Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Gigi geligi merupakan bagian tubuh yang penting, berfungsi baik untuk pengunyahan maupun untuk bicara. Kehilangan gigi dapat menimbulkan trauma psikologis pada orang yang mengalaminya. Pada kasus kehilangan gigi, tindakan yang dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan. (Gunadi, 1991 a) Gigi tiruan yang baik adalah gigi tiruan yang dapat mengembalikan fungsi estetik, fungsi pengunyahan, fungsi bicara. Serta gigi tiruan tersebut harus dapat menggantikan jaringan yang hilang dalam bentuk dan ketebalan yang kira-kira sama dengan jaringan yang digantikannya.(Watt; MacGregor, 1993). Di dalam ilmu kedokteran gigi, pembuatan gigi tiruan ini dikenal dengan sebutan ilmu geligi tiruan/Prosthodontia. Menurut Prof. Drg. R. Hartono (1992), prosthodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang dimaksud untuk merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan estetika dan kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi geligi asli atau mengganti gigi-gigi yang sudah tanggal dan jaringan rongga mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan pengganti buatan. Prostodonsia mulai berkembang di Indonesia sesudah perang kemerdekaan (1950). Prostodonsia dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu, mahkota/jembatan dan geligi tiruan lepasan. Untuk geligi tiruan lepasan dibagi
1

menjadi dua yaitu geligi tiruan lengkap lepasan dan geligi tiruan sebagian lepasan. (Hartono; dkk, 1992) Geligi tiruan lengkap lepasan adalah geligi tiruan lepasan yang dibuat menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur pendukungnya baik maksila maupun mandibula (Glossary of Prosthodontic terms, 2005). Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam pembuatan protesa geligi tiruan lengkap lepasan (GTLL) adalah oklusi. Oklusi adalah hubungan daerah kunyah gigi geligi dalam keadaan tak berfungsi. (Itjingningsih, 1996) Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Atashrazm dan Dr. Dashti pada tahun 2009 di negara Iran, meneliti 107 pasien tidak bergigi yang menggunakan protesa GTLL dengan rentang usia 32-81 tahun. Kemudian dari 107 pasien tersebut dikelompokkan kembali, dimana 74 (69%) pasien yang pada pembuatan protesa GTLL-nya dilakukan prosedur remounting. Sedangkan 33 (31%) pasien tidak dilakukan prosedur remounting. Ditemukan 31 kasus oklusi yang tidak harmonis, dimana 25 kasus berasal dari kelompok pasien yang pada pembuatan protesanya tidak dilakukan remounting. Dari uraian diatas kita ketahui bahwa prosedur remounting sangat penting dilakukan untuk mengkoreksi ketidakharmonisan oklusi yang terjadi pada protesa GTLL yang baru selesai diproses. Ketidakharmonisan oklusi adalah suatu fenomena yang terjadi dimana kontak permukaan oklusi gigi-geligi yang berantagonis tidak dalam keadaan harmonis dengan gigi antagonisnya, baik kontak anatomis maupun kontak fisiologis (Glossary of Prosthodontic terms, 2005). Ketidakharmonisan oklusi atau oklusi

yang tidak harmonis tersebut dapat disebabkan dari berbagai tahapan yang dikerjakan pada proses pembuatan protesa itu sendiri. Baik itu tahap klinik maupun laboratoris. Ketidakharmonisan oklusi pada protesa GTLL dapat mengakibatkan kerusakan gigi dan jaringan periodontal, terjadinya peradangan pada mukosa dan resobsi tulang alveolar, disfungsi otot kunyah dan wajah apabila pasien berusaha menghindari kontak dengan cara mengubah pola gerak kunyahnya, dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien (Gunadi, 1991 b). Oklusi yang tidak harmonis ini harus diperbaiki sebelum geligi tiruan digunakan agar tidak mengakibatkan hal-hal yang telah diuraikan diatas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan.

2.

Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan. b. Untuk mengetahui cara pencegahan dan cara penanggulangan terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknik Gigi Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi institusi jurusan teknik gigi sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan.

E. Ruang Lingkup Dalam penyusunan karya tulis ini penulis membatasi ruang lingkup pada pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya oklusi yang tidak harmonis pada proses laboratoris dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan.

Anda mungkin juga menyukai