Anda di halaman 1dari 3

Jakarta - Seorang pria di Chinna menemukan kura-kura besar yang ternyata hampir punah, ia menghubungi sebuah organisasi perlindungan

hewan liar untuk penanganan. Tapi, pimpinan organisasi itu justru menyarakan untuk memakan binatang tersebut! Awal bulan September, seorang petani dari provinsi Henan, China menemui kura-kura ini saat sedang membajak ladangnya. Binatang tersebut mempunyai ukuran cukup besar dengan berat sekitar 5,8 kg dan diidentifikasi sebagai kura-kura aligator, spesies kura-kura air tawar terbesar di dunia. Satu hal yang tidak wajar tentang penemuan ini adalah spesies kura-kura tersebut aslinya berasal dari Amerika Selatan bukan China. Biasanya hanya kura-kura betina yang ingin bersarang menjelajah ke lahan terbuka. Karena bingung penanganan hewan ini, sang petani langsung menghubungi organisasi perlindungan hewan lokal. Alangkah terkejutnya sang petani saat menerima tanggapan dari pimpinan oragnisasi tersebut. Dong Zhaowei selaku direktur menyatakan daging spesies kura-kura aligator sangat enak dan petani tersebut harusnya langsung membunuh dan memakannya. Jawaban tersebut tentunya mengundang protes dan kecaman masyarakat China, tapi Dong menjelaskan kura-kura tersebut bukanlah hewan asli China dan bisa saja membahayakan spesies lokal. Kura-kura aligator terdaftar sebagai spesies yang terancam punah, menurut petugas setempat spesies yang ditemukan ini dikatakan berumur sekitar 500 tahun. Tapi, hal ini disanggah oleh anggota Science Squirrels Club yang mengatakan kura-kura tersebut baru berumur lima tahun. Kura-kura aligator menginjak umur dewasa saat usia 12 tahun dan bisa tumbuh seberat 81,46 kg, karena kura-kura ini beratnya hanya 5,8 kg perkiraan umurnya baru mencapai lima tahun.

Kekeringan di Indonesiamerupakan persoalan yang memiliki dampak yang cukup signifikan utamanya dalam bidang pertanian. Kekeringan yang terjadi terlalu lama bisa berdampak pada turunnya produksi tanaman dan merugikan petani. Selain itu, produksi pertanian yang rendah akan berakibat pada menurunnya kondisi pangan

nasional bangsa dan menyebabkan stabilisasi perkeonomian mudah goyah. Hal lain yang bisa terjadi jika kekeringan terjadi terlalu lama adalah terganggunya sistem hidrolisis lingkungan dan manusia akan kekurangan air untuk dikonsumsi. Hal ini tentu sangat krusial sebab air merupakan salah satu unsur kehidupan yangmutlak tersedia untuk keberlangsungan hidup. Mencermati dampak yang disebutkan di atas, sudah saatnya kita memandangkekeringan di Indonesia khususnya tidak terjadi semata-mata karena faktor alamiah saja. Memang bisa dipahami bahwa Indonesia terletak di wilayah geografis dimana ia diapit dua benua juga dua samudera. Indonesia juga terletak di sepanjang garis khatulistiwa. Semua fakta geografis ini membuat wilayah Indonesia rentan terhadap gejala kekeringan sebab iklim yang berlaku di wilayah tropis memang monsoon yang diketahi sangat sensitive terhadap perubahan ENSO atau El-Nino Southern Oscilation. ENSO inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan yang muncul apabila suhu di permukaan laut pasifik equator tepatnya di bagian tengah sampai bagian timur mengalami peningkatan suhu. Meski demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa anomaly ENSO tidak menjadi penyebab satu-satunya atas gejala kekeringan di Indonesia. Kekeringan umumnya diperparah penyebab lainnya antara lain: 1. Terjadinya pergeseran daerah aliran sungai atau DAS utamanya di wilayah hulu. Hal ini membuat lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Efek dari perubahan ini aldalah sistem resapan air di atan yang menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan. 2. Terjadinya kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran irigasi diisi oleh sedimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tamping menjadi drop. Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat musim kemarau tiba. 3. Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini diakibatkan pola tanam petani di Indonesia yang memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi.

Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kekeringan di Indonesia, antara lain: 1. Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau. 2. Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi 3. Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah resapan air. 4. Mengaplikasikan juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang mengalami kekeringa Menciptakan kalender tanam. 5. Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat.

6.

dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai