Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Kemajuan teknologi meningkat dalam penggunaan gelombang

elekromagnetik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Komunikasi semua sistem komunikasi modern menggunakan bentuk radiasi elektromagnetik. Variasi intensitas radiasi berupa perubahan suara,gambar, atau informasi lain yang sedang dikirim. Misalnya, suara manusia dapat dikirim sebagai gelombang radio atau gelombang mikro dengan membuat gelombang bervariasi sesuai variasi suara. Dengan kemajuan ilmu teknologi yang tercermin dari perkembangan teknik radio, produksi dan pemakaian secara luas alat-alat elektronik, pembangunan pemancar radio, penggunaan radar untuk berbagai keperluan dan lain-lain, problematik radiasi sehubungan dengan penggunaan gelombang mikro pada tingkat yang membahayakan kesehatan atau keselamatan sudah sewajarnya mendapat perhatian yang memadai. Pandangan seperti itu menjadi lebih penting lagi mengingat penggunaan gelombang mikro pada frekuensi radio semakin meningkat (Sumamur, 2009). Paparan radiasi dalam pekerjaan dapat terjadi akibat dari berbagai aktivitas manusia, termasuk pekerjaan yang berhubungan dengan tahap-tahap pengelolaan siklus bahan bakar nuklir, pemanfaatan sumber radioaktif dan pesawat sinar-X, penelitian ilmiah, pertanian dan industri, serta pekerjaan lain

yang berkaitan dengan penanganan bahan mineral yang mengandung radionuklida alam berkonsentrasi tinggi (Latar, 2011). Tidak ada satupun aktivitas manusia yang benar-benar aman. Pemanfaatan radiasi juga mengandung risiko, seperti halnya aktivitas seharihari manusia, misalnya mengendarai mobil, naik tangga atau bahkan mandi. Tidak seorangpun di dunia ini yang tidak pernah terkena radiasi. Apalagi dengan perkembangan kemajuan teknologi yang lebih mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan sehari-sehari serta mempermudah terjadinya paparan. Karena itu, amat penting bagi kita untuk mendapatkan informasi tentang radiasi dan efeknya pada manusia. Gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik terhadap berbagai sistem tubuh sebagai berikut: Sistem darah berupa gangguan terhadap pembentukan sel-sel darah, terutama terjadinya leukemia (kanker

darah)maupun lymphoma malgnum (kanker kelenjar getah bening yang ganas). Sistem kardiovaskuler, terutama gangguan terhadap irama jantung. Sistem saraf dengan degenerasi saraf, sehingga mengganggu persyarafan organ tubuh. Sistem reproduksi, terutama reproduksi pria, berupa gangguan pada pembentukan sperma. Sistem indokrin, berupa perubahan melatoin, dengan akibat antara lain insomnia maupun irama sirkadian. Pada sebuah studi yang dilaporkan dalam media Lancet pada 1998, tekanan darah pada subyek yang diteliti meningkat 5-10 Hg . Peningkatan yang lebih dari cukup untuk memicu stroke atau serangan jantung pada orang-orang yang beresiko tinggi. Ini kali pertama sebuah bukti yang sangat

meyakinkan bahwa radiasi handphone dapat mengubah fungsi sel dalam badan manusia. Pada tahun 1979, Kouwenhoven dan kawan-kawan dari John Hopkins Hospital melakukan penelitian pada 11 orang tenaga kerja yang bekerja selama 3,5 tahun pada sistem transmisi 345 kV. Dilaporkan bahwa tidak ditemukan gangguan kesehatan serta tidak dijumpai adanya proses keganasan, namun dari hasil analisis sperma, ditemukan penurunan jumlah sperma (Latar, 2012). Banyak studi yang mengaitkan jaringan transmisi radiasi tegangan tinggi dengan leukemia pada anak, dengan hasil yang sangat bervariasi. Publikasi terakhir, studi epidemiologi case-control oleh Tim Peneliti di Childhood Cancer Research Group, University of Oxford, yang dimuat oleh British Medical Journal, Juni 2005, menyatakan bahwa anak yang lahir dari keluarga yang bertempat tinggal 200 meter di bawah jaringan transmisi tegangan tinggi mempunyai 70 persen peningkatan risiko penyakit leukemia (Anies, 2006). Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta pekerja yang terkena penyakit akibat kerja (Tarigan, 2011). Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana cara pengukuran radiasi dan mengetahui tingkat radiasi pada area kerja kita agar kita bisa menprogramkan pengendalian radiasi sedini mungkin.

B. Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui bagaimana cara pengoperasian alat Electromagnetic Field Radiation Tester 2. Untuk mengetahui data kuantitatif mengenai tingkat radiasi dari benda yang diukur. 3. Untuk mengetahui hasil perbandingan data kuantitatif yang didapatkan dengan NAB yang ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Radiasi Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Radiasi ditempat kerja meliputi radiasi bukan radioaktif dan radio aktif. Radiasi yang radio aktif meliputi sinar matahari, panas, ultra-violet, infra merah, dan gelombang elektromagnetik (telekomunikasi). Radiasi radio-aktif meliputi radiasi dari bahan radio-aktif seperti sinar alpha, betha, dan gelombang gamma. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone, (BATAN, 2008) Radiasi adalah fenomena / peristiwa penyebaran energi gelombang elektromagnetik atau partikel subatom melalui vakum atau media material. Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau

tidak ada medium, yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas (Latar, 2011). B. Sifat Radiasi Ada dua macam sifat radiasi yang digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut: 1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. 2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. C. Sumber Radiasi Menurut Sari (2012), sumber radiasi terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Radiasi alam. Sumber radiasi kosmik, sumber radiasi terestrial (primordial), sumber radiasi dari dalam tubuh manusia. Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi, hasil peluruhan radon dan thorium di udara, serta berbagai radionuklida yang terdapat dalam bahan makanan. 2. Radiasi buatan. Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan kegiatan manusia; seperti penyinaran di bidang medic, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di bidang

industri : radiografi, logging, pabrik lampu, dsb. Misalnya : radionuklida buatan, pesawat sinar-X, reaktor nuklir, akselerator D. Jenis Radiasi Menurut Sari (2012), radiasi diklasifikasikan berdasarkan massanya, muatan listriknya dan jenis radiasi itu sendiri. Radiasi diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi: a. Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombangradio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik b. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta (),partikel alfa (a), sinar gamma (), sinar-X, partikel neutron 2. Ditinjau dari "muatan listrik"nya, radiasi dapat dibagi menjadi: a. Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan munculpartikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion inikemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, partikel alfa (a), partikel beta (), sinargamma (), partikel neutron, Partikel beta (), partikel alfa (a), dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung.Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik

juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung. b. Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalamradiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak danultraviolet. 3. Dilihat dari jenis radiasi terdiri dari; Radiasi elektromagnetik, radiasi pengion,radiasi thermal, radiasi Cerenkov, radiasi sel hidup, radiasi matahari, radiasi nuklir, radiasi bendahitam, radiasi non-ionisasi,radiasi cosmic Beberapa bahan kimia yang terdiri dari unsur-unsur kimiainti yang tidak stabil. Sebagai akibat dari ketidakstabilan ini, atom memancarkan partikel subatomikdan aleatoria. E. Efek radiasi Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan (Batan, 2008).

Menurut Latar (2013), secara biologis efek radiasi dapat dibedakan atas: 1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas : a. Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisanadalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. b. Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas : 1) Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. 2) Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

2.

Berdasarkan dosis radiasi Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic(nonstokastik). a. Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan (efek genetik). b. Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas

keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel

10

akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan: Efek Genetik merupakan efek stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat berupa stokastik maupun deterministik (non-stokastik). F. Pengendalian Radiasi 1. Pengendalian Secara Administratif Suatu metode administrasi untuk mencegah atau meminimalkan pajanan terhadap hazard radiasi.Meliputi: a. Klasifikasi daerah kerja. b. Pemasangan tanda-tanda secara jelas. c. Pelatihan PR untuk pekerja dan manajer. d. Prosedur kerja yang mengintegrasikan faktor waktu, jarak dan penahan. e. Local rules (misalnya pembatsan akses, persyaratan untuk memakai dosimeter alarm.

11

f. Inventaris sumber. g. Sistem audit keselamatan radiasi. h. Penerapan tingkat investigasi. 2. Pengendalian Secara Teknik Berupa pembatas fisik yang diterapkan/diintegrasikan dalam teknik proteksi radiasi elektromagnitik, adalah sebagai berikut : a. Penggunaan sistem interlocks. b. Pemakaian shielding tetap dalam disain fasilitas dan peralatan. c. Penggunaan remote manipulators. d. Penggunaan preset timer dalam peralatan radiografi untuk

mengendalikan waktu pajanan. 3. Penyekatan (shielding) Radiasi partikel ( partikel beta (), partikel alfa (a), sinar gamma(), sinar-X, partikel neutron), a. Partikel alpha :dapatdihambat dengan bahan tipis, mis. Kertas atau lapisan luar kulit mati b. Partikel beta :penyekatan dengan bahan seperti aluminium dan plastik, dengan ketebalan sp 1 cm. c. Neutron :dihambat dengan penyekatan bahan yang mengandung kadarhidrogen tinggi, sehingga bahan cair seperti air, poliethilen, parafin banyakdigunakan d. Sinar X-ray dan sinar Gamma :Intensitassinar x dan gamma berkurang secara exponensial dengan ketebalan bahan. Semakin tebal dan tinggi berat jenis bahan maka semakin besarintensitas radiasi yang diserap.

12

4. Berbagai cara dilakukan untuk melindungi seseorang terhadap efek negative radiasi pengion diantaranya: a. Pembatasan dosis Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan wanita menyusui tidak diijinkanbekerja di daerah yang berkontaminasi tinggi. Misalkan, Nilai Batas Dosis (NBD) untukpenyinaran seluruh tubuh adalah 5000 mrem per tahun. NBD untuk masyarakat umum (seluruhtubuh) adalah 500 mrem dalam setahun. b. Pembagian daerah kerja Daerah kerja dibedakan menjadi:
1)

Daerah pengawasan, yaitu daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi kurang dari 1500 mrem dalam satu tahun dan bebas kontaminasi

2)

Daerah pengendalian, yaitu daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi 1500 mrem atau lebih dalam setahun.

c. Klasifikasi pekerja radiasi Untuk pembatasan penyinaran dan monitoring, maka pekerja radiasi di golongkan menjadidua, yaitu: kategori A, untuk mereka yang dapat menerima dosis sama dengan atau lebih dari1500 mrem per tahun, dan kategori B, yaitu mereka yang mungkin menerima dosis lebih kecildari 1500 mrem per tahun.

13

d. Pemeriksaan dan pengujian perlengakapan Pemeriksaan dan pengujian perlengakapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi. e. Pengendalian bahaya radiasi
1)

Pembatasan waktu kerja

maksudnya bekerja sesingkat mungkin

(Dosis = laju dosis x waktu). Sedapat mungkin diupayakan utk tdk terlalu lama berada didekat sumber radiasi utk mencegahterjadinya paparan radiasi yang besar, utk itu pekerja radiasi diberlakukan pengaturan wktberkerja didaerah radiasi.
2)

Pengendalian jarak kerja dilakukan dengan cara

bekerja sejauh

mungkin (laju dosis x jarak= konstan) dari sumber radiasi,utk mencegah terjadi paparan tersebut maka harus menjaga jarak yang jauhdari tingkat yang aman dari sumber radiasi. Penggunaan penahan radiasi (sehelai kertasuntuk radiasi alfa, aluminium atau plexiglass untuk radiasi beta, dan timbale untuk radiasigamma dan sinar X).
3) 4)

Tempatkan sumber radiasi secara benar, mis: ruang isolasi Lindungi petugas operator dengan APD

G. Nilai Ambang Batas Radiasi Nilai NAB untuk pemaparan medan magnet statis yang diperkenankan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.13/ Men/X/2011 dijelaskan pada tabel berikut :

14

Tabel 1 Nilai NAB Pemaparan Medan Magnit Statis Yang Diperkenankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Kadar Teringgi No. Bagian Tubuh Diperkenankan (Ceiling) 1 Seluruh Tubuh (tempat kerja umum) 2T Seluruh tubuh (pekerja khusus dan lingkungan 8T 2 kerja yang terkendali 3 Anggota geral (Limbs) 20 T 4. Pengguna peralatan medis elektronik 0,5 mT Keterangan : mT (mili Tesla)
Sumber: Permenakertrans, 2011

Berdasarkan Kepmennaker No51 Tahun 1999 mencantumkan beberapa nilai radiasi dan waktu pajanan harian yang aman bagi manusia, seperti tertera pada tabel berikut. Tabel 2 Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja Masa pemajanan per hari Iradiasi efektif W/cm2 8 jam 0,1 4 jam 0,2 2 jam 0,4 1 jam 0,8 30 menit 1,7 15 menit 3,3 10 menit 5 5 menit 10 1 menit 50 30 detik 100 10 detik 300 1 detik 3000 0,5 detik 6000 0,1 detik 30000 Sumber: Kepmenaker N0 51, 1999

15

Menurut Kepmenkes No.1405/MENKES/SK/XI/2002, tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja berikut: 1. Medan listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m. 2. Medan magnit listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT adalah sebagai

16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengukuran dilakukan pada hari Selasa, 14 Mei 2013 pukul 10.00 WITA sampai selesai. Lokasi pengukuran di lakukan di Laboratorium Terpadu Lt.3 FKM Unhas dan di ruangan Healthy Radio FKM Unhas. B. Instrumen Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Electro magnetic field radiation tester Lutron 827 2. Handphone 3. Komputer 4. Oven 5. Televisi C. Prinsip Kerja Pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan interaksi antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu detektor, maka akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut apabila detektor dihubungkan dengan perangkat, selanjutnya sinyal elektronik diubah ke dalam besaran tertentu dan ditampilkan secara

17

digital sebagai hasil akhir berupa angka-angka yang menunjukan besarnya radiasi yang diterima oleh bahan detektor. D. Prosedur Kerja 1. Alat diaktifkan dengan menggeser tombol kearah on 2. Setelah itu dihadapkan sensor ke sumber/sampel yang akan di ukur dengan jarak 5cm 3. Tombol pada kisaran nilai, diarahkan ke nilai 20T. 4. Dihitung selama 5 detik, kemudian dicatat angka tertinggi (dalam 5 detik) yang tertera pada layar alat tersebut. 5. Setelah itu matikan alat dengan cara geser tombol ke off

18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengamatan Hasil dari kegiatan pengukuran yang dilakukan tentang tingkat radiasi dari sumber pemancar radiasi terhadap alat-alat elektronik yang berada di lab. Terpadu Kesehatan Masyarakat & Ruangan Helathy Radio (Lantai 3 FKM UNHAS) yaitu:
Tabel 4 Hasil Pengukururan Radiasi di Laboratorium Terpadu dan Healthy Radio FKM UNHAS Pada Tahun 2013

No
1 2 3 4 5

Sumber Radiasi Handphone Laptop Komputer Oven Televisi

Hasil Pengukuran 0,03 T

0,03 T 0,46 T 0,54 T


1,52 T

Sumber:Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data hasil pengukuran radiasi elektromagnetik di Laboratorium Terpadu FKM Unhas dengan hasil pengukuran radiasi tertinggi pada TV sebesar 1,52 T dan terendah pada handphone dan laptop yaitu sebesar 0,03 T.

19

B. Pembahasan Praktikum radiasi dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Healthy Radio FKM UNHAS. Pengukuran ini dilakukan pada alat-alat elektronik yang ada di sekitar lingkungan kerja Laboratorium Terpadu dan Healthy Radio FKM Unhas. Alat-alat tersebut meliputi handphone, Laptop, Komputer, Oven, dan Televisi. Pengukuran dilakukan menggunakan alat Electro Magnetic Field Radiation Tester Lutron 827. Pengukuran dilakukan selama 3 detik dengan range 20T. Hasil pengukuran tersebut antara lain handphone 0,03 T, laptop 0,03T, CPU 0,46 T, Oven 0,54 T, dan Televisi 1,52 T. Nilai Ambang Batas yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 yaitu tingkat radiasi medan listrik maksimal yang diperkenankan sepanjang hari kerja 0,5mT atau 500T. Nilai ambang batas inilah yang selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan. 1. Radiasi pada handphone Sekarang ini handphone bukan lagi hal yang asing di kalangan masyarakat, bahkan hampir semua orang memilih handphone sebagai alat komunikasi. Pada ponsel terdapat transmitter yang mengubah suara menjadi gelombang sinusoidal kontinu yang kemudian dipancarkan keluar melalui antena dan berfluktuasi melalui udara. Gelombang radio inilah yang menimbulkan radiasi elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti gelombang atau

20

partikel. Sewaktu listrik dialirkan melalui jaringan transmisi, distribusi, atau digunakan dalam berbagai peralatan elektronik, saat itu juga muncul medan elektromagnetik di sekitar saluran dan peralatan. Medan ini kemudian menyebar ke lingkungan dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan kepada menusia, Meskipun tidak setiap radiasi elektromagnetik akan menimbulkan ganguan kesehatan. Dari data hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4, diperoleh hasil pengukuran radiasi handphone yaitu 0,03 T. Jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 yaitu 0,5mT atau 500T, maka radiasi yang dihasilkan oleh handphone ini masih berada di bawah nilai ambang batas. Walaupun radiasi yang dihasilkan handphone masih dala kategori aman, namun penggunanya tidak boleh terpapar terlalu sering dengan handphone karena tetap akan berefek bagi kesehatan. Bila melebihi batas pemakaian maka berdampak negatif pada pemakainya. Menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi. Hal-hal inilah yang kemungkinan diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit

alzheimer yang pada saat ini tengah diteliti oleh Prof. Leid Salford. Alzheimer atau timbulnya kepikunan yang terlalu dini, sudah barang tentu sangat merugikan manusia karena jelas akan menurunkan produktivitas kerja seseorang (Kartina, 2011).

21

2. Radiasi pada laptop dan komputer Komputer atau laptop kini telah banyak digunakan oleh masyarakat umum, baik di perkantoran maupun di perumahan. Karena dianggap dapat memudahkan suatu perkerjaan. Komputer juga banyak dipakai oleh berbagai profesi, seperti desainer, pengajar, akuntan, fotografer, dan masih banyak lagi. Karena dianggap komputer memiliki multi fungsi. Namun dibalik keserbagunaannya, komputer juga dapat merusak kesehatan kita, terutama mata. Radiasi yang dikeluarkan oleh monitor atau komputer itulah yang dapat mengganggu kesehatan mata. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data radiasi yang dihasilkan oleh laptop dan komputer yaitu 0,03 T dan 0,46 T. Jika dibandingkan dengan dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 yaitu 0,5mT atau 500T, maka radiasi yang dihasilkan oleh laptop dan komputer ini masih berada di bawah nilai ambang batas. Dari hasil pengukuran dapat dikatakan bahwa komputer

menghasilkan radiasi lebih besar daripada laptop. Hal ini disebabkan karena layar computer lebih besar sehingga menghasilkan radiasi yang lebih besar pula. Namun, meskipun radiasi yang dihasilkan oleh laptop lebih sedikit, bukan berarti tidak berbahaya. Radiasi yang dihasilkan oleh laptop akan semakin meningkat jika wifi kita terhubung untuk mengakses ke internet.

22

3. Radiasi pada microwave oven Microwave oven yang sekarang beredar dipasaran sangat banyak bentuknya. Microwave memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi (Super High Frequency, SHF), yaitu di atas 3 GHz (3109 Hz). Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, akan muncul efek pemanasan pada benda tersebut. Artinya, jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, makanan menjadi panas dan masak dalam waktu singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam oven microwave. Selain pada microwave, gelombang mikro juga dimanfaatkan pada radar untuk mencari dan menentukan jejak suatu benda dengan gelombang mikro dengan frekuensi sekitar 1010 Hz. Dari hasil pengukuran diperoleh radiasi yang dihasilkan microwave oven sebesar 0,54 T. Jika dibandingkan dengan dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 yaitu 0,5mT atau 500T, maka radiasi yang dihasilkan oleh oven listrik masih berada di bawah nilai ambang batas. 4. Radiasi pada televisi Sama halnya dengan laptop dan computer, televisi juga menghasilkan radiasi. Dari data pengukuran radiasi pada televisi didapatkan sebesar 1,52 T. Berdasarkan peraturan Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor kep.51/men/1999 tanggal 16 april 1999 tentang nilai ambang batas radiasi. Radiasi ini secara potensial dapat

23

menurunkan derajat kesehatan manusia. Monitor, atau dalam istilah teknik disebut dengan video display terminal (VDT) ternyata berkait dengan beberapa masalah pada manusia, seperti keguguran, kelainan janin, mual, muntah, sakit kepala, rasa tegang pada leher dan bahu, masalah kulit dan gangguan pada mata (tegang pada mata dan penglihatan kabur). Walaupun radiasi yang dihasilkan dari alat-alat di atas masih jauh dari standar yang ditetapkan bukan berarti alat tersebut dapat kita gunakan sesering mungkin. Keterpaparan radiasi secara terus-menerus bisa saja menimbulkan dampak kesehatan (dampak kronis). Jadi, apabila alat-alat di atas digunakan sesuai dengan batas-batas dan ketentuan penggunaan maka alat ini masih aman buat pekerja. Contohnya penggunaan komputer yang aman yaitu sebaiknya mengatur jarak mata dari layar komputer. Jika sudah merasa lelah di depan komputer, sebaiknya beristirahat. Begitu pula televisi dan oven.

24

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan, kesimpulan sebagai berikut: 1.Mekanisme pengukuran Electromagnetic Field Radiation Tester yaitu sensor menangkap gelombang elektromagnetik yang berada di sekitar sensor. Apabila sensor menangkap gelombang radiasi, maka nilainya dapat dilihat pada layar. 2.Berdasarkan pengukuran radiasi yang dilakukan di laboratorium terpadu FKM Unhas, maka didapatkan hasil pengukuran radiasi pada handphone sebesar 0,03 T, televisi sebesar 1,52 T, komputer sebesar 0,46 T, dan oven sebesar 0,54 T. 3.Dari data pengukuran dapat dilihat bahwa semua alat menghasilkan radiasi. Namun radiasi yang paling kecil di antara ke lima objek tersebut adalah handphone dan laptop yaitu 0,03 T dan yang menghasilkan radiasi paling besar dari kelima objek tersebut adalah televisi yaitu 1,52 T. Semu radiasi yang dihasilkan oleh kelima objek tersebut masih berada dibawah nilai ambang bata yang telah ditentukan dalam dalam Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 yaitu tingkat radiasi medan listrik maksimal yang diperkenankan sepanjang hari kerja 0,5mT atau 500T.

25

B. Saran Berdasarkan hasil dan analisis serta kesimpulan, maka beberapa saran yang bisa dilakukan terhadap hasil pengukuran yang di bawah standar yaitu : 1. Diharapkan penggunaan alat elektronik lebih di minimalisir sehingga efek dari radiasi tidak menyebabkan gangguan kesehatan bagi pemakainya. 2. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran untuk meminimalkan kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran.

26

Anda mungkin juga menyukai