Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Seiring dengan bertambahnya usia, secara fisiologis organ-organ mengalami penurunan, salah satunya adalah prostat. Prostat merupakan salah satu organ pria yang terletak disebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Apabila organ ini mengalami pembesaran, akan menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin. Pembesaran prostat ini yang ini yang dinamakan dengan Prostatic Hyperplasia (Doenges, 1999) Gangguan BPH terjadi karena kelenjar prostat membesar sehingga menjepit saluran urin. Tingkatannya bisa ringan hingga berat. Ada sejumlah tanda awal gangguan pambesaran kelenjar prostat. Diantaranya pasca buang air kecil (BAK) urin tidak habis dan sering BAK (kurang dari 2 jam). Penderita gangguan prostat jenis ini tidak bisa menahan atau menunda BAK. Namun, ketika sudah BAK, arusnya sudah lemah. Penderita juga sering bangun malam untuk BAK. Pada akhirnya, gangguan mengakibatkan urin tersumbat total (Brunner & Suddarth, 2000) Di Indonesia BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasi prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi 2000) Nyeri merupakan salah satu masalah pada penderita Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH), oleh karena itu diperlukan manajemen yang tepat. Manajemen nyeri dapat berupa napas dalam, distraksi, pemberian massase atau kompres hangat pada daerah nyeri, yang berfungsi menciptakan suasana rileks. Komunikasi antara keluarga, pasien, perawat perlu dijaga agar masalah pasien dapat dikaji secara teliti. Perawat mengkaji keluhan nyeri, faktor pencetus, dan penatalaksanaan yang tepat. prostat erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging atau menjadi tua (Purnomo, Benign

Penanganan yang tepat bagi pasien dengan Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) dapat mengoptimalkan proses penyembuhan. Dengan melihat pentingnya peran perawat dalam proses penyembuhan, menyebabkan penulis tertarik untuk menmgambil kasus Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) sebagai bahan dalam pembuatan karya tulis ilmiah. B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengulas tentang penatalaksaaan Benigna Prostatic Hyperplasia keperawatan dari pengkajian keperawatan yang telah dilakukan. (BPH) melalui pendekatan asuhan sampai evaluasi sesuai asuhan

2. Tujuan Khusus a. Mampu mengkaji pasien Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH)


dengan pendekatan pola fungsional Gordon.

b. Mampu membandingkan dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan


yang muncul pada pasien, dengan diagnosa keperawatan yang muncul yang ada pada teori.

c. Mampu mendiskripsikan rencana perawatan dan pengelolaan pasien


Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH).

d. Mampu mengidentifikasi indikator keberhasilan evaluasi perawatan.

Anda mungkin juga menyukai