Anda di halaman 1dari 2

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang.

terutama di daerah tropis, seperti Indonesia. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia (Jawetz et al., 2007). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh empat kelompok besar mikroorganisme, yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasit. Organisme-organisme tersebut dapat menyerang seluruh tubuh manusia atau sebagian daripadanya. (Jawetz et al., 2001). Salah satu contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia. Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies lain. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Jawetz et al., 2001). Hal itu terjadi karena Staphylococcus aureus dapat menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma, supurasi, pembentukan abses, infeksi piogenik, sampai septikimia yang fatal. Selain itu, Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antibiotik khususnya penisillin dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit karena hampir semua isolat Staphylococcus aureus memproduksi enzim -laktamase. (Jawetz et al., 2007). Bahkan sebagian isolat S. aureus resisten terhadap metisilin. Resistensi ini menyebabkan penyakit akibat Staphylococcus aureus menjadi semakin sulit untuk ditanggulangi. Berdasarkan pengalaman emperis turun-temurun banyak sekali jenis tanaman obat di Indonesia yang mampu memproduksi antibakteri. Salah satu diantaranya adalah tanaman Rosella(Hibiscus sabdariffa) yang mulai popular dikonsumsi masyarakat sebagai tanaman obat. Rosella(Hibiscus sabdariffa) yang merupakan anggota famili Malvaceae. Tanaman perdu ini tingginya dapat mencapai 3-5 meter. Jika telah dewasa, tanaman ini mengeluarkan bunga yang berwarna merah (Steenis, 1997). Pada tahun 1962 Abdul Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute of African and Asian Studies, membuktikan bahwa kelopak bunga rosela merah mempunyai beberapa khasiat, salah satunya sebagai antibakteri (Morton, 1974) dan pada tahun 2007 berhasil dibuktikan pula bahwa ekstrak methanol kelopak rosella memperlihatkan aktivitas antibakteri dengan minimum inhibitory concentration (MIC) 0,30 0,2-1,30 0,2 mg/ml terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Olaleye, 2007). Ekstrak etanol yang terkandung dalam kelopak bunga rosella ini, juga mempunyai efek letal (mematikan) terhadap Staphylococcus aureus. Dimana, nilai kesetaraan 1 mg aktivitas ekstrak etanol bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa L.) terhadap tetrasiklin hidroklorida sebesar 0.000056 mg (Rostinawati, 2009). Selain itu, ekstrak kelopak bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa L.) juga mempunyai efek antipiretik, antikolestrol, antioksidan, antikanker, antifungi, antiparasit dan antibakteri (Ali et al., 2005). Dari beberapa penelitian yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Namun, penelitian-penelitian tersebut menggunakan reagen yang cukup mahal dan dengan prosedur yang terlalu rumit bagi orang awam. Oleh karena itu, diperlukan penelitian terhadap kelopak bunga rosella dengan reagen yang murah, mudah diperoleh, tidak berbahaya,dan dengan prosedur yang mudah dilakukan bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal di atas, maka akan dilakukan penelitian aktivitas antimikroba ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode dilusi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ekstrak air kelopak rosella karena biaya pembuatan ekstrak air murah dan tidak berbahaya. Selain itu, prosedurnya mudah dilakukan oleh masyarakat umum.Penelitian mengenai efek pemberian ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode

dilusi belum pernah dilakukan. Dari penelusuran berbagai literatur, hingga saat ini belum ditemukan efek ekstrak air kelopak Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
MATERIALS AND METHODS

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa) yang diambil dari kebun di daerah Kediri, Aquadest steril, Mueller Hinton Broth, Nutrient Agar,dan koloni bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh dari biakan murni yang didapatkan dari laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Beker glass, Pemanas spirtus, Tabung reaksi, Sengkelit, Yellow tape, Pipet ependorf, kain flanel dan alat untuk uji aktifitas antibakteri (mikropipet, petri steril, autoklaf, LAF). Penelitian ini diawali dengan determinasi tanaman, untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini benar kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa). Kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa) tersebut dicuci dengan air mengalir terus dipotong kecil-kecil dan dikeringkan selanjutnya dibuat serbuk. Kemudian 50 gram serbuk kelopak rosella dimasukkan ke dalam tempat ekstraksi kemudian ditambah 200 ml aquadest steril agar terbentuk ekstrak air dengan konsentrasi 25 gram/ml.ekstrak tersebut didiamkan beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah tujuh hari ekstrak tersebut kemudian disaring dengan kain flannel atau kertas saring untuk menghilangkan ampas dan sampai airnya tidak menetes lagi. Langkah selanjutnya adalah uji aktivitas antibakteri ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap S. aureus. Ekstrak air ini dibagi menjadi beberapa konsentrasi yang nantinya diuji dengan metode dilusi cair. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran antimikroba pada medium cair sehingga didapatkan 8 seri konsentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa) yaitu konsentrasi 12.5%, 6.25%, 3.125%, 1.56%, 0.78%, 0.39%, 0.195% dan 0.097% dengan volume tiap tabung 2ml. Pada setiap tabung tersebut ditambahkan dengan suspensi mikroba Staphylococcus aureus kemudian semua tabung diinkubasi selama 24 jam dalam suhu 37C. Dan akhirnya menentukan kosentrasi hambat minimum (KHM) yaitu dengan melihat tabung mana yang masih jernih. Kosentrasi ekstrak air kelopak bunga Rosella( Hibiscus sabdariffa L.) terkecil pada tabung yang jernih, merupakan kosentrasi hambat minimum (KHM). Observasi ini dilakukan secara visual.

Anda mungkin juga menyukai