BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama Usia Alamat : Tn. E : 44 tahun : Tanjung Priok, Jakarta Utara
II. ANAMNESA (autoanamnesa pada Jumat, 8 April 2011) Keluhan Utama: Borok berwarna hitam kecoklatan yang sukar sembuh di hidung sebelah kanan Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 5 tahun SMRS penderita mengeluh adanya benjolan seperti tahi lalat mulamula sebesar kacang ijo pada puncak hidung sebelah kanan berwarna hitam kecoklatan, dirasakan semakin lama semakin melebar seperti borok dan sekarang ukurannya menjadi sekitar 3 x 2 x 0,5 cm. Borok tersebut sukar sembuh dan mudah berdarah bila tersenggol. Kadang-kadang disertai rasa gatal dan nyeri. Borok tidak berubah warna dan tidak ada rambutnya. Karena keluhan tersebut penderita sering berobat ke mantri dan biasanya diberi salep yang berwarna putih. Selain itu, pasien juga sering mengkompres dengan air hangat tetapi tidak ada perbaikan. Penderita bekerja sebagai tentara yang masih aktif dan sering melakukan latihan di bawah sinar matahari langsung tanpa penutup kepala. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Darah (08 April 2011) JENIS PEMERIKSAAN Hematologi Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit Trombosit Bliding time Clotting time MCV MCH HASIL 11,5 36 4,7 6800 151000 145 430 78 25 32 RUJUKAN 13-18 g/dL 40-52 % 4,3-6,0 juta/uL 4800-10800/uL 150000-400000/uL 1-3 menit 1-6 menit 80-96 fl 27-32 pg 32-36 g/dL
V. RESUME Pria 44 tahun, seorang tentara yang masih aktif Sejak 5 tahun muncul benjolan seperti tahi lalat di hidung kanan sebesar kacang hijau Benjolan melebar menyerupai borok hitam kecoklatan 3x2x0,5 cm, batas tegas, tepi tidak rata, mudah berdarah, tidak berambut, tidak berubah warna, tidak mengeluarkan nanah. Tidak ada pembesaran KGB
VI. DIAGNOSIS KERJA Karsinoma sel basal VII.DIAGNOSIS BANDING Melanoma Maligna VIII. TERAPI operatif : wide eksisi dan rekonstruksi flap
IX. DIAGNOSIS AKHIR Karsinoma sel basal Laporan pembedahan (Senin, 11 April 2011) Ahli bedah : Dr. Agus, Sp.B.Onk Dr. Guntoro, Sp.BP
status lokalis : bengkak pada status lokalis : bengkak pada mengeluarkan darah, tidak mengeluarkan darah, tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Kanker kulit merupakan salah satu tumor ganas yang sering ditemukan. Data statistik di Bagian Patologi Anatomik FKUI (1986) menyatakan bahwa tumor ganas kulit menempati peringkat ke-empat sesudah tumor ganas payudara, tumor ganas kelenjar limfe dan tumor ganas serviks. Sedangkan di RSHS Bandung tahun 1995 penderita kanker kulit mencapai 158 penderita, dan merupakan kasus kanker ketiga setelah kanker serviks dan payudara. Berbeda dengan tumor ganas di alat lain, maka tumor ganas kulit merupakan tumor ganas yang dapat dilihat (visible tumor) karena tumor ini terletak di permukaan kulit. Oleh karena itu tumor ganas kulit dapat dilihat langsung, baik oleh pasien maupun oleh dokter pemeriksa. Hal yang perlu ditonjolkan di sini ialah bahwa tumor ganas kulit dapat didiagnosis secara dini. Persoalannya ialah apakah pasien mencurigai kelainan itu sebagai sesuatu yang ganas dan juga apakah dokter pemeriksa atau petugas kesehatan dapat mengenal tumor ganas ini secara dini. Dari pengalaman di Sub Bagian Tumor Kulit FKUI /RSCM ternyata bahwa kurang lebih 80% pasien dengan tumor ganas kulit datang pada stadium lanjut, dengan disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sukar diperbaiki atau dengan anak sebar. Hal ini disebabkan karena pasien tidak mengetahui adanya keganasan (faktor ignorance), pasien mencoba mengobati dirinya sendiri atau penderita lalai mencari pengobatan atau kelalaian petugas medik yang tidak mengenal penyakit ini pada stadium dini karena disangka penyakit kulit lain. Data mengenai insidensi kanker kulit pada umumnya sulit diperoleh. Yang diketahui adalah bahwa di Nederland tiap tahun ada kira-kira 15.000 penderita baru dengan kanker kulit. Ini berarti kira-kira 100 penderita per 100.000 penduduk, suatu insidensi yang kira-kira menyamai negara-negara Eropa Barat lain. Frekuensi ini bertambah dan bervariasi dari satu
7
10
T1.N0.M0
Tis T1
= Kanker in situ = Tumor ukuran terbesar < 2cm = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm = Tumor > 5 cm Tumor menginvasi ekstradermal dalam, struktur misalnya
|II
T2.N0.M0 T3.N0.M0
T2 T3 T4
N Nx
Prosedur Diagnostik A. Pemeriksaan Klinis 1. Anamnesis Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh. 2. Pemeriksaan Fisik Gambaran klasik dikenal sebagai "ulkus rodent" yaitu ulkus dengan tepi tidak rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu : 1. Jenis Modulo ulseratif (paling sering) Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan. Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan ulserasi (ulkus rodens). 2. Jenis berpigmen Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coktat / hitam bintik-bintik atau homogen. 3. Jenis "morphea like" atau fibrosing (agak jarang)
12
13
14
Red-brown, eczematous lesions Scaly crust B. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-scan 2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis Tampilan klinik Usia biasanya agak lanjut, kecuali yang berlatar belakang xeroderma pigmentosum. Pekerjaan yang berkaitan dengan faktor etiologi sering terpapar sinar matahari lama. Proses berjalan lambat sekali, jarang sekali bermetastasis Belanda : 1 tahun hanya ditemukan 1 kasus yang bermetastasis Indonesia : RSCM : 1991 : hanya 1 kasus Dunia (1991) hanya 238 kasus (0,0028%) dari seluruh KSB Meskipun jarang bermetastase, KSB menunjukkan sifat agresif lokal, meluas dan merusak. Biasanya bermula sebagai benjolan transparan menyerupai mutiara, yang kemudian membesar, mencekung di bagian sentral dan mengalami ulserasi Lokasi : biasanya di sekitar hidung, kelopak mata, daerah zygomatikus, bibir, dagu dan beberapa daerah lainnya
15
FTSG Keuntungan : tipis warna, tekstur lebih mendekati kosmetis lebih baik daya tahan lebih tinggi
Rekonstruksi daerah-daerah khusus Prosedur rekonstruksi yang kompleks pada muka adalah daerah-daerah hidung (total atau parsial), telinga, kelopak mata dan bibir. Untuk hidung, bila defek hanya kulit dapat dilakukan repair dengan Skin graft lebih dianjurkan dengan FTSG dari retroaurikuler. Bila ala hilang atau tulang rawannya maka diperlukan rekontruksi dengan composite graft atau transposition flap. Biasanya dilakukan setelah 6 -12 bulan. Composite / Cartilage grafts Sangat berguna pada rekontruksi defek full thickness ala nasi atau tip nasal. Graft dapat diambil pada seluruh bagian telinga sesuai besar dan bentuk defek pada recepient site. Yang biasanya digunakan untuk defek yang lebih besar adalah pada root of Helix. Cara pengambilan dengan eksisi bentuk baji. Transposition flap Defek ala nasi > 1 cm : lebih baik digunakan superiorly based nasolabial transposition flap . Dengan jenis flap ini dapat menutupi dan memberikan lining yang baik. Kelemahan teknik ini adalah ala menjadi tebal sehingga memerlukan trimming 6 bulan kemudian.
19
20
21