Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PER SHARE (Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat

di BEI Periode 2009) Achmad Hanafi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 09 April 2012 ABSTRAKSI Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor current ratio, debt to equity ratio, earning per share berpengaruh terhadap dividen per share, serta untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan mempengaruhi dividen per share. Analisis dengan menggunakan regresi berganda terhadap 43 perusahaan yang diambil secara purposive sampling di Bursa Efek Jakarta melalui data sekunder. Periode pengamatan pada tahun 2009. Analisis hasil regresi dilakukan setelah model terbebas dari gejala-gejala asumsi klasik yaitu multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil penelitian secara parsial menemukan bahwa ada satu variable dalam model penelitian yaitu earnig per share , sedangkan variable current ratio, debt to equity ratio tidak mempengaruhi dividen per share. Variable yang paling dominan berpengaruh terhadap dividen per share adalah earning per share. Nilai koefisien determinasi (R2) yaitu 18,9% menunjukkan masih banyak faktor yang mempengaruhi dividen per share. Kata kunci : DPS, CR, DER dan EPS. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dividen merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan dividen ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (dividen) dan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian laba tersebut timbullah berbagai masalah yang dihadapi.

Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar dividen tidak stabil (Sartono, 2001). Bagi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting karena menyangkut besar kecilnya keuntungan yang dibagikan perusahaan. Setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan

memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila keuntungan perusahaan dibagikan sebagai dividen semua maka keputusan cadangan akan terabaikan, sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan uang kas juga terabaikan. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah maka perlu adanya batasan penelitian. Dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan Dividen Per Share pada perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. 2. Untuk menentukan variabel mana yang dominan mempengaruhi Dividen Per Share pada perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. 2. Landasan Teori 2.1 Pengertian dan Tujuan Pembagian Dividen Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi akan ditahan untuk di investasikan pada investasi yang menguntungkan. Terkait dengan keuntungan tersebut maka manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan beberapa yang harus ditahan guna mendanai perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. Keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai perusahaan. Besarnya keuntungan yang dibagikan

kepada pemegang sahan disebut dividen. Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas (tunai), dan arena kebijakan ini akan mempengaruhi kebijakan pembelanjaan perusahaan maka keputusannya dilakukan dengan hati-hati dan harus juga melibatkan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Biasanya diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (Surasni, 1998). Selain dalam bentuk tunai, dividen dapat juga dibayarkan dalam bentuk saham. Artinya dividen menjadi hak pemegang saham digantikan dengan saham. Walaupun jumlah saham akhirnya berubah tapi proporsinya masih tetap, tidak berubah. Hal ini disebabkan karena pemegang saham lain menerima saham sebagai pengganti dividen sesuai dengan proporsi kepemilikan sahamnya. Sehingga kebijakan ini diambil karena perusahaan mempunyai peluang investasi yang menguntungkan, sementara perusahaan tidak ingin menggunakan dana eksternal oleh beberapa sebab. Dengan pemberian dividen saham ini makan perusahaan dapat menahan kas lebih banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana dari luar perusahaan. 2.2 Bentuk Kebijakan Dividen Menurut Sutrisno (2000) ada beberapa bentuk pemberian dividen tunai/cash dividen yang diverikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah: a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen stabil artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan

ditingkatkan. Untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yakni bias meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, bias memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan dating, akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan. b. Kebijakan Dividen Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c. Kebijakan Dividen Dengan Ratio Yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya meliputi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, semikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividen payout ratio. d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Yang Rendah Ditambah Ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. 2.3 Macam-Macam Dividen Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, Dividen dapat dibedakan atas dua jenis yaitu; Dividen tunai (cash dividen) dan Dividen saham (stock dividen). Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan

dalam bentuk uang tunai. Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu dividen tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar dividen saham dibagi dengan rasio dividen saham. Berdasarkan periode satu tahun buku maka dividen dapat dibagi atas dua jenis yaitu; Dividen interm dan Dividen final. Dividen interm merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara dividen final satu dengan dividen final berikutnya. Di Indonesia pada umumnya dividen interm hanya dibayarkan satu kali dalam setahun. Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Dividen final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan dividen interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut. 3. Pembahasan 3.1 Uji Normalitas Uji kenormalan bertujuan untuk menguji bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi secara normal. Untuk menguji normalitas distribusi populasi diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : Data berasal dari populasi berdistribusi normal Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria Ho diterima apabila nilai Asymp.Sig.(2 tailed) > tingkat alpha (0,05) 3.2 Uji Asumsi Klasik Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian

atas beberapa Asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Tujuannya untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan. 3.2.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Oleh karena itu, kita harus benar- benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya hubungan linear diantara variabel- variabel independen tersebut. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika suatu variabel bebas (Xi) memiliki nilai VIF<10 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut menunjukkan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya (Gujarati, 2003). Atau bisa juga dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu : Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut 3.2.2 Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi Heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya Heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1997) dan estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat (Sudarmanto, 2004). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SPRESID. Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak diatas manapun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokodastisitas pada model regresi (Ghozali, 2007). Atau untuk mendeteksi adanya gangguan heteroskedastisitas adalah dengan melihat diagram pencar. Grafik plot merupakn diagram pencar residual, yaitu selisih antara nilai Y prediksi dengan Y observasi. Jika diagaram pencar membentuk polapola tertentu yang teratur, regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak, regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas 3.2.3 Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time series) atau urutan tempat/ruang (data cross section) atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri (Sudarmanto, 2004). Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin- Waston. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan ada tidaknya autokorelasi, yaitu apakah nilai statistik Durbin Waston mendekati 2, maka

dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dalam hal sebaliknya, maka dinyatakan terdapat autokorelasi (Rietveld dan Sunaryanto, 1994). 3.3 Hasil Analisis Regresi Berganda Pembahasan didalam penelitian ini dititikberatkan pada varibel independen yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS). Selanjutnya akan dulakukan uji t untuk mengetahui apakah variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh terhadap Dividen Per Share (DPS) Dengan menggunakan computer melalui program SPSS 17 sebagai alat bantu dalam analisis. 3.4. Pengujian Hipotesis 3.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). 3.4.2 Uji Statisik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). 3.4.3 Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

4. Penutup 4.1 Kesimpulan Melihat dari hasil analisis perhitungan regresi, hasilnya menunjukkan bahwa pengujian secara parsial atau Uji-t menunjukkan bahwa hanya variable earning per share yang secara signifikan mempengaruhi dividen per share. Dapat diinterprestasikan bahwa dividen per share dipengaruhi oleh earning per share, keengganan menurunkan besarnya dividen ini disebabkan oleh karena biasanya investor menganggap bahwa penurunan DPS sebagai tanda bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan financial. Sedangkan variable lainnya yaitu current ratio dan debt to equity ratio tidak signifikan mempengaruhi dividen per share. Sesuai dengan penelitian Litner (1956) dan Aharony Swary (1980) bahwa pengujian secara serentak atau Uji-F menunjukkan bahwa seluruh variable bebas mempengaruhi variable terikat R2 = 0.189 ini berarti bahwa secara simultan ketiga variable bebas tersebut (CR, DER dan EPS) mampu menjelaskan DPS sebesar 18,9% sedangkan sisanya yaitu 81,1% dijelaskan oleh variable lain diluar model yang diuji dalam penelitian ini. 4.2 Saran Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan dan berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut: 1. Investasi, hendaknya memilih pertimbangan sendiri jangan hanya berdasarkan pada dividen saja. Para investor dapat mencari sisa lain dari investasinya. 2. Perusahaan perlu memberikan kesan yang baik kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang bagus dimasa yang akan datang, dengan cara mempertahankan besarnya dividen yang dibagikan. Hal ini dapat

menimbulkan kepercayaan pasar terhadap perusahaan yang bersangkutan menjadi lebih besar, dibandingkan jika perusahaan menurunkan besarnya dividen yang dibagikan ketika laba mengalami penurunan. Dua hal ini dapat menimbulkan keragu-raguan para investor untuk menanamkan sahamnya. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dengan menambah variable independen dan jumlah perusahaan yang mempengaruhi dividen per share, sehingga dalam penelitian yang baru tersebut lebih mampu menjelaskan variable yang mempengaruhi dividen per share. 4.3 Keterbatasan Masalah Penelitian ini mempunyai sejumlah keterbatasan, antara lain: 1. Penelitian ini tidak mempertimbangkan pengaruh besar kecilnya perusahaan (size effect). Ukuran perusahaan mungkin dapat mempengaruhi Dividen Per Share. 2. Penelitian ini hanya meneliti faktor internal perusahaan, sedangkan faktor eksternal seperti peraturan pemerintah, inflasi, dan kestabilan politik dan lain sebagainya tidak tercakup dalam penelitian ini, padahal faktor tersebut kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian ini. Referensi : Abdul hakim, Statistika Deskriptif, Edisi Pertama, Ekonisia UII, Yogyakarta, 2001 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 2000 Awat, J. Napa, Manajemen Keuangan (terj.), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat BPFE UGM, Yogyakarta, 1995 Brigham Eugene. F dan Houston Joel. F, Manajemen Keuangan (terj.) Edisi Kedelapan, Buku Dua, Erlangga, Jakarta, 2001 Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan, YP2LPM HANINDITA, Yogyakarta, 1989 Mutamimah dan Sulistyo, Analisis faktorfaktor yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan-Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta, Ekobis Vol 1, 2000 Prasisto, Arif. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta : Flex Media Komputindo Singgih Santoso, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Edisi Pertama, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999 Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, CV ALFABETA, Bandung, 1999 Sutrisno, Manajemen Keuangan, EKONISIA, Yogyakarta, 2000 Yulia Hairunnisa, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan-perusahaan Manufaktur di BEJ (periode 20002002), Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi, UII, Yogyakarta, 2004 www.idx.co.id www.sahamok.com

Anda mungkin juga menyukai