Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjat kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun tugas makalah yang berjudul Pengaruh Inflasi terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat di Indonesia ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Rasyid
Sartuni. Juga teman-teman saya yang telah memberikan motivasi kepada saya dalam

menyelesaikan tugas ini. Dalam penyajian tugas ini, saya menyadari masih banyak kekurangan atau jauh dari kesempurnaan. Akhir kata saya harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan penulis khususnya.

Penulis,

Page 1

Abstrak
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Terdapat dua alasan kenapa ekonom peduli terhadap inflasi, yaitu karena inflasi dapat memicu distorsi yang lain dan selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan upah naik secara proposional, yang berarti inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal-hal seperti kesejahteraan, lapangan pekerjaan, sistem ekonomi, hingga kesejahteraan semuanya berpengaruh pada pertumbuhan dan perekonomian di Indonesia. Salah satu yang paling berpengaruh dalam perkembangan perekonomian di Indonesia adalah inflasi. Inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Singkatnya, inflasi dapat membuat harga barang naik, sehingga membuat daya beli masyarakat menjadi menurun, hingga akhirnya laba perusahaan turun, banyak perusahaan kecil pailit, dan kemudian perekonomian Indonesia menjadi turun. Faktor lain yang membuat turunnya perekonomian di Indonesia adalah akibat inflasi adalah pengangguran yang semakin merajalela. Secara historis, inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan disamping masalah pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia.

Kata kunci: Inflasi, Distribusi, Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi

Abstract ( Terjemahan dalam Bahasa Inggris )


In simple inflation is defined as the increase in general prices and continuously. The increase in the price of one or two items alone can not be called except when rising

Page 2

inflation was widespread (or the resulting price increase) on other goods. The opposite of inflation is called deflation. There are two reasons why economists concerned about inflation, that is because inflation can lead to other distortions and during periods of inflation, not all goods prices and wages rise proportionately, which means that inflation affects income distribution. As we know, there are many factors that can affect the development and economic growth in Indonesia. Things like welfare, employment, economic systems, to the welfare of all affected the growth and economy in Indonesia. One of the most influential in the development of Indonesia's economy is inflation. Inflation is a process of decline in currency values are continuous. In short, inflation can make the price of goods go up, thus making the people's purchasing power is lowered, until corporate profits fall, many small companies bankrupt, and then the Indonesian economy to go down. Another factor that makes economic downturn in Indonesia is due to inflation is more rampant unemployment. Historically, inflation is the dominant economic issue in addition to the unemployment problem which has long been faced by people around the world.

Keyword: Inflation, Distribution, Income, Economic Growth

Page 3

Daftar isi
Kata Pengantar.................................................................................................1 Abstrak..............................................................................................................2 Daftar Isi...........................................................................................................4 Bab I Pendahuluan...........................................................................................6 I.1 Latar Belakang.................................................................................6 I.2 Tujuan Penulisan..............................................................................6 I.3 Ruang Lingkup.................................................................................7
I.3.1 Batasan Masalah...................................................................................7 I.3.2 Sumber Rujukan...................................................................................7

I.4 Dasar Teori yang Digunakan (Hipotesis).......................................8

Bab II Pengaruh Inflasi terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat di Indonesia...............................................................10


II.1 Definisi Inflasi...............................................................................10 II.2 Kelompok-kelompok yang Pendapatannya Meningkat Sejak Tahun 1965...........................................................................................10 II.3 Kelompok-kelompok yang Pendapatannya Menurun Sejak Tahun 1965........................................................................................................12

Page 4

II.4 Kebijakan Pemerintah Mengenai Distribusi Pendapatan Masyarakat Indonesia.........................................................................13

Bab III Dampak yang Ditimbulkan oleh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi makro di Indonesia Melalui Distribusi Pendapatannya...............................................................................18
III.1 Inflasi sebagai Faktor yang Mempengaruhi Perekonomian di Indonesia.........................................................................................................18 III.2 Keterkaitan Distribusi Pendapatan masyarakat dengan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia...........................................................18

Bab IV Kesimpulan........................................................................20
IV.1 Simpulan.................................................................................................20 IV.2 Saran.......................................................................................................20

Page 5

Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui, Inflasi merupakan masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat dan sangat menyedot perhatian para ekonom, termasuk di Indonesia. Masalah ekonomi ini, mempunyai efek buruk baik yang bersifat ekonomi, politik, maupun sosial. Seperti telah diketahui, secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Inflasi menjadi masalah serius mengingat kemampuannya dalam menurunkan daya beli masyarakat, peningkatan struktur biaya dan ketidakpastian dalam melakukan investasi, bahkan memberatkan pemerintah dalam mengelola anggaran belanja negaranya. Banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan oleh inflasi tersebut, terutama pada bidang perekonomian. Salah satu yang dipengaruhi oleh inflasi adalah distribusi pendapatan masyarakat di Indonesia. Hal tersebut tentu berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mengingat salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah distribusi dan pemerataan pendapatan masyarakatnya, yang berdampak juga pada kesejahteraan masyarakatnya. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengaruh serta dampak yang ditimbulkan oleh inflasi tersebut terhadap distribusi pendapatan masyarakat di Indonesia.

I.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh dari inflasi terhadap pendistribusian pendapatan masyarakat di Indonesia, sehingga kita dapat melihat dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Indonesia.

Page 6

I.3 Ruang Lingkup


I.3.1 Batasan Masalah Inflasi dapat berdampak pada banyak hal. Salah satunya adalah dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang dan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.Salah satu faktor yang berkontribusi dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi adalah distribusi pendapatan masyarakatnya. Maka makalah ini akan mengkhususkan diri pada penjelasan mengenai dampak inflasi terhadap distribusi pendapatan masyarakat di Indonesia tersebut. I.3.2 Sumber Rujukan Artikel: Buku: S, Alam. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis Papanek, Gustav F. 1987. Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia Papanek, Gustav F. & Dorodjatun Kunjtoro Jakti. Oktober 1975. The Poor in Jakarta dalam Economic Development and Cultural Change, 24, No. 1 Soejono, Irlan. Juli 1976. Growth and Distributional Change of Income in Paddy Farms in central java 1969-74 dalam B.I.E.S., 12, No.2
Alam S, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X (Jakarta: Esis, 2007) hal. Gustav F Papanek, Ekonomi Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1987) hal. Gustav F Papanek & Dorodjatun, The Poor in Jakarta dalam Economic Development and Cultural Change, 24, No. 1 (Oktober 1975) hal. 1-27

http://www.kerincikab.go.id/old/info/Tingkat_Pendapatan_Masyarakat_ http://eprints.undip.ac.id/15707/1/Lulus_Prapti.pdf

Page 7

Irlan Soejono, Growth and Distributional Change of Income in Paddy Farms in central java 1969-74 dalam B.I.E.S., 12, No.2 (Juli 1976) hal. 8089

I.4 Dasar Teori yang Digunakan (Hipotesis)


A. Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi a) Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation) Bertambahnya permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan berada dalam situasi full employment. b) Desakan Biaya ( Cost Push Inflation) Biasanya pada batas demand inflation ada kecenderungan meningkatkan produksinya akibat meningkatnya permintaan dari masyarakat, akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan menurunnya omzet penjualan sebagai akibat kelesuan pasar sekalipun harga meningkat namun pendapatan nyata berkurang karena penurunan penawaran agregat. c) Inflasi Campuran Inflasi ini terjadi akibat percampuran antara unsur inflasi tarikan permintaan dan desakan biaya. d) Inflasi Impor (Imported Inflation) Inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri. Hal ini terjadi karena perdagangan antar negara. B. Pengaruh Laju Inflasi a) Metode Pengukuran Indeks Harga

Page 8

Ada dua metode yaitu metode indeks Laspeyres dan indeks Paasche. b) Cara Pengukuran Laju Inflasi 1. GNP Deflator GNP Deflator adalahsuatu indeks harga yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang dalam GNP guna mendapat nilai rill GNP. Nilai rill GNP sangat penting karena menggambarkan output dari barang dan jasa secara fisik, bukan nilainya. 2. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen mengukur biaya pembelian sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen. Biasanya kelompok barang yang digunakan untuk mengukur dapat berubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual masyarakat. IHK mengukur biaya yang langsung dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran.

Page 9

Bab II Pengaruh Inflasi terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat di Indonesia


II.1 Definisi Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan.1 Kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Kenaikan harga yang bersifat sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi. Hal ini karena biasanya setelah masa lebaran, harga-harga akan turun kembali. Inflasi secara umum terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang diperlukan. Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan secara tuntas. Usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai batas mengurangi dan mengendalikannya.

II.2 Kelompok-kelompok yang Pendapatannya Meningkat Sejak Tahun 1965


Apabila diteliti data-data fragmenter mengenai kelompok-kelompok tertentu, kita akan menemukan bahwa kelompok yang mempunyai arti politis terpenting memperoleh kenaikan yang cukup berarti dalam pendapatan nyata sejak tahun 1965. Berikut datadatanya2 : 1. Pekerja-pekerja perkebunan, industri, dan lain-lain. Upah nyata pekerja-pekerja ini merosot drastis hingga pertengahan tahun 1960-1n, kemudian naik secara lebih cepat lagi hingga awal tahun 1970-an. Pendapatan nyata tidak begitu banyak mengalami perubahan karena hingga tahun 1965, memiliki beberapa pekerjaan sekaligus masih lebih mudah
1

Alam S, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X (Jakarta: Esis, 2007) hal. 217 Gustaf F Papanek Ekonomi Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1987) hal. 73-75

Page 10

ketimbang sesudahnya. Tetapi kecenderungan dasar jelas sekali: pendapatan pekerja mengalami kenaikan yang sangat berarti sejak tahun 1965. 2. Orang-orang yang pindah ke kota. Salah satu perkiraan menunjukkan bahwa orangorang berpendapatan rendag yang pindah ke Jakarta mengalami kenaikan pendapatan 85 persen.3 Mungkin perkiraan ini tidak begitu tepat, namun kenaikan yang dialami cukup tinggi. Diperkirakan karena kesempatan kerja di kota lebih banyak dan luas dengan arus migrasi ke kota yang semakin deras menyebabkan nasib orang miskin di daerah pertanian yang pindah ke kota jadi lebih baik. 3. Kelompok-kelompok profesi, intelektual, teknisi, militer. Pendapatan mereka meningkat karena meluasnya program pembangunan pemerintah dan karena perusahaan-perusahaan asing, Pertamina, dan perusahaan-perusahaan lain memerlukan jasa mereka. 4. Petani. Berkat rehabilitasi sistem irigasi, sebagian petani telah memperoleh keuntungan karena hasil (output) yang mereka peroleh jauh lebih tinggi. Sebagian petani lain sanggup membeli peralatan pertanian dengan harga yang lebih rendah dan menualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi karena perrbaikan pengangkutan. Produksi tanaman pangan mengalami kenaikan 25 persen sejak tahun 1968 hingga 1974, sedangkan harganya mengalami kenaikan yang lebih tinggi daripada harga hasil-hasil industri (terutama tekstil), sehingga pendapatan petani yang menjual bahan pangan seharusnya mengalami kenaikan yang cukup berarti. Nyatanya, analisis Irlan Soejono mengenai pendapatan petani di delapan desa di Jawa Tengah menunjukkan adanya kenaikan penghasilan bersih yang berasal dari padi antara tahun 1968-1969 dan 1973-1974 (dalam harga konstan) sebesar 128 persen dan dari semua produksi pertanian sebesar 113 persen.4

Gustav F Papanek & Dorodjatun, The Poor in Jakarta dalam Economic Development and Cultural Change, 24, No. 1 (Oktober 1975) hal. 1-27

Irlan Soejono, Growth and Distributional Change of Income in Paddy Farms in central java 1969 -74 dalam B.I.E.S., 12, No.2 (Juli 1976) hal.

80-89

Page 11

5. Pengusaha/industrialis. Kelompok ini merupakan kelompok campuran yang mungkin sebagian besar dari mereka mendapat keuntungan dari impor yang semakin meningkat, investasi yang lebih banyak, dan produksi yang semakin meningkat. Singkatnya, sebagian besar kelompok yang aktif dan penting dalam politik tampaknya telah mengalami perbaikan yang berarti dibandingkan dengan tahun 1965.

II.3 Kelompok-kelompok yang Pendapatannya Menurun Sejak Tahun 1965


Kelompok-kelompok yang mengalami kemerosotan sejak tahun 1965 adalah sebagai berikut5: 1. Pengusaha/industrialis. Banyak peraturan pemerintah seperti dihapusnya izin impor yang merugikan para pengusaha. Banyak faktor yang harus dipenuhi oleh seorang pengusaha, agar usahanya sukses, seperti modal dan teknologi. Para pengusaha yang kalah bersaing terpaksa harus terdepak keluar dari arena persaingan. Sebagian besar dari orangorang yang kalah itu merupakan golongan islam (santri). 2. Buruh tani yang tidak memiliki tanah dan beberapa pemilik tanah kecil. Kelompok ini umumnya kurang diperhatikan, sehingga menadi terbengkalai. Mereka tidak memiliki modal berarti sehingga tidak bisa menghindari kemerosotan pendapatan. Menurut data, upah wanita yang menumbuk padi merosot pesat, begitu juga dengan upah pekerja yang bekerja dalam produksi beras, juga menurun drastis. Dapat dilihat bahwa umumnya yang mengalami kemerosotan adalah orang-orang desa. Mereka mengalami kemerosotan di saat yang sama ketika kelompok lain memiliki kenaikan pendapatan yang cukup signifikan. Timpangnya hal ini perlu dibereskan lebih lanjut oleh pemerintah. Apalagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan umumnya tidak
5

Gustav F Papanek, Ekonomi Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1987) hal. 75-77

Page 12

berani mengungkapkan ketidak puasan mereka. Perlu adanya kekuatan politik yang baru yang mampu menggerakkan roda pemerintahan dn perekonomian dengan baik sehingga ketimpangan pendapatan tersebut dapat segera diatasi.

II.4 Kebijakan Pemerintah Mengenai Distribusi Pendapatan Masyarakat Indonesia (2001:)


Dalam distribusi pendapatan baik antar kelompok berpendapatan, antar daerah perkotaan dan daerah pedesaan, atau antar kawasan dan propinsi dan kemiskinan merupakan dua masalah yang masih mewarnai perekonomian Indonesia. Pada awal pemerintahan orde baru, perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia masih sangat percaya bahwa apa yang dimaksud dengan trickle down effect akan terjadi. Oleh karena itu, strategi pembangunan diterapkan oleh pemerintah pada awal periode orde baru hingga akhir tahun 1970-an terpusatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan dimulai di Pulau Jawa, khususnya Propinsi Jawa Barat, karena fasilitas seperti infrastruktur lebih tersedia dibandingkan dipropinsi lainnya di Indonesia dan di beberapa propinsi hanya dibeberapa sector saja yang bisa dengan cepat memberi pertumbuhan misalnya sector primer dan industri berat. Setelah sepuluh tahun pelita I dimulai, mulai kelihatan bahwa efek yang dimaksud itu mungkin tidak dapat dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses mengalir kebawahnya sangat lamban. Sebagai akibatnya, Indonesia menikmati laju pertumbuhan yang relatif tinggi, tetapi pada waktu yang bersamaan tingkat kesenjangan semakin membesar dan jumlah orang miskin semakin banyak. Tepatnya setelah pelita III, strategi pembangunan mulai diubah. Tidak hanya pertumbuhan tetapi juga kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dijawa, tetapi juga diluar jawa, menjadi kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan mengembangkan industri yang padat karya dan sektor pertanian. Hingga saat ini sudah banyak program pemerintah yang berorientasi mengurangi kemiskinan, seperti inpres pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi. Faktor-faktor

Page 13

yang menyebabkan kesenjangan dan kemiskinan tetap ada ditanah air walaupun pembangunan ekonomi berjalan terus dan Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Beberapa indikator distribusi pendapatan Sudah merupakan suatu fakta umum dibanyak negara berkembang, terutama Negara-negara proses pembangunan ekonomi yang sangat pesat seperti indonesi, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibarengi dengan tingkat kesenjangan ekonomi atau kemiskinan yang tinggi pula. Sebagai dasar dari kerangka pemikiran untuk menganalisis masalah trade-off antara pertumbuhan dan kemiskinan atau kesenjangan ekonomi adalaha salah satu metode statik yang umum digunakan untuk mengetimasi sejauh mana pencapaian tingkat kemerataan dalam distribusi pendapatan atau pengurangan kesenjangan ekonomi dalam suatu proses pembangunan ekonomi adalah mengukur nilai koefesien atau rasio gini.

Selai koefesien gini, pengukuran pemerataan pendapatan juga sering dilakukan berdasarkan kriteria bank dunia : penduduk dikelompokan menjadi tiga kelompok; yaitu penduduk dengan pendapatan rendah yang merupan 40% dari jumlah penduduk, penduduk dengan berpendapatan menengah yang merupakan 40% dari jumlah penduduk, dan penduduk yang berpendapatan tinggi yang merupakan 20% dari jumlah penduduk. Selanjutnya ketidak merataan pendapatan disuatu ekonomi diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah. Perubahan distribusi pendapatan Perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia menggunakan data survei sosial ekonomi nasional (susenas) pada tahun 1984, 1987, 1990, 1993. data pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dikumpulakan oleh susenas digunakan sebagai pendekatan (proxy) untuk mengukur distribusi pendapatan penduduk di Indonesia. Karena pengertian pengeluaran konsumsi tidak sama dengan pengertian kekayaan, perbedaan konsep ini menjadi kendala serius dalam mengukur secara akurat tingkat dan distribusi kesejahteraan

Page 14

masyarakat Indonesia. Karena bisa saja seseorang tidak punya pekerjaan (pendapatan), tetapi sangat kaya karena ada warisan keluarga. Banyak pengusaha muda dari tingkat pendapatanya tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka sangat kaya karena perusahaan tempat mereka bekerja adalah milik mereka (orang tuanya). Penggunaan data pengeluaran konsumsi rumah tangga akan menghasilkandata pendapatan yang underestimate karena jumlah pendapatan bia lebih besar, sama, atau lebih kecil dari pada jumlah pengeluaran konsumsi. Misalnya pendapatan lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsi juga besar. Dalam hal ini, berarti ada tabungan. Dalam hal ini belum tentu juga bila pendapatan rendah tidak selalu jumlah konsumsi juga rendah. Banyak rumah tangga memakai kredit untuk membiayai pengeluran konsumsi tertentu, misalnya untuk membeli rumah dan mobil untuk biaya sekolah anak, atau bahkan untuk liburan. Keberhasilan pembangunan di Indonesia tidak hanya di ukur dari peningkatan pendapatan penduduk secara agregat atau per capital, tetapi juga (justru lebih penting lagi) di lihat dari distribusi peningkatan pendapatan tersebut terhadap semua anggota masyarakat. Sekarang ini, tingkat pendapatan per kapital di Indonesia sudah lebih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, yakni sekitar US$880. namun, apa artinya jika 10% saja dari jumlah penduduk di tanah air yang manikmati 90% dari jumlah pendapatan nasional, sedangkan sisanya (90%) hanya menikmati 10& dari pendapatan nasional selama ini hanya di nikmati oleh kelompok 10% tersebut, sedangkan pendapatan kelompok 90% tidak mengalami perbaikan yang berarti. Jadi dalam kata lain, pembangunan ekonomi di Indonesia akan dikatakan berhasil sepenuhnya bila tingkat kesenjangan ekonomi antara kelompok masyarakat miskin dan kelompok masyarakat kaya bisa diperkecil. Sejak akhir tahun 1970-an, pemerintah maulai memperliatkan kesugguhan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk ditanah air. Sejak itu aspek pemerataan dalam triologi pembangunan semakin ditekankan dan didefinisikan dalam delapan jalur pemerataan. Sudah banyak program pemerintahan hingga saat ini yang mecerminkan upaya tersebut, seperti program serta kebijakan yang mendukung pembangunan industri kecil dan

Page 15

rumah tangga serta koperasi, khususnya dipedesaan, inpres desa tertinggal (IDT), program keluarga sejahtera, program keluarga berencana (KB), program maka tambahan bagi anak sekolah dasar, program transmigrasi, peningkatan upah minimum regional (UMR), dan masih banyak lagi. Menurut kriteria Bank Dunia, secara umum tingkat kesenjangan dalam distibusi pendapatan di Indonesia selama kurun waktu 1984-1993 tergolong rendah, baik didaerah pedesaan maupun daerah perkotaan yang ditunjukan oleh besarnyapersentase pendapatan yang dinikmati oleh kelompok penduduk 40% berpenghasilan rendah. Bagi kelompok penduduk 20% berpendapatan tinggi, besar pendapatanya yang diterima justru mengalami penurunan. Penurunan pangsa pendapatan ini karena laju pertumbuhan pendapatan kelompok penduduk 40% berpendapat rendah dan 40% berpendapat menengah lebih besar dari pada laju pertumbuhan pendapatan kelompok penduduk 20% berpendapat tinggi. Tingkat pemerataan pendapatan di daerah pedesaan yang relatif lebih baik dari pada didaerah perkotaan juga terjadi hampir disemua propinsi di Indonesia. Semakin buruknya distribusi pendapatan di daerah perkotaan dibandingkan didaerah pedesaan terutama disebabkan oleh pola perekonmian dan jumlah serta kondisi sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi sangat berbeda antara pedesaan dan perkotaan. Dikota, Jakarta misalnya persaingan dalam dunia usaha dan dalam mendapatkan pekerjaan semakin keras. Jumlah manusia dijakarta semakin keras. Jumlah manusia dijakarta semakin banyaki, diperkirakan sekita sepuluh juta orang, yang sebagian disebabkan oleh orang-orang yang terus datang ke Jakarta terutama yang berasal dari Jawa dan Sumatra. Sementara kemanapun ekonomi Jakarta untuk memberi pekerjaan bagi pencari kerja yang bertambah jumlahnya setiap tahun terbatas. Terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari desa ke kota. Mereka tidak bisa ditampung disektor formal akhirnya masuk ke sector informal yang pada umumnya merupakan kegiatan ekonomi dengan tingkat produktivitas dan pendapatan rendah. Karena terlalu banyak orang yang mau bekerja disektor formal, sedangkan daya tamping sector tersebut terbatas maka semakin berat seleksi penerimaan pekerja. Pendidikan atau keterampilan khusus menjadi salah satu kriteria utama dalam seleksi tenaga kerja disektor formal. Jumlah penganggruan, terutama setengah pengangguran,

Page 16

semakin tinggi, dan kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mempunyai kesempatan bekerja disektor formal dan kelompok masyarakat yang hanya bisa bekerja disektor informal atau yang tidak memiliki pekerjaan semakin besar.

Page 17

Bab III Dampak yang Ditimbulkan oleh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi makro di Indonesia Melalui Distribusi Pendapatannya
III.1 Inflasi sebagai Faktor yang Mempengaruhi Perekonomian di Indonesia
Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (kalau perlu uang, cetak saja). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka inflasi inti masih lebih besar daripada 5 persen setahun.

III.2

Keterkaitan

Distribusi

Pendapatan

masyarakat

dengan

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan (yang dimaksud dengan kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan (persentase dari jumlah yang hidup dibawah garis kemiskinan) merupakan dua masalah besar di banyak LDCs, tidak terkecuali Indonesia .dikatakan besar, karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan

Page 18

semakin parah, pada akhirnya akan menimbukan konsekuensi politik dan social yang sangat serius. Suatu pemerintahan bias jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menhadapi kemiskinannya. Bahkan kejadian tragedi mei 1998 menjadi suatu pertanyaan hingga sekarang andaikan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia sama dengan misalnya di swiss, mungkinkah mahasiswa akan begitu ngotot berdemonstrasi hingga akhirnya membuat rezim soeharto jatuh pada bulan mei 1998? Di Indonesia, pada awal pemerintahan Orde Baru pembuatan kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi dijakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya disektor-sektor tertentu saja,pada akhirnya akan menghasilkan apa yang dimaksud dengan trickle down effects.didasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, pada awal periode Orde Baru hingga akhir tahun 1970-an, startegi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan soeharto lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi.untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi nasionaldimulai di pulau jawa dengan alas an bahwa fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan seperti pelabuhan, jalan raya dan kereta api, telekomunikasi, kompleks industry, gedunggedung pemerintahan/ administrasi Negara, kantor-kantor perbankan , dan infrastruktur pendunkung lainnya lebih tersedia di pulau jawa dibandingkan di provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pembangunan pada saat itu juga hanya terpusatkan di sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial memiliki kemampuan besar untuk mengahsilkan NTB yang tinggi . mereka percaya bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu akan menetas ke sektor-sektor dan wliayah Indonesia lainnya.

Page 19

Bab IV Kesimpulan
IV.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan di atas adalah memang benar bahwa inflasi mempengarui kebijakan pemerintah dalam distribusi pendapatan. pengaruh inflasi terhadap distribusi pendapatan tergantung kepada kondisi awal inflasi, dimana dengan kondisi inflasi rendah, inflasi berpengaruh negatif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Namun, negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki kondisi awal inflasi tinggi maka inflasi berpengaruh positif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Dan ketimpangan distribusi pendapatan tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Contohnya seperti yang terjadi pada masa 1965-an yang telah diceritakan. Kemudian ketimpangan pendistribusian pendapatan tersebut dapat berujung pada kemiskinan.

IV.2 Saran
Saran saya adalah agar pemerintah mengerjakan sesuai dengan sasaran atau tujuan perantara yang dapat di bagi menurut waktu, yakni jangka pendek, jangka menengah , dan jangka panjang. Intervensi jangka pendek adalah terutama pembangunan sector pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan. Hal ini sangat penting melihat kenyataan bahwa di satu pihak, hingga saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih pedesaan dan sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan kerja di pedesaan. Demikian juga, sebagian besar penduduk bekerja atau mempunyai sumber pendapatan di pertanian dan usaha kecil sectorsektor lain.dipihak lain terutama pada awal nya, sumber utama kemiskinan berasal dari pedesaan . seperti yang di jelaskan di dalam teori A.Lewis, pada awalnya penduduk di pedesaan lebih padat dari pada perkotaan. Jadi hendaknya pemerintah lebih memperhatikan daerah dan pedesaan dalam membuat kebijakan distribusi pendapatan masyarakat.

Page 20

Anda mungkin juga menyukai