Anda di halaman 1dari 13

Bab 2 Tinjauan Teori

2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Fase Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Menurut Tawi (2008), tahapan penyembuhan luka ialah sebagai berikut : 1. Fase Inflamasi Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi

vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi

saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstravaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah: 1. 2. Sintesa kolagen Pembentukan fibroblas 3. 4. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, jaringan granulasi bersama-sama dengan

edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4. 2. Fase Proliferasi Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun

(rekonstruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.

Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah: 1. 2. 3. 4. Proliferasi Migrasi Deposit jaringan matriks Kontraksi luka Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors). Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan

dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas,

pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet. 3. Fase Maturasi Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari ajringan parut akan mencapai puncaknya pada

minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai

penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).

2.1.2 Daun Sendok (plantago mayor linn) Daun sendok dengan nama latin plantago mayor linn adalah tanaman kebun dari famili Plantaginaceae yang berbentuk kumpulan daun berbentuk menyerupai sendok.(Eka Hastuti, 2009). Sebagai tumbuhan obat, daun sendok dapat digunakan sebagai anti radang, melancarkan air kemih, peluruh dahak, menghentikan batuk,

memperbaiki penglihatan dan menormalkan aktivitas hati yang berlebihan dan luka. Daun sendok ini sangat baik digunakan untuk mengobati luka, karena memiliki sifat antiinflamasi dan antiseptik, karena Daun sendok mengandung beberapa zat kimia antara lain kalsium, alkaloid, betasitosterol, asam ursolik, aukubin, tanin, nhentriakontan, plantaglusida, vitamin B, vitamin A dan vitamin C. (Hardi Soenanto dan Sri Kkuncoro, 2007). Adapun peran-peran dari zat kimia diatas terhadap proses penyembuhan luka adalah: Vitamin B yang terdapat dalam daun sendok berfungsi sebagai produksi energi dan imunitas seluler serta sintesis sel-sel darah merah Thiamine, riboflavin, pyridoxine (vitamin B6), folicacid dan

pantothenate adalah vitamin B yang membantu pembentukan lokosit, partisipasi yang diperlukan dalam proses metabolik dengan

memberikan energy yang dibutuhkan untuk proses anabolic pada penyembuhan luka dan kofaktor esensial dalam aktivitas enzim. Thiamine, riboflavin, vitamin B12, pyridoxine diperlukan untuk sintesis

matrik kolagen (Harris CL dan Fraser C, 2004). Kekurangan vitamin B mempunyai efek yang tidak langsung pada penyembuhan luka dengan penurunan resisten penjamu karena gangguan pembentukan antibody dan fungsi sel darah putih yang mana juga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Vitamin C yang terdapat dalam daun sendok juga berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Vitamin C adalah sebuah senyawa yang sederhana dan juga larut dalam air. Vitamin C memiliki beberapa fungsi dalam tubuh kita diantaranya vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen dalam jaringan pengikat. Kolagen adalah protein yang merupakan komponen utama kulit, tulang rawan, dan jaringan bekas luka serta melengkapi struktur kerangka tulang. Dalam pembentukan kolagen, vitamin C bertindak sebagai katalisator reaksi hidroksilasi perubahan lisin dan prolin (di dalam tropokolagen) menjadi hidroksi-lisin dan hidroksi-prolin (di dalam serat kolagen) (Muchtadi, 2008). Vitamin C juga dikenal sebagai vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh manusia. Selain bersifat antioksidan yang mampu melawan radikal bebas, vitamin C juga berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin C adalah antioksidan yang sangat penting dalam tubuh. Kita perlu Vitamin C sebagai garis depan pertahanan melawan radikal bebas. Di sini, fungsi utamanya adalah untuk menangkap radikal bebas dan menetralisirnya sebelum

radikal bebas itu bisa merusak sel dalam tubuh kita. Vitamin C juga diperlukan oleh enzim-enzim lain dalam mengumpulkan dan menyaring racun seperti timah dan zat polutan dalam tubuh Anda (www. smallcrab.comkesehatan675-manfaat-vitamin-c-bagi-kesehatan. diakses tanggal 1 Juli 2012). Vitamin C berguna untuk sintesis kolagen dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi, Vitamin C pada luka sangat diperlukan untuk optimal respon imun, mitosis sel dan migrasi monosit kedalam jaringan yang mentranspormasi kedalam makropag selama fase inflamasi pada penyembuhan luka (Casey G, 2003). Vitamin C meningkat selama fagositosis debris dan bakteri oleh makropag, dengan demikian mengontrol infeksi. Suatu anti oksidan, vitamion C dapat merusak radikal bebas yang diproduksi oleh oksidan yang dapat merusak sel sehat (Shepherd AA, 2003). Vitamin C adalah merupakan esensial untuk sintesis kolagen. Kolagen dan fibroblast susunan dasar untuk struktur baru pada luka dan angiogenesis. Defisiensi vbitamin C menyebabkan peningkatan kondisi jaringan luka mudah rapuh, menurunnya kekuatan luka, luka mudah terbengkas atau rusak dan gangguan produksi kolagen. Lamamya tingkat penyembuhan luka dan dapat mengkontribusi penurunan resistensi terhadap infeksi (Posthauer ME dean Thomas DR, 2003). Kalsium yang dimiliki daun sendok dapat mempercepat proses pembekuan darah serta dapat menghentikan perdarahan pada saat mht,

terjadinya luka. Tanin yang terdapat dalam kandungan daun sendok sebagai antiseptik pada luka, sehingga luka dapat terhindar dari infeksi.(hutapea, 2000). Aukubin selain berhasiat melindungi hati dari pengaruh zat yang beracun yang dapat merusak sel-sel hati, juga berkhasiat sebagai antiseptik.(meriana sugiarto. 2002). Alkaloid yang terdapat dalam daun sendok adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. Alkaloid berguna untuk membunuh bakteri pada luka.(Teguh hartono, 2009).

Betasitosterol yang terdapat dalam daun sendok membantu menurunkan kadar kolesterol yang berlebihan dalam darah. 2.1.3 Daun kastuba (Euphorbia pulcherrima) Kastuba dengan nama latin Euphorbia pulcherrima merupakan perdu berkayu yang hidup didaerah tropis basah atau mediteranian (Agromedia, 2008). Daun kastuba (Euphorbia pulcherrima) dikenal memiliki beberapa manfaat antara lain seperti radang kulit, luka, dan memar. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam daun kastuba (Euphorbia pulcherrima) adalah saponin, alkaloid, lemak dan amylodextrin (Setiawan Dalimartha, 2003). Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. Alkaloid

yang terdapat dalam kandungan daun kastuba berguna untuk membunuh bakteri pada luka.(Teguh hartono, 2009) Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin yang terdapat dalam kandungan daun kastuba berfungsi sebagai anti bakteri dan anti virus dan mengurangi pengumpalan darah.(teguh hartono, 2009) Lemak yang terdapat dalam kandungan daun sendok

memberikan sumber konsentrasi kalori dan bagian esensial dari membrane sel, sebagai prekusor untuk prostaglandin (mengatur berbagai macam aktivitas dalam inflamasi seluler dan metabolisme), dan mengkontribusi pada signal patway sel local dan sistemik. Defisiensi lemak esemsial mengurangi immunocompetence (Harris CL dan Fraser C, 2004) 2.2 Kerangka Teori Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, diketahui bagaimana daun sendok dan daun kastuba sangat berperngaruh didalam proses penyembuhan luka. sehingga dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

Skema 2.1

Daun Sendok
Proses Penyembuhan luka : 1. Fase Inflamasi 2. Fase Proliferasi 3. Fase Malturasi

PENYEMBUHAN LUKA

Daun Kastuba

Dari skema diatas dapat dijelakan sebagai berikut : Daun sendok dan daun kastuba sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, karena pada fase inflamasi terjadi pembekuan darah,sehingga pendarahan cepat terhenti yang diperankan oleh kalsium.

Vitamin C yang terdapat dalam kandungan daun sendok berguna untuk sintesis kolagen dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi, Vitamin C pada luka membantu dalam mengoptimalkan respon imun, mitosis sel dan migrasi monosit kedalam jaringan yang mentranspormasi kedalam makropag selama fase inflamasi pada penyembuhan luka. Vitamin C membantu pembentukan sel-sel jaringan baru yang diperankan oleh kolagen yang diproduksi oleh fibrolast sehingga terjadi rekontruksi jaringan dan proses penutupan luka lebih cepat serta tejaganya luka dari infeksi yang diperankan oleh tanin, aukubin dan alkaloid yang terdapat dalam daun sendok dan kandungan alkaloid dan saponin yang terdapat dalam daun kastuba. Selanjutnya kolagen yang sudah terbentuk akan diteruskan dan merubah

kolagen tersebut menjadi lebih banyak dan matang sehingga terjadi penyempurnaan jaringan sehingga jaringan menjadi kuat dan terjadi penutupan luka yang baik.

2.1 Hipotesis Ada perbedaan percepatan proses penyembuhan luka pada tikus putih yang diberi daun sendok dan daun kastuba.

Anda mungkin juga menyukai