Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
semakin pesat dan canggih didukung pula oleh arus globalisasi yang
semakin hebat. Fenomena tersebut memunculkan adanya persaingan dalam
berbagai bidang kehidupan diantaranya adalah bidang pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan
kualitas manusia (Djamarah, 2010:22). Tujuan pendidikan merupakan
pedoman umum bagi pelaksanaan pendidikan dalam jenis dan jenjang
pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan merupakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang RI no.2 tahun 1989.
Dalam undang-undang itu telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional
bertujuan sebagai suatu cita-cita bagi segenap bangsa indonesia.
Dalam penyelenggaraan pendidikan akan dapat berhasil apabila semua
unsur dalam sistem tersebut berjalan seiring menuju tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Dengan demikian pembelajaran matematika harus bertumpu
pada semua unsur pembelajaran dan mengoptimalkan keterlibatan seluruh
siswa sebagai subyek dalam pembelajaran. Karena berhasil atau tidaknya
suatu proses pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh pembelajaran yang
berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak
sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan
1
2
dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik.
Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung
pada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah
bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan
bercerita atau ceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, akibatnya tingkat pemahaman materi pelajaran rendah dan
prestasi belajar menurun. Padahal banyak materi ajar yang membutuhkan
pemahaman terhadap konsep-konsepnya dan tidak cukup hanya sekedar
dihafalkan, salah satunya adalah pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar terpenting untuk
sains dan teknologi. Lebih dari itu dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak terlepas dari matematika, tetapi sudah menjadi gejala umum bahwa
mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa.
Matematika merupakan mata pelajaran yang sukar di pahami, sehingga
kurang diminati oleh sebagian siswa. Pemahaman matematika pada siswa
dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain tidak adanya dukungan dari
orang tua untuk belajar, siswa yang tidak memiliki semangat untuk belajar,
atau dari pembelajaran guru yang masih menggunakan pembelajaran
monoton dan kurangnya fasilitas disekolah. Ketidaksenangan terhadap
matematika ini dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa dalam
proses belajar mengajar serta berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
3
Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika diperlukan untuk
siswa khususnya pada materi prisma dan limas.
Prisma dan limas merupakan salah satu materi dalam matematika.
Dalam materi prisma dan limas terdapat banyak rumus yang mengharuskan
siswa untuk memahami rumus tersebut. Permasalah yang sering muncul
pada materi ini antara lain siswa malu bertanya, siswa cenderung pasif dan
tidak bersemangat dalam belajar, siswa selalu mencari alasan untuk keluar
dari kelas, dalam pembelajaran siswa lebih senang bercanda dengan teman
dari pada mendengarkan penjelasan guru sehingga banyak siswa yang tidak
memahami rumus dan cenderung menghafal rumus.
Berdasarkan hasil pengamatan di MTs Salafiyah Jenggot dalam
pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran yang monoton.
Menurut guru mata pelajaran matematika kelas VIII permasalahan pada
pembelajaran matematika dikelas antara lain pada saat guru menjelaskan
materi banyak siswa yang tidak mendengarkan, siswa sulit dalam
pemahaman rumus dan siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami
konsep, keaktifan siswa pada saat mengikuti pelajaran dikelas kurang, siswa
malu bertanya meskipun belum memahami materi yang disampaikan dan
siswa terlihat malas dalam mengerjakan soal atau latihan yang diberikan.
Salah satu materi matematika yang harus dikuasai siswa kelas VIII
adalah materi prisma dan limas. Menurut guru matematika di MTs Salafiyah
Jenggot permasalahan dalam proses pembelajaran matematika kelas VIII
pada materi prisma dan limas antara lain guru masih menggunakan
4
pembelajaran dengan metode konvesional sehingga siswa cenderung pasif,
siswa sulit dalam pemahaman rumus, tidak ada kemauan siswa untuk
bertanya walau belum paham dengan materi yang diajarkan. Selain itu
prestasi belajar siswa masih rendah, hal ini didasarkan pada nilai
matematika siswa pada tahun ajaran 2010/2011 yang masih di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan oleh pihak sekolah yaitu 70
dan siswa yang telah mencapai KKM kurang dari 50%.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan siswa dapat
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, berinteraksi, berani bertanya,
dan adanya kemauan siswa untuk belajar. Untuk itu seorang guru harus
melakukan perubahan dalam pembelajarannya. Perubahan tersebut adalah
dengan menerapkan metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan
sehingga, siswa dapat aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk
berpikir, mampu berinteraksi, berani bertanya. Sehingga kemampuan
pemahaman konsep siswa dapat meningkat. Dengan meningkatnya
pemahaman konsep maka permasalahan-permasalahan siswa yang ada
seperti, siswa sulit dalam memahami rumus, kurangnya keaktifan siswa,
malu bertanya dapat teratasi sehingga prestasi belajar meningkat. Untuk
menciptakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dan
menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan salah satu alternatif
yang penulis tawarkan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran
index card match.
5
Index card match atau mencari pasangan kartu merupakan metode
pembelajaran yang menyenangkan sehingga metode ini dapat digunakan
untuk semua mata pelajaran. Metode ini mengajak siswa bermain sambil
belajar dengan cara mencari pasangan kartu, sehingga siswa dapat
berinteraksi dan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran maka siswa tidak akan bosan
untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru karena siswa tidak
hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi siswa juga diajak berinteraksi
antar siswa melalui kegiatan mencari pasangan kartu, sehingga dengan
metode index card match keaktifan siswa meningkat. Dengan meningkatnya
keaktifan siswa maka prestasi belajar siswa juga dapat meningkat dan
mencapai ketuntasan.
Dengan demikian proses pembelajaran di sekolah dengan metode
pembelajaran index card match dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Karena dengan index card match suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan, siswa tidak cepat bosan, keaktifan siswa dapat meningkat
dengan kegiatan mencari pasangan kartu. Dengan siswa belajar aktif dan
menyenangkan serta adanya interaksi antar siswa sehingga meningkatkan
prestasi siswa.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dalam latar belakang diatas,
maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
6
1. Guru masih menggunakan pembelajaran dengan metode konvesional
dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa cenderumg pasif.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang.
3. Prestasi belajar yang diperoleh masih di bawah rata-rata nilai KKM
yang ditentukan oleh pihak sekolah yaitu 70.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran index card match dapat mencapai ketuntasan
belajar yaitu memenuhi KKM yang telah ditentukan?
2. Apakah keaktifan siswa dengan metode pembelajaran index card match
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa?
3. Apakah prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran index card match lebih baik dari pada prestasi belajar siswa
dengan metode konvesional?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran index card match dapat
mencapai ketuntasan belajar yaitu memenuhi KKM yang telah
ditentukan.
7
2. Untuk mengetahui apakah keaktifan siswa dengan metode pembelajaran
index card match berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
3. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran index card match lebih baik dari pada prestasi
belajar siswa dengan metode konvesional.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada
pembelajaran matematika terutama untuk menumbuhkan keaktifan siswa
melalui metode index card match.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi guru
a. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih metode dalam
mengajar matematika.
b. Menanamkan kreativitas dalam usaha pembenahan pembelajaran.
2. Bagi siswa
a. Siswa mempunyai kedudukan sama dalam menentukan tingkat
keberhasilan.
b. Mengurangi rasa kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika
khususnya materi prisma dan limas.
8
1.6. Penegasan Istilah
1. Efektivitas
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efektifitas berarti
keefektifan (2008: 374). Efektifitas itu sendiri berasal dari kata efektif
yang dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif jika prestasi
belajar mencapai ketuntasan yaitu memenuhi KKM yang ditentukan, ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, prestasi belajar siswa
eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
2. Pembelajaran Index Card Match
Dalam pembelajaran index card match atau mencari pasangan kartu
siswa diajak belajar dengan cara yang menyenangkan. Dengan index card
match siswa belajar dengan cara permainan kartu. Setiap siswa mendapat
kartu berbeda. Sebagian kartu berisi pertanyaan dan sebagian lagi berisi
jawaban dari pertanyaan. Siswa yang mendapat pertanyaan harus mencari
pasangan dari kartu yaitu kartu jawaban dari pertanyaan tersebut dan
sebaliknya siswa yang mendapat jawaban harus mencari pertanyaan dari
jawaban tersebut (Suprijono, 2009: 120).
3. Keaktifan
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental
(Koswara dan Halimah, 2008: 100). Keaktifan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah interaksi siswa secara aktif yang dapat diukur selama
proses pembelajaran matematika berlangsung, meliputi keaktifan siswa
terhadap tugas dan reaksi tugas dan partisipasi dalam proses pembelajaran.
9
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa
dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar (Hamdani, 2010:138).
1.7. Sistematika Skripsi
Untuk memudahkan pemikiran dalam memahami secara keseluruhan
isi skripsi, maka susunannya diatur sebagai berikut.
Bagian awal skripsi memuat tentang halaman judul, halaman
pengesahan, abstrak, motto dan persembahan, prakarta, daftar isi dan daftar
lampiran. Bagian isi skripsi yang terdiri dari VI Bab adalah sebagai berikut.
Bab I : PENDAHULUAN mengemukakan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.
Bab II : LANDASAN TEORI membahas teori yang melandasi
permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis
yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan
pelaksanaan penelitian dan hipotesis.
Bab III : METODE PENELITIAN menjelaskan tentang ruang lingkup
penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan kelas yang diteliti, prosedur
kerja dalam penelitian tindakan yang di tempuh, data dan cara
pengambilannya.
10
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN meliputi
semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasannya.
Bab V : PENUTUP mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan
saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
Bagian akhir skripsi, pada bagian akhir skripsi ini memuat tentang
Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Belajar
Menurut Gagne dalam (Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dalam proses belajar mengajar
dengan index card match siswa diharuskan aktif dalam hal berinteraksi
dengan temannya agar dapat menemukan pasangan dari kartu yang
dimilikinya.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah, 2008: 13). Dengan berinteraksi lingkungan sekitar
(keluarga, sekolah, dan masyarakat) seseorang akan mendapatkan
pengetahuan atau pengalaman yang ada (nyata) di dunia ini, sehingga akan
merubah seseorang untuk memperbaiki pengetahuan, keterampilan, dan
tingkah laku agar lebih baik lagi.
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia adalah
sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karenanya, yang
terpenting dalam belajar adalah cara- cara bagaimana seseorang memilih,
mempertahankan, dan mentranformasikan informasi yang diterimanya
11
12
secara aktif (Winataputra, 2009: 3.13). Dalam pembelajaran index card
match siswa dituntut untuk belajar secara aktif dengan mencari pasangan
kartu yang cocok. Dengan demikian akan ada informasi dan pengetahuan
secara aktif antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
2.2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah sebuah interaksi edukatif yang terjadi antara guru
dengan siswa (Djamarah, 2010 : 19). Kegiatan pembelajaran tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar. Dalam pembelajaran terdapat pengakuan
siswa untuk belajar dan kemampuan ini akan terwujud dengan bimbingan
guru.
Matematika merupakan salah satu jenis dari beberapa materi ilmu
yang diajarkan disekolah. Matematika diperlukan semua orang dari mulai
anak usia dini, sekolah dasar, sampai perguruan tinggi selalu menjadikan
matematika sebagai mata pelajaran wajib. Matematika berfungsi antara lain
untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dari penjelasan tentang pembelajaran dan matematika diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh
ilmu pengetahuan dan ketrampilan matematika sehingga, dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
13
2.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009:5).
Hasil belajar merupakan nilai akhir seseorang setelah melakukan apresiasi
yang berupa prestasi belajar. Menurut Bloom hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psimotorik (dalam Suprijono, 2009:6).
Namun dalam penelitian ini hanya akan diteliti hasil belajar dari ranah
kognitif adalah prestasi belajar dan ranah afektif adalah keaktifan belajar
siswa, sementara ranah psimotorik tidak diteliti.
1. Keaktifan belajar
Pada umumnya proses pembelajaran di kelas hanya
memprioritaskan pada aspek kognitif sehingga kemampuan mental yang
dipelajari hanya berpusat pada pemahaman pengetahuan, dan ingatan.
Proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa hanya
mendengarkan penyampaian dari guru. Duduk, dengar, catat, dan hafal
merupakan ciri utama dalam pembelajaran tersebut, pembelajaran seperti
itu tidak sesuai dengan pengertian pembelajaran yaitu sebuah interaksi
edukatif yang terjadi antara guru dengan siswa (Djamarah, 2010: 19).
Menurut Gibbs, E. Mulyasa (Koswara dan Halimah, 2009: 101)
mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan
kreatif dalam belajarnya.
a. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa
takut.
14
b. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi
ilmiah secara bebas terarah.
c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya.
d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
e. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar guru dengan
siswa atau sebaliknya dan antar sesama siswa, semuanya saling
membutuhkan. Apabila hanya ada interaksi guru dengan siswa tetapi
tidak ada interaksi dari siswa dengan guru atau siswa dengan siswa lain,
hal ini menyebabkan siswa bersifat pasif dan tidak akan terjadi
pembelajaran yang interaktif. Proses pembelajaran memerlukan aktivitas
belajar yang optimal dengan komunikasi yang jelas antara guru dengan
siswa. Dalam hal ini aktivitas yang dimaksud misalnya mengajukan
pendapat atau gaasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan
guru secara aktif dalam pembelajaran dan komunikasi dengan sesama
siswa sehingga dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
Keaktifan belajar siswa yang optimal dalam proses pembelajaran
akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau
dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana
pembelajaran menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang
timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan
15
dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar.
Keaktifan dalam penelitian ini merupakan interaksi atau peran siswa
secara aktif yang dapat diukur selama pembelajaran berlangsung antara
lain meliputi keaktifan siswa terhadap tugas dan reaksi tugas, serta
partisipasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Keaktifan yang
diamati antara lain:
A. Partisipasi mengawali pembelajaran
2. Aktif mengikuti jalannya pembelajaran
3. Aktif mempelajari bahan ajar
4. Aktif mengungkapkan pendapat dari penugasan
5. Aktif membantu memecahkan masalah yang muncul
B. Partisipasi dalam proses pembelajaran
1. Aktif bekerja sama dengan teman
2. Aktif beradaptasi dengan teman
3. Aktif bertanya
4. Aktif menjawab pertanyaan
5. Aktif dalam mengatasi masalah yang muncul
6. Aktif mengikuti kompetisi
7. Kemampuan berperan dalam kompetisi
C. Tugas dan reaksi tugas
1. Siap menerima tugas
2. Aktif membuat tugas rangkuman
3. Aktif membuat pertanyaan
16
4. Aktif membuat PR
5. Aktif mengerjakan soal yang diberikan.
D. Menutup jalannya pembelajaran
1. Aktif membuat rangkuman hasil belajarnya
2. Siap menutup pembelajaran
3. Siap dalam menerima tugas berikutnya
2. Prestasi belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok (Hamdani, 2010:
137). Winkel (dalam Hamdani, 2010:138) mengemukakan bahwa
prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Sehingga belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan
kegiatan.
2.4. Metode Pembelajaran Index Card Match
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Hamalik, 2009:
26). Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
17
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir.
Pembelajaran adalah sebuah interaksi edukatif yang terjadi antara guru
dengan siswa (Djamarah, 2010: 19). Proses dalam pembelajaran tidak
terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja menciptakannya yaitu
guru. Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh guru untuk
membentuk tingkah laku dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memahami sesuatu yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran dalam hal ini
adalah pembelajaran yang dilakukan disekolah.
Dari pengertian metode dan pembelajaran ditersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga terjadi interaksi antara guru
dengan siswa dan sebaliknya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
proses belajar mengajar diperlukan metode pembelajaran yang terencana
sebagai alat pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar di sekolah.
Seorang guru harus bisa menggunakan metode yang cocok dalam setiap
pembelajarannya, sehingga siswa dapat belajar dengan menyenangkan.
Index card match atau mencari pasangan kartu merupakan metode
yang bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. Dalam metode ini guru
menggunakan kartu sebagai alat dalam proses pembelajaran. Dengan
pembelajaran index card match siswa diajak belajar dengan menggunakan
18
permainan kartu. Keunggulan pada pembelajaran ini adalah dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Langkah-langkah metode pembelajaran index card match (Suprijono,
2009:120) adalah sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada
didalam kelas.
2. Bagilah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan
dibelajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat.
5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.
6. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapat soal dan separuh
yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada
yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk
berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang
mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian membacakan soal
19
yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain.
Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
9. Akhiri proses ini dengan membuat kesimpulan.
2.5. Kajian Penelitian Pendukung
Penelitian yang terdahulu terkait tentang penerapan metode index card
match dalam pembelajaran disekolah yang dijadikan telaah oleh peneliti
dalam melakukan penelitian ini antara lain :
1. Laily Fitria Takalondokang (2010) dengan judul Upaya Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas IV MI Mambaul
Ulum Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index
Card Match Pada Keliling Dan Luas Jajargenjang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Persentase kemampuan komunikasi matematika
siswa dengan kategori baik. (2) Persentase kemampuan komunikasi
matematika siswa secara tulisan dengan kategori baik.
2. Dewi Setianingsih (2010) dengan judul Peningkatan Kemampuan
Menerjemahkan Surat-Surat Pendek Dengan Metode Index Card Match
Pada Siswa Kelas V Mi Nuril Huda Losari Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Kesimpulan
penelitian ini adalah penerapan metode index card match dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa.
3. Siswati (2011), dengan judul Peningkatan Keterampilan Membaca
Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata Tipe Index Card Match Pada
20
Siswa Kelas I SD Negeri Kutasari 05 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil
penelitian ini adalah (1) adanya peningkatan rata-rata nilai kelas yang
diperoleh siswa dari sebelumnya, (2) adanya peningkatan persentase
ketuntasan belajar.
Berdasarkan penelitian diatas, telah ada penelitian tentang metode
pembelajaran index card match materi matematika Keliling Dan Luas
Jajargenjang tetapi dalam penelitian kali ini penulis ingin meneliti tentang
efektivitas index card match dalam pembelajaran matematika dengan materi
prisma dan limas. Dengan demikian, dalam penelitian ini ada satu kesamaan
yaitu pada motode pembelajaran index card match.
2.6. Materi Penelitian
Prisma dan Limas Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua
bangun datar yang kongruen dan sejajar serta dibatasi sisi-sisi tegak yang
berupa persegi panjang atau jajargenjang.
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi bidang alas dan bidang sisi-
sisi tegak berupa segitiga-segitiga yang bertemu pada satu titik. Titik
pertemuan itu disebut titik puncak limas.
1. Diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal
a. Diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal prisma
Diagonal bidang alas atau atas prisma adalah ruas garis yang
menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak bersebelahan pada
bidang alas atau atas.
21
Diagonal ruang prisma adalah ruas garis yang menghubungkan
titik-titik sudut pada bidang alas dengan titik-titik sudut pada bidang
atas yang tidak terletak pada suatu bidang sisi tegak.
Bidang diagonal prisma adalah bidang yang memuat diagonal
bidang alas dan atas.
1. Banyak diagonal alas prisma segi n adalah
, )
2
3 n n
2. Banyak bidang diagonal prisma segi n adalah
, )
2
3 n n
3. Banyak diagonal ruang prisma segi n adalah , ) 3 n n
b. Diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal limas
c. Jaring jaring prisma dan limas
d. Luas permukaan prisma dan limas
Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh
permukaan bangun ruang tersebut.
1. Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)
2. Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
e. Volume Prisma dan Limas
Volume prisma = luas alas x tinggi.
Volume limas =
3
1
x luas alas x tinggi.
(Tim penulis, 2010: 145)
22
2.7. Kerangka Pikir
Permasalahan pada pembelajaran matematikan materi prisma dan
limas di MTs Salafiyah Jenggot adalah keaktifan siswa kurang, siswa malu
bertanya meskipun belum memahami materi yang diajarkan yang
mengakibatkan rata-rata prestasi belajar siswa rendah dan belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimun yang ditentukan sekolah yaitu 70.
Setiap akhir pembelajaran siswa diberikan tugas terstruktur untuk
merangsang keaktifan siswa yaitu dengan siswa diminta mengerjakan soal,
membuat rangkuman materi berikutnya, membuat pertanyaan atau soal-soal
disertai pembahasanya sehingga, siswa terlatih untuk belajar mandiri.
Setelah siswa diberi tugas terstruktur, kemudian peneliti memberikan
apersepsi ataupun pengahargaan kepada siswa yang telah melaksanakan
tugasnya dengan baik seperti memberikan tambahan nilai hal ini
dimaksudkan agar siswa semakin ingin tau tentang materi dan termotivasi
untuk belajar sehingga menumbuhkan keaktifan siswa.
Setelah keaktifan siswa tumbuh dengan pemberian apersepsi
kemudian dilanjutkan dengan penerapan metode index card match pada
materi prisma dan limas. Dalam pembelajaran ini siswa diajak belajar
dengan cara permainan mencari pasangan kartu, sehingga siswa dituntut
aktif dalam pembelajaran matematika khususnya materi prisma dan limas.
Dengan metode index card match keaktifan siswa berkembang dan
meningkat sehingga prestasi belajar siswa pada materi prisma dan limas pun
mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 70, hal ini diyakini karena
23
metode index card match menekankan pada keaktifan siswa untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan tanya jawab dan diskusi.
Jika prestasi belajar siswa meningkat berarti rata-rata prestasi belajar pun
menjadi lebih baik. Dengan demikian masalah-masalah yang ada dapat
diatasi dengan menggunaan metode pembelajaran index card match.
2.8. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Index card match dapat mencapai ketuntasan belajar yaitu
memenuhi KKM yang telah ditentukan.
2. Keaktifan siswa dengan metode pembelajaran index card match
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
3. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran index
card match lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan metode
pembelajaran konvesional.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memilih atau mengidentifikasi masalah : observasi, dokumentasi,
wawancara, dll
2. Merumuskan masalah
3. Peneletian awal atau Studi pendahuluan : mencari referensi pendukung,
konsultasi ahli, diskusi dengan guru, dll
4. Mencari dan menawarkan solusi masalah (menyusun kerangka pikir)
5. Merumuskan Hipotesis
6. Memilih pendekatan atau jenis penelitian
7. Menentukan sumber data
8. Memilih variabel
9. Menyusun instrumen
10. Mengumpulkan data
11. Analisis Data
12. Membuat atau Menarik kesimpulan
13. Menyusun laporan
24
25
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang diawali
dengan menentukan populasi dan memilih sampel dari populasi yang sudah
ada. Desain pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Pengukuran(posttest)
Eksperimen X Tes
Kontrol Y Tes
Keterangan:
X: Penerapan metode pembelajaran index card match
Y: Penerapan pembelajaran konvensional
Kegiatan penelitian diawali dengan memberi perlakuan pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai perbandingan. Pada
kelompok eksperimen diterapkan metode pembelajaran index card match
dan kelompok kontrol diterapkan metode konvesional. Setelah mendapatkan
perlakuan yang berbeda kedua kelompok diberikan tes dengan materi yang
sama untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa .
3.3. Sumber Data
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang
akan diteliti yang didefinisasikan dengan jelas, dengan karakteristik dan
26
kuantitas tertentu (Salafudin, 2010:11). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Salafiyah Jenggot dengan banyak
siswa 175 yang dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu VIII A, VIII B,
VIII C, VIII D, dan VIII E.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
populasi (Salafudin, 2010:12). Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik cluster random sampling, di mana sampel yang diambil bukan
individu tetapi kelompok atau kelas yang terdiri atas sejumlah individu
(Arikunto, 1997: 119). Dengan teknik tersebut terpilih dua kelas yaitu
kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas
kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 siswa yang terbagi
dalam dua kelas. Berdasarkan analisis uji normalitas dan uji homogenitas
dari kedua kelas sampel yang diambil, maka sampel dalam penelitian ini
merupakan sampel independen.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Variabel Bebas (independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2010: 4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa
dengan metode pembelajaran index card match.
27
b. Variabel Terikat (dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 4).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII materi prisma dan limas.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua, yaitu instrumen tes yang berupa lembar soal dan instrumen pengamatan
yang berupa lembar pengamatan keaktifan siswa.
1. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010: 53). Dalam penelitian ini tes
yang digunakan adalah prestasi belajar. Bentuk tes yang digunakkan
adalah bentuk objektif pilihan ganda dengan alternatif empat pilihan
jawaban. Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar matematika pada materi prisma dan limas siswa kelas VIII MTs
Salafiyah Jenggot. Instrumen tes ini untuk mengetahui apakah ada
pebedaan rata-rata prestasi belajar matematika antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
28
Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan instrumen
(Arikunto, 1997: 142) ada 5 langkah yaitu.
1. Perencanaan (pembuatan kisi-kisi soal).
2. Penulisan butir soal.
3. Penyulingan, yaitu melengkapi instrumen dengan petunjuk dan kunci
jawaban.
4. Uji coba soal instrumen.
5. Penganalisaan hasil, yaitu menganalisa item soal yang diuji cobakan.
Penganalisaan hasil ini dilakukan dengan cara mengukur validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Dalam soal pilihan ganda terdapat kelebihan dan kelemahan, antara
lain sebagai berikut.
1. Kelebihan
1. Mencakup lebih banyak soal, sehingga dapat mewakili isi materi.
2. Lebih mudah dan cepat mengoreksinya
3. Pengoreksian dapat diserahkan orang lain.
4. Dalam pengoreksian tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
2. Kelemahan
1. Soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja
2. Banyak kesempatan untuk main untung untungan
3. Kerja sama siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka.
29
2. Lembar observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data.
Pengamatan dilakukan untuk mengukur keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika. Observasi dalam penelitian ini adalah cara
yang digunakan untuk mengukur dari segi afektif. Pengukuran ini tidak
dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena
perubahan tingkah laku siswa berubah sewaktu-waktu. Indikator
keaktifan siswa dalam pembelajaran antara lain: (1) Parsipasi mengawali
pembelajaran, (2) Partisipasi dalam proses pembelajaran, (3) Partisipasi
mengakhiri pembelajaran, dan (4) Tugas dan reaksi tugas.
3.6. Cara Pengolahan Data
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1. Metode tes
Tes digunakan untuk memperoleh data berupa prestasi belajar
matematika siswa MTs Salafiyah Jenggot materi prisma dan limas.
2. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pembelajaran dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek
penelitian yang dilakukan oleh peneliti serta pengaruhnya terhadap
keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi.
30
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Data Awal
Data awal dianalis isi dengan uji normalitas dan homogenitas.
Berikut adalah penjelasan masing-masing.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan
kelompok eksperimen (kelas yang diteliti). Perhitungan dilakukan
dengan data hasil tes hasil belajar. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam uji normalitas adalah sebagai berikut ini.
a. Menentukan Hipotesis
H
o
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H
a
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
b. Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah
c. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas
d. Menghitung rata-rata dan simpangan baku
e. Menghitung rata-rata dan simpangan bakuMenghitung nilai
dari setiap batas kelas dengan rumus
f. Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan
menggunakan tabel
g. Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva
, )

=
k
i
i
i i
E
E O
1
2
2

Z
S
X X
Z
i
i

=
31
Keterangan :

2
= Chi-kuadrat
O
i
= Frekuensi pengamatan
E
i
= Frekuensi yang diharapkan
k = Banyaknya kelompok
h. Menarik kesimpulan, Ho diterima jika
2
hitung

2
tabel
dengan
derajat kebebasan dk = k 3 dan taraf signifikan 5% maka sampel
populasi berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).
Berdasarkan data awal yang diambil dari nilai ulangan
matematika diperoleh rata-rata kedua kelompok adalah 59,74. Nilai
ulangan tersebut kemudian dilakukan uji kenormalannya, diperoleh
untuk
2
hitung
= 8,397 dengan taraf 5% dan dk = 7 3 = 4 diperoleh

2
tabel
= 9,488 dengan demikian
2
hitung

2
tabel
ini berarti sampel
berasal dari distribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada
lampiran 3.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua
sampel berasal dari populasi yang variansnya sama atau tidak.
Langkah-langkah pengujian homogenitas.
a. Bentuk hipotesis uji homogen
H
o
:
2
2
2
1
= (kedua kelompok mempunyai varian yang sama
atau homogen)
32
H
a
:
2
2
2
1
= (kedua kelompok mempunyai varian tidak sama
atau tidak homogen)
b. Menentukan
c. Menentukan kriteria penerimaan Ho
d. Menghitung F
Kriteria pengujiannya adalah H
0
diterima jika F
hitung
F
, ) 1 ; 1
2
1
nk nb
dengan taraf signifikansi = 5%, dk pembilang = nb 1
dan dk penyebut = nk 1 (Sudjana, 2005: 250).
Berdasarkan uji homogenitas, untuk kelompok eksperimen
didapatkan varians = 89,918 dan untuk kelompok kontrol didapatkan
varians = 51,847. Dari perbandingan diperoleh harga F
hitung
= 1,734
dan dari tabel distribusi F dengan taraf 5% dk pembilang 32 dan dk
penyebut 34 diperoleh F
(0,025)(32;33)
= 1,799 karena F
hitung
= 1,734 < F
tabel
= 1,799 maka disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari
populasi yang variansnya sama/homogen. Perhitungan selengkapnya
pada lampiran 4.
3.7.2. Analisis Data Uji Coba Instrumen
1. Analisis Instrumen Lembar Observasi (Pengamatan)
Pada instrumen lembar pengamatan ini tidak dilakukan uji
analisis, hanya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

terkecil Varians
terbesar Varians
F =
33
2. Analisis Instrumen Tes
a. Uji Validitas Instrumen
Untuk mengetahui validitas instrumen digunakan korelasi product
momen dari Karl Pearson (Sudijono, 2006: 181) dengan rumus sebagai
berikut:
, ), )
, ) , , , ) , ,




=
2
2
2
2
xy
Y Y N X X N
Y X XY N
r
Keterangan:
XY
r = koefisien validitas
N = banyaknya subjek uji coba
X = skor tes/nilai tes
Y = skor kriteria/nilai kriteria
Hasil perhitungan r
xy
dikonsultasikan pada tabel nilai r product
moment dengan signifikansi 5%. Jika r
xy
> r
tabel
, maka instrument
dikatakan valid.
Berdasarkan analisis validitas diperoleh nilai r
xy
= 0,724. Pada
= 5% dengan N = 32 diperoleh r
tabel
= 0,349. Karena r
xy
> r
tabel
maka
instrumen dikatakan valid. Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 10.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen disebut reliabel jika seseorang melakukan
pengukuran instrumen yang sama pada waktu yang berbeda maka
hasil pengukurannya adalah sama atau jika dilakukan oleh orang yang
34
berbeda tetapi kondisi yang sama maka pengukuran dengan instrumen
yang sama akan memberi hasil yang sama pula (Budiyono, 2003 : 65).
Untuk mengukur reliabilitas dari tes prestasi belajar menggunakan
teknik Kuder-Richardson atau bisa disebut dengan KR-20, yaitu:
|
|
.
|

'


|
.
|

'

=

2
2
11
1
t
i i t
s
q p s
n
n
r
Keterangan :
r
11
= indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
p
i
= proporsi banyaknya subyek menjawab benar pada butir ke i
q
i
= 1- pi
s
t
2
= varian total
Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga
product moment pada tabel. Jika r
11
> r
tabel
maka tes yang
diujicobakan reliabel (Arikunto, 2006 : 109-112). Perhitungan
menggunakan bantuan program Mikrosoft Excel.
Berdasarkan perhitungan reliabilitas soal uji coba diperoleh r
11
=
0,417 sedangkan pada tabel nilai r untuk n = 32 dan = 5% yaitu
0,349. Jadi harga r
hitung
> r
tabel
yaitu 0,417 > 0,349 maka soal-soal tes
tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 11.
35
3. Analisis Butir Soal
a. Validitas Butir Soal
Untuk validitas instrumen prestasi belajar (validitas butir)
digunakan korelasi point biserial (r
pbis
) dengan rumus sebagai berikut.
q
p
S
M M
r
t
t p
pbis

=
Keterangan:
M
p
= rata-rata testee yang menjawab benar
M
t
= rata-rata skor total untuk semua testee
S
t
= Standar deviasi skor total
p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q = 1 p
Kriteria butir soal dalam kategori valid jika r
pbis-hitung
> r
pbis-tabel
pada taraf signifikansi 5%. Perhitungan menggunakan bantuan
program Mikrosoft Excel.
Arikunto (2006: 79)
Berdasarkan perhitungan dengan korelasi point biserial, maka
diperoleh 22 soal valid dari 40 soal yang diujicobakan.
Tabel 3.2. Validitas Butir Soal
Kriteria Validitas Butir Soal
Valid 4, 5, 8,10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24,
25, 27, 28, 30, 32, 34, 38, dan 40.
36
Tidak valid 2, 3, 6, 7, 9, 12, 13, 19, 21, 23, 26, 29, 31, 33,
35, 36, 37, dan 39.
Pada butir soal nomor 1 valid karena r
pbis-hitung
= 0,368 dengan
r
pbis-tabel
= 0,349 sehingga r
pbis-hitung
< r
pbis-tabel
. Perhitungan validitas
butir soal keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 11.
b. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya,sedangkan soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Didalam
istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P singkatan dari kata
proporsi. Rumus untuk mencari adalah sebagai berikut.
JS
B
P =
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria taraf kesukaran yang digunakan sebagai berikut:
P 0,30 : sukar
0,30 < P 0,70 : sedang
0,70 < P 1,00 : mudah (Arikunto, 2010:208)
37
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 40 soal tes uji coba
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.3. Analisis Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal Mudah 2, 3, 7, 13, 19, 22, dan 28
Soal Sedang 1, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16
17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29,
30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 40
Soal Sukar 31 dan 39
Perhitungan data tingkat kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 11.
Dari hasil analisis uji coba validitas, reliabilitas, dan tingkat
kesukaran maka item soal uji coba yang dipilih sebagai instrumen untuk
mengambil data pada penelitian ini diseleksi dengan ketentuan berikut.
1. Validitas, dipilih soal yang valid.
2. Reliabilitas, diambil semua soal yang valid.
3. Tingkat kesukaran, dipilih 10% soal mudah, 80% soal sedang dan
10% soal sukar.
Setelah dilakukan uji coba dan menghitung validitas, reliabilitas,
dan tingkat kesukaran, didapat 22 soal yang diterima dalam kriteria soal
untuk tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari 22
soal yang diterima peneliti mengambil 20 soal untuk dijadikan tes
38
prestasi belajar siswa.
3.7.3. Analisis Data Akhir
1. Uji Ketuntasan
Sebelum dilakukan uji ketuntasan, dilakukan uji prasyarat dengan
uji normalitas kelas ekperimen. Uji normalitas dilakukan untuk
menentukan apakah data yang akan dianalisis itu berdistribusi normal
atau tidak.
Hipotesis
H
o
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H
a
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Menggunakan rumus chi kuadrat
, )

=
k
i i
i i
E
E O
1
2
2
dengan
ketentuan Ho diterima jika
2

hitung

tabel
dengan derajat kebebasan
dk = k 3 dan taraf signifikan 5% maka sampel populasi berdistribusi
normal (Sudjana, 2005: 273)
Setelah dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat kemudian
dilakukan uji ketuntasan. Uji ketuntasan prestasi belajar digunakan untuk
mengetahui bahwa rata-rata prestasi belajar siswa sudah mencapai
ketuntasan belajar dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimum yaitu
70, dengan menggunakan uji rata-rata dua pihak dengan hipotesis sebagai
berikut.
39
H
o
: 70 (rata-rata prestasi belajar siswa 70 atau siswa mencapai
ketuntasan belajar)
H
a
: < 70 (rata-rata prestasi belajar siswa < 70 atau siswa tidak
mencapai ketuntasan belajar)
Uji ketuntasan mengunakan rumus
n
s
x
t
0

=
Keterangan:

o
: rata-rata batas ketuntasan belajar
s : standart deviasi
n : banyaknya siswa
x : rata-rata nilai yang diperoleh
Dimana t adalah nilai t yang dihitung, x adalah nilai rata-rata,
o
adalah nilai yang dihipotesiskan, s adalah simpangan baku sampel,
n adalah jumlah anggota sampel. Harga t hitung tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan harga t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 1 n
dan taraf kesalahan % 5 = . jika t hitung lebih kecil dari harga t tabel
maka H
0
diterima dan H
a
ditolak. Sebaliknya, jika harga t hitung lebih
besar dari t tabel maka H
o
ditolak dan H
a
diterima (Sukestiyarno, 2011:
101).
2. Uji Pengaruh dengan regresi
Sebelum dilakukan uji pengaruh, data penelitian perlu dilakukan uji
prasyarat dengan uji normalitas kelas eksperimen dan uji homogenitas.
40
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang akan
dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah pengujian
normalitas tahap ini sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada
tahap awal dengan hipotesis sebagai berikut.
H
o
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H
a
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Menggunakan rumus chi kuadrat
, )

=
k
i i
i i
E
E O
1
2
2
dengan
ketentuan Ho diterima jika
2

hitung

tabel
dengan derajat kebebasan
dk = k 3 dan taraf signifikan 5% maka sampel populasi berdistribusi
normal (Sudjana, 2005: 273). berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal
Sedangkan, untuk uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data tersebut memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji keberartian karena uji keberartian
sama dengan uji homogenitas maksudnya data yang berarti mempunyai
makna bahwa data tersebut juga homogen. Setelah uji prasyarat
dilakukan langkah selanjutnya adalah uji pengaruh dengan regresi.
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh keaktifan siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok prisma dan limas. Regresi sederhana dapat dianalisis karena
didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal)
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Sugiyono, 2010: 261).
41
Langkah pengujian analisis regresi sederhana (Sugiyono, 2010:
261-274) sebagai berikut.
1. Persamaan regresi linier sederhana
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: = a + bX
, )

=
2
2
.
. .
X X n
Y X XY n
b
dan
, ), ) , ), )
, ) , )
2 2
2

=
X X n
XY X X Y
a
Keterangan:
^
Y : subyek varibel terikat (dependen) yang diprediksikan.
X : subyek variabel bebas (independen) yaitu keaktifan belajar
Y : subyek variabel terikat (dependen) yaitu prestasi belajar
a : nilai konstanata harga Y jika X = 0.
b : angka arah yang menunjukkan peningkatan (+) atau nilai
penurunan (-) variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen.
2. Uji Kelinieran Regresi
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah garis regresi
antara X dan Y membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier
maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan.
Hipotesis yang diuji untuk uji kelinieran adalah sebagai berikut.
Ho : 0 = ( tidak linier )
Ha : 0 = ( linier )
42
Rumus yang digunakan dalam uji linieritas adalah sebagai berikut.

=
2
) ( y T JK ,
, )
n
y
a JK
2
) (

=
, ), )
)
)

n
y x
xy b a b JK ) / (
) / ( ) ( ) ( ) ( a b JK a JK T JK S JK =
) ( ) ( ) ( G JK S JK TC JK =
, )

=
n
y
y G JK
2
2
) (
Dimana:
JK (T) = Jumlah Kuadrat Total
JK (a) = Jumlah Kuadrat Koefesien a
JK (b/a) = Jumlah Kuadrat regresi (b/a)
JK (S) = Jumlah Kuadrat Sisa
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat
MK = Mean Kuadrat = Sum Square (SS) = Rerata Jumlah Kuadrat
(RJK).
Tabel 3.4. Analisis Varians (Anava) Regresi Linier Sederhana
Sumber varians Dk JK MK F
Total n Y
2
Y
2
Koefisien (a) 1 JK (a) JK (a)
2
2
sis
reg
S
S
Regresi (b|a) 1 JK (b/a) S
2
reg
= JK (b/a)
43
Sisa (residu) n-2 JK (S)
S
2
sis
=
2
) (
n
S JK
Tuna cocok k-2 JK (TC) S
2
TC
=
2
) (
k
TC JK
2
2
G
TC
S
S
Galat (error) n-k JK (G)
S
2
G
=
k n
G JK

) (
Kriteria pengujian untuk uji linieritas adalah Ho diterima jika
F
hitung
(tuna cocok) < F
tabel
dengan = 5%, dk pembilang = k 2
dan dk penyebut = n 2. Sedangkan kriteria pengujian untuk uji
keberartian regresi adalah H
0
diterima jika F
hitung
(regresi) < F
tabel
dengan = 5%, dk pembilang = 1 dan dk penyebut = n 2.
3. Koefisien determinasi
Harga koefisien determinasi r
2
digunakan untuk mengukur
kecocokan data dengan model. Semakin dekat r
2
dengan 1, semakin
baik kecocokan data dengan model, dan sebaliknya, semakin dekat
r
2
dengan nol semakin jelek kecocokan tersebut. Koefisien
determinasi biasanya dinyatakan dalam persen. Koefisien
determinasi (r
2
) dapat dihitung dengan rumus berikut.
) (
) ( ) (
2
TD JK
S JK TD JK
r

= dengan JK (TD) = JK (T) JK (a)
Sedangkan koefisien korelasi (r) diperoleh dari akar koefisien
determinasi.
44
3. Uji Beda Rata-rata Uji Banding
Sebelum dilakukan uji banding dua sampel, data penelitian perlu
dilakukan uji prasyarat dengan uji normalitas dua sampel dalam satu
kolom dan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Normalitas
Uji prasyarat yang pertama adalah dengan uji normalitas. Uji
normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang akan
dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis
H
o
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H
a
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Menggunakan rumus chi kuadrat
, )

=
k
i i
i i
E
E O
1
2
2

dengan ketentuan Ho diterima jika


2

hitung

tabel
dengan derajat
kebebasan dk = k 3 dan taraf signifikan 5% maka sampel
populasi berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273)
2. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua
sampel berasal dari populasi yang variansnya sama atau tidak.
Langkah-langkah pengujian uji homogenitas tahap ini sama dengan
langkah-langkah uji homogenitas pada tahap awal, dengan
hipotesis sebagaia berikut.
45
H
o
:
2
2
2
1
= (kedua kelompok mempunyai varian yang sama
atau homogen)
H
a
:
2
2
2
1
= (kedua kelompok mempunyai varian tidak sama atau
tidak homogen)
Menggunakan rumus
Kriteria pengujiannya adalah H
0
diterima jika F
hitung
F
, ) 1 ; 1
2
1
nk nb
dengan taraf signifikansi = 5%, dk pembilang = nb 1 dan dk
penyebut = nk 1 (Sudjana, 2005: 250).
3. Uji Beda Rata-rata
Setelah uji prasyarat dengan uji normalitas dan uji
homogenitas selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata dengan rumus
uji t. Uji ini digunakan untuk menentukan keefektifan
pembelajaran. Langkah-langkah uji beda rata-rata (Sukestiyarno,
2011: 115)
a. Bentuk hipotesis.
2 1
: = Ho
(rata-rata prestasi belajar kedua kelompok sama
2 1
: = Ha (rata-rata prestasi belajar kedua kelompok berbeda)
b. Formulasikan rancangan analisis.Jika pengujian homogenitas
dihasilkan ke dua kelompok homogen maka digunakan rumus
terkecil Varians
terbesar Varians
F=
46
,
1 1
2 1
2 1
n n
s
x x
t
+

=
, )
2
1 ) 1 (
2 1
2
2
2
1 1 2
+
+
=
n n
s n s n
s
Dimana
1
x adalah rata-rata nilai kelompok eksperimen,
1
x adalah rata-rata nilai kelompok kontrol,
1
n adalah jumlah
anggota kelompok eksperimen,
2
n adalah jumlah anggota
kelompok kontrol,
2
1
s adalah varians kelompok eksperimen,
2
2
s
adalah varians kelompok eksperimen,
2
s adalah varians
gabungan.
Jika pengujian homogenitas dihasilkan ke dua kelompok
tidak homogen maka digunakan rumus:
2
2
2
1
2
1
2 1
n
s
n
s
x x
t
+

= '
Untuk penentuan diterima atau ditolaknya hipotesis nol
dihitung nilai t dan t selanjutnya dicocokkan dengan nilai t
tabel pada taraf signifikan dan derajat kebebasan n
1
+n
2
-2.
c. Analisis hasil.
Ho diterima jika t
hitung
< t
tabel
, sebaliknya Ho ditolak jika t
hitung
> t
tabel
. Pada penggunaan SPSS sudah memfasilitasi nilai
signifikan yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima
hipotesis nol. Terima Ho jika sig > 5% sebaliknya tolah Ho jika
sig < 5%.
47
d. Interpretasi hasil.
Dengan menerima Ho berarti rataan ke dua kelompok
adalah sama, dengan perlakuan yang berbeda pada ke dua
kelompok tersebut menghasilkan hal yang sama seakan
perlakuan pada kelompok eksperimen tidak memberi pengaruh.
Sebaliknya dengan menolak Ho dan menerima H
a
bearti rataan
ke dua kelompok berbeda. Apabila kelompok eksperimen lebih
tinggi daripada kelompok kontrol maka dengan diberi perlakuan
pada kelompok eksperimen memberi pengaruh yang cukup
berarti.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di MTs
Salafiyah Jenggot adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan berbeda. Kelas
eksperimen yaitu siswa kelas VIII D diberi perlakuan dengan metode
pembelajaran index card match dan kelas kontrol yaitu kelas VIII E dengan
menggunakan metode konvesional. Data awal prestasi siswa diperoleh dari
nilai ulangan matematika, kemudian dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan yang dilakukan untuk populasi penelitian. Variabel yang diteliti
adalah efektivitas pembelajaran matematika dengan metode index card
match materi prisma dan limas kelas VIII MTs Salafiyah jenggot
pekalongan.
1. Uji Ketuntasan
Uji prasyarat dari uji ketuntasan yaitu menghitungan normalitas
prestasi belajar dari kelas eksperimen. Hipotesis yang digunakan untuk
uji normalitas adalah sebagai berikut.
Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kelas eksperimen
diperoleh nilai
2

hitung
= 7,243. Dari tabel Chi Kuadrat dengan taraf
48
49
nyata = 5% dan dk = 3 diperoleh nilai
2

tabel
= 7,815. Dengan demikian
2

hitung

tabel
, ini berarti prestasi belajar kelas eksperimen
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 16.
Untuk uji ketuntasan klasik kelas eksperimen dengan hipotesis
sebagai berikut.
H
o
: 70 (rata-rata prestasi belajar siswa 70 / siswa mencapai
ketuntasan belajar)
H
a
: < 70 (rata-rata prestasi belajar siswa < 70 / siswa tidak mencapai
ketuntasan belajar)
Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan belajar pada kelas
eksperimen diperoleh t
hitung
= 1,915. Dari tabel distribusi t dengan
kriteria uji rata-rata dua pihak untuk = 5% dan dk = 31, diperoleh t
tabel
= 2,040. Karena t
hitung
< t
tabel
maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai prestasi belajar kelas eksperimen 70. Jika dilihat dari rata-rata
sampel yang mencapai 73,75 yang melebihi dari KKM maka dapat
disimpulkan bahwa siswa mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17.
2. Uji Pengaruh dengan Regresi
Setelah uji prasyarat dilakukan uji pengaruh pada kelas eksperimen
diperoleh a = 13,60 dan b = 1,26 sehingga persamaan regresi linier
sederhana adalah = 13,60 + 1,26X.
50
Hipotesis untuk uji kelinieran
Ho : 0 = ( tidak linier )
Ha : 0 = ( linier )
Hipotesis untuk uji keberartian regresi
Ho : Harga F regresi non signifikan/tidak bermakna/tidak berarti
Ha : Harga F regresi signifikan/bermakna/berarti
Tabel 4.1. Ringkasan ANAVA untuk uji keberartian dan linieritas regresi
Sumber
Variasi
JK (SS) dk (df) MK (MS) Fhitung Ftabel
Total 177850 32 5557,81
Koefisien (a) 174050 1
Regresi (b|a) 2110,5 1 2116,65 37,47 4,17
Sisa (residu) 1689,5 30 56,32
Tuna cocok 689,5 11 62,68 1,19 2,34
Galat (error) 1000 19 52,63
Dari perhitungan F(tuna cocok) diperoleh F
hitung
(tuna cocok) = 1,19
kemudian dikonsultasikan dengan tabel distribusi F untuk = 5%, dk
pembilang 19 dan dk penyebut = 11 sehingga diperoleh F
tabel
= 2,34.
Dengan demikian F
hitung
< F
tabel
. Ini berarti Ho diterima sehingga
persamaan regresi adalah linier. Jadi hubungan antara variabel keaktifan
dan prestasi belajar matematika adalah linier.
51
Berdasarkan perhitungan diperoleh F
hitung
(regresi) lebih besar dari
harga F
tabel
pada taraf signifikansi 5%, maka harga F
hitung
(regresi)
signifikan, yang berarti bahwa koefisien regresi adalah berarti
(bermakna). Dalam hal ini, F
hitung
(regresi) = 37,47 sedangkan F
tabel
untuk
dk 1 : 30 (pembilang =1; penyebut = 30) untuk taraf signifikansi 5% =
4,17. Ini berarti harga F
hitung
> F
tabel
, sehingga hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima, sehingga F regresi adalah
signifikan/bermakna/berarti.
Selanjutnya hasil perhitungan nilai koefisien determinasi diperoleh
r
2
sebesar 0,748. Sehingga didapat korelasi positif antara keaktifan X dan
prestasi belajar Y. Berarti dengan meningkatnya keaktifan siswa maka
meningkat pula prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh koefisien determinan = 56%. Ini berarti bahwa
keyakinan kecocokan data terhadap persamaan regresi linier sederhana
= 13,60 + 1,26X adalah 56%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 29.
3. Hasil Uji Beda Dua Rataan
a. Uji Normalitas Prestasi Belajar
Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari kedua kelas yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai
2

hitung
= 9,2. Dari
tabel Chi Kuadrat dengan taraf nyata = 5% dan dk = 4 diperoleh nilai
2

tabel
= 9,50. Dengan demikian
2

hitung

tabel
, ini berarti prestasi
52
belajar kedua kelompok berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelas
mempunyai varians yang sama maka kelas tersebut dikatakan
homogen. Hipotesis yang digunakan untuk uji homogenitas adalah
sebagai berikut.
Ho :o
2
1
= o
2
2
(kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau
homogen)
Ha :o
2
1
= o
2
2
(kedua kelompok mempunyai varians tidak sama atau
tidak homogen)
Berdasarkan perhitungan dari uji homogenitas untuk kelompok
eksperimen diperoleh F
hitung
= 1,124. Dari tabel distribusi F dengan
taraf 5% dk pembilang = 31 dan dk penyebut = 33 diperoleh F
(0.025)(31:33)
= 1,799 karena F
hitung
= 1,124 < F
tabel
= 1,799 maka Ho
diterima artinya kedua kelompok mempunyai varians yang sama /
homogen. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 19.
c. Uji Beda Dua Rata-rata
Dari uji prasyarat dihasilkan data bahwa ke dua kelompok
merupakan data berdistribusi normal dan memiliki varians sama
(homogen) dan dari data awal diperoleh bahwa data prestasi belajar
merupakan data interval dan jumlah siswa pada kelompok eksperimen
53
dan kelompok kontrol adalah sama yaitu sebanyak 32 siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa
2 1
n n = sehingga rumus yang digunakan untuk
mengitung uji beda rata-rata adalah uji t dengan hipotesis sebagai
berikut.
2 1
: = Ho (rata-rata prestasi belajar kedua kelompok sama)
2 1
: = Ha (rata-rata prestasi belajar kedua kelompok berbeda)
Dari perhitungan uji beda rata-rata diperoleh t
hitung
= 1,529. Dari
tabel distribusi t dengan taraf nyata = 5% dengan dk= 32 + 34 2 =
64 diperoleh t
(0,95)(64)
= 1,998. Karena t
hitung
< t
tabel
Ho diterima dan
Ha ditolak berarti rata-rata prestasi belajar matematika kedua
kelompok berbeda. Jika dilihat dari rata-rata sampel, yaitu kelas
eksperimen sebesar 73,75 dan kelas kontrol sebesar 69,70 maka dapat
disimpulkan bahwa rataan siswa kelas eksperimen lebih baik daripada
rataan siswa kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 20.
4.2. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa kelas eksperimen selama
penerapan metode index card match diperoleh data sebagai berikut.
a. Pada pertemuan ke-1 diperoleh rata-rata keaktifan siswa sebesar 57,94.
b. Pada pertemun ke-2 diperoleh rata-rata keaktifan siswa sebesar 64,56.
c. Pada pertemuan ke-3 diperoleh rata-rata keaktifan siswa sebesar 64,62.
54
d. Pada pertemuan ke-4 diperoleh rata-rata keaktifan siswa sebesar 68,69.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28.
Secara terperinci rata-rata keaktifan siswa selama pembelajaran pada
tiap pertemuan pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Rata-rata Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen
Pertemuan ke- Rata-rata keaktifan siswa kelas
eksperimen
1 57,94
2 64,56
3 64,63
4 68,688
4.3. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan
metode pembelajaran index card match pada materi prisma dan limas kelas
VIII MTs Salafiyah Jenggot. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih
dahulu ditentukan sampel penelitian dari populasi yang ada. Penentuan
sampel ditentukan dengan cluster random sampling, terpilih dua kelas yaitu
kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.
Penelitian diawali dengan menganalisis kemampuan awal siswa yang akan
dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui
kemampuan awal kedua kelas sama atau tidak, maka dalam penelitian ini
55
data awal diambil dari nilai ulangan matematika siswa kelas VIII MTs
Salafiyah Jenggot.
Setelah dilakukan analisis data awal, hasil menunjukkan bahwa kedua
data tersebut rata-rata data adalah sama, berdistribusi normal dan kedua data
homogen atau kedua kelas berawal dari kondisi yang sama. Berdasarkan
analisis pada data awal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masing-
masing kelas dapat diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen
diberi perlakuan dengan metode pembelajaran index card match dan
kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode
pembelajaran konvesional. Dalam pelaksanaan penelitian, waktu
pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama yaitu
empat kali pertemuan. Selain itu, kedua kelas diberikan materi pokok yang
sama yaitu prisma dan limas.
Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian
kedua kelompok diberi tes akhir. Kemudian dilakukan tes prestasi belajar
pada kedua kelompok dengan materi dan bobot soal yang sama untuk
memperoleh data tes prestasi belajar yang akan dianalisis. Soal evaluasi
yang digunakan adalah soal yang telah diujicobakan pada kelas uji coba dan
dianalisis peneliti hanya memakai dua puluh soal sebagai tes prestasi belajar
dari dua puluh dua soal yang memenuhi kriteria.
Berdasarkan hasil tes hasil belajar matematika siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol, diperoleh hasil tes prestasi belajar pada kedua kelas
kelompok sampel itu berbeda. Dari hasil perhitungan ketuntasan secara
56
klasikal pada kelas eksperimen diperolah rata-rata prestasi belajar
kelompok eksperimen adalah 73,75 dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kelas eksperimen memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan di MTs Salafiyah Jenggot Pekalongan pada mata pelajaran
matematika dimana untuk mencapai ketuntasan belajar siswa harus lebih
dari atau sama dengan 70.
Untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran index card match
dan metode pembelajaran konvesional dapat dilakukan uji perbedaan rata-
rata. Berdasarkan perhitungan, diperoleh rata-rata kelas eksperimen 73,75
dan rata-rata kelas kontrol 69,71 sehingga ada perbedaan nilai rata-rata
prestasi belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jadi, rata-rata
prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode index card match lebih
baik daripada rata-rata prestasi belajar kelas kontrol dengan metode
konvesional. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran index
card match dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di MTs
Salafiyah Jenggot, Pekalongan khususnya materi prisma dan limas.
Pembelajaran dengan metode pembelajaran index card match dapat
dijadikan variasi pembelajaran yang dapat mengurangi kejenuhan siswa
sehingga siswa tertarik untuk aktif dalam memahami dan memecahkan
masalah terkait dengan materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan
bahwa metode pembelajaran index card match lebih efektif daripada metode
pembelajaran konvesional untuk pembelajaran matematika.
57
Berdasakan hasil pengamatan pada kelas eksperimen mengenai
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar pada pertemuan pertama
sampai pertemuan keempat, maka proses pembelajaran dapat berjalan
dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan
pada setiap pertemuan, seorang pengamat selalu mengamati guru dan
mengisi lembar pengamatan sebagai salah satu bentuk evaluasi
pembelajaran untuk selanjutnya dilakukan perbaikan pada pertemuan
berikutnya. Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 28.
Berdasarkan pengamatan, aktivitas siswa untuk setiap pertemuan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Rata-rata keaktifan siswa
selama empat pertemuan mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa aktivitas siswa yang diajarkan dengan menggunakan
metode pembelajaran index card match mengalami perubahan, dari siswa
pasif menjadi aktif dan siswa yang aktif menjadi lebih aktif. Kesimpulan ini
sesuai dengan pengertian belajar menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2)
bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas dan menurut Djamarah bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi yang menyangkut kognitif, afaktif, dan psikomotorik.
Pembelajaran dengan metode index card match menuntut siswa untuk
beristeraksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sehingga ada
informasi dan pengetahuan secara aktif antara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa, sesuai dengan teori Bruner yang menekankan belajar pada
58
cara seseorang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan
informasi yang diterimanya secara aktif.
Peneliti sudah berusaha memberikan yang terbaik dalam melakukan
penelitian ini. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya muncul berbagai kendala
yang harus peneliti hadapi, diantaranya faktor persiapan yang kurang
maksimal dalam mempersiapkan pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran index card match. Disamping itu, kendala yang hadapi di
lapangan adalah faktor siswa yang kurang mendukung dalam pembelajaran,
diantaranya adalah menejemen kelas yang belum baik misalnya:
keterbatasan peneliti dalam menguasai siswa di dalam kelas dan kesulitan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan langkah
langkah metode index card match. Meskipun demikian pelaksanaan
pembelajaran pada kelas eksperimen selama empat pertemuan mengalami
peningkatan keaktifan belajar siswa. Hampir setiap pertemuan ada
peningkatan siswa yang menjawab pertanyaan guru tentang materi yang
sedang dipelajari. Mereka juga cenderung lebih aktif dari pertemuan-
pertemuan sebelumnya sehingga terjadi interaksi yang baik antar siswa.
Dalam mempresentasikan hasil diskusi sudah tidak ada lagi rasa takut dan
malu.
Secara umum, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran index card match lebih baik daripada metode
konvesional. Dan rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan metode pembelajaran index card match sudah mencapai
59
ketuntasan belajar atau kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal tersebut
dikarenakan pembelajaran dengan metode pembelajaran index card match
melibatkan seluruh siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
60
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui apakah
pembelajaran Index card match dapat mencapai ketuntasan, apakah
keaktifan siswa dengan metode pembelajaran index card match berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar siswa dan apakah prestasi belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran index card match lebih baik dari pada
prestasi belajar siswa dengan metode konvesional.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kelas eksperimen adalah 73,75
secara statistik memenuhi ketuntasan belajar yang ditentukan sekolah yaitu
70. Pada uji pengaruh diperoleh persamaan = 13,60 + 1,26X dengan
koefisien determinan = 56%. Ini berarti bahwa keyakinan kecocokan data
terhadap persamaan regresi linier sederhana = 13,60 + 1,26X adalah
56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar. Dari perhitungan beda rataan diperoleh
rata-rata prestasi belajar matematika kedua kelompok berbeda. Jika dilihat
dari rata-rata sampel, yaitu kelas eksperimen sebesar 73,75 dan kelas
kontrol sebesar 69,70 maka dapat disimpulkan bahwa rataan siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada rataan siswa kelas kontrol.
60
61
5.2. Saran
Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut.
1. Sebagai acuan dan tolak ukur untuk peneliti selanjutnya.
2. Metode pembelajaran index card match memberikan pengaruh yang baik
terhadap prestasi belajar siswa terutama pada materi pokok prisma dan
limas, sehingga guru dapat menggunakan metode index card match
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika
3. Dalam pembelajaran matematika hendaknya siswa lebih aktif mengikuti
proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai