Anda di halaman 1dari 3

Nama : Megantara Kelas : 3 Elektro A TUGAS RESENSI JURNAL Judul Penelitian : Memperbaiki Kondisi Kerja Di Industri Garmen Melalui

Pendekatan Ergonomi Peneliti : Noor Fitrihana (Tanpa Tahun) Pendahuluan : Penelitian ini bertujuan melakukan tinjauan permasalan dan solusi ergonomis untuk memperbaiki kondisi kerja di industri garmen. Karakteristik pekerjaan di industri garmen yang umumnya adalah proses material handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, membutuhkan ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, berinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas di bagian pengepresan dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma khas kain, terpaan kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya. Untuk itu desain tempat kerja di industri garmen akan sangat berpengaruh bagi kinerja karyawan. Evaluasi Ergonomi Kondisi Kerja Di Industri Garmen : Menurut penelitian tersebut kondisi kerja di industri garmen memiliki beberapa permasalahan lingkungan kerja mencakup aspek mekanis, fisik, kimia, biologi dan ergonomi diantaranya adalah: 1. Penataan tumpukan kain yang kurang baik di gudang penyimpanan sehingga gulungan kain mudah jatuh 2. Potensi sakit punggung karena mengangkat dan material handling yang tidak benar 3. Banyaknya debu debu kain di area pemotongan kain 4. Bahaya luka yang seri selama penggunaan mesin potong elektrik tanpa pengaman rantai yang baik 5. Tidak adanya pengamanan mesin dan debu kain di area produksi dan finishing 6. Bahaya zat kimia dan lantai licin pada area pencucian 7. Pencahayaan yang kurang baik di bagian produksi dan finishing

8. permasalahan ergonomi pada posisi kerja duduk dan berdiri 9. Temperatur yang tinggi pada bagian penyetrikaan dan pencucian 10. Problem kelistrikan dan kebakaran di seluruh bagian Presentase penyakit kerja yang muncul karena lingkungan kondisi kerja yang tidak baik adalah sebagai berikut :

70% operator jahit mengalami sakit punggung 35% melaporkan mengalami low back pain secara persisten 25% menderita akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD) 81% mengalami CTD pada pergelangan tangan 14% mengalami CTDs pada siku 5% mengalami CTDs pada bahu 49% pekerja mengalami nyeri leher
David Mahone menyatakan bahwa untuk mengatasi berbagai persoalaan kondisi kerja seperti

potensi timbulnya penyakit akibat kerja, operasi pekerjaan, jam kerja, psikososial, organisasi kerja dan hubungannya antara manusia (pekerja), mesin/alat, pekerjaan dan lingkungan kerjanya maka diperlukan pendekatan ergonomi. Memperbaiki Kondisi Kerja Di Industri Garmen Melalui Pendekatan Ergonomi : Jenifer Gunning dkk mengungkapkan 5 prinsip dasar dalam bekerja secara ergonomis guna mengurangi ganguan otot yaitu 1. Gunakan alat yang baik dan sesuai dengan pekerjaan dan pekerja 2. Meminimkan pengulangan gerakan pada satu jenis otot 3. Hindari posisi tubuh yang tidak baik 4. Gunakan teknik angkat-angkut yang benar 5. Beristirahat secara baik dan benar

Untuk memperbaikai kondisi kerja industri garmen Parimalam dkk (2006) merekomendasikan : I. Meja kerja disarankan dari kayu untuk menghindari bahya elektrik dan merubah ukuran meja sesuai gender. II. Meja jahit direkomendasikan tinggi duduk sekitar 41,5 cm untuk wanita dan untuk pria 43 cm dan posisi betis 105 dari paha ketika menginjak pedal. III. Kursi kerja diberi pelapis busa untuk memberi kenyamanan pada pekerja.

IV.

Meja dan kursi juga harus dapat diatur ketinggiannya dan sudut sandarannya untuk mengurangi sakit pada bahu dan leher (ww.physorg.com).

V.

Intensitas penerangan sebaiknya minimum sebesar 400 lux untuk general lighting dan untuk operator jahit di tambahkan pencahayaan lokal. Sedangkan menurut Industrial Accident Prevention Assosiation (IAPA,2006) untuk pekerjaan menjahit pencahayaan disarankan sekitar 2000-5000 lux.

VI.

Untuk mengurangi kebisingan perlu dilakukan pemeliharaan, pelumasan dan penggantian spare part secara rutin dan pemberian pelindung telinga (lv. 90 Db).

VII.

Untuk mengurangi getaran diperlukan isolator getaran misalnya dengan memasang karpet/alas karet pada kaki-kaki mesin.

VIII.

Pemasangan mesin penghisap untuk menghisap debu kain dan pekerja diberikan masker untuk melindungi dari debu.

IX. X.

Jarak antar mesin 4-5 feet untuk meminimalkan paparan panas pada operator jahit. Disetiap unit perlu disediakan kotak P3K dan orang yang mampu memberikan perawatan/pertolongan darurat.

Kesimpulan : Pada industri manapun lingkungan kerja yang baik merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kondisi kerja dimanapun, karena berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, serta berpengaruh terhadap produktivitas, kualitas dan daya saing produk yang dihasilkan tersebut. Saran : Dari penelitian tersebut telah diketahui solusi dari masalah yang dihadapi namun tidak terdapat data atau kesimpulan yang jelas apakah langkah-langkah pendekatan ergonomi tersebut sudah diimplementasikan atau tidak dan analisa yang dilakukan banyak dilakukan di industri garmen luar negeri, dan tidak ada data yang menjelaskan tentang kondisi kerja di industri garmen Indonesia yang notabene termasuk daerah Asia dimana orang-orangnya memiliki ukuran fisik yang terbilang kecil/ pendek dan memerlukan kesesuaian lagi di fasilitas penunjang produksinya, serta apakah jarak antar mesin yang berukuran 4-5 feet apakah sudah dihitung bersama rata-rata dimensi mesin yang digunakan dan tidak dijelaskan juga berapa jarak standar antara mesin dan pekerja agar tidak menerima paparan panas.

Anda mungkin juga menyukai