Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok Dosen : Yuliana Syam, S.Kp, M.

Kes

TUTORIAL KULIT KUNING

Kelompok 4
MUH. ALI AKBAR (C 121 10 26 ) FANY (C 121 08 105) ANDI HILMI (C 121 10 269) SRI BINTARI RAHAYU (C 121 10 255) ST. MUSDALIFAH AHMAD (C 121 10 103) HERNI AMIRULLAH (C 121 10 253) MARWAH (C 121 10 260)

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2011

PEMBAHASAN SKENARIO I By. Z (5 hari), dengan berat lahir 2500 gram, panjang badan 45 cm. Kulit dan konjungtiva klien nampak kuning sejak hari pertama sampai sekarang. KATA KUNCI Data Objektif : 1. Bayi baru lahir (5 hari) 2. Berat kahir 2500 g 3. Panjang badan 45 cm 4. Kulit dan konjungtiva kuning sejak hari pertama sampai sekarang ANALISIS DATA Data Objektif Kulit dan konjungtiva kuning sejak lahir pertama sampai sekarang Masalah Resiko kekurangan cairan Resiko Hiperbilirubinemia Gangguan Integritas kulit

PERTANYAAN PENTING 1. Jelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, histologi, dari system endokrin gejala kulit kuning? 2. Sebutkan dan jelaskan penyakit yang berhubungan dengan gejala kulit kuning? 3. Jelaskan tentang penataklasaan penyakit/ gangguan dengan gejala kulit kuning? 4. Jelaskan pemeriksaan penunjang (fisik dan diagnostik) pada penyakit dengan gejala kulit kuning? 5. Askep kulit kuning?

ANATOMI DAN HISTOLOGI HATI Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organorgan abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen. Macam-macam ligamennya: 1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di antara umbilicus dan diafragma. 2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap. 3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sblh prox ke hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow. 4. Ligamentum Coronaria Anterior kika dan Lig coronaria posterior ki-ka :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar. 5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar. Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.

Secara Mikroskopis Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapilerkapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari selsel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh selsel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.

FISIOLOGI HATI Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa fung hati yaitu : 1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan

terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs). 2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen : 1. Senyawa 4 karbon KETON BODIES 2. Senyawa 2 karbon ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol) 3. Pembentukan cholesterol 4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol .Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid 3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme protein. - globulin selain dibentuk di dalam

hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000 4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi. 5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K 6. Fungsi hati sebagai detoksikasi Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis. 7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi - globulin sebagai imun livers mechanism. 8. Fungsi hemodinamik Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.

PENYAKIT GEJALA KULIT KUNING HEPATITIS Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis, maka dari itu mudah sekali menular. Jenis hepatitis juga beragam, antara lain hepatitis A, B dan C. Hepatitis A yang paling ringan, dapat sembuh total. Hepatitis B agak berat, setelah sembuh masih harus dilakukan kontrol rutin karena dikhawatirkan terjadi kambuhan. Sedangkan hepatitis C, ini merupakan jenis yang paling parah, harus dirawat di rumah sakit sampai benar-benar sembuh total. Jangan anggap remeh penyakit hepatitis. Penyebab penyakit hepatitis yaitu: 1. Hepatitis akibat infeksi virus. 2. Hepatitis akibat komplikasi penyakit lain, 3. Hepatitis akibat konsumsi alcohol, 4. Hepatitis akibat konsumsi obat atau zat kimia, 5. Hepatitis akibat penyakit autoimun, SIROSIS HATI Sirosis adalah suatu kondisi di mana hati perlahan-lahan memburuk dan kerusakan karena cedera kronis. Penyebabnya: konsumsi alkohol berat dan hepatitis C kronis telah menjadi penyebab paling umum dari sirosis. Obesitas menjadi penyebab umum sirosis, baik sebagai penyebab tunggal atau dalam kombinasi dengan alkohol, hepatitis C, atau keduanya. Banyak orang dengan sirosis memiliki lebih dari satu penyebab kerusakan hati. HIPERBILIRUBINEMIA Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah, Penyebabnya: Sel darah merah yang tua, rusak dan abnormal dibuang dari peredaran darah, terutama di dalam limpa. Gejala: Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (keadaannya disebut kern ikterus).

Kern ikterus adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di dalam otak, sehingga terjadi kerusakan otak. Biasanya terjadi pada bayi yang sangat prematur atau bayi yang sakit berat. Gejalanya berupa: 1. Rasa mengantuk 2. Tidak kuat menghisap 3. Muntah 4. Opistotonus (posisi tubuh melengkung, leher mendekati punggung) 5. Mata berputar-putar ke atas 6. Kejang 7. Bisa diikuti dengan kematian. Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan mental, kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang abnormal, cerebral palsy), tuli dan mata tidak dapat digerakkan ke atas. KANKER HATI Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Gejalanya: 1. Perubahan pada tangan dan kaki semakin lama semakin mermbengkak 2. Warna pada kulit dan mata yang berubah menjadi menguning 3. Perubahan juga terjadi pada fese yang berwarna kehitam-hitam, serta urine yang merupai air 4. Menurunnya berat badan secara drastic dan bahkan tanpa sebab 5. Lemah badan disertai dengan demam dan badan yang menggigil IKTERUS Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Di samping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: 1. Dehidrasi Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah) 2. Pucat

Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular. Trauma lahir Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya. Pletorik (penumpukan darah) Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK Letargik dan gejala sepsis lainnya Petekiae (bintik merah di kulit) dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa) Omfalitis (peradangan umbilikus) Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid) Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) Feses dempul disertai urin warna coklat Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi. PENATALAKSANAAN TERAPI FARMAKOLOGI Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menbimbulkan kernikterus/ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan (luminal). Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan pemeriksaan yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk dapat memperkirakan penyebabnya. Pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan itu ialah

menggunakan saat timbulnya ikterus seperti yang dikemukakan oleh Harper dan Yoon (1974), yaitu: A. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut: 1. Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain 2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-kadang bakteri) 3. Kadang-kadang oleh defisiensi G-6-PD Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah: 1. Kadar bilirubin serum berkala 2. Darah tepi lengkap 3. Golongan darah ibu dan bayi 4. Uji Coombs 5. Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD, biakan darah atau biopsi hepar bila perlu. B. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir 1. Biasanya ikterus fisiologis 2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg%/24 jam. 3. Defesiensi enzim G-6-PD juga mungkin 4. Polisitemia 5. Hemoliiss perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar subkapsuler dan lain-lain). 6. Hipoksia 7. Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain 8. Dehidrasi asidosis 9. Difisiensi enzim eritrosit lainnya. Pemeriksaan yang perlu dilakukan:

Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu. C. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama. 1. Biasanya karena infeksi (sepsis) 2. Dehidrasi asidosis 3. Defisiensi enzim G-6-PD 4. Pengaruh obat 5. Sindrom Criggler-Najjar 6. Sindrom Gilbert D. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya 1. Biasanya karena obstruksi 2. Hipotiroidisme 3. Breast milk jaundice 4. Infeksi 5. Neonatal hepatitis 6. Galaktosemia Pemeriksaan yang perlu dilakukan: 1. Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala 2. Pemeriksaan darah tepi 3. Pemeriksaan penyaring G-6-PD 4. Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi 5. Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab. Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.

Terapi Sinar Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. Terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi dikerjakan. Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran. Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan walau lampu masih menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi. Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin <10 mg/dL (<171 mol/L). Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam. Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum,

letargi dan iritabilitas. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki. Transfusi Tukar Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya yang mungkin timbul perludi perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada indikasi (lihat tabel 3). Kriteria melakukan transfusi tukar selain melihat kadar bilirubin, juga dapat memakai rasio bilirubin terhadap albumin Dalam melakukan transfusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan diberikan dan teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang terjadi disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah darah golongan O rhesus positip. Pada keadaan lain yang tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi, sebaiknya digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila keadaan ini tidak

memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel dengan serum ibu. Apabila hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan titer anti A atau anti B yang rendah. Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar berkisar antara 140-180 cc/kgBB. Macam Transfusi Tukar: 1. Double Volume artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi. 2. Iso Volume artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65% Hb bayi. 3. Partial Exchange artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau darah pada anemia. Dalam melaksanakan transfusi tukar tempat dan peralatan yang diperlukan harus dipersiapkan dengan teliti. Sebaiknya transfusi dilakukan di ruangan yang aseptik yang dilengkapi peralatan yang dapat memantau tanda vital bayi disertai dengan alat yang dapat mengatur suhu

lingkungan. Perlu diperhatikan pula kemungkinan terjadinya komplikasi transfusi tukar seperti

asidosis, bradikardia, aritmia, ataupun henti jantung. Untuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia berat dimana fasilitas sarana dan tenaga tidak memungkinkan dilakukan terapi sinar atau

transfusi tukar, penderita dapat dirujuk ke pusat rujukan neonatal setelah kondisi bayi stabil (transportable) dengan memperhatikan syarat-syarat rujukan bayi baru lahir risiko tinggi. 1. Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis. Tindakan fototerapi dan mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. 2. Pada usia 25-48 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total > 12 mg/dl (170 total 15 mg/dl (260 mol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum mol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar mol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi 20 mg/dl (> 340 mol/L) dilakukan fototerapi

bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 tukar. Bila kadar bilirubin serum total

dan mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 15 mg/dl (> 260 mol/L) pada 25-48 jam pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya

pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis. 3. Pada usia 49-72 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total > 15 mg/dl (260 total 18 mg/dl (310 mol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum mol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar mol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi mol/L) fototerapi dilakukan

bilirubin serum total < 25 mg/dl (430

tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 18 mg/dl (> 310

sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430 mol/L) pada 49-72 jam pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya

pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis. 4. Pada usia > 72 jam pasca kelahiran, fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total > 17 mg/dl (290 mol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar mol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi mol/L)

bilirubin serum total < 20 mg/dl (340

tukar. Bila kadar bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl (> 340

dilakukan fototerapi sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430 mol/L) pada usia > 72 jam pasca kelahiran, masih

dianjurkan untuk pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis.

NON FARMAKOLOGI Pemberian sinar UV pagi pada bayi dengan tujuan pemenuhan kebutuhan vitamin E agar kulit bayi tetap sehat dan terhindar dari kulit kuning. Adapun tindak lanjut yang perlu dilakukan yaitu: 1. Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan 2. Penilaian berkala pendengaran 3. Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa. PEMERIKSAAN FISIK 1. Inspeksi Umum : keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll) Khusus : Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan dan dilakukan pada pencahayaan yang memadai. Berdasarkan Kramer dibagi :

Derajat Daerah ikterus ikterus I II III IV V Kepala dan leher Sampai badan atas (di atas umbilikus) Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga tungkai atas (di atas lutut) Sampai lengan, tungkai bawah lutut Sampai telapak tangan dan kaki

Perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg% 9,0 mg% 11,4 mg/dl 12,4 mg/dl 16,0 mg/dl

2. Palpasi Palpasi hati yang dilakukan pada kuadran kanan atas. Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan yang rata. Pemeriksa menempatkan salah satu tangannya di bawah dada kanan bawah pasien dan kemudian dengan tangan yang lain melakukan penekanan ke arah bawah dengan tekanan ringan Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatitis akut teraba cukup lunak dan tepinya mudah digerakkan dengan tangan. 3. Perkusi Apabila hati tidak teraba tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat di daerah kanan bawah dapat membangkitkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandingkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium, kadar bilirubin, golongan darah(A, B, O) kadar bilirubin, golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak, darah rutin, hapusan darah, Coomb tes, kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan defisiensi enzim G6PD). Tes aktivitas enzim serum: alkali fostafase, laktik dehidrogenaser, serum aminotransferase dan konsentrasi serum protein, bilirubin, ammonia, faktor pembentukan lipid Radiologis: USG abdomen(pada ikterus berkepanjangan) Fototerapy dan transpasi tupfer Laparoskopi berfungsi untuk viusalisasi langsung permukaan anterior hati, kandung empedu dan mesenterium lewat alat trokar Biopsi hati berfungsi untuk menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati Pengukuran tekanan portal akan meninggi pada sirosis hepatis Esofagoskopi/endoskopi berfungsi untuk mencari varises dan abnormalitas esofagus Elektroensefalogram berfungsi pada abnormal koma hepatikum Ultrasonografi berfungis untuk memperlihatkan ukuran organ-organ abdomen dan keberadaan massa.

Computed Tomography (CT Scan) berfungis untuk mendeteksi neoplasma hati, menegakkan diagnosis kista, abses serta hematom, dan membedakan antara ikterus obstruktif dan nonobstruktif

Angiografi berfungsi untuk visualisasi sirkulasi hepatik dan mendeteksi keberadaan serta sifat massa hepatik ASKEP GEJALA KULIT KUNING

Pengkajian o Aktivitas: letargi, malas o Sirkulasi: mungkin pucat, manandakan anemia o Neurosensori: setalohematoma besar mungkin o Makanan/ cairan: o Eliminasi: Pasase mekonium mungkin lambat. Fese mungkin lemak/ coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Urin gelap, pekat: hitam kecoklatan Riwayat makan buruk(ASI) Palpasi abdomen dapat menunjukan pembesaran limfa

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Perawatan Pasien Gangguan Fungsi Hati Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang Diharapkan

Diagnosa Keperawatan: Resiko peningkatan kadar bilirubin dalam darah berhubungan dengan kondisi fisiologis/patologis
Tujuan: Tidak ada peningkatan hiperbilirubinemia

1. Monitor tanda-tanda vital.

Indikator adanya peningkatan tekanan darah

Tidak adanya peningkatan tekanan darah Kadar bilirubin dalam darah kembali normal yaitu 0-0,9 mg/dl Menunjukkan kemampuan melakukan aktivitas

2. Monitor bilirubin serum

Menentukan kenaikan setiap kadar bilirubin

3. Monitor bila ada muntah, Indikator terjadinya kernicterus kaku otot atau tremor

4. Berikan minum ekstra

Pengeluaran bilirubin yang berlebihan di dalam tubuh melalui urine tim

Mempertahankan intake cairan tubuh

5. Kolaborasi

Berguna dalam mencegah medis untuk pemberian terjadinya hepatitis fototerapi

dengan

Terjadinya penurunan kadar bilirubin secara bermakna

Diagnosa Keperawatan: Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan malas menghisap. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi 1. Berikan minum melalui Penurunan absorbsi bilirubin Mempertahankan hidrasi yang sonde (ASI yang diperah) di dalam usus halus adekuat pada bayi BBL normal >2500 gram

2. Monitor berat badan tiap Mengukur kenaikan BBL untuk mengetahui tanda hari kekurangan terjadi/gejala memanjang 3. Observasi turgor dan Indikator volume sirkulasi/perfusi

membran mukosa. 4. Kolaborasi: IV pemasangan

Kelembaban membran mukosa dan turgor terjaga

(biasanya

Memberikan cairan dan glukosa), penggantian elektrolit

Intake cairan terpenuhi

elektrolit Diagnosa Keperawatan: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan efek samping fototerapi Tujuan: Selama dalam perawatan kulit bayi tidak mengalami gangguan integritas kulit 1. Kaji rasa tidak nyaman Membantu dalam menentukan Memperlihatkan yang berhubungan dengan strategi yang tepat pruritus dan edema 2. Perhatikan derajat dan ikterus catat Memberikan serta mendeteksi mengevaluasi terapi 3. Jaga agar kuku bayi tetap Mencegah ekskoriasi kulit dan Tidak pendek dan tidak lancip infeksi karena garukan memperlihatkan dasar perubahan utuh tanpa kulit eritema yang dan

kerusakan kulit lainnya untuk Melaporkan dan gejala pruritus berkurangnya

luasnya edema

efektivitas

ekskoriasi kulit akibat garukan

4. Hindari penggunaan obat Menghilangkan produk limbah Menggunakan dan lotion bayi dengan yang menumpuk dalam kulit tidak bahan dasar alkohol dan mencegah

lotion

yang

menimbulkan

kekeringan kekeringan kulit pada bayi.

pada kulit

INFORMASI TAMBAHAN Penyakit yang berhubungan dengan scenario adalah ikterus neonatorum Penyakit ikterus neonatorum merupakan keadaan ikterus pada BBL(Bayi Baru Lahir) yaitu meningginya kadar bilirubin dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulut, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. KLARIFIKASI INFORMASI Data yang mendukung dari scenario adalah: Bayi baru lahir (5 hari) Kulit dan konjungtiva berwarna kuning ANALISIS DAN SINTESIS INFORMASI BBL(Bayi Baru Lahir), kulit dan konjungtiva berwarna kuning menyebabkan: Kerusakan integritas kulit Resiko kekurangan cairan Resiko hiperbilirubinemia

PENYIMPANGAN KDM Disfungsi hepatoseluler Fungsi metabolik

Fungsi hati belum matang Sumber lain pemberian ASI Intake cairan Resiko kekurangan cairan Malas Mengisap

Ekskretorik hati Eritrosit Hemolisis produksi hemoglobin Fe Globin Heme Biliverdin Proses cepat Bilirubin Obstruksi saluran empedu intrahepatik

Bilirubin Indirek Terikat oleh albumin Plasma darah Defisiensi Protein Y albumin serum substrat Konjugasi Uptake Bilirubin tekanan onkotik Sel Hepar Edema

Bebas Penempelan pada sel otak

Bilirubin Direk

Disfungsi metabolik substrat kadar glukosa Glukoronil transferase

Kompleks bilirubin albumin Hati/Hepar

Hiperbilirubinemia Sekresi kandung empedu

Kernicterus

Hidrolisi bilirubin Sirkulus Jaringan enterohepatis Konjungtiva, membran mukosa

enzim glukoronidase

Urobilinogen sterkobilin

Gangguan Integritas Kulit

Ikterus

DAFTAR PUSTAKA Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Buku Kuliah Jilid 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI Suzanne & Brenda. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC Doenges, Marilynn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC http://www.smallcrab.com/
http://www.goroskop.co.uk/537_zvezdnoe_vremya_dlya_rojdeniy_do_poludnya.html

Anda mungkin juga menyukai