 5.
(7) Pemeriksaan Diagnostik oleh dokter Spesialis
Radiologi, patologi Klinik, patologi Anatomi dan yang sejenisnya
dicatat sebagai pelayanan Spesialistik.
(8) Dokter yang melakukan penyuluhan masyarakat, waktu yang
dihitung atau dicatat adalah waktu jam efektif pada saat tatap muka
tetapi tidak termasuk waktu dalam perjalanan menuju tempat
dilaksanakannya penyuluhan. laporan yang dihitung adalah
kegiatan penyuluhan yang dilakukan dalam satu minggu (1 minggu
adalah 1 laporan)
(9) Pelayanan kesehatan lainnya untuk masyarakat
Seorang dokter mengkonsultasikan kepada dokter lainnya. Dalam
hal ini yang mendapat angka kredit yang menerima konsultasi, yang
mengkonsultasikan tidak mendapat angka kredit, karena dokter
tersebut telah memperoleh angka kredit dalam hal melakukan
pelayanan medic umum dan pencatat medic.

2) Sub unsur memulihkan kesehatan akibat penyakit


(a) Melakukan pemulihan mental
(b) Melakukan pemulihan fisik
Penghitungan pemberian angka kredit dapat menggunakan rumus
seperti contoh dalam sub unsur menyembuhan penyakit
3) Sub unsur meningkatkan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit
4) Sub unsure membuat catatan medic untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap.
5) Sub unsure melayani kesehatan lainnya untuk masyarakat.
6) Sub unsure membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian
di bidang kesehatan.

c. Unsur Pengabdian Masyarakat


1. Angka kredit untuk unsur kegiatan pengabdian masyarakat. Contohnya
melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan dan melaksanakan
tugas lapangan harus dibuktikan dengan surat bukti melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat.
2. Angka kredit untuk pengabdian masyarakat.
Contoh:
Menanggulangi penyakit atau wabah. Memperoleh penghargaan/tanda
jasa prestasi kerja tiap hari harus dibuktikan dengan Surat Keputusan.

d. Unsur Pengembangan Profesi


1. Dokter yang menjabat dokter madya s/d dokter utama diwajibkan
mengumpulkan sekurang-kurangnya 12 angka kredit dari unsur
pengembangan profesi di bidang kesehatan agar dapat dinaikkan
pangkatnya setingkat lebih tinggi.
2. Untuk menentukan besar angka kredit dari unsur pengembangan profesi
harus melampirkan bukti fisik dengan foto copy (yang telah dilegalisir oleh
pimpinan unit kerja) dari unsur pengembangan profesi tersebut.
3. Apabila suatu karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan disusun secara
bersama-sama, maka pembagian angka kreditnya dibagi kepada semua
penulis dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penulis utama 60%
c) Penulis pembantu 40%

Contoh:
Suatu karya tulis ditulis oleh 4 orang. Maka penulis utama adalah nomor 1
dan penulis pembantu dalam hal ini 3 orang, yaitu nomor 2 s/d 4. Jika
angka kredit karya tulis tersebut 12.50 maka setiap penulis pembantu
memperoleh:
40% x 12.50
═ 1.667
3
4. Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud di poin 4, sebanyak-
banyaknya terdiri dari 3 orang.
5. Dokter utama pangkat Pembina utama, golongan IV/e setiap tahun sejak
diangkat dalam pangkat/jabatannya diwajibkan mengumpulkan angka
kredit sekurang-kurangnya 25 dari kegiatan pelayanan kesehatan dan/atau
unsur pengembangan profesi.

e. Unsur Penunjang
1. Unsur penunjang tugas dokter adalah angka kredit kumulatif yang
dikumpulkan paling banyak 20% untuk melengkapi unsur utama.
2. Unsur penunjang tugas dokter diperoleh melalui kegiatan:
a) Pengajar/pelatih yang berkaitan dengan bidang kesehatan
b) Kegiatan dimaksud adalah mengajar dan atau melatih pegawai di
bidang kedokteran atau di bidang kesehatan lainnya yang
mendukung tugas jabfung dokter pada lembaga pendidikan dan
pelatihan Pegawai Negeri Sipil atau unit-unit organisasi pemerintah
lainnya atau lembaga pendidikan lainnya. Kegiatan mengajar dan
atau melatih adapt diikuti semua jenjang
c) Bukti Fisik Surat tugas dan surat keterangan mengajar atau surat
keterangan melatih dari penyelenggara pendidikan/pelatihan.
Contoh:
Tono, pejabat fungsional dokter, mengajar mata ajaran terkait
fungsional dokter selama 4 jam pelajaran dengan menunjukan surat
tugas mengajar dan surat keterangan mengajar dari penyelenggara.
Tono mendapat angka kredit sebesar
4/2 x 0,0300 = 0,120.

3. Peran Serta Dalam Seminar/Lokakarya/Konferensi


a) Pejabat fungsional dokter yang mengikuti seminar
/lokakarya/konferensi diberikan Angka Kredit apabila yang
bersangkutan berperan sebagai pemrasaran /pembahas/narasumber
/moderator atau peserta dengan adanya bukti fisik dari
penyelenggara. Namun frekuensi sebagai peserta
seminar/lokakarya/konferensi yang dapat dinilai Angka Kreditnya
dibatasi hanya 2 (dua) kali dalam satu tahun.
b) Kriteria penilaian:
 Pejabat fungsional dokter yang diundang sebagai pemrasaran
dalam seminar lokal/nasional/internasional diberikan Angka Kredit
sebesar 3,000 setiap kali seminar/ lokakarya.
 Pejabat fungsional dokter yang berperan sebagai moderator/
pembahas /nara sumber dalam seminar
lokal/nasional/internasional dapat diberikan Angka Kredit sebesar
2,000 setiap kali seminar/lokakarya/konferensi.
 Pejabat fungsional dokter yang berperan sebagai peserta dalam
seminar lokal/nasional/internasional dapat diberikan Angka Kredit
sebesar 1,000 setiap kali seminar/lokakarya/konferensi. Seminar
yang dapat diberikan Angka Kredit sebanyak-banyaknya 2 (dua)
kali dalam 1(satu) tahun.
 Bukti Fisik Sertifikat dari penyelenggara seminar.
Contoh:
 Trio, jabfung dokter, menjadi pemrasaran pada sebuah
seminar. Dengan menunjukkan surat keterangan/fotokopi
sertifikat dari penyelenggara seminar, Trio mendapat Angka
Kredit sebesar 3,000.
 Nyoman, jabfung dokter menjadi moderator dalam suatu
seminar. Dengan menunjukkan fotokopi serifikat dari Panitia
seminar tersebut, Nyoman mendapat Angka Kredit sebesar
2,000.
 Izhar, jabfung dokter, mengikuti seminar sebagai peserta.
Dengan menunjukkan fotokopi serifikat dari Panitia seminar
tersebut. Izhar mendapat Angka Kredit sebesar 1,000.
4. Keanggotaan dalam organisasi profesi dokter
a) Menjadi pengurus Organisasi Profesi (Angka Kredit 1,000; Semua
Jenjang) tingkat Nasional /Internasional /provinsi/kabupaten/ kota
b) Menjadi anggota aktif Organisasi Profesi (Angka Kredit = 0,75;
Semua Jenjang) tingkat nasional/ Internasional/provinsi/
kabupaten/kota
c) Yang dimaksud dengan keanggotaan dalam organisasi profesi
aktif adalah Pejabat fungsional dokter yang menjadi pengurus
atau anggota organisasi profesi dalam bidang kedokteran.
d) Penilaian Angka Kredit untuk kegiatan ini diberikan setiap tahun
masa keanggotaan. Bukti Fisik adalah Surat keterangan
kepengurusan/keanggotaan organisasi profesi.

Contoh:
Dr. Orie, jabfung dokter, diangkat sebagai Wakil Ketua Ikatan Dokter
Indonesia Indonesia (IDI), dengan menunjukkan surat keterangan
dari pimpinan IDI, maka dr. Orie mendapat Angka Kredit sebesar
1,000 untuk setiap satu tahun masa jabatan wakil ketua IDI.

5. Keanggotaan Dalam Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional


Dokter
a) Menjadi ketua/wakil ketua tim penilai jabfung dokter secara aktif
(Angka Kredit 1,000; Semua Jenjang) tingkat Nasional /
/provinsi/kabupaten/ kota
b) Menjadi anggota tim penilai jabfung dokter secara aktif (Angka
Kredit 0,7500; Semua Jenjang) tingkat Nasional /
/provinsi/kabupaten/ kota
c) Bukti Fisik; Surat keputusan pejabat yang berwenang
menetapkan Angka Kredit tentang pembentukan dan penetapan
Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional dokter, Surat
keterangan/surat pernyataan dari ketua tim penilai yang
bersangkutan.

Contoh:
1. Dr. Risna, pejabat fungsional dokter, ditunjuk menjadi Anggota
Tim Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional dokter dalam masa
jabatan tahun 2011 – 2015. Pada tahun 2013, dr. Risna
memasukkan kegiatan keanggotaan Tim Penilai pada tahun 2011
dan 2012 sebagai salah satu kegiatan yang dinilai, maka dr. Risna
mendapat Angka Kredit sebesar 2 Tahun x 0,7500 = 1,500.

2. dr. Arun, pejabat fungsional dokter, ditunjuk menjadi Ketua/wakil


ketua Tim Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional dokter dalam
masa jabatan tahun 2011 – 2015. Pada tahun 2013, dr. Arun
memasukkan kegiatan keanggotaan Tim Penilai pada tahun 2011
dan 2012 sebagai salah satu kegiatan yang dinilai, maka dr. Arun
mendapat Angka Kredit sebesar 2 Tahun x 1,000 = 2,000

6. Perolehan Gelar Kesarjanaan lainnya


Bagi dokter yang memperoleh ijazah s1, s2, s3 namun bukan di
bidang kesehatan misalnya sarjana ekonomi, sarjana komunikasi,
sarjana informatika, dll. Diberikan angka kredit sebagi unsur
penunjang yang besarnya sebagai berikut:
(1) Doktor (S3) 15
(2) Pasca Sarjana (s2) 10
(3) Sarjana (s1) 5

7. Perolehan Piagam Kehormatan


a) Memperoleh Penghargaan/Tanda Jasa Satya Lencana Karya
Satya:
 30 (tiga puluh) Tahun (Angka Kredit 3,000; Semua Jenjang);
 20 (tiga puluh) Tahun (Angka Kredit 2,000; Semua Jenjang);
 10 (tiga puluh) Tahun (Angka Kredit 1,000; Semua Jenjang).

b) Bukti Fisik Surat keterangan atau surat keputusan dari instansi


yang berwenang mengeluarkan tanda jasa Satya Lencana Karya
Satya.
BAB IV
TATA LAKSANA PENILAIAN ANGKA KREDIT

A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit


Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit Dokter adalah sebagai
berikut : (Permenpan No 139)

1. Menteri Kesehatan atau pejabat eselon I yang ditunjuk bagi Dokter


Utama yang berada di lingkungan Kementerian Kesehatan dan Instansi
di luar Kementerian Kesehatan.
2. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan atau
pejabat eselon II yang ditunjuk bagi Dokter Pertama sampai dengan
Dokter Madya yang berada di lingkungan Kementerian Kesehatan.
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi bagi Dokter Pertama sampai dengan
Dokter Madya yang bekerja pada sarana pelayanan kesehatan provinsi.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bagi Dokter Pertama sampai
dengan Dokter Madya yang bekerja pada sarana pelayanan kesehatan
Kabupaten/Kota
5. Pimpinan Unit Kerja Sarana Pelayanan Kesehatan (serendah-
rendahnya eselon III) pada instansi Pusat di luar Kementerian
Kesehatan bagi Dokter Pertama sampai dengan Dokter Madya yang
bekerja pada unit kerja saranan pelayanan kesehatan masing-masing.

B. TIM PENILAI
Penilaian terhadap prestasi kerja pejabat fungsional dokter dilakukan oleh tim
penilai.
Ketentuan mengenai syarat pengangkatan untuk menjadi Anggota Tim
Penilai Angka Kredit Jabatan fungsional Dokter mengacu kepada
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional
Dokter dan Angka Kreditnya, dan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1738/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.
1. Ketentuan tim penilai adalah:
a. Tim penilai yang ditunjuk harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Menduduki jenjang jabatan/pangkat paling rendah setingkat dengan
jenjang jabatan/pangkat jabatan fungsional dokter yang dinilai;
2) Memiliki kemampuan/kompetensi dan keahlian untuk menilai prestasi
kerja jabatan fungsional dokter;
3) Dapat aktif melakukan penilaian.
b. Masa jabatan anggota tim penilai adalah 3 (tiga tahun) dan dapat diangkat
kembali untuk masa jabatan berikutnya dengan maksimal dalam 2 (dua)
masa jabatan.
c. Apabila tim penilai yang telah menjabat sebagai tim penilai telah menjabat
dalam 2 (dua) masa jabatan, dan ingin diangkat kembali, maka tim penilai
tersebut harus melampaui tenggang waktu 1 (satu) tahun masa jabatan.
d. Apabila terdapat anggota tim penilai yang pensiun atau berhalangan paling
singkat 6 (enam) bulan, Ketua tim Penilai mengusulkan penggantian
anggota tim penilai secara defenitif sesuai masa kerja yang tersisa kepada
pejabat yang berwewenang menetapkan tim penilai.
e. Apabila anggota tim penilai turut dinilai, maka ketua tim penilai dapat
mengangkat anggota tim penilai pengganti.
f. Jumlah anggota tim penilai yang bersal dari dokter harus lebih banyak dari
pada anggota tim penilai yang berasal dari bukan dokter.
g. Susunan keanggotaan tim penilai terdiri dari unsur bidang kedokteran,
unsure kepegawaian, dan pejabat fungsional dokter dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Seorang ketua merangkap anggota dari unsure teknis;
2) Seorang wakil ketua merangkap anggota dari unsure kepegawaian;
3) Seorang sekretaris merangkap anggota; dan
4) Paling kurang 4 (empat) orang anggota.
5) Anggota tim penilai paling sedikit 2 (dua) orang dari pejabat fungsional
dokter.
6) Dalam hal komposisi jumlah anggota tim penilai tidak dapat dipenuhi
sebagian atau seluruhnya dari dokter, maka anggota Tim Penilai dapat
diangkat dari pejabat lain yang mempunyai kompetensi untuk menilai
prestasi kerja dokter.
g. Apabila tim penilai jabatan fungsional dokter Unit pelayanan kesehatan
Kementerian/Lembaga Pemerintah (setingkat eselon II) atau tim penilai
instansi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi sayarat
keanggotaan tim penilai yang ditentukan, maka penilaian dan penetapan
angka kredit dapat dimintakan kepada tim penilai Diektorat Jenderal/Tim
penilai Sekretariat Direktorat Jenderal.
h. Apabila tim penilai provinsi belum dapat dibentuk karena belum memenuhi
syarat keanggotaan tim penilai yang diterntukan, maka penilaian angka
kredit dokter dapat dimintakan kepada tim penilai Kementerian/tim penilai
Direktorat jenderal.
i. Apabila tim penilai kabupaten/kota belum dapat dibentuk karena belum
memenuhi syarat keanggotaan tim penilai yang diterntukan, maka penilaian
angka kredit dokter dapat dimintakan kepada tim penilai kabupaten/kota
terdekat atau tim penilai provinsi yang bersangkutan atau tim penilai
Departemen (Kementerian)/tim penilai Direktorat jenderal.
j. Apabila dipandang perlu, pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
dapat membentuk tim penilai teknis yang aanggotanya terdiri dari para ahli,
baik yang berkedudukan sebagai PNS atau bukan PNS yang mempunyai
kemampuan teknis yang diperlukan dalam menilai angka kredit fungsional
dokter.
k. Pembentukan dan susunan anggota tim penilai ditetapkan oleh:
1) Direktur jenderal yang membidangi pelayanan kesehatan Kementerian
Kesehatan atau pejabat Eselon II yang ditunjuk untuk tim penilai
Direktorat Jenderal;
2) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (minimal eselon II) di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk tim penilai Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Kementerian Kesehatan
3) Pimpinan Unit Kerja (minimal eselon II) di lingkungan
Kementerian/Lembaga lainnya untuk tim penilai Unit Kerja dan instansi di
Kementerian/Lembaga lainnya diluar lingkungan Kementerian
Kesehatan;
4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk tim penilai provinsi;
5) Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk Tim Penilai Kab/Kota.

2. Tugas Pokok dan Fungsi tim Penilai


a. Tugas pokok tim penilai Departemen adalah:
1) Membantu Menteri Kesehatan atau pejabat Eselon I yang ditunjuk di
lingkungan Departemen Kesehatan dalam menetapkan angka kredit
dokter utama yang bekerja pada sarana pelayanan kesehatan di
lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi lain di luar Departemen
Kesehatan.
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Menteri Kesehatan
atau pejabat eselon I yang ditunjuk di lingkungan Departemen Kesehatan
yang berhubungan dengan penetapan angka kredit bagi jf dokter utama.
b. Tim Penilai Departemen/Kementerian
Tugas pokok tim penilai Departemen/Kementerian adalah:
1) Membantu Menteri Kesehatan atau pejabat eselon I yang ditunjuk di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam mentepkan angka kredit
Dokter Utama yang bekerja pada sarana pelayanan kesehatan di
lingkungan Kementeian Kesehatan dan Instansi di luar Kementeirian
Kesehatan;
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Menteri Kesehatan
atau pejabat eselon I yang ditunjuk di Lngkungan Kementerian
Kesehatan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit.
3) Melakukan verifikasi dan penilaian terhadap DUPAK;
4) Menentukan besarnya angka kredit yang diperoleh dokter utama dari
hasil prestasi kerja dalam melakukan butir kegiatan jabatan fungsional
dokter utama.
5) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam blanko PAK, kepada Menteri Kesehatan atau pejabat
eselon I yang ditunjuk untuk menandatangani.

c. Tim Penilai Direktorat Jenderal


Tugas pokok tim penilai Direktorat Jenderal adalah:
6) Membantu Direktur Jenderal yang membina pelayanan kesehatan di
Kementerian Kesehatan atau pejabat Eselon II yang ditunjuk dalam
menetapkan angka kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan Dokter
Madya yang bekerja pada unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di
lingkungan Kementerian Kesehatan;
7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal
yang membina pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan atau
pejabat Eselon II yang ditunjuk yang berhubungan dengan penetapan
angka kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan Dokter Madya yang
bekerja pada unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
8) Melakukan verifikasi dan penilaian terhadap DUPAK;
9) Menentukan besarnya angka kredit yang diperoleh dokter dari hasil
prestasi kerja dalam melakukan butir kegiatan jf dokter, untuk jf dokter
pertama sampai jf dokter madya.
10) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam blanko PAK, kepada kepada Direktur Jenderal atau
pejabat yang ditunjuk, untuk ditandatangani.
d. Tim Penilai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan
Tugas pokok Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan adalah:
1) Membantu Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kesehatan dalam menetapkan angka kredit bagi jf dokter pertama
sampai dengan jf dokter madya yang bekerja pada unit pelayanan
kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan
masing-masing; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan yang berhubungan
dengan penetapan angka kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan
madya.
3) Melakukan verifikasi dan penilaian terhadap DUPAK;
4) Menentukan besarnya angka kredit yang diperoleh dokter dari hasil
prestasi kerja dalam melakukan butir kegiatan jf dokter, untuk jf dokter
pertama sampai jf dokter madya.
5) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam balnko PAK, kepada kepada pimpinan UPT atau
pejabat yang ditunjuk untuk ditandatangani..

e. Tim Penilai Unit Kerja


Tugas pokok tim penilai Unit Kerja adalah:
1) Membantu Pimpinan Unit Kerja/unit Pelayanan Kesehatan
Kementerian/Lembaga Pemerintah di luar lingkungan Kementerian
Kesehatan (serendah-rendahnya Eselon III ) dalam menetapkan angka
kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan jf dokter Madya yang
bekerja pada unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
masing-masing; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan Unit
Pelayanan kesehatan/sarana kesehatan Kementerian/Lembaga
Pemerintah di luar Lingkungan Kementerian Kesehatan (serendah-
rendahnya eselon III) yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai instansi berupa angka kredit yang
telah dituangkan dalam balnko PAK, kepada kepada pimpinan instansi
atau pejabat yang ditunjuk untuk ditandatangani.
f. Tim Penilai Provinsi
Tugas pokok tim penilai Provinsi adalah:
1) Membantu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dalam menetapkan angka
kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan jf dokter Madya yang
bekerja pada unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
provinsi; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi yang berhubungan dengan penetapan angka kredit jf
dokter pertama sampai dengan jf dokter madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam balnko PAK, kepada kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi atau pejabat yang ditunjuk untuk ditandatangani.

g. Tim Penilai Kabupaten/Kota


Tugas pokok tim penilai Kabupaten/Kota adalah:
1) Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menetapkan
angka kredit bagi jf dokter pertama sampai dengan jf dokter Madya yang
bekerja pada unit pelayanan kesehatan/sarana kesehatan di lingkungan
Kabupaten/Kota; dan
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit jf dokter pertama sampai dengan jf dokter madya.
3) Menyampaikan hasil rapat tim penilai berupa angka kredit yang telah
dituangkan dalam balnko PAK, kepada kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten atau pejabat yang ditunjuk untuk ditandatangani.

h. Tim Penilai Teknis


Tugas pokok tim penilai teknis adalah:
1) Memberikan saran dan pendapat kepada ketua tim penilai untuk
memberikan penilaian kegiatan yang bersifat khusus dan atau keahlian
tertentu.
2) Tim penilai teknis menerima tugas dari dan bertanggung jawab kepada
Ketua Tim Penilai.

b. Tugas Sekretariat Tim Penilai


1) Untuk membantu Tim Penilai Pusat (Kementerian Kesehatan dan
Kementerian/Lembaga Pemerintah lainnya), Provinsi, Kabupaten/Kota,
dalam melaksanakan tugasnya, dibentuk Sekretariat Tim Penilai yang
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang secara fungsional dijabat oleh
pejabat di bidang kepegawaian. Sekretaris tim penilai dibentuk dan
ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai peraturan
Perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
139/KEP/M.PAN/11/2003..

2) Kedudukan Sekretariat Tim Penilai


Kedudukan Sekretariat Tim Penilai adalah sebagai berikut:

a. Sekretariat Tim Penilai Pusat dan Sekretariat Tim Penilai Unit Kerja
berkedudukan pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementerian Kesehatan.
b. Sekretariat Tim Penilai Instansi berkedudukan pada unit kepegawaian
di unit kerja setingkat eselon II pada Instansi selain Kementerian
Kesehatan.
c. Sekretariat Tim Penilai Provinsi berkedudukan pada unit kepegawaian
di Dinas yang membidangi kesehatan pada Provinsi.
d. Sekretariat Tim Penilai Kabupaten/Kota berkedudukan pada unit
kepegawaian di Dinas yang membidangi kesehatan pada
Kabupaten/Kota.

3) Kriteria/Kompetensi Anggota Sekretariat Tim Penilai


Kriteria/Kompetensi Anggota Sekretariat Tim Penilai adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui tentang peraturan perundang-undangan terkait dengan
jabatan fungsional Dokter Gigi.
b. Memahami mekanisme dan prosedur penilaian angka kredit Dokter
Gigi.
c. Mampu mengadministrasikan terkait penilaian angka kredit Perawat
Gigi ke dalam format penetapan angka kredit.
d. Dapat menjaga rahasia hasil penilaian angka kredit Dokter Gigi.
4) Masa Jabatan Anggota Sekretariat Tim Penilai
Masa Jabatan Anggota Sekretariat Tim Penilai mengikuti masa
jabatan Tim Penilai
5) Pemberhentian Anggota Sekretariat Tim Penilai Anggota Sekretariat
Tim Penilai diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. Habis masa jabatan; dan/atau
b. Mengundurkan diri dari keanggotaan Sekretariat Tim Penilai; dan/atau
c. Pindah tempat kerja yang dapat menghalangi tugas sebagai Anggota
Sekretariat Tim Penilai; dan/atau
d. Dijatuhi hukuman tingkat sedang atau berat di bidang kepegawaian;
dan/atau
e. Berhenti atau diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.
Bagi Anggota Sekretariat Tim Penilai yang diberhentikan sebelum
habis masa jabatannya, dapat diganti dengan anggota baru dengan
Keputusan Pejabat yang berwenang mengangkat dan
memberhentikan keanggotaan Sekretariat Tim Penilai.

6) Tugas Sekretariat tim penilai adalah:


a) Menerima dan mengadminstrasikan usul penilaian dan penetapan
angka kredit dokter.
b) Menyiapkan bahan-bahan dan instrument penilaian prestasi kerja jf
dokter.
c) Menyiapkan rapat tim penilai;
d) Melayani keperluan tim penilai dalam melaksanakan tugasnya;
e) Mendokumentasikan hasil kerja tim penilai dan bukti fisik yang telah
dinilai;
f) Menuangkan angka kredit hasil penilaian tim penilai ke dalam PAK
yang akan ditandatangani oleh Pejabat yang berwewenang.
g) Mengirimkan PAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat yang
berwewenang kepada jf dokter yang bersangkutan dan instansi-
instansi terkait.
h) Mengirimkan berkas (PAK) ke bagian penerbitan SK kenaikan jenjang
jabatan (apabila telah memenuhi angka kredit untuk naik ke jenjang
jabatan berikutnya).
i) Mengirimkan PAK yang sudah ditandatangani oleh Pejabat yang
berwewenang kepada jf dokter yang bersangkutan dan instansi-
instansi terkait.

C. Prosedur dan Tata Cara Penilaian dan Penetapan Kredit


1. Prosedur pengusulan angka kredit
Prosedur pengusulan angka kredit adalah:

a. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pejabat fungsional Dokter dicatat, dan
dilaporkan setiap bulan kepada atasan langsung untuk diperiksa dan diteliti
kebenarannya, dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut pada
Lampiran I Surat Keputusan ini.
b. Setiap tahun pejabat fungsional Dokter membuat rekapitulasi laporan hasil
kerja, selanjutnya diserahkan kepada atasan langsung untuk diperiksa dan
diteliti kebenarannya, dibuat menurut contoh formulir sebagaimana tersebut
pada Lampiran II Surat Keputusan tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Dokter dan angka kreditnya.
c. Setelah atasan langsung menerima rekapitulasi laporan tahunan, dari
masing-masing pejabat fungsional Dokter yang menjadi bawahannya, segera
membuat Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK), berdasarkan
laporan hasil prestasi dari para Dokter , yang dibuat menurut contoh formulir
sebagaimana tersebut pada Lampiran I Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
1738/Menkes/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.
d. Pejabat fungsional dokter menyusun DUPAK 2 (dua) kali dalam 1(satu) tahun
pada periode januari s/d Juni dan Juli s/d Desember.
e. Pejabat fungsional dokter mencantumkan perkiraan angka kredit
prestasi kerjanya ke dalam formulir Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit
(DUPAK) jabatan dokter berikut kelengkapan berkasnya untuk disampaikan
kepada Kepala UnitKerja/UPT/UPTD yang bersangkutan.
f. Kepala Unit Kerja/UPT/UPTD yang bersangkutan dibantu oleh tim verifikasi
meneliti ulang kebenaran DUPAK berikut kelengkapannya.
g. Setiap dokter berdasarkan hasil kegiatan yang dituangkan dalam Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) diharuskan mengusulkan paling kurang
satu kali dalam satu tahun dengan melampirkan bukti-bukti sebagai berikut :
1) Salinan/fotokopi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) tahun terakhir yang
diketahui atasan langsung (Apabila usul angka kredit telah mencapai
kumulatif minimal yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi) yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
2) Salinan/fotokopi surat keputusan kenaikan jabatan dan pangkat terakhir
yang diketahui atasan langsung.
3) Salinan/fotokopi surat keputusan terakhir tentang pengangkatan
pertama/pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional dokter yang
diketahui atasan langsung.
4) Salinan/fotokopi Penetapan Angka Kredit (PAK) terakhir yang diketahui
atasan langsung.
5) Bukti fisik hasil pelaksanaan tugas sebagai pejabat fungsional dokter.
6) Surat Penugasan dan Uraian Tugas (tugas pokok dan diluar tugas pokok)
7) Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter yang masih berlaku atau
Surat Bukti pengurusan STR yang baru.
8) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
9) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan (SPMK) di bidang
pelayanankesehatan dari pejabat yang berwenang;
10) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan pengembangan profesi di
bidang pelayanan kesehatan dari pejabat yang berwenang;
11) Surat pernyataan telah melaksanakan kegiatan penunjang di bidang
pelayanan kesehatan dari pejabat yang berwenang.
12) Melampirkan seluruh bukti fisik hasil pelaksanaan kegiatan.

h. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit diajukan dengan surat pengantar


dari pejabat sebagaimana diatur dalam PermenpanRB Nomor 139 tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.
i. Pengajuan usul penetapan angka kredit harus telah sampai kepada
Sekretariat TPAK yang berwenang menetapkan angka kredit selambat-
lambatnya:
1) Tanggal 15 Juni bagi dokter yang akan naik jabatan/pangkat pada periode
Oktober tahun yang bersangkutan.
2) Tanggal 15 Desember bagi dokter yang akan naik jabatan/pangkat pada
periode April tahun berikutnya.
j. Sekretariat TPAK mendistribusikan bahan/berkas usulan yang sudah lengkap
kepada TPAK
k. Pimpinan Unit Kerja menyampaikan bahan/berkas usulan kepada Sekretariat
TPAK.
 Sekretariat TPAK mendistribusikan bahan/berkas usulan yang sudah
lengkap kepada TPAK.
 Berkas usulan yang tidak lengkap diberitahukan kepada pejabat jf dokter
melalui Pimpinan Unit Kerja untuk dilengkapi.
l. TPAK menuangkan ke dalam format PAK.
m. Sekretariat TPAK menyampaikan format PAK kepada PBAK untuk
ditandatangani/disahkan.
n. PAK Asli disampaikan kepada Badan Kepegawaian Negara/Kantor Regional
Badan Kepegawaian Negara.
Gambar 1 Prosedur Penilaian Angka Kredit dokter

Pejabat Berwenang
Menetapkan Angka
BKN/Kanreg BKN Kredit

Tim Penilai
(keluar PAK)

Sekretariat

Tim Penilai

Pimpinan

Unit Kerja

Atasan Langsung Pejabat Pengusul


dokter
2. Tata Cara Penilaian

Berdasarkan DUPAK yang disampaikan oleh jf dokter, selanjutnya Tim


Penilai melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Persidangan Tim Penilai dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu


setiap bulan Juni dan Desember.
b. Pengambilan keputusan dalam pemberian angka kredit dilakukan melalui
prosedur sebagai berikut:
1) Ketua Tim Penilai membagi tugas penilaian kepada anggota Tim
Penilai.
2) Setiap usul dinilai oleh 3 (tiga) orang anggota.
3) Setelah masing-masing anggota melakukan penilaian, hasilnya
disampaikan kepada Ketua Tim Penilai melalui Sekretaris Tim Penilai
untuk disahkan.
4) Apabila angka kredit yang diberikan oleh tiga orang penilai tidak
sama, maka pemberian angka kredit dimusyawarahkan dalam sidang
pleno untuk didiskusikan antar Tim Penilai.
5) Pengambilan keputusan dalam sidang pleno Tim Penilai dilakukan
secara aklamasi atau melalui suara terbanyak.
6) Sekretaris Tim Penilai menuangkan angka kredit hasil keputusan
musyawarah dalam sidang pleno ke dalam formulir penetapan angka
kredit.

c. Bagi Provinsi/Kabupaten/Kota yang belum memiliki Tim Penilai Jabatan


Fungsional dokter, maka Kepala Dinas yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan jabatan setara Eselon II tersebut dapat
bekerjasama dengan Tim Penilai Jabatan Fungsional dokter pada
Provinsi/Kabupaten/Kota terdekat atau mengadakan kerjasama dengan
Tim Penilai Jabatan Fungsional dokter Tingkat Unit Kerja untuk
melakukan penilaian angka Kredit dokter dengan membuat surat
kerjasama penilaian jabatan fungsional dokter.
d. Apabila dari satu unit kerja belum mempunyai tim penilai dan akan
dimintakan penilaian angka kredit ke tim penilai unit kerja lainnya harus
membuat surat kerjasama penilaian jabatan fungsional bidang
kesehatan.

3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, yaitu:


a) Direktur Jenderal yang membidangi Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan kepada Menteri Kesehatan bagi dokter Ahli Madya pangkat
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/b dan pangkat Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c di lingkungan Kementerian Kesehatan
dan instansi selain Kementerian Kesehatan, sampai dengan dokter Ahli
Utama.
b) Kepala Dinas yang Setara Eselon II yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kab/Kota kepada Menteri Kesehatan bagi Perawat Ahli pertama
sampai dengan dokter Ahli Madya.
c) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi/Kab/Kota yang
Setara Eselon II kepada Kepala Dinas yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kab/Kota bagi dokter Pertama sampai dengan Dokter Ahli
Madya.

4. Perolehan Angka Kredit Berdasarkan Kewenangan Melaksanakan Tugas


Apabila pada suatu unit kerja tertentu tidak terdapat dokter untuk semua jenjang
jabatan, maka dokter dalam jabatan tertentu selain melaksanakan tugas baik
unsur utama maupun unsur penunjang sesuai jenjang jabatannya, juga dapat
melaksanakan tugas dokter pada jabatan satu tingkat di atasnya atau satu
tingkat di bawahnya. dokter yang melaksanakan baik unsur utama maupun unsur
penunjang satu tingkat di atas jabatannya, memperoleh angka kredit 80%
(delapan puluh persen) dari angka kredit butir kegiatan tersebut. Dokter dapat
diberi tugas oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas satu
tingkat di atas jabatannya apabila dokter yang ditugaskan mempunyai
kemampuan dan keahlian mengerjakan butir kegiatan tersebut.
BAB V

PENGANGKATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN DARI


JABATAN

A. Pengangkatan pertama

1. Persyaratan

a. Pegawai negeri sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan fungsional
dokter harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Berijazah serendah-rendahnya ijazah dokter;
2) Pangkat serendah-rendahnya penata muda tingkat I golongan ruang III/b.
3) Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 tahun terakhir.
4) Bersedia melakukan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
mematuhi kode etik profesi kedokteran;
5) Pengangkatan pertama dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan
fungsional dokter sebagai berikut:
(a). pengangkatan Pegawai Negeri Sipil pusat dalam jabatan dokter
dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan dokter yang ditetapkan oleh
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan
kepala BKN
(b). Pengangkatan pegawai negeri sipil daerah dalam jabatan dokter
dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan dokter yang ditetapkan oleh
pejabat Pembina kepegawaian masing-masing setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Men. PAN dan pertimbangan kepala BKN.
6) Telah berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
7) Tidak sedang menduduki jabatan struktural ataupun jabatal fungsional
lainnya.
8) Telah memiliki angka kredit sedikitnya sebesar 150, yang telah ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang.

Contoh:
Dr. Titi sebagai dokter umum,terhitung mulai tanggal 1 april 2013 diangkat
sebagai calon pegawai negeri sipil dan ditugaskan pada sarana kesehatan
(RS. Husada). setelah 1 tahun bertugas, dr. titi diangkat menjadi pns (tmt 1
oktober 2014). Tahun 2015 Dr.Titi mengusulkan diri untuk diangkat sebagai
pejabat fungsional dokter. Untuk itu, pengangkatan Dr Titi dalam jabatan
fungsional dokter dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) dr. Titi harus mengumpulkan angka kredit minimal 150 dengan rincian
80% x 150 = 120 dari unsur utama (minimal), dan 20%x150= 30 dari
unsur penunjang (maksimal).
(b) Angka kredit dihitung mulai tmt 1 april 2013 dengan perhitungan
sebagai berikut
- Pendidikan:
(1) Pendidikan formal (S1) = 150
(2) Pendidikan dan pelatihan = 9
(3) Pelayanan kesehatan = 15.4
(4) Pengembangan profesi = 3,3
(5) Pengabdian kepada masyarakat = 7,25
Jumlah = 179,95
Maka angka kredit yang didapat dari unsur utama telah memenuhi angka
kredit minimal (120)

(c) Unsur Penunjang:


Anggota IDI (2 tahun) 2x0,75 = 1,5
Maka dr. Titi mendapat angka kredit 179,95 + 1,5 = 181, 45.
Pada tanggal 31 oktober 2015 angka kredit dr. Titi ditetapkan sebesar
181,45. Dengan demikian dr. Titi dapat diangkat menjadi pejabat
fungsional dokter pertama dengan angka kredit 181,45.

b. Pegawai Negeri Sipil (tenaga dokter) yang menduduki jabatan struktural atau
jabatan lainnya, dapat dialihkan ke dalam jabatan fungsional dokter dengan
ketentuan, bahwa di samping memenuhi ketentuan tersebut dalam huruf (1-7)
di atas, harus pula memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Memenuhi syarat pada poin a.


2) Memiliki pengalaman dalam kegiatan pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya 2(dua) tahun.
3) Usia setinggi-tingginya 5(lima) tahun sebelum mencapai batas usia
pensiun berdasarkan jabatan terakhir sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
4) Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam
DP 3 sekurang2nya bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.
5) Pangkat yang ditetapkan adalah sama dengan pangkat yang dimilikinya,
dan jenjang jabatan dokter ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit
yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.

Contoh:

 dr. Ananto adalah seorang tenaga dokter, terhitung mulai tanggal 1


maret 2000 diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dan
ditugaskan pada sarana kesehatan. Setelah 4 tahun kemudian, yaitu
tmt 1 april 2004 dipindahkan ke dinas kesehatan provinsi dan
diangkat dalam jabatan kepala seksi eselon 4. Setelah dr. ananto
menduduki pangkat puncak dalam jenjang jabatan yang didudukinya
(menduduki pangkat Penata III/d). Terhitung mulai tanggal 1
desember 2010 dr. ananto dipindahkan ke sarana kesehatan.
Setelah bertugas 1 tahun di sarana kesehatan pada 1 desember
2011 dr ananto diusulkan untuk diangkat dalam jabatan fungsional
dokter. Maka pengangkatan dr. ananto dalam jabatan fungsional
dokter dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) angka kreditnya dihitung mulai dari aktif bertugas pada sarana
kesehatan yaitu 1 maret 2000 sampai dengan 1 april 2004 ditambah
dengan angka kredit yang diperoleh selama beradaptasi atau
bertugas di sarana kesehatan selama 1 tahun (2010-2011). Dengan
perhitungan sebagai berikut:
- Pendidikan:
(1). Pendidikan formal (S1) = 150
(2). Pendidikan dan pelatihan = 23
(3). Pelayanan kesehatan = 24,4
(4). Pengembangan profesi = 12,5
(5). Pengabdian kepada masyarakat = 19,25
Jumlah = 229,15

- Unsur Penunjang:
(1). Anggota IDI (2 tahun)2x0,75 = 1,5
Maka dr. Ananto mendapat angka kredit 229,15 + 1,5 = 230,65.
Pada tanggal 1 desember 2012 angka kredit dr. Ananto ditetapkan
sebesar 230,65. Dengan demikian dr. Ananto dapat diangkat
menjadi pejabat fungsional dokter muda dengan pangkat terakhir
(III/d).
2. Prosedur dan tata cara.

a. Untuk menentukan besarnya angka kredit dan tingkat jabatan dokter bagi
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali digunakan angka kredit
yang berasal dari pendidikan, pelayanan kesehatan, pengembangan profesi
dan pengabdian masyarakat.

Contoh:

1. Dr. Titi sebagai dokter umum,terhitung mulai tanggal 1 april 2013


diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dan ditugaskan pada
sarana kesehatan (rs. Husada). setelah 1 tahun bertugas, dr. titi
diangkat menjadi pns (tmt 1 oktober 2014). Tahun 2015 Dr.Titi
mengusulkan diri untuk diangkat sebagai pejabat fungsional dokter.
Untuk itu, pengangkatan Dr Titi dalam jabatan fungsional dokter
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) dr. Titi harus mengumpulkan angka kredit minimal 150 dengan
rincian 80% x 150 = 120 dari unsur utama (minimal), dan
20%x150= 30 dari unsur penunjang (maksimal).
(b) Angka kredit dihitung mulai tmt 1 april 2013 dengan perhitungan
sebagai berikut
- Pendidikan:
(1). Pendidikan formal (S1) = 150
(2). Pendidikan dan pelatihan = 9
(3). Pelayanan kesehatan = 15.4
(4). Pengembangan profesi = 3,3
(5). Pengabdian kepada masyarakat = 7,25
Jumlah = 179,95
Maka angka kredit yang didapat dari unsur utama telah memenuhi
angka kredit minimal (120)

- Unsur Penunjang:
(1). Anggota IDI (2 tahun)2x0,75 = 1,5
Maka dr. Titi mendapat angka kredit 179,95 + 1,5 = 181, 45.
Pada tanggal 31 oktober 2015 angka kredit dr. Titi ditetapkan
sebesar 181,45. Dengan demikian dr. Titi dapat diangkat menjadi
pejabat fungsional dokter pertama dengan angka kredit 181,45.
b. Pegawai negeri sipil (tenaga dokter) yang beralih dari jabatan struktural dan
atau jabatan fungsional lainnya, pangkatnya ditetapkan sesuai dengan
pangkat terakhir yang dimiliki, jabatan dokter ditetapkan sesuai dengan
besarnya angka kredit yang diperolehnya sewaktu bertugas pada sarana
kesehatan ditambah dengan angka kredit yang diperolehnya selama
beradaptasi pada sarana kesehatan, yang berasal dari pelayanan kesehatan
dan pengabdian masyarakat.
Contoh:

 dr. Ananto adalah seorang tenaga dokter, terhitung mulai tanggal 1


maret 2000 diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dan
ditugaskan pada sarana kesehatan. Setelah 4 tahun kemudian, yaitu
tmt 1 april 2004 dipindahkan ke dinas kesehatan provinsi dan
diangkat dalam jabatan kepala seksi eselon 4. Setelah dr. ananto
menduduki pangkat puncak dalam jenjang jabatan yang didudukinya
(menduduki pangkat Penata III/d). Terhitung mulai tanggal 1
desember 2010 dr. ananto dipindahkan ke sarana kesehatan.
Setelah bertugas 1 tahun di sarana kesehatan pada 1 desember
2011 dr ananto diusulkan untuk diangkat dalam jabatan fungsional
dokter. Maka pengangkatan dr. ananto dalam jabatan fungsional
dokter dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) angka kreditnya dihitung mulai dari aktif bertugas pada sarana
kesehatan yaitu 1 maret 2000 sampai dengan 1 april 2004 ditambah
dengan angka kredit yang diperoleh selama beradaptasi atau
bertugas di sarana kesehatan selama 1 tahun (2010-2011). Dengan
perhitungan sebagai berikut:
- Pendidikan:
(1). Pendidikan formal (S1) = 150
(2). Pendidikan dan pelatihan = 23
(3). Pelayanan kesehatan = 24,4
(4). Pengembangan profesi = 12,5
(5). Pengabdian kepada masyarakat = 19,25
Jumlah = 229,15

- Unsur Penunjang:
(1). Anggota IDI (2 tahun)2x0,75 = 1,5
Maka dr. Ananto mendapat angka kredit 229,15 + 1,5 = 230,65.
Pada tanggal 1 desember 2012 angka kredit dr. Ananto ditetapkan
sebesar 230,65. Dengan demikian dr. Ananto dapat diangkat
menjadi pejabat fungsional dokter muda dengan pangkat terakhir
(III/d).

c. Pengangkatan pertama kali Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Dokter


ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan atau Pejabat lain
yang ditunjuk, menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada
lampiran VII Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala
Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
1738/MENKES/SKB/XII/2003 NOMOR 52 TAHUN 2003 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER DAN
ANGKA KREDITNYA

d. Kelengkapan berkas.
Setiap usulan pengangkatan pertama kali dalam jabatan fungsional Dokter
harus dilampiri kelengkapan berkas sebagai berikut :
1) Surat keputusan pengangkatan menjadi PNS dan atau kenaikan pangkat
terakhir.
2) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) dalam tahun terakhir.
3) Surat Keputusan penugasan dan atau pemindahan pada Sarana
Kesehatan.
4) Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) yang telah
ditandatangani Pejabat yang berwenang.
5) Surat Pernyataan Pelaksanaan Tugas Pelayanan Kesehatan yang
ditandatangani Pimpinan Sarana Kesehatan.
6) Surat Pernyataan bersedia melaksanakan Tugas Pelayanan Kesehatan
dari PNS yang bersangkutan.

e. Tata cara pengajuan usul pengangkatan pertama.


1. Setiap Pegawai Negeri Sipil (Tenaga Dokter) yang bertugas pada sarana
kesehatan, yang memenuhi persyaratan untuk diangkat dalam jabatan
fungsional Dokter, segera mempersiapkan kelengkapan berkas untuk
bahan persyaratan pengangkatan pertama dalam jabatan Dokter,
selanjutnya kelengkapan berkas tersebut diserahkan kepada Pejabat
yang bertugas dalam pengelolaan administrasi kepegawaian pada Sarana
Kesehatan tersebut.
2. Setelah Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian menerima kelengkapan tersebut, segera menyiapkan surat
pengantar usulan penilaian dan penetapan angka kredit dan usulan
pengangkatan pertama dan selanjutnya diserahkan kepada pimpinan
sarana kesehatan untuk ditandatangani.

3. Pimpinan Sarana Kesehatan akan menandatangani surat pengantar


usulan tersebut di atas, selanjutnya segera mengajukan kepada pejabat
yang berwenang yaitu :
a. Pejabat Pembina Kepegawaian pusat untuk PNS pusat sepanjang
usul penilaian dan penetapan angka kredit dan usul pengangkatan
pertama bagi Pegawai Negeri Sipil (Tenaga Dokter) yang akan
diangkat dalam jabatan Dokter Pertama sampai dengan Dokter
Madya.
b. Pejabat Pembina Kepegawaian daerah untuk PNS daerah, sepanjang
usul penilaian dan penetapan angka kredit dan usul pengangkatan
pertama bagi Pegawai Negeri Sipil ( Tenaga Dokter) yang akan
diangkat dalam jabatan Dokter Pertama sampai dengan Dokter
Madya.

4. Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada angka 3 a dan b di


atas, akan menyerahkan usul tersebut kepada Tim Penilai yang berada
dilingkungan kerjanya untuk dinilai dan ditetapkan angka kreditnya
5. Tim penilai pusat atau tim penilai Provinsi akan menyelesaikan usul
penilaian dan penetapan angka kredit sesuai prosedur yang berlaku,
selanjutnya diserahkan kepada pejabat yang berwewenang untuk
ditandatangani/ditetapkan
6. Pejabat yang berwewenang sebagaimana tersebut pada huruf 3a dan b di
atas, menyerahkan PAK yang sudah ditandatangani (ditetapkan) kepada
pengelola administrasi kepegawaian yang berada di lingkungan kerjanya
(biro kepegawaian untuk pusat dan badan kepegawaian daerah)
7. Setelah pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian menerima PAK yang diperlukan, segera mempersiapkan
surat keputusan pengangkatan pertama ke dalam jabatan fungsional
dokter, selanjutnya disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk
ditandatangani/ditetapkan.

B. Kenaikan Pangkat dan Jabatan

1. Kenaikan Pangkat

a. Pejabat yang berwenang.


Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan pangkat bagi Pejabat
fungsional Dokter adalah :
1) Presiden Republik Indonesia untuk kenaikan pangkat dari jabatan Dokter
Madya pangkat pembina Tingkat I golongan ruang IV/b untuk menjadi
Pembina Utama golongan ruang IV/c sanoai dengan Dokter Utama pangkat
Pembina Utama golongan runag IV/e bagi pejabat fungsional Dokter Pusat
dan pejabat fungsional dokter daerah.

2) Pejabat pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan, setelah mendapat


pertimbangan teknis Kepala BKN, untuk kenaikan pangkat bagi Pejabat
fungsional Dokter Pusat (PNS Pusat) yang menduduki jabatan Dokter
Pertama pangkat penata Muda tingkat I golongan ruang III/b menjadi Penata
Tingkat I golongan ruang III/c sampai dengan Dokter Madya pangkat
Pmebina Tingkat I golongan ruang IV/b.

3) Pejabat pembina Kepegawaian Daerah Propinsi yang bersangkutan, setelah


mendapat pertimbangan teknis Kepala Kantor Regional BKN Daerah yang
bersangkutan, untuk kenaikan pangkat bagi Pejabat fungsional Dokter
Daerah Propinsi (PNS Propinsi/daerah) yang menduduki jabatan Dokter
Pertama pangkat penata Muda tingkat I golongan ruang III/b menjadi Penata
Tingkat I golongan ruang III/c sampai dengan Dokter Madya pangkat
Pmebina Tingkat I golongan ruang IV/b.

4) Gubernur yang bersangkutan, setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala


Kantor Regional BKN Daerah yang bersangkutan, untuk kenaikan pangkat
bagi Pejabat fungsional Dokter Daerah Kabupaten/Kota (PNS
Kabupaten/Kota/daerah) yang menduduki jabatan Dokter Muda pangkat
penata tingkat I golongan ruang III/d menjadi dokter Madya pangkat Pembina
golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.

5) Pejabat pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan,


setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala Kantor Regional BKN Daerah
yang bersangkutan, untuk kenaikan pangkat bagi Pejabat fungsional Dokter
Daerah Kabupaten/Kota (PNS Propinsi/daerah) yang menduduki jabatan
Dokter Pertama pangkat penata Muda tingkat I golongan ruang III/b menjadi
Penata Tingkat I golongan ruang III/c sampai dengan Dokter Mad pangkat
Pmebina Tingkat I golongan ruang IV/b.

b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan pangkat bagi pejabat fungsional Dokter
adalah sebagai berikut :
1) Sekurang –kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir.
2) Telah dipenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
Setingkat lebuh tinggi.
3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP. 3. Sekurang-
kurangnya Bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir

c. Prosedur dan Tata Cara


1) Kelengkapan berkas
Setiap usul kenaikan jabatan harus melampiri berkas-berkas sebagai berikut :
a) Fotokopi Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir yang telah disahkan.
b) Fotokopi Surat Keputusan kenaikan jabatan terakhir yang telah disahkan.
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ( DP – 3 ) dalam 2 ( dua ) tahun
terakhir.
d) Fotokopi Kartu Pegawai ( Karpeg ).
e) DUPAK yang sudah ditanda tangani oleh Pejabat berwenang.

2) Tata Cara Pengusulan


a) Setiap Dokter yang telah mengumpulkan angka kredit kumulatif yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, segera
mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan sebagaimana tersebut
angka 1) di atas, serta sekaligus mempersiapkan kelengkapan berkas
untuk bahan penilaian dan penetapan angka kredit, karena usul kenaikan
jabatan tersebut, akan diajukan secara bersamaan dengan usul penilaian
dan penetapan angka kredit, yang diperlukan untuk bahan persyaratan
kenaikan pangkat. Selanjutnya diserahkan kepada Pejabat yang bertugas
dalam pengelolaan administrasi kepegawaian pada sarana kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi kepegawaian
mempersiapkan surat pengusulan kenaikan pangkat dan surat
pengusulan penilaian dan penetapan angka kredit bagi Dokter yang
bersangkutan, selanjutnya diajukan kepada Pimpinan sarana kesehatan
dan atau Kepala Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota untuk
ditandatangani.
c) Pimpinan Sarana kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengajukan usul penilaian dan penetapan angka kredit
dan usul kenaikan pangkat bagi Dokter yang bersangkutan kepada :
1) Menteri Kesehatan sepanjang Pejabat Fungsional Dokter yang akan
dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Tk. 1 – Golongan IV/b sampai
dengan Pembina utama – Golongan IV/e
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi sepanjang Pejabat Fungsional
Dokter yang akan dinaikkan pangkatnya menjadi penata muda Tk.I,
Gol III/b sampai dengan Pembina golongan IV/a
d) Pejabat yang berwenang sebagai mana tersebut pada huruf c) diatas,
menugaskan Tim Penilai yang bersangkutan untuk melaksakan verifikasi
terhadap usul penetapan angka kredit dari Dokter ( hasil penilaian Tim
Penilai Unit Kerja )
e) Setelah Tim Penilai melaksanakan verifikasi terhadap usul penetapan
angka kredit, hasil verifikasi tersebut oleh Ketua Tim disampaikan kepada
Pejabat yang berwenang untuk ditetapkan angka kreditnya. Kemudian
PAK yang sudah ditandatangani beserta berkas usul kenaikan pangkat
disampaikan kepada Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan
adminisrasi kepegawaian, yaitu :
(1) Kepala Badan Kepegawaian Daerah pada Wilayah
Provinsi/kabupaten/kota sepanjang mengenai usul kenaikan pagngkat
menjadi Penata muda Tk. I Golongan III/b s/d Pembina – Golongan
IV/a
(2) Kepala Biro Kepegawaian sepanjang mengenai usul kenaikan pangkat
menjadi Pembina Tk. I – Gol. IV/b s/d Pembina Utama – Gol. IV/e

f) Setelah Pejabat yang mengelola administrasi kepegawaian sebagaimana


tersebut pada huruf e) diatas menerima PAK. Segera disiapkan usul
kenaikan pangkatnya untuk diajukan kepada :
(1) Kepala Badan Kepegawaian Daerah pada Wilayah
Provinsi/kabupaten/kota sepanjang mengenai usul kenaikan pangkat
menjadi Penata muda Tk. I Golongan III/b s/d Pembina – Golongan IV/a
(2) BKN melalui Menteri Kesehatan, dan tembusannya kepada Kepala
BAKN, oleh Menteri Kesehatan, bagi Dokter yang akan dinaikkan
pangkatnya menjadi Pembina Tk. 1 Gol. IV/b s/d Pembina Utama Gol.
IV/e

g.1) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Daerah segera menerbitkan


surat keputusan kenaikan pangkat bagi Dokter yang akan dinaikkan
pangkatnya menjadi penata muda Tk. 1 – Gol. III/b s/d Pembina – Gol.IV/a,
setelah menerima usul kenaikan pangkat dari Bagian Kepegawaian Dinas
Kesehatan Daerah.

g.2) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara segera menyiapkan


surat persetujuan pertimbangan teknis mengenai usul kenaikan pangkat
bagi Dokter yang akan dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Tk. 1 – Gol
IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e, untuk disampaikan kepada Menteri
Kesehatan.

h) Biro Kepegawaian segera menyiapkan surat keputusan kenaikan


pangkat bagi Dokter yang akan dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina
Tk. 1 – Gol IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e untuk ditetapkan dan
ditandatangani menteri kesehatan.

2. Kenaikan Jabatan

a. Umum
Pengangkatan Dokter ke dalam jabatan satu tingkat lebih tinggi ditetapkan
dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana tersebut pada
lampiran VI Surat Keputusan ini.
b. Persyaratan
Persyaratan untuk kenaikan jabatan bagi pejabat fungsional Dokter
adalah sebagai berikut :
1) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam angka terakhir.
2) Telah dipenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan
setingkat lebih tinggi.
3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3, sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

c. Prosedur dan Tata Cara


1) Kelengkapan berkas
Setiap usul kenaikan jabatan harus melampirkan berkas-berkas
sebagai berikut :
a) Surat Keputusan kenaikan pangkat terakhir
b) Surat Keputusan kenaikan jabatan yang terakhir
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP – 3) dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
d) PAK yang sudah ditanda tangani oleh Pejabat yang berwenang.

2) Tata cara pengusulan


a) Setiap Dokter yang telah mengumpulkan angka kredit kumulatif
yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi,
segera mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan sebagai
mana tersebut angka 1) di atas, serta sekaligus mempersiapkan
kelengkapan berkas untuk bahan penilaian dan penetapan angka
kredit, karena usul kenaikan pangkat tersebut akan diajukan secara
bersamaan dengan usul penilaian dan penetapan angka kredit,
yang diperlukan untuk bahan persyaratan kenaikan jabatan.
Selanjutnya diserahkan kepada Pejabat yang bertugas dalam
pengelolaan administrasi kepegawaian pada sarana kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian mempersiapkan surat pengusulan kenaikan jabatan
dan surat pengusulan kenaikan jabatan dan surat pengusulan
penilaian dan penetapan angka kredit bagi Dokter yang
bersangkutan, selanjutnya diajukan kepada pimpinan Sarana
kesehatan dana atau Kepala Dinas Kesehatan
provinsi/kabupaten/kota untuk ditandatangani.

c) Pimpinan Sarana kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota mengajukan usul penilaian dan penetapan angka
kredit dan usul kenaikan jabatan bagi Dokter yang bersangkutan
kepada :
- Menteri Kesehatan sepanjang Pejabat Fungsional Dokter yang
akan dinaikkan pangkatnya menjadi Pembina Tk. 1 – Golongan
IV/b sampai dengan Pembina utama – Golongan IV/e
- Kepala Dinas Kesehatan Propinsi sepanjang Pejabat Fungsional
Dokter yang akan dinaikkan pangkatnya menjadi penata muda
Tk.I, Gol III/b sampai dengan Pembina golongan IV/a
d) Pejabat yang berwenang sebagai mana tersebut pada huruf c)
diatas, menugaskan Tim Penilai yang bersangkutan untuk
melaksakan verifikasi terhadap usul penetapan angka kredit dari
Dokter ( hasil penilaian Tim Penilai Unit Kerja )
e) Setelah Tim Penilai melaksanakan verifikasi terhadap usul
penetapan angka kredit, hasil verifikasi tersebut oleh Ketua Tim
disampaikan kepada Pejabat yang berwenang untuk ditetapkan
angka kreditnya. Kemudian PAK yang sudah ditandatangani
beserta berkas usul kenaikan jenjang disampaikan kepada Pejabat
yang bertugas dalam pengelolaan adminisrasi kepegawaian, yaitu :
- Kepala Bgaian Kepegawaian pada Kantor Wilayah Depkes Provinsi
sepanjang mengenai usul kenaikan jenjang menjadi Penata muda Tk. I
Golongan III/b s/d Pembina – Golongan IV/a
- Kepala Biro Kepegawaian sepanjang mengenai usul kenaikan
jenjang menjadi Pembina Tk. I – Gol. IV/b s/d Pembina Utama – Gol.
IV/e

f.1) Setelah Pejabat yang mengelola administrasi kepegawaian


sebagaimana tersebut pada huruf e) diatas menerima PAK. Segera
disiapkan usul kenaikan pangkatnya untuk diajukan kepada :
- Kepala bagian kepegawaian pada Wilayah Dinkes Provinsi sepanjang
mengenai usul kenaikan pangkat menjadi Penata muda Tk. 1 – Gol.
III/b s/d Pembina Gol. IV/a
- Bapak Presiden melalui Menteri Negara Sekretaris Negara, dan
tembusannya kepada Kepala BAKN, oleh Menteri Kesehatan, bagi
Dokter yang akan dinaikkan jenjang menjadi Pembina Tk. 1 Gol. IV/b
s/d Pembina Utama Gol. IV/e

f.2) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian segera menerbitkan surat


keputusan kenaikan jenjang bagi Dokter yang akan dinaikkan jenjangnya
menjadi penata muda Tk. 1 – Gol. III/b s/d Pembina – Gol.IV/a, setelah
menerima usul kenaikan jenjang dari Kepala Biro Kepegawaian Setjen
Depkes RI.
g) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara segera menyiapkan
surat persetujuan pertimbangan teknis mengenai usul kenaikan jenjang
bagi Dokter yang akan dinaikkan jenjangnya menjadi Pembina Tk. 1 – Gol
IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e, untuk disampaikan kepada Bapak
Presiden melalui Menteri Negara Sekretariat Negara.

h) Menteri Negara Sekretariat Negara, segera menyiapkan surat keputusan


kenaikan jenjang bagi Dokter yang akan dinaikkan jenjangnya menjadi
Pembina Tk. 1 – Gol IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e, untuk
selanjutnya disampaikan kepada Bapak Presiden RI untuk
ditandatangani/ditetapkan. Biro Kepagawaian segera menyiapkan surat
keputusan kenaikan jenjang bagi Dokter yang akan dinaikkan jenjangnya
menjadi Pembina Tk. 1 – Gol IV/b s/d Pembina Utama Gol. IV/e untuk
ditetapkan dan ditandatangani menteri kesehatan.

C. Pembebasan Sementara
1. Umum
a. Pejabat Fungsional Dokter dibebaskan sementara dari jabatan apabila :
1) Dokter pertama pangkat penata muda tingkat I, golongan ruang III/b
sampai dengan dokter utama pangkat Pembina utama madya, golongan
ruang IV/d, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka
waktu 5 tahun sejak menduduki pangkat terakhir tidak dapat
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi.
2) Dokter utama pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e, dibebaskan
sementara dari jabatan apabila setiap tahun sejak menduduki pangkat
jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya
25 dari pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan profesi.
3) Di samping poin 1 dan 2 , dokter dibebaskan sementara pula dari
jabatannya apabila :
(a) Dijatuhi hukuman disiplin, dengan tingkat sedang atau berat berupa
jenis hukuman disiplin penurunan pangkat.
(b) Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil
4) Tidak dapat melaksanakan tugas pokoknya secara penuh sebagai Dokter
karena :
a) Ditugaskan diluar Sarana Kesehatan dan atau di luar jabatan Dokter
sehingga tidak dapat melaksanakan tugas pokoknya
b) Tugas belajar lebih dari 6 ( enam ) bulan.
c) Cuti diluar tanggungan negara , kecuali untuk persalinan keempat dan
seterusnya .
b. Dokter yang dibebaskan sementara , disebabkan dijatuhi hukuman disiplin,
yang bersangkutan dapat tetap melaksanakan tugas pokoknya, tetapi tidak
diberi nilai angka kredit .
c. Dokter yang dibebaskan karena mengikuti tugas belajar dapat
dipertimbangkan kenaikan pangkatnya secara pilihan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila:
- Sekurang-kurangnya telah 4(empat) tahun dalam pangkat terakhir
- Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam
daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2(dua) tahun terakhir.
d. Dokter diberhentikan dari jabatannya apabila:
1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, kecuali jenis hukuman disiplin tingkat berat berupa penurunan penangkat;
atau
2. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, ayat (1), tetap tidak dapat
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi; atau
3. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, ayat (2), tetap tidak dapat
mengumpulkan angka kredit yang ditentukan.

2. Prosedur dan Tata Cara .


a. Pembebasan sementara dari jabatan Dokter ditetapkan dengan surat
keputusan pejabat yang berwenang dengan menggunakan contoh formulir
sebagaimana tersebut pada lampiran VIII, Surat Keputusan Bersama Menteri
Kesehatan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
1738/MENKES/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 Tahun 2003.
b. Kelengkapan berkas
Setiap usul pembebasan sementara dari jabatan Dokter , harus melampirkan
berkas – berkas sebagai berikut :
1) Surat keputusan kenaikan pangkat terakhir ;
2) Surat keputusan kenaikan jabatan yang terakhir ;
3) Surat keputusan tugas belajar, atau ;
4) Surat keputusan penjatuhan hukuman disiplin, atau ;
5) Surat keputusan penugasan diluar Sarana Kesehatan atau diluar tugas
pokok dokter, atau ;
6) Surat keputusan cuti diluar tanggungan negara
c. Tata cara pengusulan
1) Atasan langsung dari setiap Dokter yang akan dibebaskan sementara dari
jabatan fungsional Dokter, mengajukan usul pembebasan sementara
kepada Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian pada sarana kesehatan, serta melampirkan berkas-berkas
yang diperlukan sebagaimana tersebut huruf b di atas
2) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi kepegawaian
mempersiapkan surat pengusulan pembebasan sementara, selanjutnya
diajukan kepada pimpinan Sarana kesehatan dan atau Kepala Dinas
Kesehatan provinsi/kabupaten/kota untuk ditandatangani .
3) Pimpinan Sarana kesehatan dan atau Kepala Dinas Kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengajukan usul pembebasan sementara bagi
Dokter yang bersangkutan kepada :
a) Menteri Kesehatan melalui Kepala Biro kepegawaian sepanjang
Pejabat Fungsional Dokter yang menjabat Dokter Madya sampai
dengan Dokter Utama .
b) Kepala Badan Kepegawaian Daerah (provinsi/kabupaten/kota)
sepanjang Pejabat Fungsional Dokter yang menjabat Dokter Pratama
sampai dengan Dokter muda .
5) Setelah Pejabat yang mengelola adminitrasi kepegawaian sebagaimana
tersebut pada huruf d) diatas menyiapkan Surat Keputusan pembebasan
selanjutnya disampaikan pada Pejabat yang berwenang untuk ditetapkan
surat keputusannya.

2. Pengangkatan Kembali
a. Umum
1) Dokter yang dibebaskan dari jabatannya dapat diangkat kembali ke dalam
jabatan fungsional Dokter apabila :
a) Masa berlakunya hukuman disiplin telah berakhir atau :
b) Telah selesai bertugas diluar jabatan Dokter atau :
c) Telah selesai menjalankan tugas belajar atau :
d) Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang ditetapkan, Dokter yang bersangkutan dinyatakan tidak
bersalah atau dijatuhi hukuman pidana percobaan atau :
e) Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan Negara dan telah
diangkat kembali pada Instansi semula.
2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat kembali ke dalam jabatan Dokter
jabatannya ditetapkan berdasarkan angka terakhir yang dimiliki.
Contoh :
Dr. Jeffry adalah seorang Tenaga Dokter, terakhir menduduki pangkat
Penata Tk.I Golongan III/b, serta menjabat sebagai Dokter
Pertama, dan memiliki angka kredit terakhir sebesar 170. (sebelum pindah
jabatan di luar tenaga Dokter. Kemudian dipindahkan tugasnya diluar
jabatan Dokter dan dibebaskan dari jabatan Dokter. Setelah dr. Jeffry
tersebut menduduki pangkat Pembina golongan ruang IV/a, yang
bersangkutan ditugaskan pada sarana kesehatan dan diangkat kembali ke
dalam jabatan fungsional Dokter. Maka pengangkatan kembali dr. jeffry
dalam jabatan Dokter dilaksakan dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) Pangkatnya ditetapkan sebagai Pembina golongan ruang IV/a
(b) Jabatannya ditetapkan sebagai Dokter Pertama karena angka kredit
terakhir yang dimilikinya adalah 170 kredit.

b. Prosedur dan Tata Cara


1) Pengangkatan kembali ke dalam jabatan Dokter dengan Surat Keputusan
Pejabat yang berwenang, dengan menggunakan contoh formulir
sebagaimana tersebut pada lampiran VII, surat Keputusan Bersama
Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor 1738/MENKES/SKB/XII/2003 dan Nomor 52 tahun 2003.
2) Kelengkapan berkas
Setiap usul pengangkatan kembali harus melampirkan berkas-berkas
sebagai berikut :
a) Surat keputusan kenaikan pangkat terakhir
b) Surat keputusan pengangkatan/kenaikan jabatan yang terakhir
c) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) atau yang
disetarakan dalam 1 (satu) tahun terakhir.
d) Surat Pernyataan melaksanakan tugas jabatan Dokter yang ditanda
tangani Pimpinan Sarana Kesehatan atau:
3) Surat Pernyataan telah aktif kembali melaksakan tugas jabatan dokter
ditandatangani Pimpinan Sarana Kesehatan.
4) Tata Cara Pengusulan
a) Setiap Dokter yang dibebaskan sementara dari jabatan Dokter dan
telah aktif kembali melaksanakan tugas jabatan dokter pada sarana
kesehatan, segera melengkapi berkas-berkas yang diperlukan
sebagaimana tersebut angka 1) diatas selanjutnya menyerahkan
kepada Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian pada Sarana Kesehatan.
b) Pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi kepegawaian
mempersipkan surat pengusulan pengangkatan kembali dalam jabatan
Dokter, selanjutnya diajukan kepada pimpinan Sarana kesehatan dan
atau Kepala dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota untuk
ditandatangani.
c) Pimpinan sarana kesehatan dan atau Kepala dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota mengajukan usul pengangkatan kembali
dalam jabatan Dokter kepada :
(1) Menteri Kesehatan melalu Kepala Biro Kepegawaian sepanjang
Pejabat Fungsional Dokter yang menjabat Dokter Madya sampai
Dokter Utama.
(2) Kepala Badan Kepegawaian daerah di provinsi/kabupaten/kota
sepanjang Pejabat Fungsional Dokter yang menjabat Dokter
Pertama sampai dengan Dokter Muda.
d) Pejabat yang berwenang sebagaimna tersebut pada huruf c) diatas,
menugaskan pejabat yang bertugas dalam pengelolaan administrasi
kepegawaian di lingkungan kerjanya masing-masing dalam hal ini
adalah :
(1) Kepala Badan Kepegawaian daerah provinsi/kabupaten/kota
sepanjang mengenai usul kenaikan jabatan menjadi Dokter Muda.
(2) Kepala Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan sepanjang
mengenai usul kenaikan jabatan menjadi Dokter Madya sampai
Dengan Dokter Utama, untuk menyiapkan draft keputusan
pengangkatan ke dalam jabatan Dokter bagi Dokter yang
bersangkutan.
e) Setelah Pejabat yang mengelola administasi kepegawaian
sebagaimana tersebut pada huruf d) di atas menyiapkan Surat
Keputusan pengangkatan kembali dalam jabatan dokter selanjutnya
disampaikan kepada Pejabat yang berwenang untuk ditetapkan Surat
Keputusannya.
BAB VI
PENUTUP

Dengan berlakunya peraturan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


129/Menkes/SK/II/1999 tanggal 18 Februari tahun 1999 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Dokter dinyatakan tidak berlaku lagi.

Anda mungkin juga menyukai