Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Pengertian trauma (injury) dari spek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang menimbulkan cedera. Aplikasinya dalam kedokteran forensik adalah untuk membuat keterangan yang terjadi pada tindak kekerasan pada seseorang. Trauma tumpul adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh yang disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti kayu, batu, bola, martil, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Trauma tumpul pada kepala adalah kekerasan tumpul pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak dan jaringan otak itu sendiri. Menurut Brain Injury assosiation of america, taruma kepala adalah suatu kerusakan pada kepala yang bukan bersifat kongenital, ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi ataupun mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Pada kasus kematian karena cidera, trauma kepala merupakan jenis trauma terbanyak yang ditemukan yakni 50% dari semua kasus trauma. Di Amerika Serikat, insiden cedera otak karena trauma diperkirakan 180-220 kasus dari 100.000 populasi. Cedera kepala biasanya terjadi pada usia dewasa muda antar 15-44 tahun, 50% dari kasus disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas dan selebihnya dikarenakan pukulan atau jatuh dari ketinggian.

BAB II LAPORAN KASUS

I.

Identitas Pasien Nama Tgl Lahir/Umur Alamat Pekerjaan Agama : Edi Rudy : 39 Tahun : : : Islam

Kewarganegaraan : WNI NO. CM : 953482

II. Pro Justicia Berdasarkan permintaan tertulis pada tanggal dua puluh tiga Mei dua ribu tiga belas dari penyidik Kepolisisan Negara RI Daerah Resort Darussalam, atas nama Kepala Kepolisian Sektor Darussalam, yang ditandatangani oleh XXXX. Pangkat Inspektur Polisi Tk. I NRP. XXXXX. Nomor Permintaan visum X/X/X/2013, surat permintaan visum diterima tanggal dua puluh tiga Mei dua ribu tiga belas. Maka pada tanggal dua puluh tiga Mei dua ribu tiga belas, pukul delapan Waktu Indonesia Barat, bertempat di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, telah di periksa seorang laki-laki yang bernama Edi Rudy, usia tiga puluh sembilan tahun. Menurut keterangan dari penyidik, korban meninggal bunuh diri setelah melompat dari lantai 3 pada sebuah gedung kuliah di Universitas Syiahkuala, Banda Aceh. Menurut keterangan dari istri korban, sesaat sebelum kejadian korban meminta izin untuk keluar karena di panggil oleh seseorang, beberapa hari sebelum kejadian korban juga sering mendengar bisikbisik yang memanggilnya.

III. Hasil Pemeriksaan Visum PEMERIKSAAN UMUM 1. Label mayat 2. Penutup mayat : Tidak mayat : Kain panjang batik sebanyak satu helai berwarna coklat muda dengan ukuran panjang Dua ratus dua puluh sentimeter dan lebar Seratus lima belas sentimeter 3. Pembungkus mayat : Plastik berwarna hijau dengan ukuran panjang Dua ratus tiga puluh sentimeter dan lebar Seratus sentimeter 4. Pakaian mayat : Baju kaos lengan pendek berwarna abu-abu yang bermerk team. Celana training panjang berwarna hitam dengan merk columbia ukuran XL. Celana pendek berwarna hitam dengan merk Sport club ukuran L dan celana dalam berwarna abu-abu dengan merk rider. 5. Perhiasan mayat : Tidak ada

6. Benda disamping mayat : Sarung tangan berwaarna kuning berjumlah dua 7. Identifikasi umum : Dijumpai sesosok jenazah, jenis kelamin laki-laki, panjang badan 179 sentimeter, warna kuning langsat. 8. Identifikasi khusus 9. Tanda-tanda kematian a. Lebam mayat b. Kaku mayat c. Penurunan suhu d. Pembusukan e. Tanda-tanda lain : Tidak ada : : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

PEMERIKSAAN LUAR 1. Kepala/ wajah umum :

a. Bentuk wajah oval, simetris b. Rambut lurus berwarna hitam, panjang rambut pada bagian atas Dua belas sentimeter, samping Enam sentimeter dan belakang Tujuh sentimeter. c. Luka robek pada bagian kepala dengan ukuran panjang Tiga puluh enam sentimeter dan lebar Sembilan sentimeter, isi kepala terburai. d. Luka lecet pada pipi kanan dengan ukuran panjang Empat sentimeter dan lebar Dua koma lima sentimeter. 2. Mata :

a. Dijumpai kelopak mata dalam keadaan tidak tertutup sempurna b. Alis mata berwarna hitam dan tipis 3. Telinga a. Simetris b. Lubang telinga tidak mengeluarkan darah c. Lain-lain tidak ditemukan kelainan 4. Hidung a. Mancung b. Lubang hidung tidak mengeluarkan darah c. Luka lecet pada hidung dengan ukuran panjang Delapan sentimeter dan lebarNol koma dua sentimeter. d. Lain-lain tidak ditemukan kelainan 5. Mulut a. Bentuk simetris b. Mulut dalam keadaan terbuka 6. Gigi a. Warna gigi putih b. Tidak ditemukan kelainan 7. Dagu : : : : :

a. Kaku b. Lain-lain tidak ditemukan kelainan 8. Leher a. Simetris b. Lain-lain tidak ditemukan kelainan 9. Dada : :

a. Luka lecet pada tangan kiri dengan ukuran panjang Sepuluh sentimeter dan lebar Nol koma lima sentimeter. 10. Perut :

a. Tidak ditemukan kelainan

11. Punggung

a. Tidak ditemukan kelainan 12. Pinggang :

a. Tidak ditemukan kelainan 13. Anggota gerak a. Tangan : : Luka lecet pada tangan kiri yang berukuran panjang Empat sentimeter dan lebar Nol koma dua sentimeter. b. Kaki 14. Alat Kelamin : Tidak ditemukan kelainan :

a. Ditemukan cairan bening 15. Dubur :

a. Tidak ditemukan kotoran

PEMERIKSAAN DALAM Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan

IV.

Kesimpulan Telah diperiksa sesosok jenazah laki-laki dikenal yang bernama Edi

Rudy, umur Tiga puluh sembilan tahun, pekerjaan dosen, warna kulit, panjang badan Seratus tujuh puluh sembilan, rambut lurus berwarna hitam, panjang rambut pada bagian atas Dua belas sentimeter, samping Enam sentimeter dan belakang Tujuh sentimeter. Dari hasil pemeriksaan luar dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab kematian korban adalah bunuh diri.

BAB III PEMBAHASAN


Bunuh diri adalah sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satusatunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan. Bunuh diri memiliki empat pengertian yaitu : bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional, bunuh diri dilakukan dengan intensi, bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri dan bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. Bunuh diri bukanlah merupakan satu hal tetapi terdiri dari banyak fenomena yang tumpang tindih. Oleh sebab itu, tidak ada satupun kasus bunuh diri yang memiliki etiologi yang sama. Schneidman menyebut bunuh diri sebagai hasil dari psychache. Psychache merupakan rasa sakit dan derita yang tidak tertahankan dalam jiwa dan pikiran. Rasa sakit tersebut pada dasarnya berasal dari jiwa seseorang ketika merasakan secara berlebih rasa malu, rasa bersalah, penghinaan, kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena menua, atau berada dalam keadaan sekarat. Di samping itu, Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan pertanda biologis lainnya. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri

mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya

dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi. Penjelasan kedua memandang masalah bunuh diri pada dasarnya adalah masalah kognitif. Pada pandangan ini, depresi merupakan faktor kontribusi yang sangat besar, yang khususnya diasosiasikan dengan hopelessness. Fokus pandangan ini terletak pada penilaian negatif yang dilakukan oleh suicidal person terhadap diri, situasi sekarang, dunia, dan masa depan. Sejalan dengan penilaian ini, pikiran yang rusak muncul. Pikiran ini seringkali otomatis, tidak disadari, dan dicirikan oleh sejumlah kesalahan yang mungkin. Beberapa diantaranya begitu menyeluruh sehingga membentuk distorsi-distorsi kognitif. Depresi dan kaitannya dengan perilaku bunuh diri atau mengancam hidup lainnya bisa dilihat sebagai reinforcer positif, karena menurut pandangan ini individu dipandang tidak dapat bersosialisasi dengan baik dan belum mempelajari penilai budaya terhadap hidup dan mati. Psikopatologi merupakan elemen paling umum pada perilaku bunuh diri. Dia percaya bahwa sakit mental memainkan suatu peranan penting pada perilaku bunuh diri. Beberapa kondisi psikopatologis yang difokuskannya adalah mood disorder, schizophrenia, borderline dan antisocial

personality disorder, alkoholik, dan penyalahgunaan obat-obatan. Ketika seseorang mengalami distres psikologis, pikirannya menjadi lebih kaku dan bias, penilaian menjadi absolut, dan pandangan tentang diri, dunia, dan masa depan menjadi susah diubah. Kesalahan logika atau distorsi kognitif mengubah persepsi ke arah yang negatif dan menyebabkan kesimpulan yang salah. Kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving deficit) diasosiasikan dengan dua karakteristik di atas, karena ketidakmampuan menghasilkan solusi alternatif telah dibuktikan berhubungan dengan baik dengan masalah impersonal atau masalah interpersonal. Ketidakmampuan menyelesaikan masalah interpersonal merupakan penghubung antara depresi, hopelessness, dan intensi bunuh diri.

BAB V KESIMPULAN
Korban laki-laki, berumur x tahun, seorang staff pengajar pada salah satu fakultas di Universitas Syiahkuala, Banda Aceh di temukan tewas di halaman pada salah satu gedung kuliah. Kejadian tersebut dilaporkan ke Kepolisian Negara RI Daerah Aceh Resort Kota Banda Aceh Sektor Darussalam pukul 08.00 WIB. Berdasarkan surat permintaan dari pihak Kepolisian, maka dokter mempunyai tugas melakukan pemeriksan medic untuk membantu penegakan hukum, baik korban hidup maupun korban mati antara lain adalah pembuatan Visum et Repertum (VeR). Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan inerpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan. Menurut Budiyono et all, dasar hukum VeR adalah sebagai berikut, pasal 133 KUHAP menyebutkan : (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan

ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

10

Anda mungkin juga menyukai