Anda di halaman 1dari 6

BAB 2 PERUMUSAN MASALAH

Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan pada kesejahteran rakyat dan usia harapan hidup sehingga menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun meningkat. Menurut Maryam (2008) usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi, dan psikologis. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Junaidi, 2010 : 1). Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan angka morbiditas tinggi. Orang yang mengalami hipertensi terkadang tidak menyadari apabila tekanan darah yang dimilikinya sudah tidak normal atau melebihi ambang batas. Hal ini diperparah jika seseorang tidak pernah atau jarang melakukan pemeriksaan tekanan darah (Ridwan, 2009 : 1). Menurut badan kesehatan dunia WHO, seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg

10

(Junaidi, 2009 : 5). Menurut Lancet (2008), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia meningkat. Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 65 tahun, hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada lansia. Banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur, hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Dari hasil studi tentang kondisi kesehatan lansia yang dilaksanakan Komnas lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua (Depkes, 2008). Pada kenyataannya pengobatan hipertensi secara teratur dan penggunaannya yang lama sering membuat penderita bosan. Untuk mengatasi masalah tersebut penderita memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan obat tradisional. Misalnya masyarakat menggunakan terapi daun alpukat untuk menurunkan tekanan darah, namun sampai saat ini masyarakat belum mengetahui manfaat daun alpukat sebagai penurun tekanan darah pada penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 80 % dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025 (Agus, 2009, II, http://www.idijakbar.com). Hipertensi lebih banyak menyerang pada lansia setengah baya yang berumur 55 tahun sampai 64 tahun. Pada tahun 2009 kejadian hipertensi di Asia diperkirakan mencapai 8 18% dari seluruh penduduk di Asia. Hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2003). Pada tahun 2009 sekitar 15 20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Berdasarkan data Depkes (2008), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya

11

mencapai 24,0%, atau dengan kata lain sebanyak 76,0% kejadian hipertensi dalam masyarakat yang belum terdiagnosis. Sedangkan prevalensi hipertensi di Surabaya sebanyak 37.831 orang, dan sering ditemukan pada lansia. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang sama (Purwati, 2002). Pada bulan Januari 2012, data awal setelah melakukan wawancara dengan pengurus panti werdha Hargodedali Surabaya, dari 45 orang terdapat 22 orang yang menderita hipertensi dengan rata-rata tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi penderitanya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga penderitanya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006). Penyebab seseorang mempunyai hipertensi adalah faktor keturunan, faktor usia, menkonsumsi banyak garam, kolesterol, stress, rokok, kafein, alkohol, kurangnya berolahraga, dan obesitas (Ahmad, 2009). Kondisi yang berkaitan dengan lansia adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar (Wolff, 2008).

12

Hal tersebut akan menimbulkan vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzer, 2002 : 121). Terlalu banyak natrium dalam darah menyebabkan volume darah meningkat. Efek dari banyaknya natrium yang dikonsumsi menyebabkan jantung harus memompa lebih keras untuk mengeluarkan darah yang volumenya meningkat, akibatnya tekanan pada arteri meningkat (Santoso, 2010 : 48). Kalium adalah senyawa kimia yang berperan dalam memelihara fungsi normal otot, jantung dan sistem saraf, selain itu kalium juga merupakan regulator utama tekanan darah (Kowalski, 2010 : 176). Kalium membantu menyeimbangkan jumlah natrium dalam tubuh. Pada penderita hipertensi, kalium bersifat diuretik yang diperlukan tubuh untuk membantu mengeluarkan air dan natrium untuk menurunkan tekanan darah (Prapanza, 2003 : 9). Salah satu pendekatan utama dalam terapi hipertensi adalah menurunkan tekanan darah. Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Junaidi, 2009 : 35). Hipertensi ini menjadi salah satu faktor penyebab stroke, serangan jantung, dan juga gagal ginjal, dan akibat terburuk dari penyakit ini adalah kematian (Ahmad, 2011 : 7).

13

Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat dan bahan-bahan alami (Junaidi, 2010 : 29). Salah satu cara pengobatan non-farmakologis ialah mengkonsumsi tumbuhan herbal yang diyakini mampu menurunkan hipertensi. Daun alpukat dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan non-farmakologis untuk penderita hipertensi, karena daun alpukat memiliki kandungan zat aktif antara lain saponin, alkaloid, flavanoid, quersetin, polifenol, dan tanin. Saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, dan kalium merupakan zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat sebagai peluruh kencing (deuretika), hipotensi (dapat menurunkan tekanan darah). Zat-zat ini bekerja langsung di ginjal, kemudian menambah kecepatan pembentukan urin atau meningkatkan ekskresi natrium, sehingga volume plasma dan cairan ekstrasel berkurang yang kemudian mengakibatkan cardiac output dan resistensi perifer menurun dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Disamping itu, dari hasil percobaan farmakologi, perasan daun mempunyai efek sebagai diuretik (Mardiana, 2005 : 92). Keuntungan dari seduhan daun alpukat ini adalah dapat dibuat sendiri di rumah oleh anggota keluarga, sehingga memungkinkan pasien dan keluarga melakukan upaya dalam mengontrol tekanan darah. Hal ini dapat membantu kemandirian pasien dan keluarga dalam menjaga kesehatannya, khususnya bagi pasien yang tidak ingin mengatasi hipertensinya dengan menggunakan terapi

14

farmakologis. Pengobatan non-farmakologis dapat menjadi alternatif yang tidak membutuhkan biaya besar jika dibandingkan dengan obat-obatan kimiawi serta tanpa efek samping (Andrianto, 2011 : 6). Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti tentang pengaruh daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di panti werdha Hargodedali Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai