Anda di halaman 1dari 9

LEARNING TASK

SGD II Hari/tanggal Topik : Selasa/ 24 September 2013 : Pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan berbagai masalah kesehatan Tugas: Susunlah makalah berupa laporan pendahuluan untuk pendekatan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah: Kelompok 1: Anak usia sekolah dengan diare Kelompok 2: Post stroke karena hipertensi Kelompok 3: Tuberculosis Kelompok 4: Kecacatan pada salah satu anggota keluarga Kelompok 5: Balita yang mengalami ISPA Kelompok 6: Lansia yang mengalami Diabetes mellitus Kelompok 7: salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa Kleompok 8: Ibu hamil dengan risiko tinggi

Format makalah: COVER/HALAMAN DEPAN BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang (sistem secara umum dan kaitan antara penyakit dan keluarga) B. Tujuan pembuatan laporan BAB II: ISI A. Konsep dasar penyakit: 1. Definisi 2. Epidemiologi 3. Etiologi

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Strepto-kokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordella Pertu-sis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk, 2004). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah (DepKes RI, 2007).

4. Klasifikasi Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Infeksi saluran pernafasan bagian atas. Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring. 2. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.

Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002) : 1. ISPA Ringan Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut: a. Batuk.

b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis). c. d. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba

dengan punggung tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut : a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun

atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih. b. Suhu lebih dari 390C. c. Tenggorokan berwarna merah

d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak e. f. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit. 3. Gejala ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut: a. Bibir atau kulit membiru

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas

c.

Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah e. f. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba h. Tenggorokan berwarna merah 5. Patofisiologi Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat

saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteribakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: 1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa. 2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

3.

Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul

gejala demam dan batuk. 4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia. 6. Tanda dan gejala Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). Tanda dan gejala yang muncul ialah: 1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya

infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada

meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. 4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran

pernafasan akibat infeksi virus. 6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan

lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak

terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419) 7. Diagnosis 8. Pemeriksaan fisik Inspeksi Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan Tonsil tampak kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif Tidak ada jaringan parut pada leher Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. Palpasi Adanya demam Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Perkusi Suara paru normal (resonance) Auskultasi Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru. 8. Diagnosa Keperawatan Peningkatan suhu tubuh bd proses infeksi Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 5 C Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreks Tujuan: Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal. Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.

Tidak menunujukan tanda malnutrisi. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil. Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun) Tujuan: Tidak terjadi penularan Tidak terjadi komplikasi 9. Komplikasi 10. 11. 12. Pemeriksaan penunjang Diagnosa banding Prognosis B. Konsep dasar asuhan keperawatan: 1. Pengkajian (data subjektif dan objektif apa saja yang harus dikumpulkan) 2. Diagnosis 3. Perencanaan (yang juga melibatkan keluarga, dan rasionalnya) 4. Implementasi (apa saja yang harus dipertimbangkan saat implementasi terkait dengan keperawatan keluarga) 5. Evaluasi (apa saja yang perlu dievaluasi) DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • LT CMHN
    LT CMHN
    Dokumen2 halaman
    LT CMHN
    Vany Almamita
    Belum ada peringkat
  • Jawaba No 1b
    Jawaba No 1b
    Dokumen1 halaman
    Jawaba No 1b
    Vany Almamita
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Vany Almamita
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen13 halaman
    Untitled
    Vany Almamita
    Belum ada peringkat