Anda di halaman 1dari 4

Aktivis Kampus dan Sambutan Dunia Kerja

Mar. 23 Laporan Khusus no comments

Bagi seorang tamatan mahasiswa atau sarjana, mendapatkan sebuah pekerjaan sepertinya bukan hal yang mudah. Banyak persaingan yang akan mewarnai perjuangan mereka untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang baik dan layak. Prestasi di bidang akademik yang dimiliki oleh seorang sarjana tidak hanya menjadi satusatunya tolak ukur dalam penyeleksian kerja di sebuah perusahaan dan instansi. Selain prestasi akademik atau nilai indeks prestasi kumulatif (IPK), perusahaan dan instansi juga melihat prestasi lain yang dimiliki seorang sarjana yaitu, aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus. Tidak sedikit perusahaan dan instansi yang akan menanyai tentang pengalaman berorganisasi kepada pelamar kerja karena pada dasarnya organisasi kampus merupakan sebuah miniatur dari organisasi yang lebih besar lagi, yaitu sebuah perusahaan atau instansi itu sendiri. Organisasi kampus diisi oleh mahasiswa-mahasiswa dari pelbagai jurusan, fakultas, dan memiliki watak serta perilaku yang berbeda. Dari organisasi ini, mahasiswa akan diajarkan tentang cara bekerja sama, menyatukan pikiran, pendapat, visi dan misi serta cara berhubungan dengan orang lain. Inilah kiranya yang menjadi bahan pertimbangan sebuah perusahaan atau instansi dalam menerima pelamar kerja karena mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki pengalaman lebih dalam berurusan dengan orang lain dan bekerja sama dalam sebuah tim. Lantas, apa saja manfaat organisasi bagi seorang aktivis (sebutan untuk orang yang aktif berorganisasi) di dunia kerja? dan bagaimana geliat sarjana Universitas Andalas (Unand) yang dulunya merupakan aktivis di dunia kerja? Pada laporan khusus edisi ini, tim Genta Andalas membahas tentang peran organisasi bagi mantan aktivis kampus Unand di dunia kerja, geliat aktivis dan korelasi organisasi dengan kemudahan mendapatkan sebuah pekerjaan. Peran Organisasi di Dunia Kerja Aktif berorganisasi menjadi jembatan untuk mempermudah seorang sarjana dalam mendapatkan sebuah pekerjaan yang diinginkan. Hal ini dibenarkan oleh M. Rizqy Azmi, S.H., M.H, alumnus Fakultas Hukum angkatan 2004 Unand. Ia mengatakan, aktif berorganisasi membuat mahasiswa menjadi orang yang siap saji di dunia kerja. Pasti ialah karena biasa sibuk di kampus, maka orang sudah melihat kita sebagai orang siap saji, soft skill sudah terbentuk, character building juga, ucapnya.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Riki Zakaria, S.H, alumni dan orang yang pernah menjadi nomor satu di Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Genta Andalas sebagai pemimpin umum tahun 2004/2005, dua kali periode kepengurusan. Menurutnya, ada peran organisasi dalam kemudahan mendapatkan pekerjaan. Orang yang berorganisasi sudah biasa memanage sesuatu. Dia biasa aktif, jadi bekerja sudah biasa, ucapnya. Tentunya mahasiswa yang aktif berorganisasi di sini bukan mahasiswa yang hanya numpang nimbrung di unit kegiatan mahasiswa (UKM) tertentu, namun jarang memberikan kontribusi nyata. Sehingga mahasiswa seperti ini akan merugikan dirinya sendiri dan UKM tempat ia bergabung karena perusahaan dan isntansi dapat melihat jelas mana mahasiswa yang benarbenar ikut berpartisipasi dalam organisasi dan mana yang sekadar nimbrung demi mendapatkan sertifikat semata. Mahasiswa yang benar berkontribusi dalam organisasi akan cepat menyesuaikan dirinya di lingkungan baru. Hal tersebut disetujui oleh Sonya yang berasal dari UKM Pramuka Unand. Ia menyatakan bahwa mengikuti organisasi akan membuat seseorang memahami lingkungan dan mampu melakukan interaksi sosial secara baik serta memahami cara mengatasi birokrasi yang berbelit-belit. Senada dengan Sonya, Rizqy yang dulu pernah memegang jabatan sebagai pemimpin redaksi UKPM Genta Andalas pada tahun 2006/2007 berpendapat, ketika bekerja sekarang, ia sudah terlatih untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan baru dan melihat bagaimana sifat seseorang. Hal tersebut ia pelajari dari pengalaman berorganisasi. Mungkin karena pengalaman di Genta, wajib mewawancarai banyak orang di zaman Abang dulu, jadi kalau sekarang di dunia kerja sudah tahu bagaimana sifat-sifat manusia, ungkapnya. Rizqy yang kini menjabat sebagai salah satu perwakilan rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi III juga terbiasa bekerja di bawah tekanan. Menurutnya, dulu saat menjadi aktivis, ia terbiasa dengan deadline, bekerja di bawah tekanan waktu. Kantor menginginkan orangorang yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, sehingga sangat berguna bila kamu bekerja berhasil di bawah tekanan, ucap Rizqy. Selain itu, organisasi juga memberikan pengaruh penting dalam dunia kerja, khususnya urusan kerja sama dan tanggung jawab. Hal ini dikatakan oleh Rahma Donal, salah satu alumni Unit Kegiatan Seni (UKS) Unand. Pengalaman organisasi memberikan pengaruh besar dalam dunia kerja yang sedang saya jalani saat ini, ucap pria yang pernah menjabat sebagai ketua divisi musik UKS ini. Ia mengungkapkan bahwa organisasi memberikan banyak hal baru dan perubahan terhadap dirinya. Kesukaannya untuk bergelut dalam organisasi membuatnya selalu mudah untuk bekerja sama dan terbiasa dengan tanggung jawab. Pengalaman Rahma saat menjadi aktivis dulu berguna di tempat ia bekerja saat ini, yaitu di salah satu perusahaan asuransi ternama di Indonesia. Terbiasa dengan pengalaman bikin acara dan bertemu dengan orang-orang besar, membuat saya sudah tak canggung lagi untuk menghadapi orang-orang di tempat kerja, ucapnya. Peran penting lainnya yang didapatkan mahasiswa yang aktif berorganisasi adalah pembentukan karakter. Pernyataan ini diungkapkan oleh Fadli Irsyad, dosen muda Jurusan Teknik Pertanian Unand yang merupakan alumni UKM Pandekar. Fadli menyebutkan, organisasi dapat membentuk karakter seseorang. Ketika di organisasi, kita sering diskusi menyampaikan pendapat. Rapat bisa jadi ada konflik di dalamnya, bagaimana kita menyelesaikan masalah baik dengan anggota ataupun keluar, di situ kita mendapatkan poin, kita membutuhkan komunikasi efektif, sehingga apa yang kita sampaikan sesuai dengan apa yang kita inginkan, tuturnya. Hal ini memperlihatkan bahwa pengalaman berorganisasi dan bagaimana menyelesaikan konflik yang terjadi di dalamnya bisa terpakai saat bekerja nantinya. Administrasi dan Pandai Berkomunikasi, Bekal Masuki Dunia Kerja

Ketika berorganisasi, mahasiswa akan diberikan bekal dalam urusan administrasi dan berkomunikasi karena berbicara di depan orang banyak merupakan keseharian dari seorang aktivis. Bekal-bekal inilah yang akan bermanfaat di dunia kerja. Hal ini diakui oleh Abdul Rahim, SH, LL.M, alumnus Fakultas Hukum angkatan 2001 Unand yang merupakan mantan aktivis UKM Pramuka. Menurutnya, manfaat organisasi setelah bekerja memang terasa sekali bedanya. Organisasi menjadikan seseorang mudah berinteraksi dengan masyarakat. Selain itu pengalaman organisasi membuat seorang aktivis tidak canggung lagi mengenai masalah administrasi karena sudah terbiasa menghadapi birokrasi dari tingkat bawah sampai tingkat pusat. Oleh karena itu, pengurusan administrasi di dunia kerja menjadi lebih mudah, jelas Abdul. Abdul yang kini sedang mengembangkan usaha alat-alat pancing impor di Kota Pariaman mengaku, kemampuan berkomunikasi yang dilatih selama mengikuti organisasi menjadi nilai plus bagi seorang aktivis, terutama saat wawancara kerja. Saat interview, awalnya penampilan dan kemampuan berkomunikasi menjadi kesan pertama bagi pewawancara. Setelah itu baru dilihat pengalaman organisasinya, ujarnya. Lebih lanjut, pria yang baru saja menyelesaikan kuliah S2-nya di Malaysia ini mengungkapkan bahwa di dunia kerja, seseorang bukan dinilai dari indeks prestasi (IP) saja. Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya menjadi penilaian penting bagi pemilik tempat kerja. Perusahaan-perusahaan besar biasanya melihat karir seseorang bisa naik atau tidak bukan dari nilai akademik tapi dari kemampuannya menyelesaikan pekerjaan. Orang dengan IP rendah pun kalau mampu menyelesaikan tugas dengan baik, karirnya bisa bagus. Ada orang yang kuliah dan bisa dapat nilai tinggi tapi karena ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan dunia kerja, karirnya bisa terhambat, tukasnya. Abdul Rahim juga menyarankan kepada mahasiswa yang nantinya akan menjadi alumni terutama aktivis agar memperkuat kemampuan administrasi dan komunikasi. Dua hal itu sangat penting ketika seseorang akan terjun ke dunia kerja. Organisasi Membuka Peluang Kerja Sudah hal biasa jika seorang sarjana mendapatkan pekerjaannya sesuai dengan ilmu yang didapatkannya ketika di bangku kuliah. Misalnya saja seorang tamatan Jurusan Teknik Elektro yang bekerja di sebuah perusahaan listrik Negara (PLN) atau contoh lain seorang tamatan Jurusan Sastra Indonesia yang menjadi seorang dosen di bidang ilmunya. Namun, mengejutkan bila ada beberapa tamatan sarjana Unand yang justru mendapatkan pekerjaan sejalan dengan organisasi yang pernah digelutinya di kampus. Ini membuktikan bahwa organisasi tidak hanya memberikan sebuah pengalaman dalam bekerja di sebuah tim, tapi juga memberikan sebuah manfaat yang berguna yaitu membuka peluang pekerjaan. Edo Wiradana, sarjana tamatan D3 Ekonomi Unand adalah salah satu bukti nyatanya. Setelah menyelesaikan studinya, Edo memilih berprofesi di bidang keolahragaan sejalan dengan organisasi yang pernah diikutinya ketika masih berstatus mahasiswa yaitu, Unit Kegiatan Olahraga (UKO). Pengalamannya berorganisasi di UKO telah mengantarkannya menjadi seorang wasit sepakbola profesional di Federation Internationale de Footbal Association (FIFA). Saat menjadi aktivis, Edo belajar banyak hal. Di UKO, saya belajar bagaimana bersosialisasi dengan baik, bekerja sama, sekaligus meningkatkan bakat yang telah dimiliki. Kecintaan saya terhadap sepakbola dikembangkan melalui UKM ini sehingga saya berhasil menjadi wasit FIFA saat ini, jelasnya. Pengalaman berorganisasi juga telah mengajarkan aktivis untuk dapat menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Ini terbukti dari pengalaman Rizki Kurniawan N, alumnus Jurusan Sejarah angkatan 2005 Fakultas Ilmu Budaya Unand. Pria yang pernah menjabat sebagai presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) Unand tahun

2010/2011 ini sukses sebagai wirausahawan muda. Rizki mengaku, usaha travel yang sedang dirintisnya sekarang berkat dukungan dan hubungan dengan relasi-relasi yang pernah ia jalin sewaktu berorganisasi dulu. Awal usaha ini berkembang, Rizki mempromosikannya terhadap relasi-relasinya tersebut. Berkembangnya usaha ini besar pengaruhnya dari hubungan dengan relasi-relasi yang saya jalin sewaktu berorganisasi dulu, rata-rata semua mendukung, tuturnya. Novesar: Menjadi Aktivis Adalah Pintu Masuk Kesuksesan Saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (13/3), Prof. Dr. Novesar Jamarun, MS selaku Wakil Rektor (WR) III menyatakan pandangannya tentang seorang aktivis di dunia kerja. Bagi pria yang akrab disapa Ong oleh mahasiswa ini, menjadi seorang aktivis adalah pembuka pintu kesuksesan bagi mahasiswa itu sendiri di dunia kerja nanti. Menjadi aktivis adalah pintu masuk kesuksesan, ungkapnya. Ong yang merupakan salah satu profesor di bidang ilmu Kimia ini ternyata dulunya juga seorang aktivis. Ia pernah bergabung di organisasi mulai dari organisasi di dalam kampus seperti himpunan mahasiswa hingga di luar kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Palang Merah Indonesia (PMI). Menurut Ong lagi, menjadi aktivis kampus memiliki pengaruh dan manfaat yang besar, salah satunya jaringan networking. Menjadi aktivis membentuk jaringan networking jika kalian (mahasiswa-red) bisa memanfaatkan itu networking, ucapnya. Aktivis juga membentuk soft skill mahasiswa dan membentuk cara berpikir jika kalian benar-benar berpikir, ucapnya lagi. Agaknya tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa menjadi seorang aktivis adalah pembuka jalan seorang mahasiswa dalam mencari kesuksesan di dunia kerja. Pekerjaan aktivis bukan sekadar kuliah lalu rapat, namun ada hal yang bernilai di balik setiap aktivitas tersebut, tentunya bagi mahasiswa yang benar-benar mau belajar dan pandai dalam memanfaatkan kesempatan untuk melatih soft skill yang lebih baik lagi. Sejarah telah membuktikan banyak orang-orang sukses di Indonesia yang berawal dari aktifnya mereka berorganisasi di dalam dan di luar kampus. Sebut saja, Jusuf Kalla, Mahfud M.D, Dahlan Iskan dan Abraham Samad. Nama-nama ini sudah sering terdengar di telinga kita. Mereka adalah pemimpin-pemimpin bangsa yang dulu aktif berorganisasi semasa mereka mahasiswa. Organisasi adalah salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi karir mereka. Aktif berorganisasi penting bagi seorang mahasiswa karena organisasi memberikan wadah untuk mempraktekkan soft skill mahasiswa. Sehingga nantinya ketika tamat kuliah, seorang sarjana tidak hanya memiliki hard skill yang kuat dengan teori-teori, namun ia juga memiliki oft skill yang bermanfaat di dunia kerja. >tim - See more at: http://gentaandalas.com/organisasi-pembuka-gerbang-kesuksesan-di-duniakerja/#sthash.ktRSFQzZ.dpuf

Anda mungkin juga menyukai