Anda di halaman 1dari 14

SANITASI MAKANAN Posted: 20 Jun, 2012 Kata hygiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk

membentuk dan menjaga kesehatan (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu: Yang menyangkut individu (personal hygiene) Yang menyangkut lingkungan (environment)

Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitik beratkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention od diseases by eliminating or controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission. Sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik, kimia, biologi yang dapat memungkinkan mata rantai penularan penyakit. Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. (WHO) Sanitasi makanan adalah usaha-usaha yang dilakukan termasuk pengawasan terhadap makanan agar makanan yang dikonsumsi oleh tubuh kita tidak menimbulkan suatu penyakit. Usaha-usaha pengawasan yang dilakukan dapat dimulai dari bahan makanan hingga makanan siap disantap. atau dengan kata lain sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Sebelum melakukan pengawasan perlu diketahui dahulu 6 prinsip hygiene sanitasi makanan yaitu : Kondisi bahan makanan Pengiriman bahan baku makanan Penyimpanan bahan baku makanan Proses memasak/pengolahan

Cara pengangkutan makanan masak Cara penyajian makanan.

Usaha-usaha pengawasan dapat dilakukan dimulai dari factor fisik, kimia, maupun biologi baik dilakukan sendiri maupun orang lain atau kelompok. PERSYARATAN HIGIENE SANITASI MAKANAN FISIK : Bahan Makanan : Kondisi bahan makanan terlihat bersih dan segar, bentuk utuh tidak rusak, tidak berbau selain dari bau bahan itu sendiri (organoleptik), jelas sumbernya. Penyimpanan bahan makanan sesuai dengan suhu a. Hangat b. Suhu kamar : 25oC-30oC untuk bahan kering seperti : Beras, kacang- kacangan, tepung, mie kering, bahan bumbu, menggunakan wadah agar tidak mudah tercecer. c. d. e. Suhu dingin Frezer Beku : -10oC 15oC untuk buah dan sayuran : 0 5oC untuk daging, ikan masak : - 20oC untuk daging Lemari kulkas : 1- 4oC untuk Telur

Cara penyimpanan pada suhu ruang : Kering, Sirkulasi bagus, tidak lembab. Diatas rak, rak tidak menempel dinding, langit-langit dan lantai posisi rak 15 cm dari dinding dan 60 cm dari lantai dan langit-langit. Mudah dibersihkan dan dipindah-pindah. Tempat Pengelolahan Makanan (TPM) : Lokasi, Kontruksi, Halaman, Tata Ruang, Lantai yang tidak licin dan mudah dibersihkan, Dinding terlihat cerah dan mudah dibersihkan , Atap dan Langit-Langit bersih, Pintu dan Jendela dapat dibuka dan tutup, Pencahayaan terang , Ventilasi/Penghawaan 20 % dari luas ruangan, , Ruang Pengolahan Makanan terlihat terang dan tidak ada lalat beterbangan, Fasilitas Pencucian Peralatan Dan Bahan Makanan yang terpisah dan bersih, tidak terlihat binatang pengerat dan serangga, Tempat Cuci Tangan, Air Bersih tersedia dan mengalir , Jamban dan Peturasan terpisah dari tempat pengelolaan makanan, Kamar Mandi tersedia air dan sabun dan mempunyai saluran air kotor yang tertutup, Tempat Sampah tertutup , Fasilitas Penyimpanan Pakaian Karyawan (Locker), alat Pembersihan dan Pemeliharaan. terkontrol dan tersedia. Peralatan : Kebersihan peralatan memasak, pengolahan, penyajian

Kebersihan alat : tidak berlendir, tidak berbau anyir,terlihat bersih, tersusun rapi, tidak ada binatang pengerat dan serangga. Tidak menimbulkan karsinogenik, Orang : Pengolah Makanan, Penyaji Makanan, Pengolah makanan dan Penyaji makanan : terlihat bersih dan rapi, tidak sedang sakit, memakai penutup rambut, kuku pendek dan tidak memakai cincin, serta tidak merokok. Proses mengolah : Pencucian bahan pada air mengalir, peracikan sesuai dan tidak menimbulkan masalah baru(HACCP) kematangannya sempurna sesuai suhu, PERSYARATAN KIMIA : Bahan makanan tidak mengandung Racun dan bahan kimia berbahaya, seperti sianida, Pengawet makanan, pewarna sintetis, pemanis buatan, organoklorin, atau secara organoleptik tidak berbau amoniak, Urea, atau besi, pH normal, PERSYARATAN BIOLOGI : Bahan makanan : Tidak mengandung mikroorganisme yang menimbulkan penyakit seperti E.Coli, telur cacing atau lalat, Makanan siap saji : tidak mengandung Coliform, basillus aureus, bakteri atau virus yang mencemari makanan. tidak ada lalat hinggap di makanan , telur cacing atau lalat.

Sumber : http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php? option=com_content&view=article&id=484:-sanitasi-makanan&catid=39:kesehatan&Itemid=15

Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar sebesar 50 % pada tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah Daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun demikian, bagi daerah-daerah dengan wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan sumber daya manusia. Ruang lingkup kegiatan Program WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu : 1) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal; 2) Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi; 3) Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; 4) Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan 5) Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek. Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program AMPL-BM (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) di Indonesia, Program PAMSIMS adalah aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach) . Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia untuk berkontribusi dan membiayai; dan dapat mengelola dan memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana

yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dan lingkungan sekolah.

TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-urban). Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk: 1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat; 2. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sani-tasi yang berkelanjutan; 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat; 4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat; Sasaran program ini adalah kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi.

INDIKATOR CAPAIAN UTAMA (KPI) PAMSIMAS (2008 2012) 1. Bertambahnya 6 7 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses akses air minum 2. Bertambahnya 3,1 juta penduduk menurut status sosial ekonomi yang dapat mengakses sanitasi 3. Bertambahnya 80% masyarakat Stop BABS 4. Bertambahnya 80% masyarakat yang mengadopsi program cuci tangan pakai sabun 5. Adanya rencana peningkatan kapasitas Pemerintah Kab./Kota pelaksana PAMSIMAS untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan PAMSIMAS 6. Meningkatnya prosentase anggaran Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) untuk pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi serta perluasan pendekatan program untuk pencapaian target MDGs

KINERJA CAPAIAN KPI PROGRAM PAMSIMAS SAMPAI DENGAN PELAKSANAAN TA. 2012 (SEPTEMBER 2012)

Informasi mengenai Program Pamsimas dapat dilihat di: www.pamsimas.org

Gambar Siklus Pelaksanan Program Pamsimas

Sumber : http://www.ampl.or.id/program/program-nasional-penyediaan-air-minum-dan-sanitasi-berbasismasyarakat-pamsimas-/2

Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah


Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Pengertian lain menyebutkan, sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Sampah yang dihasilkan dari jasa boga pada umumnya berupa sampah organik yang sangat baik untuk makanan maupun tempat berkembang biaknya serangga terutama lalat dan tikus. Oleh karena itu sampah yang dihasilkan hendaknya langsung dimasukkan ke dalam tempat yang mudah ditutup sehingga tidak sempat menjadi makanan lalat dan tikus. Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.

Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, antara lain : 1. Dampak Terhadap Kesehatan : Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, demikian pula penyakit jamur (misalnya jamur kulit). 2. Dampak Terhadap Lingkungan : Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi : Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh antara lain terhadap dunia pariwisata dan investasi Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain : 1. Dalam pengelolaan sampah harus memperhatikan sifat sampahnya kemudian dipilih tindakan atau langkah apa yang paling tepat untuk menangani sampah. 2. Tersediannya sarana pembuangan/penampungan sampah yang memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sumber pengotoran/penularan penyakit. Prinsip-prinsip pengelolaan pembuangan sampah sebagai berikut: 1). Adanya tempat sampah yang kedap air dan dilengkapi dengan tutup; 2). Memisahkan sampah berdasarkan sifatnya (misalnya sampah kering dan sampah basah) agar mudah memusnahkannya ;3). Menghindari mengisi tempat sampah yang melampaui kapasitasnya;4) Kondisi kebersihan lingkungan tempat sampah harus baik sehingga tidak ada kepadatan serangga/lalat penular penyakit lainnya yang merugikan kesehatan; 5).Sampah tidak boleh ditampung di tempat sampah melebihi 2 hari. Peletakan tempat sampah. 1. Di dalam ruangan disediakan tempat sampah dalam bentuk kontainer yang kedap air dan tertutup. 2. Tempat sampah tidak boleh diletakkan di atas/pingggiran saluran air. Sampah dalam tempat pengumpulan sementara diperbolehkan tertimbun paling lama 24 jam untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tempat pengumpulan sampah sementara hendaknya diberikan tutup. Pemberian tutup ini antra lain dimaksudkan untuk : Tidak mudah dijangkau dan dipakai untuk bersarangnya tikus dan serangga di antaranya lalat, kecoak atau tidak dapat dijamah oleh binatang-binatang besar seperti anjing dan kucing yang menyebabkan sampah berserakan. Sampah-sampah yang telah terkumpul tidak mudah diterbangkan oleh angin, juga mengurangi dampak bau. Dampak yang dapat ditimbulkan sampah, jika tidak dikelola secara benar antara lain : Menjadi tempat berkembang biak dan sarang dari serangga terutama lalat dan tikus. Menjadi sumber pengotoran tanah, sumber air permukaan, air tanah, maupun pencemaran udara. Menjadi tempat hidup serta sumber kuman-kuman penyakit yang membahayakan kesehatan masyarakat. Menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak estetis Sumber : http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/07/sanitasi-sampah.html

Pengolahan Limbah Industri


Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 05-06-2009 Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan, tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas. Kalau limbah cair langsung mempergunakan sungai atau parit sebagai sarana pembuangan limbah.Kalau limbah padat memanfaatkan tanah kosong sebagai tempat pembuangan. Kalau limbah gas/asap cerobong dianggap sarana yang baik pembuangan limbah. Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan. Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang kelingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang berbahaya dan beracun. Mekanisme pengolahan limbah dapat dilihat pada bagan 7.22. Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Bagi pabrik seperti ini memang telah dirancang dari awal pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air namun terdapat senyawa kimia

yang berbeda pula.Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya. Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya.Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan inetode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ penguranga senyawa pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai pada tingkat maksimum. Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang diinginkan akan mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem pemipaan, pemasangan pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain.Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung secara tepat. Belum ada suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir. Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun tidak semua jeniskegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa kegiatan saja limbah sudah bebas polusi.Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat diuraikan dalam tabel 7.10. Pengolahan limbah sering harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis

parameter/Jarang perusahaan mempergunakan satu proses dan hasilnya baik. Pilihan peralatan berkaitap dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatment-nya. Pilihan ini didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang kali sampai diperoleh hasil maksimum. Di bawah ini disajikan jenis pencemar dengan metodenya. Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid. Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benarbenar bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan adalah sesuai dengan tingkatan berat ringannya. Pada mulanya air limbah harut dibebaskan dari benda terapung atau padatan melayang.Untuk itu diperlukan treatment pendahuluan. Pengolahan selanjutnya adalah mengendapkan partikel-partikel halus kemudian lagi menetralisasinya. Demikian tingkatan ini dilaksanakan sampai seluruh parameter pencemar dalam air buangan dapat dihilangkan. Sumber : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pengolahan-limbahindustri/

Kasus Pencemaran Lingkungan : Polusi Udara di Jakarta Melia Purwati

Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampai-sampai sebagian warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya. Munculnya julukan tersebut tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di bawah ini bisa memberikan gambaran tentang parahnya polusi udara di Jakarta. Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan dengan polusi. Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menyumbang andil sebesar 70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan

dan luas wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat. Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk menyerap polusi.

Sumber : http://stillmeliapurwati.blogspot.com/2013/04/kasus-pencemaran-lingkunganpolusi.html

Anda mungkin juga menyukai