empiris _ssta. xis
::! tempiris_lZsta.xls
File name: Jempiris_12sta.xls
Files of type: I AR Recognized Types
l<alibr asil. xis
l@j padang_Kalhasi.xls
tabel_data_ynag_diperU<an.xls
Open
Cancel
: . Surfer meminta file yang akan dibuka. Arahkan cursor pada file yang akan
dibuka,kemudian klik Open .
. Di layar window akan muncul message box seperti gambar di bawah ini :
61
;
Data Columns (13 data points)
X: I Column E: lon
3
Filter Data ...
Y: I Column F: lat
3
ViewData
Z: I CokJmnD: alat
3
Statistics
Gridding Method
I Kriging
3
Advanced Options ...
Output Grid File
Grid Line Geometry
Mininum
X Direction: Js6.404
Y Direction: J-5.368
7. Setting message box seperti ini :
Maximum
J100.136
J4. 267000001
- Kolom X menunjukkan longitude
- Kolom Y menunjukkan latitude
Spacing
1 o.0983030303
J0.09831632654
---
DK
Cancel
f'i' Grid Report
Cross V aidate .. I
12:
# ol Lines
J100 :B
J99 :B
- Kolom Z menunjukkan nilai parameter yang akan dijadikan acuan untuk
kontur
- Untuk setting lainnya disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi
lapangan
. Jika sudah merasa benar, kemudian klik OK .
. Jika proses berhasil dan sudah selesai, maka akan muncul tampilan seperti berikut :
62
Grid fie E:\DRN_proj\empiris_12sta_2.grd has been created.
OK
10. Kemudian klik OK.
11. Klik icon rtsl pada layar window, yang berarti memerintahkan program untuk
membuat kontur berdasarkan data yang sudah dimasukkan.
12. Kemudian akan muncul message box seperti gambar di bawah ini :
0y:w
Look in: I DRN_proj 3
boder mentawai empiris.grd
Elfll)iris. grd
empiris _Ssta. grd
empiris_Ssta_fvM.grd
ernpiris _12sta.gd
empiris_12sta_2.grd
File name: l!hllldr..t\d'a I
empiris_t2sta_fiflfi.grd
kalbrasil.grd
kalibrasil_fvflfi.grd ---
out.grd
Files of type: jAI Types
3. Pilih file yang sudah kita grid kemudian klik Open .
Open
Cancel
Grid Info J
. Secara otomatis akan muncul tampilan kontur di layar window, misalnya :
63
15. Jik:a ingin memberi wama, memberi label, dan untuk setting lainnya caranya dengan
meng-klik kanan di kontur. Kemudian di layar window akan muncul message box
seperti gambar di bawah, kemudian klik Properties
Cut
Copy
Delete
ObjectiD
Zoom Selected
Order Objects 1>
Order Overlay
Rotate ...
Free Rotate
Transform ...
Scale Bar ...
DigitiZe
oear Ap ::l I' r i , y
Edit Contour Labels
Properties
6. Kemudian akan muncul tampilan seperti di bawah ini :
64
---
;
Levels I Vrew I Scale I Limits I Background I
Input Grid File
IE:\DRN_p!oj\empiris_12sta_2.grd
Filed Contours
Fil Contours
Color Scale
Fault Line PlopertiM:
---1
Smoothing-
Smooth Contours
Amount I Hil,;l iJ
Blanked Regions
Fit. None -!I
Line: lnvisille 1,
OK Cancel I I Apply
Levels I Vrew I Scale j Limits I Background I
Add
No
20
No Delete
0
No
20
No
load ...
40
No
60
No
80
No
Save ...
100
No
120
No
140
No
160
No
.,.,
"
"
---
OK Ctcel
17. Setting sesuai dengan keperluan, jika dirasa sudah cukup klik Apply OK.
18. Surfer akan secara otomatis memproses input yang kita masukkan. Contoh hasil
gambar yang dihasilkan :
65
I
.
...
I
....
19. Jika ingin menampilkan peta caranya, klik Map Base Map.
6:i .J!Jt 1._1 - I' l !'I]
.,6 File Edit View Draw Arrange Grid Window.-_Help
Color Scale
Map
Right Axis
Left Axis
Top Axis
ltJf++l Bottom Axis
r<:OiiCiifii
T 41 PostMap
Image Map ...
Shaded Relief Map .
Vector Map
Wireframe ..
Surface ...
t1ze
a llaps
_0. Kemudian akan muncul message box yang meminta dimana file peta disimpan.
66
;
lulp!.JI l Fll:
Look in: I D Indo
:o(!JL}fiill
PROPLINE.SHP
I
INDONE"'l.SHP sulawesi.shp
Indonesia.shp
Mil,ffibMI
I
kalimantan.shp
PROPINOO.SHP
Fae name:
I sumatera.shp
I
Open
I
Fae.s of type:
jAR Recognized Types
iJ
Cancel
I
Help
I
21. Kemudian klik Open.
22. Kemudian di layar window akan muncul peta yang kita inginkan.
2.3. Untuk menyatukan peta dengan kontur perlu dilakukan suatu langkah yang disebut
dengan overlay, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- klik di gambar kontur, kemudian tekan dan tahan shift di keyboard dan
67
klik di gambar peta.
- klik Map 7 Overlay Map.
G j!Jti!!t - fj.Jl!il'l]
: ..h Fie Edt V".ew Or- ArrtrqJ Grid
D 3r.llm!a .J(, IQI!I I<')
4\ C> T 4f
........ R;,jt Axis
........ Left Axis
Axis
........ Bottom Axis
:lj Color Scale
........ R;,jt Axis
Axis
Axis
Wndow Help
Contolr Map
Base Map ...
Post Map
JrnaoeMap ...
Shaded Relet Map ...
VectaMap
Wlreframe ...
Suface ...
24. Secara otomatis peta dan kontur akan menyatu, seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut :
---
. Pada gambar di atas tampak bahwa kontur ada di bagian dalam peta, jika kita ingin
agar kontur dan peta sesuai panjang dan lebarnya dapat dilakukan dengan cara
sebelum proses overlay harus diketahui panjang dan Iebar dari
. .
masmg - masmg
68
.
;
objek. Kemudian kita harus mengubah parameter dari objek yang lebih luas. Dalam
kasus ini kita harus mengubah parameter objek peta agar luasnya sama dengan kontur.
26. Klik kanan pada gambar peta, kemudian akan muncul message box dan pilih
Properties.
Cut
Copy
Delete
Object 10 ...
Zoom Selected
Order Objects
Order Overlay
Rotate
Free Rotate
Transform ..
Scale Bar ...
Digitize
Br A1 ar velay
Properties
---
27. Kemudian akan muncul message box lagi, dan klik Limits.
Base Map I View I Scale J Background I
limits ---
xMin: 196.404
.----=-1
xMax: j106.136
yMin: 15.368
yMax: j4.267000001
r Use Data
OK
Cancel
I-----!
L .. _, .. ......... ...J
_8. Sesuaikan batasan nilai minimum dan maksimum untuk x dan y sesuai dengan
batasan di kontur. Jika sudah selesai klik Apply 7 OK.
69
I
29. Secara otomatis batas koordinat untuk peta akan berubah.
30. Kemudian kita lakukan lagi langkah overlay seperti pada point 24-25. Hasilnya bisa
ditampilkan seperti berikut :
4
2
0
-2
98 100 102 104 HE
_ . Apabila kita hanya ingin menampilkan kontur yang di darat saja bisa dilakukan
dengan cara men-digitasi tiap polygon yang ada, misalnya untuk kasus di atas berarti
kita harus mendigitasi tiap - tiap pulau yang ada.
70
32. Proses digitasi ini bisa dilakukan dengan cara klik Digitize.
D ,.. rmhe J(, IQ m .n
: 'fr T.
: El Map
Rk;jt Axis
Left Axis
Top Axis
Bottom Axis
ltlrd Classed Post
Rectanole
ttJCI G;3
Rif;tt Axis
Left Axis
., Window Help
Contour Map
Base Map ...
PostMap
ImageMap...
Shaded Relef Map .
VectorMap
Wireframe ...
SUrface .. .
Scale Bar .. .
Tr.mball
Break Apart Overlay
33. Akan muncul tampilan seperti berikut di window:
:J LiJ!u
File Edit
98.61 03650637. -1.24350279245
98.61 03650637. -1.15398495194
98.6552051947. -1.08684657155
98.6327851292. -8.974950424893
98.7224653912. -8.997329885023
I
34. Nilai diatas adalah nilai digitasi yang kita lakukan. Jika sudah selesai klik
Save.
35. Simpan file dalam ekstensi *.bln.
71
.
I
Filename:
Save as type: I BCU'Idary Filet r.l::t!)
36. Buka file hasil digitasi di notepad.
23,1
98.7897244317, -0.952570964763
98.8345645627, -0.885432584374
98.9018247593, -0.930191504633
98.9018247593, -0.952570964763
98.9690849558, -1.08684657155
99.0363451523, -1.17636441207
99.0587640618, -1.33301947898
99.1260242583, -1.46729623976
99.1708643893, -1.55681292628
99.2157045204, -1.62395130667
99.2381245859, -1.71346914719
99.1036041928, -1.73584860732
99.0363451523, -1.75822806745
98.9242448248, -1.71346914719
98.8345645627, -1.62395130667
98.8345645627, -1.55681292628
98.7224653912, -1.44491677963
98.6327851292, -1.33301947898
98.6103650637, -1.24350279245
98.6103650637, -1.15398495194
98.6552051947, -1.08684657155
98.6327851292, -0.974950424893
Save
Cancel
37. Pada baris pertama ubah angka 1 menjadi 0. Kemudian simpan lagi dalam ekstensi
*.bin
38. Jika sudah disimpan, kemudian klik Grid ? Blank.
72
.
,
Map Window Help
Data
D Jl,
- -
1! <i\ . E\ C) 9
Variogram
0 Map
0 1++-4 Ril;# Axis
-0 1++-4 Left Axis
-0 1++-4 Top Axis
-0 H-H 'Bottom Axis
-0!Y1 Classed Post
-00 Rectangle
6-- 00111
: --- 0 1++-4 Right Axis
L .. ef++-4 Left Axis
,. --- 0 1++-4 Top Axis
' --- 0 1++-4 Bottom Axis
0(t Contours
Function ...
Math ...
Calculus ...
Filter ...
Spline Smooth ...
Blank ...
Convert ..
Extract ...
Transform ...
Mosaic ...
Volt.me ...
Slice ...
Residuals .
Grid Node Editor ...
39. Kemudian akan muncul message box seperti ini:
0 JJ:IH 1Jr1 i.J
Look in: I DRN_proj
File name: lempiris_12sta.grd
empiris_lZsta_MMI.grd
kalibrasi l.grd
,Z kalibrasil _MMI.grd
,Zout.grd
Files of type: !All Recognized Types
Open
Cancel
Grid Info I
40. Arahkan kursor ke hasil dari gridding kita yang awal. Kemudian klik Open. Dan akan
muncul tampilan seperti berikut.
73
I
DRN_proj
. boder mentawai.bln
. agit.bln
U - - - c : ~ _ _ .
File name: jdigit_2.bln
Files o1 type: /Boundary Fies {".bin)
41. Arahkan kursor ke file hasil digitasi kemudian klik Open.
42. Simpan file dalam ekstensi * .grd
DRN_proj
boder mentawai empiris.grd
empiris.grd
empiris_5sta.grd
empiris_5sta_f!TI1I.grd
empiris_12sta.grd
empiris_12sta_2.grd
File name: lmtm
Save as type: I Surfer 7 (".grd]
empiris_12sta_MMI.grd
kaibrasil.grd
kalibr asi l_MMI .grd
out.grd
Open
Cancel
Save
Cancel
43. Klik icon E4J dan panggil file hasil dari proses blanktadi. Pada layar window akan
tampil hasil dari digitasi kita.
74
44. Lakukan langkah digitasi ini pada tiap - tiap pulau, dan setelah selesai semua hasilnya
di overlay. Maka akan tampil peta untuk kontur di darat saja.
--
75
;
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
.
,
5.1. Hasil Perhitungan Metode Empiris
Penelitian ini menggunakal! data gempa bumi yang terjadi di Padang Sumatera Barat,
30 September 2009, kekuatan gempa ( magnitudo): 7.6 SR, kedalaman 71 km, posisi
berada pada 0.84 Lintang Selatan (LS) ; 99.65 Bujur Timur (BT), 57 km Barat Daya
:>ariaman, Sumatera Barat. Ada sekitar 34 (tiga puluh empat) stasiun akselerometer yang
...... erekam gempabumi tersebut, namun ada sekitar 27 (dua puluh tujuh) stasiun akselerometer
mg digunakan untuk perhitungan nilai percepatan puncak tanah I Peak Ground Acceleration
?GA) dengan metode empiris. Hal ini karena stasiun-stasiun tersebut mempunyai pencatatan
:mg cukup baik, sedangkan 7 (tujuh) stasiun lainnya mempunyai pencatatan sinyal gempa bumi
:!.:lg tidak bagus serta jaraknya yang cukup jauh dari sumber gernp!lbumi, sehingga susah untuk
datanya.
Dalam perhitungan dengan metode empiris, setiap tipe sensor mempunyai faktor konversi
berbeda. BMKG memasang 2 (dua) tipe sensor untuk merekam gempabumi kuat yang
. :! i di seluruh wilayah Indonesia, yakni sensor akselerometer tipe TSA-1 OOS produksi
ozet USA dan BBAS-2 produksi Geodevice. Sehingga dalam perhitungan metode empiris,
s akan menggunakan kedua tipe sensor akselerometer terse but. Dari rumusan faktor
ersi (CF) pada rumus 4.1, untuk tipe sensor BBAS-2 mendapatkan nilai CF = 3,82*E-7 g.
- tipe sensor akselerometer TSA-100S mendapatkan nilai CF = 4,79*E-7 Secara lengkap
: nsor untuk tiap - tiap stasiun seperti tabel 5.1 berikut :
76
Tabel 5. 1. Lokasi stasiun, Kode stasiun dan tipe sensor
NO NAMA ST ASIUN TIPE NO NAMA STASIUN TIPE
SENSOR SENSOR
1
Padang (PDSI) BBAS-2
15
Tegal (TGJI) BBAS-2
2
Mandailing Natal (MNSI) TSA-IOOS 16
Dermaga (DBJI) BBAS-2
3
Sungai dareh (SDSI) TSA-IOOS 17 Sukabumi (SKJI) BBAS-2
4
Muko-muko (MKBI) TSA-IOOS 18
Cilacap (CUI) BBAS-2
5
Rengat (RGRI) BBAS-2
19
Sawahan (SWJI) BBAS-2
6
Kutacane (KCSI) TSA-IOOS 20
Karangkates (KRK) TSA-IOOS
7
Tanjung pinang (TPRI) BBAS-2 21
Kalianget (KMMI) TSA-IOOS
8
Enggano (EGSI) TSA-IOOS 22
Taliwang (TWSI) TSA-IOOS
9
Meulaboh (MLSI) TSA-IOOS 23
Denpasar (DNP) TSA-IOOS
10
Liwa(LWLI) BBAS-2 24
Mataram (MTNI) BBAS-2
11
Pangkal pinang (PPBI) BBAS-2
25
Majene (MJSI) BBAS-2
12
Bandar Iampung (BLSI) BBAS-2 26
Waikabubak (WBSI) TSA-IOOS
13
Serang (SBJI) TSA-IOOS 27
Wonogiri (WOJI) TSA-IOOS
14
Cimerak (CMJI) TSA-IOOS
"''ah semua faktor konversi dari masing - masing stasiun diketahui, kemudian ditentukan
;tude maksimum (A max) untuk setiap komponen dari sinyal gempabumi yang terekam di
~ g masing stasiun. Dalam menentukan Amax, digunakan alat bantu software aplikasi Atlas
:JADISP. Contoh penentuan Amax seperti gambar 5.1 berikut ini.
77
Stasiun P adaug (PDSI)
Kompouen N- S
... ..
ISO.
,. 100 110 uo 1)0 100
Stasiuu P adaug (PDSI) Kompoue.tt Z
......
io
100 110 120 1)0 150
Gambar 5.1 A max stasiun Padang (PDSI) dengan software aplikasi
gambar 5.1, menggunakan contoh sinyal stasiun Padang (PDSI) untuk komponen horizontal
- dan komponen vertikal (Z), dengan bantuan software aplikasi mendapatkan nilai A max
78
untuk masing - masing komponen. Untuk komponen horizontal mendapatkan nilai A max =
7,91 *E5 dan komponen vertikal mendapatkan nilai A max= 5,41 *E5. Setelah A max diketahui ,
'
kemudian dihitung PGA, dengan menggunakan rumus 4.2. , sehingga mendapatkan nilai PGA
untuk masing- masing komponen. Untuk komponen horizontal, mendapatkan nilai PGA = 0,302
g atau PGA = 302 gals, dan vertikal mendapatkan nilai PGA = 0,206 g atau PGA =
_06 gals, dengan asumsi nilai percepatan rata - rata gravitasi bumi sebesar g = 1000 crn!s2.
elanjutnya nilai PGA yang diperoleh, dikonversi ke dalam nilai intensitas dalam skala MMI
"Yiodified Mercalli Intensity ) dari tabel Bolt, Bruce A. Abridge Modified Mercalli Intensity
1993. Tabel konversi tersebut seperti tabel5.2 berikut.
---
79
Tabel 5.2 Konversi PGA menjadi MMI
S<A1A MOORED INTENSTY
Pea
Peak
Peak Aa:eleration (g
Velocity
Nilai lntensitasdan Rlflelasannya Aoceleration
atau gavtty = o/og)
(em/sf
(gals)
9.80mls2)
I lndakdiraBial keruali oleh beber..,aormo dalan kaooaan S!llaal tenano
<0,17 %g 0,0017g
prasai<an oleh beber..,a orang yang di<rn. terutana di lantai-lantai atasbangunan. Benda-bendaringan yang
II beroovana.
penganieiasterasadi daian ruang<11, terutanadi lantai-lantai atasbangunan/gedung, nanun banyak yang tidak
0,17-1,4 0,0017-
terjadi gempa J(endaraan yang sedang berdiri sedikit bergoyang. Getarannyaseperti truk yang melintas.
g 1,014g
Ill
(lananya) gelaran d..,at diperkirakan.
9anghai di dalanruang<lldiraBialold, banyakorang , sedangdi luarruangan hanyasedikit orang yang
01,4- 3,9% Padamatan hari , beber..,aorang terbangun. Aring,jendeladan pintu bergelar/bergoyang-goyang,
14.7- 19.6gal 0.015g-0.02g
0,014-
berderik. Terasaseperti truk yang menabrak bangunan. Motor dan mobil yang sedangdian, denQ<Il jelas g 0,039g
1- 2 IV
er1ihat bergoyang.
prasai<an oleh hanpir serrua orang, banyak yang terbangun. Aring,jendela, dabnya peatl, plester bangunan retak-
0,039-
etakdi balhagan ked I bangunan: benda-bendayang tidak slabil terbalik. FQhon-pohon, liang dan benda-benda 29.4- 39.2 gal 0.03- 0.04g 3,9-9,2%g
0,092g
2 5 v
inggi lainnyaterlihat bergerak-gerak . .Bn bandul berhenti.
praBial oleh serrua orang, banyak yang ketakutan dan ber1aian keluar. 8et>er..,afumitur berat bergeser; pi ester
58.6- 66.6 gals 0.06-0.Dlg 9,2-16%g
0,092-0,16
5- 6 VI
PJester dinding berjatuhan dan CErobong as.., mengalani kerusakan ringan. g
keluar. J(erusakan, ringan padabangunan dengan slruktur slandar, nanun 91gal besar pada
dengan slruktur jelek. Beber..,aCErobongSS.., retak-retak. t?empadirasal<anjuga oleh orang yang naik 9B-147gals 0.10- 0.15g 16-34%g 0,16-0,341
VII
i<erusakan ringan pada bangunan yang diranca'lgdengan slruktur khusus, kerusakan besar pada bangunan dengan
struktur standar dan meruntuhkan bangunan dengan strukturyangjelek. Dndinq.dindingd..,at ter1epasdai
245-294gals 0.25- 0.30g 34-65%g 0,34-0,651
erangkarumah. Oarolbongas.., pabrik-paibrikdan monumen-monumenroboh. R.Jmitur (mejadan kursi) berat
er1ernpar. Pasirdan lumpu (dalanjumlah ked I) tersernburkeluar, menyebabkan air keruh.
:0.:-30 VIII
J(erusakanbesarterjadi padabangunanyang S!llgat kokoh. Rlgka-rangkabangunan biasater1epasdari pondasinya
erusakan besar padabangunan kuat denQ<Il sebagan bangunan roboh. R:lndasi bangunan bergeser. Tanah retak- 490- 539 gals 0.50- 0.55g 65-124%g 0,65-1,241
c-55 IX
etak, pipaba.vah tanah peatl.
!3a'lgunankuat dai kajlu rusak. set>agan besarbangunankajlu dan bangunan berkerangkasertafondasinyarusak.
di tanah. Fel melengkung. l.onQ9:Jrdi sekitarpinQjrans.mgai sertalerengouran. Pasirdan >580gals >0.6g >124%g >1,24g
5: X
umpur bergeser. Terjadi air balh di pinQjran sungai .
--
f"ianya sedikit bangunan kajlu yang masih berdiri . ..llrmatan-jernbatan rusak. Iebar pada tanah. Apa -
)0
tanah rusak total . Terjadi likuifaksi pada tanah yang lunak. Fel kereta melengkung S!llgal parah.
rerusakantotal . Celombangtanpakdi permukaan tanah. R!mandanganmenjadi gel.., . Elenda-bendater1ernparke
)01
"lah nilai A max dan PGA untuk masing- masing stasiun yang merekam gempabumi yang
i, kemudian nilai PGA dikonversi menjadi satuan MMI. Hasil perhitungan secara lengkap
tiap- tiap stasiun seperti pada tabel 5.2 berikut :
80
Tabel 5.2. Nilai PGA dan intensitas perhitungan faktor konversi secara empiris
No KodeSta Nilai PGA (gal)
Resultan Jarak
;
Horisontal Hiposenter
z N-S E-W (gal) (kill) Intensitas (MMI)
I PDSI 2IO.OO 306.00 68.20 313.5I 91.00 vn
2 MNSI 36.90 55.50 61.70 82.99 181.98 V-VI
3 SDSI 22.40 49.20 49.90 70.08 I97.90 v
5 MKBI 52.50 79.10 98.70 I26.49 251.13 VI
6 RGRI 9.8I 7.07 I2.09 303.01 ll-Ill
I 7
KCSI 1.48 2.11 1.87 2.82 527.24 ll-Ill
8 TPRI 0.26 0.26 575.47 I
9 EGSI 12.40 26.00 25.30 36.28 581.83 IV
IO MLSI 3.03 4.17 4.62 6.22 671.77 ll-Ill
I I LWLI 4.07 6.I5 5.3I 8.13 674.26 ll-Ill
12 PPBI O.I7 0.24 0.23 0.33 73.4..85 I
-~
13 BLSI 0.44 0.40 0.36 0.54 799.00 I
14 SBH 0.16 0.16 0.13 0.21 927.45 I
I -
CMJI 0.55 0.23 O.SI 0.56 927.49 I
!6 TGll 0.04 0.06 O.OI 0.06 981.69 I
: -
DBll 0.10 O.I6 0.16 1011.63 I
;3 SKH O.I4 0.23 0.23 0.33 1028.23 I
:)
CLH 0.11 0.04 0.04 0.06 1289.84 I
2'J swn 0.06 0.12 0.13 O.I8 1547.51 I
:: KRK 0.40 0.38 0.35 0.52 1636.38 I
. ~ KMMI 0.21 0.10 0.13 0.16 1726.66 I
-::
TWSI 0.05 0.04 0.04 0.06 I733.85 I
81
24 DNP 0.20 0.48 0.37 0.61 1933.88 I
25 MlNI 0.02 0.02 0.02 0.03 2027.75 I
26 MJSI 0.06 0.06 0.05 0.07 2166.67 I
27 WBSI 0.04 0.07 0.07 0.10 2264.89 I
28 won 0.15 0.23 0.24 0.33 2483.62
5.2. Basil Perhitungan Metode Kalibrasi
Dalam melakukan perhitungan metode kalibrasi, ada sekitar 8 ( delapan) lokasi sensor
akselerometer yang akan dijadikan sebagai studi kasus. Dasar penentuan delapan lokasi tersebut
adalah lokasi sensor berada di sekitar wilayah Sumatera Barat, dengan hasil pencatatan sinyal
gempabumi yang baik, sehingga proses analisanya menjadi lebih mudah. Disamping itu, alokasi
dana yang diperoleh hanya cukup untuk melakukan perjalanan kedelapan lokasi - lokasi yang
;lipilih. Kedelapan lokasi sensor tersebut adalah Padang, Sungai Dareh, Muko - muko, Liwa,
3andar Lampung, Tanjung Pinang, Rengat, dan Pangkal Pinang. -"'""-
Langkah pertama menggunakan perhitungan metode kalibrasi adalah menentukan faktor
nversi dari masing - masing sensor akselerometer di lokasi - lokasi yang dipilih. Proses
"brasi dilakukan secara manual dengan cara mendatangi langsung seluruh lokasi sensor
lerometer. Langkah - langkah kalibrasi telah dibahas pada bah 4. Gambar 5.2 berikut
:enampilkan contoh sinyal hasil kalibrasi.
82
..
ST ASIUN PDSI
~ ~ - - - - - - - - - - - - - -
,_,,
.
STASIUN PDSI
1--------- ---
1 g = 2.08e6
2g =4.16e6
---
,;.
Gambar 5.2
Sinyal basil kalibrasi stasiun Padang komponen horizontal dan vertikal
bar 5.2 diatas menunjukkan sinyal hasil kalibrasi untuk untuk komponen horisontal dan
al pada stasiun Padang (PDSI) yang terletak di Universitas Andalas. Penentuan nilai 1 g
2 g diproses dengan bantuan software aplikasi DADISP. Terlihat bahwa 1 g = 2,08*E6 dan
_ = 4,16*E6. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kalibrasi mempunyai nilai yang cukup bagus.
angka ini selanjutnya dilakukan perhitungan faktor konversi (CF) untuk sensor
lerometer yang dikalibrasi. Sehingga mendapatkan nilai CF = 4,80*E-7. Setelah
dapatkan nilai CF, selanjutnya menghitung nilai A max dari sinyal yang terekam pada sensor
ut. Untuk stasiun Padang, nilai A max untuk komponen horisontal dan vertikal terlihat
83
pada gambar 5.1. Setelah nilai CF dan A max diketahui, kemudian dihitung nilai PGA untuk
masing- masing komponen. Untuk komponen horisontal nilai PGA = 0,380 g atau PGA = 380
gals, dan komponen vertikal nilai PGA = 0,260 g atau PGA = 260 gals. Dengan asumsi
percepatan gravitasi bumi rata - rata sebesar I 000 cm/s2. Perhitungan ini dilakukan untuk semua
sensor akselerometer yang dikunjungi. Contoh sinyal hasil kalibrasi untuk sensor lainnya dapat
dilihat pada gambar 5.3-5.8 berikut ini.
Stasiun MKBI (Muko - muko, Bengkulu)
W9: (W65.01&-07)98o
Wt: A_,..III.)ICL1RRJESJ .QJ W2: ((WI-fne-.(Wt)))+20580
3e006-
-3e+QQ8 '1 I I I I I I I I I I I I I I I
0 20 .tO 80 80 100 120 140
38+008-
1ooos :___ Jl_li_
-1o+008= - -. u 11 .
-38+008 "'\ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 I
0 20 40 80 80 100 120 140
_ 2.025e06
1 0 + 0 0 8 ~
-1e+Oot-
_ 1 991e06
.:Je+QQ8 1 1 1 1 1 f 1 1 1 1 1 1 I I I
10 30 5o 10 eo 110 130 150
_ 1 986e+06
1 o + 0 0 8 ~
-1e+OOB-
- -2 D36e+06
-3e+008- 1 1 1 1 1 1 I 1 1 I I I I I I
20 40 80 eo 100 120 140 1eo
.QJ - ((W7-meon(W1)))-t2Y711110
1e+008-
-1008:1 n n fUl M r
-3o008= ~ ~ .-- u u
0 ~ -2e+OOI
-008-
-3.99e06
-88+008-
-5e+QQ8, I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
0 20 40 80 80 100 120 140 eo 100 110 120 130 140
1500-
500: .. n "- _ ........ _
500 =-u ~ -
1500, I I I I I I I l I I I I I I I
0 20 40 BO 80 100 120 140
1500 ,
500
=----- fi_ll
-500= - . . u 11 .
1500j I I I I I I I I I I I I I I I
0 20 40 80 80 100 120 140
2500., I I I I I I I I I I I I I I I
o 20 40 eo 80 100 120 140
Gambar 5.3 Sinyal hasil kalibrasi di stasiun Muko- muko, Bengkulu
Contoh cara perhitungan CF dari hasil kalibrasi stasiun muko - mukoKomponen E :
84
Stasiun L WLI ( Liwa, Lampung)
38+006 - -
.Ql W2: ((WI...-.(WI)))-5'.120
2e+006-
1t006-
J1t
., . co: -_ r..-+---1 -
-2&+006-
-18+006-
"
28
006
- -2 0Be06
-38+006,
0 40
W3: A_JWli_IIOU.SBtlf!;_l
38+006
eo 120
160 30 50 70 90 110 130
m w-o: cc-.n<W3)))+49000
-
ml ws.
1500-
1000-
500-
o---........,
-500-
1000-
1500, I I I I I I I I I
0 20 60 00
1&+006 _ - ---
18+006. r
J'
2.03e06
1e006-
..... l'ollfoot--.J>./..--
-18+006 ] r
-2 05Be+06
-3e+006- 1150Q""l 1 1
40 eo 120 160 50 80 10 eo 90 100 110 120 0 20 60 00
11: A_JWU.)IU2.50UES_l
1e+006
-18+006-
-38+006-
- ((W7........n(Wl)))-6111i00
1&+006---
.Ql - (WI;4.818e-01)"9110
500
-500-
1
-1500-
-58+006,
0
' '
-58+006,
30
' '
I I I I I I -2500 ""l
40 eo 120 180 50 70 00 110 130 150 0 20 40 60 00 100 120 140 160 180
Gambar 5.4 Sinyal hasil kalibrasi di stasiun Liwa, Lampung
Stasiun BLSI (Bandar Lampung, Lampung)
W9: (W6'2.51537E-07)'980
WI: kSIJ.Z-tam'w_,I .SBUfS_l
.Ql W2: ((Wl...-.(Wl)))+Sl5280
81008-
5e+OO& _ 5 20965E+006
21+006-
-28008-
'
'
50 100 150 200 250 300 350
50 100 150 200 250 300 350
.Ql W4: ((Ws-mun(WS)))-14545
008-
21+006-
0
-2a+008,
0 50 1 DO 150 200 250 300 350
48+006-
2e+006-
0-
2e+006 ""l I I I I I I I
0 50 100 150 200 250 300 350
W7: II.Sl...,Z2-tawul_,l.satiES_l .Ql - ((WJ...-.(W7)))
-1&007-
-3.97556E+O
-2e+0071 I I I I I
0 50 1 DO 150 200 250 300 350
50 100 150 200 250 300 350
1500-
-lOOO- -972 803
15QQ, I t I I I I I
0 50 1 DO 150 200 250 300 350
1500 -
500
0
-500,
0 50 100 150 200 250 300 350
200 250 350
Gambar 5.5 Sinyal hasil kalibrasi di stasiun Bandar Lampung, Lampung
85
I
Stasiun Tanjung Pinang,
WI:A_TPRI.JI(f.l.satn5_1 .QJ W2:((Wl--.{WI)))+II75
0-
48+0011-
-81+006,
0
I I I I I I I I I I I I I I I
40 80 120 160 200 240 280
68+006-
'
40 60
4.92e+06
80
W3: a! w4=<<-.......cW3ll)-69010+11511110
::rlf--
68006, I I I I I I I I I I I I I I I -68+006- I
100 120
1500-
500-
1000-
-1500 "'\ 1 I I I I I I I I I I I
0 40 80 120 180 200 240 280
1500-
-150(}, I I I I I I I I I I I I I I I
0 40 80 120 180 200 240 280 60 too 140 180 220 0 40 80 120 180 200 240 280
I I o
18+007: LU1fnJI
1 .58+007, I I I I I I I I I I I I I I I
0 40 80 120 160 200 240 280
8e+006-'
50 70 90 110 130
3000,
0
I I I I I I I I I I I
40 80 120 160 200 240 280
Gambar 5.6 Sinyal basil kalibrasi di stasiun Tanjung Pinang
Stasiun RGRI (Rengat, Riau)
DAOISPISE 2002 (C:IPr..,.., fHK\dlp2002s]:IMTTll.m:C:lDo<......,ts ood Sent ... \A .... Io .. tr_r_p\GlloiPA 1010\IW.I!RASN<.ollbfl R<lRJ . _::_
..... (dt ''11M Anetysis Tools oat. 'M1dow Help
o.sg I
---
W2: ((W1-mean(W1))}-27220
WI; A,Jtcilti.J'fLJ.!iERJES_l .QJ W2> ((WI-..(WI)))-2'1220 91 .QJ
=lh--
4e008- 1500---
1e+DO:-
500-
0-
0
-1e008-
28+008- -2_605e06 500-
-2008-
-48+008-
-1000-
I I I I I I I I I I I I I I
' ' ' ' ' ' ' ' ' '
1500-,
:io
' ' ' '
0 20 40 .. 80 100 110 140 20 40 00 80 100 120
0 40 .. 80 100 110 140
W3: A..JUiRI../'tfXl.sERIB_I. .QJ .. ., .QJ
.QJ
38008-
1500-
-
.. lf
18+008-
500-
-1e..U08-
t
' ' ' '
0
' '
500:
-
-3e006.,
' '
I I I I I I
' ' ' ' ' ' ' '
-1500,
' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '
0 20 40 eo so 100 120 140 20 40 .. 80 100 110 140 180 0 20 40 .. 80 100 120 140
W7: A_Jt(iRJJ'CZ,.J.RRJH_J .QJ
.QJ
__ ... ,
11]
0- 1- I.
-5e+006-
0.5- 0.5 -
-1007-
0 0
-1 ..5e+007-
-2e+007-
...0.5- 0.5-
'
I,
'
it,
I,
' ;.
0 20 40 80 80 100 120 140 0 20 40 00 100 120 140 0 2
8 10 12 u 18 18 20 22 24
_____ ....,.: lo.o&-2010 15:26:25
Gambar 5.7 Sinyal basil kalibrasi di stasiun Rengat, Riau
86
I
Stasiun Pangkal Pinang, Babel
file Ed< Vtew AMiyii< O..wi119 OatJ W.ndow Hdp
eUI.I ,_
W9:
1500--
1..007 -
5..00: - n5474e<il6 . i j . -
I I I I I I I I
20 40 60 !00 !20 flO !60
1500 1 1 1 J 1 1 I I I
o 20 10 m m w
1e<ll07 -
' ' '
20 40 so !00 !20 140 100
.!!. WII:Wl'L921e-f7'980
8o.oo6 -
..
... . Ul ' I '
I I I I I I I I
o 20 40 oo a m w
S..oo! _ 522e<-OO
1
t.OOJ, 1 I 1 1 I I I I I I I
30 50 70 10 110 130
1.5e..007-. I I
0 20 40
I I I I I I I I
10 20 30 40 50 60 70 80 10 100 110 !20
I I I I
60 80 100 120 140 160
1500 ,
0
I I I I I I I I
20 40 00 80 100 120 140 160
1500 --
500 = n . . 11 .
' ' ' '
20 40 60 80 100 120 140 160
c
1[ 10182010 7:34Jl
Gambar 5.8 Sinyal hasil kalibrasi di stasiun Pangk:al Pinang, Babel
---
Hasil perhitungan faktor konversi dan nilai PGA untuk komponen dari masing
masing stasiun, dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.
87
I
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan faktor konversi hasil kalibrasi pada masing-masing stasiun
I
I
Faktor
No. Nama Stasiun Akselerometer
Konversi
I PDSI BBAS 4.80E-07
2 SDSI TSA-100 4.80E-07
3 MKBI TSA-100 4.98E-07
4 LWLI TSA-100 4.80E-07
5 BLSI BBAS 4.80E-07
6 TPRI BBAS 2.03E-07
7 RGRJ BBAS 3.80E-07
8 PPBI BBAS 1.90E-07
PGA (gals)
Horizontal Vertikal
380 260
67.813 22.4
126.985 52.5
9.778 4.07
0.651 0.44
0 .. 34 0.15
12.77 -
0.16 0.08
Intensitas
(MMI)
VIII
VI
VII
Ill
I
I
Ill
I
.
,
?roses kalibrasi yang telah dilakukan, sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui beberapa
---
:"'nsor akselerometer yang mempunyai kerusakan pada salah satu komponennya, baik vertikal
aupun horizontal. Dari 2 ( dua) tipe sensor yang telah dikalibrasi, ditemukan bahwa tipe sensor
BAS-2 lebih banyak terjadi kerusakan di salah satu komponennya.
Pada kesempatan ini pula, penulis coba untuk melihat perbedaan hasil nilai faktor
nversi dan nilai PGA dari perhitungan secara empiris maupun perhitungan secara kalibrasi,
~ r t i tabel 5.4 berikut ini.
88
Tabel 5.4. Perbandingan faktor konversi dan PGA secara empiris dan kalibrasi
;
I
Nama
Faktor Konversi Amax (count) PGA (gals) lntensitas
Stasiun
Empiris Kalibrasi
~ 0 .
I
Empiris
Kalibrasi Horizontal
Vertikal
Horizontal Vertikal Horizontal Vertikal Empiris Kalibrasi
'
1 PDSI 3,82E-07 4.80E-07 8.IOE-05 5.41E-05 302 206 380 260 VIII VIII
2 SDSI 4,77E-07 4.80E-07 1.44E-05 4.62E-04 70,08 22,4 67,813 22,4 VI VI
3 MKBI 4,77E-07 4.98E-07 2.87E-05 8.60E-04 126,48 53 126,99 52,5 VI VII
4 LWLI 4,77E-07 4.80E-07 2.10E-04 I.OSE-04 8, 12 4,94 9,778 4,07 II - Ill Ill
5 BLSI 3,82E-07 4.80E-07 1.38E-03 1.14E-03 0,53 0,53 0,651 0,44 I I
6 TPRI 3,82E-07 2.03E-07 2.19E-03 6.04 0,25 0,1 0,34 0,15 I I
7 RGRI 3,82E-07 3.80E-07 3.12E-04 - 12,09 10,3 12,77 - 11-111 Ill
8 PPBI 3,82E-07 1.90E-07 8.61E-02 4.36E-02 0,33 0,16 0, 16 0,08 I I
-etelah melihat hasil perhitungan faktor konversi dan PGA secara empiris dan kalibrasi, temyata
:.ilai CF mempunyai hasil yang berbeda. Untuk perhitungan secar..a empiris, tipe sensor yang
rbeda akan mempunyai nilai CF yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena tiap tipe sensor
an mempunyai sensitivitas dan daya output sensor peak to peak (Vpp) yang berbeda- beda
:-ula, sehingga nilai CF pasti menghasilkan angka yang berbeda. Tipe sensor TSA-1 OOS
-enghasilkan nilai CF = 4,77*E-7 g, sedangkan tipe sensor BBAS-2 menghasilkan nilai CF =
. 2*E-7 g. Untuk perhitungan dengan metode kalibrasi, menghasilkan nilai CF yang berbeda
_-engan metoda empiris. Ada beberapa lokasi dengan tipe sensor yang berbeda menghasilkan CF
::..ng sama. Seperti misalnya stasiun Padang (PDSI) menggunakan sensor BBAS-2 dan Sungai
eh ((SDSI) menggunakan tipe sensor TSA-1 OOS, mendapatkan nilai CF yang sama yakni
~ sar CF = 4,80*E-7. Ada juga beberapa lokasi yang menggunakan tipe sensor yang sama,
_ ghasilkan nilai CF yang berbeda. Seperti misalnya stasiun Tanjung Pinang (TPRI) dan
89
stasiun Rengat (RGRI) sama - sama menggunakan sensor BBAS-2, namun nilai CF nya
berbeda. Untuk TPRI nilai CF = 2,03*E-7 dan RGRI nilai CF = 3,80*E-7. Nilai CF digunakan
;
untuk menghitung nilai PGA untuk masing- masing stasiun pengamat. Hasil perhitungan nilai
PGA dari delapan sensor yang dipilih mendapatkan hasil yang hampir sama, dengan perbedaan
_ ang tidak terlalu jauh, baik perhit.ungan secara empiris maupn perhitungan secara kalibrasi.
ada perbedaan nilai PGA yang cukup besar antara hasil perhitungan secara empiris dan
kalibrasi untuk stasiun PDSI yang mempunyai jarak paling dekat dengan sumber gempabumi.
Untuk komponen horizontal, perhitungan secara empiris mendapatkan nilai PGA = 302 gals,
edangkan perhitungan secara kalibrasi mempunyai nilai PGA = 380 gals. Untuk komponen
ertikal, perhitungan secara empiris mendapatkan nilai PGA = 206 gals, sedangkan perhitungan
kalibrasi mempunyai nilai PGA = 260 gals, dengan asumsi percepatan gravitasi bumi rata
- rata sebesar 1000 cm/s2. Setelah nilai PGA dikonversi ke dalam skala intensitas (MMI), hasil
_:ang didapat hampir sama untuk komponen horizontal maupurt-yertikal, yakni VIII MMI.
stasiun lainnya mempunyai hasil yang relatif sama untuk nilai intensitas dalam skala
1M I.
:elanjutnya penulis mencoba melihat perbandingan nilai PGA terhadap jarak sumber
= =- mpabumi (hiposenter) ke masing - masing stasiun. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 5.9
: rikut ini.
90
400
350
300
,
<l:
1!1
Q. 150
100
50
0
0
..._Kaltbrast I
200 400 600 800 1000
JARAK HYPOSENTER (KM)
Gambar 5.9. Ploting nilai PGA terhadap jarak hyposenter ke stasiun
Dari gambar 5.9 terlihat bahwa nilai PGA terhadap jarak hyposenter untuk perhitungan dengan
metode empiris dan metode kalibrasi menghasilakan grafJ.k yang hampir berhimpit. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil perhitungan untuk kedua metode tersebut menghasilkan nilai PGA
yang hampir sama. Untuk stasiun yang dekat dengan sumber gempa bumi, seperti stasiun
Padang (PDSI), dengan jarak ke sumber gempabumi sekitar 90 km, menghasilkan nilai PGA
yang berbeda untuk metode yang berbeda. Untuk jarak stasiun ke sumber gempabumi lebih dari
200 km, menghasilkan nilai PGA yang sama untuk metode perhitungan yang berbeda. Secara
umum grafJ.k diatas menunjukkan bahwa semakin jauh jarak stasiun terhadap sumber
gempabumi, maka semakin kecil getaran gempabumi yang dirasakan.
Langkah terakhir yang dilakukan setelah menghitung nilai PGA dan mengkonversi nilai
PGA ke dalam nilai intensitas dalam skala MMI adalah memplot nilai - nilai yang diperoleh ke
;ialam peta sehingga menghasilkan peta isoseismal. Gam bar 5.10 dan 5.11 berikut ini
::1enampilkan hasil peta isoseismal dari hasil perhitungan secara empiris dan kalibrasi.
91
PETA EMPIRIS ISOSEJSMAL (8 STASIUN}
98 100 102 104 106
Gambar 5.1 0 Peta isosesmal hasil perhitungan dengan metode empiris
92
I
PETA KALIBRASI ISOSEISMAL (8 STASIUN)
4
I
2
0
-2
-4
98 100 102 104 --- 106
Gambar 5 .11. Peta isosesmal hasil perhitungan dengan metode kalibrasi
Dari gambar 5.10 dan 5.11, terlihat bahwa peta isoseismal hasil perhitungan metode empiris dan
ka.librasi mempunyai hasil yang hampir sama. Wilayah yang dekat dengan sumber gempabumi
empunyai nilai PGA sekitar 300 an gals, kalau dikonversi kedalam skala intensitas sekitar VIII
_ IMI, yang diberi warna merah. Ini berarti wilayah yang berwarna merah mempunyai
pmcangan yang cukup kuat saat teijadi gempabumi. Potensi teijadinya kerusakan bangunan di
asi ini cukup besar. Artinya bahwa wilayah yang berwarna merah sangat berbahaya. Dari peta
93
isoseismal ini juga dapat diketahui wilayah mana saja yang berbahaya saat terjadinya
gempabumi. Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar untuk melakukan pertolongan
,
atau evakuasi. Untuk wilayah yang berwarna merah muda, orange, kuning, sampai hijau,
menandakan bahwa nilai PGA dan intensitasnya tidak terlalu besar. Yang berarti bahwa
wilayah-wilayah tersebut m e r a s a ~ a n goncangan gempabumi yang tidak terlalu besar. Malah
untuk wilayah yang berwarna hijau tidak merasakan goncangan gempa sama sekali. Hal ini
disebabkan karena wilayah tersebut mempunyai jarak yang cukup jauh dengan sumber
gempabumi.
---
94
BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bah V, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
l. Perhitungan faktor konversi (CF) dengan menggunakan metode empiris dan
metode kalibrasi untuk percepatan puncak tanah I peak ground acceleration
(PGA) sangat penting dilakukan agar dapat menghasilkan nilai PGA yang
akurat. Dari perhitungan kalibrasi, dapat juga dipakai untuk mengetahui atau
mendeteksi kerusakan masing- masing komponen dari sensor akselerometer.
2. Perhitungan dengan metode empiris menghasilkan nilai CF yang berbeda
untuk tipe sensor yang berbeda Tipe sensor TSA-1 OOS menghasilkan nilai
-""'-
CF=4,77*e-7g dan tipe sensor BBAS-2 menghasilkan nilai CF = 3,82*e-7g.
Nilai CF ini dapat dipakai sebagai acuan dalam menentukan nilai PGA ketika
terjadi gempaburni. Karena sampai saat ini BMKG mengoperasikan kedua tipe
sensor akselerometer tersebut untuk merekam terjadinya gempaburni dalam
sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), maka CF diatas
sangat di perlukan.
3. Perhitungan dengan metode kalibrasi menghasilkan nilai CF yang bervariasi,
tidak tergantung pada tipe sensor. Berdasarkan hasil pengamatan, tipe sensor
yang sama menghasilkan nilai CF yang berbeda- beda, ini terjadi pada tipe
sensor BBAS-2. Sedangkan untuk tipe sensor TSA-lOOS, menghasilkan nilai
CF yang hampir sama, yakni CF = 4,80*e-7 g. Dan menghasilkan nilai CF
95
yang hampir sama untuk kedua metode perhitungan baik empiris maupun
kalibrasi.
4. Didapat nilai intensitas (skala MMI) mempunyai hasil yang sama untuk
perhitungan dengan kedua metode empiris maupun kalibrasi, sehingga
dihasilkan peta isoseismal yang sama.
6.2 SARAN
Adapun saran - saran yang dapat karni sampaikan dari hasil penelitian ini
sebagai berikut :
1. Perlu ada perhitungan metode kalibrasi dalam menentukan nilai faktor
konversi (CF) untuk seluruh sensor akselerometer yang sudah terpasang,
sehingga dapat menentukan nilai PGA yang lebih akurat ketika tetjadi
gempabumi.
2. Kalibrasi sensor sangat membantu unttJ.k mendeteksi kerusakan yang terjadi
pada sensor akselerometer. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,
sensor tipe BBAS-2 sangat riskan tetjadi kerusakan, sehingga penulis
menyarankan untuk segera mengganti peralatan dimaksud dengan peralatan
yang lebih kuat seperti sensor tipe TSA-lOOS atau jenis lainnya, agar dapat
menghasilkan nilai CF yang lebih akurat.
3. Perlu membuat peta isoseismal dengan segera dan menyebarkannya secara on
cepat ke daerah bencana, agar masyarakat di daerah bencana dapat mengetahui
kekuatan goncangan gempaburni tersebut serta dapat mengetahui sampai
sejauh mana goncangan gempabumi dapat menimbulkan bahaya bagi
masyarakat. Sehingga dapat menghindari kepanikan masyarakat.
96
4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang sensor - sensor akselerometer lainnya,
agar pengetahuan mengenai alat tersebut semakin bertambah. Disamping itu,
alokasi anggaran untuk kunjungan ke lokasi perlu ditambah, karena lokasi -
lokasi sensor akselerometer berada cukup jauh dari kota besar. Sebagai bahan
pertimbangan, alokasi anggaran tahun ini untuk perjalanan hanya bisa
mengunjungi lokasi sensor sekitar 8 (delapan ) lokasi saja. Padahal sensor
akselerometer yang mencatat gempabumi yang terjadi di Sumatera Barat
sekitar 27 (dua puluh tujuh) sensor yang tersebar di seluruh Sumatera.
97
;
DAFTAR PUSTAKA
l. Bormann, Peter, 2002. New Manual of Seismological Observatory Practice
(NMSOP), Deutsches GeoForschungsZentrum, Postdam, Jerman.
2. Kramer, L. S t ~ v ~ n , 1996. Geotehnical Earthquake Engineering, Prentice-
Hall Inc., New Jersey.
3. Nanometrics , Inc. ATLAS Datasheet-Earthquake Data Analyisis Software ,
Ontario, Kanada.
4. DSP Development Corporation, 1998. The DADiSP
Analysis and Display Software User Manual.
TM
Worksheet Data
5. Golden Software, Inc, 2002. Surfer Getting Started Guide, Colorado, USA.
6. Metrozet, 2007. Triaxial Seismic AccelerometerTSA-lOOS User's Manual,
http://www.metrozet.com
7. Nanometrics Inc., 2005, TAURUS Portable Seismograph User Guide,
Ontario, Kanada.
8. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,- 2009. Modul Analisis
Prediktabilitas dan Pengembangan Modul Gempabumi dan Tsunami, Jakarta.
9. Bolt, Bluce A., 1993. Earthquakes -New Revised and Expanded, W.H.
Freeman and Co., New York, USA.
10. Trifunac, M.D., and Brady, A. G., 1975. On the correlation of seismic
intensity scales with the peaks of recorded strong ground motion, Bull.
Seismol. Soc. Am
11. Wood, H. 0., and Neumann, F., 1931. Modified Mercalli intensity scale of
1931, Bull. Seismol.Soc. Am.
12 Gutenberg, Band Richter, CF, 1936. Magnitude and Energy ofEarthquakes,
Science.
98