Anda di halaman 1dari 16

Pasal 21 (UU No 17 Tahun 2000) (1) Pemotongan, penyetoran, danpelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

ataukegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh WajibPajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh : a. pemberi kerja yang membayargaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai; b. bendaharawan pemerintah yangmembayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungandengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; c. dana pensiun atau badan lainyang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangkapensiun; d. badan yang membayar honorariumatau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasatenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaransehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. (2) Tidak termasuk sebagai pemberikerja yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah badanperwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3. (3) Penghasilan pegawai tetap ataupensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilanbruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnyaditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan PenghasilanTidak Kena Pajak. (4) Penghasilan pegawai harian,mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong pajak adalah jumlahpenghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakanpemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (5) Tarif pemotongan atas penghasilansebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 ayat (1) kecuali ditetapkan laindengan Peraturan Pemerintah. (6) dihapus. (7) dihapus. (8) Petunjuk mengenai pelaksanaan pemotongan,penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,jasa atau kegiatan diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Penjelasan Pasal 21 Ayat (1) Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalanmelalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh olehWajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dankegiatan. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajakadalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, danapensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.

Huruf a Pemberi kerja yangwajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak adalah orang pribadiataupun badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan atau unit perusahaan,yang membayar atau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaranlain dengan nama apapun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai, sebagaiimbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan. Dalampengertian pemberi kerja termasuk juga organisasi internasional yang tidakdikecualikan dari kewajiban memotong pajak. Yangdimaksud dengan pembayaran lain adalah pembayaran dengan namaapapun selain gaji, upah, tunjangan, dan honorarium, dan pembayaran lainseperti bonus, gratifikasi, tantiem. Yang dimaksud dengan bukan pegawai adalah orang pribadi yangmenerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan ikatan kerja tidak tetap, misalnyaartis yang menerima atau memperoleh honorarium dari pemberi kerja. Huruf b Bendaharawan pemerintah termasukbendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembagapemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar RepublikIndonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, danpembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Huruf c Dana pensiun atau badanlain seperti badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang membayarkanuang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yangsejenis dengan nama apapun. Dalam pengertian uangpensiun atau pembayaran lain termasuktunjangan-tunjangan baik yang dibayarkan secara berkala ataupun tidak, yangdibayarkan kepada penerima pensiun, penerima tunjangan hari tua, penerimatabungan hari tua. Huruf d Dalam pengertian badan termasukorganisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan ayat (2). Termasuk tenaga ahli orang pribadimisalnya dokter, pengacara, akuntan, yang melakukan pekerjaan bebas danbertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya. Huruf e Penyelenggara kegiatanwajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau penghargaan dalam bentukapapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeriberkenaan dengan suatu kegiatan. Dalam pengertian penyelenggara kegiatantermasuk antara lain badan, badan pemerintah, organisasi termasuk organisasiinternasional, perkumpulan, orang pribadi sertalembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan. Kegiatan yang diselenggarakanmisalnya kegiatan olah raga, keagamaan, kesenian dan kegiatan lain.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah penghasilan brutodikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak KenaPajak. Dalam pengertian iuran pensiun termasuk juga iurantunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar oleh pegawai. Bagi pensiunan besarnyapenghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto dikurangidengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunan termasuk jugapenerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua. Ayat (4) Besarnya penghasilanyang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetaplainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilanyang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan denganKeputusan Menteri Keuangan, dengan memperhatikan Penghasilan Tidak Kena Pajakyang berlaku. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Pasal 22 (UU No 10 Tahun 1994) (1) Menteri Keuangan dapat menetapkanbendaharawan pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaranatas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dariWajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. (2) Ketentuan mengenai dasarpemungutan, sifat dan besarnya pungutan, tata cara penyetoran, dan tata carapelaporan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

Penjelasan Pasal 22 Ayat (1) dan ayat (2) Berdasarkan ketentuanini yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah: - bendaharawanpemerintah, termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang; - badan-badan tertentu, baik badanpemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor, ataukegiatan usaha di bidang lain. Pemungutan pajak berdasarkanketentuan ini, dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalampengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak danuntuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu. Dalamhubungan ini Menteri Keuangan menetapkan besarnya pungutan yang dapat bersifatfinal. Pelaksanaan ketentuanini ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan antara lain: - penunjukan pemungutpajak secara selektif, demi pelaksanaan pemungutan pajak secara efektif dan efisien; - tidak mengganggukelancaran lalu lintas barang; - prosedur pemungutan, penyetoran, danpelaporan yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan. Pasal 23 (1) Atas penghasilan tersebut di bawahini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau terutang olehbadan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepadaWajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihakyang wajib membayarkan : a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas: (UU No 17 Tahun 2000) 1) dividen sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; 2) bunga, sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (1) huruf f; 3) royalti; 4) hadiah dan penghargaan selainyang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21ayat (1) huruf e; b. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto danbersifat final atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi; (UU No 10Tahun 1994) c. sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraanpenghasilan neto atas : (UU No 10 Tahun 1994) 1) sewa dan penghasilan lainsehubungan dengan penggunaan harta;

2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik,jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yangtelah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. (2) Besarnya perkiraan penghasilanneto dan jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalamayat (1) huruf c ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. (UU No17 Tahun 2000) (3) Orang pribadi sebagai Wajib Pajakdalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajaksebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (UU No 10 Tahun 1994) (4) Pemotongan pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) tidak dilakukan atas : (UU No 17 Tahun 2000) a. penghasilan yang dibayar atauterutang kepada bank; b. sewa yang dibayarkan atau terutangsehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi; c. dividen sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (3) huruf f; d. bunga obligasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf j; e. bagian laba sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (3) huruf i; f. sisa hasil usaha koperasi yangdibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; g. bunga simpanan yang tidak melebihibatas yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan olehkoperasi kepada anggotanya. Penjelasan Pasal 23 Ayat (1) Ketentuan dalam ayat ini mengatur pemotongan pajakatas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal,pemberian jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e, yang dibayarkan atauterutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggarakegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Dasar pemotongan pajakdalam ayat ini dibedakan antara penghasilan bruto dan perkiraan penghasilanneto.Dasar pemotongan pajak untuk pembayaran penghasilan dalam bentuk dividen, bunga, royalti, hadiah, danpenghargaan adalah jumlah penghasilan bruto. Dasar pemotongan untuk sewadan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaanharta adalah perkiraan penghasilan neto. Penghasilan berupaimbalan jasa yang wajib dilakukan pemotongan pajak adalah jasa teknik, jasamanajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. Atas penghasilan berupabunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi dipotong pajak sebesar 15% (limabelas persen) dan bersifat final. Atas penghasilan berupabunga simpanan koperasi yang tidak melebihi batas yang ditetapkan denganKeputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya tidakdipotong Pajak Penghasilan Pasal 23.

Ayat (2) Agar ketentuan inidapat dilaksanakan dengan baik dan dinamis sesuai dengan perkembangan duniausaha, maka Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menetapkanjenis-jenis jasa lain dan besarnya perkiraanpenghasilan neto. Dalam menetapkan besarnya perkiraanpenghasilan neto, Direktur Jenderal Pajak selain memanfaatkan data daninformasi intern, dapat memperhatikan pendapat dan informasi dari pihak-pihakyang terkait. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 24 (UU No 10 Tahun 1994) (1) Pajak yang dibayar atau terutangdi luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperolehWajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkanUndang-undang ini dalam tahun pajak yang sama. (2) Besarnya kredit pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilanyang dibayar atauterutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yangterutang berdasarkan Undang-undang ini. (3) Dalam menghitung batas jumlahpajak yang boleh dikreditkan, penentuan sumber penghasilan adalah sebagaiberikut : a. penghasilan dari saham dansekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atausekuritas tersebut bertempat kedudukan; b. penghasilan berupa bunga,royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negaratempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebutbertempat kedudukan atau berada; c. penghasilan berupa sewasehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat hartatersebut terletak; d. penghasilan berupa imbalansehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihakyang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atauberada; e. penghasilan bentuk usaha tetapadalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan (4) Penentuan sumber penghasilanselain penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan prinsipyang sama dengan prinsip yang dimaksud pada ayat tersebut. (5) Apabila pajak atas penghasilandari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian dikurangkan ataudikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang ini harusditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itudilakukan. (6) Ketentuan mengenai pelaksanaanpengkreditan pajak atas penghasilan dari luar negeri ditetapkan dengankeputusan Menteri Keuangan.

Penjelasan Pasal 24 Padadasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasukpenghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Untukmeringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, ketentuan ini mengaturtentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutangdi luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruhpenghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Ayat (1) Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang di Indonesiahanyalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak. Contoh: PT A diIndonesia merupakan pemegang sahamtunggal dari Z Inc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 1995 memperolehkeuntungan sebesar US$ 100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di negara Zadalah 48% dan PajakDividen adalah 38%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagaiberikut: Keuntungan Z Inc US$ 100,000.00 Pajak Penghasilan(Corporate income tax) atas Z Inc. US$ 48,000.00 (-) (48%) US$ 52,000.00 Pajak atas dividen(38%) US$ 19,760.00 (-) Dividen yang dikirimke Indonesia US$ 32,240.00 Pajak Penghasilan yang dapatdikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang atas PT A adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yangditerima atau diperoleh di luar negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlahsebesar US$ 19,760.00. Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc.sebesar US$ 48,000.00 tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yangterutang atas PTA, karena pajak sebesar US$ 48,000.00 tersebut tidak dikenakan langsung ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri, melainkan pajakyang dikenakan atas keuntungan Z Inc. di negara X. Ayat (2) Untuk memberikanperlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima atau diperolehdari luar negeri dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia,maka besarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi besarnyapajak yang dihitung berdasarkan Undang-undang ini. Cara penghitunganbesarnya pajak yang dapat dikreditkan ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan wewenang sebagaimana diatur pada ayat (6).

Ayat (3) dan (4) Dalamperhitungan kredit pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luarnegeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang menurutUndang-undang ini, penentuan sumber penghasilan menjadi sangat penting. Selanjutnya,ketentuan ini mengatur tentang penentuan sumber penghasilan untukmemperhitungkan kredit pajak luar negeri tersebut. Mengingat Undang-undangini menganut pengertian penghasilan yang luas, maka sesuai denganketentuan pada ayat (4) penentuan sumber dari penghasilan selain yang tersebutpada ayat (3) dipergunakan prinsipyang sama dengan prinsip sebagaimanadimaksud pada ayat (3) tersebut, misalnya A sebagai Wajib Pajak dalam negerimemiliki sebuah rumah di Singapura dan dalam tahun 1995 rumah tersebut dijual. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan rumah tersebut merupakanpenghasilan yang bersumber di Singapura karena rumah tersebut terletak di Singapura. Ayat (5) Apabila terjadipengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di luarnegeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadilebih kecil dari besarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkan padaPajak Penghasilan yang terutang menurut Undang-undang ini. Misalnya dalam tahun1996, Wajib Pajak mendapat pengurangan pajak atas penghasilan luar negeri tahunpajak 1995 sebesar Rp 5.000.000,00 yang semula telah termasuk dalam jumlahpajak yang dikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun pajak 1995,maka jumlah sebesar Rp5.000.000,00 tersebut ditambahkan pada Pajak Penghasilanyang terutang dalam tahun pajak 1996. Ayat (6) Cukup jelas Pasal 25 (1) Besarnya angsuran pajak dalam tahunpajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulanadalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan : (UU No 17Tahun 2000) a. Pajak Penghasilan yang dipotongsebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilanyang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan b. Pajak Penghasilan yang dibayaratau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 24;dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagiantahun pajak. (2) Besarnya angsuran pajak yangharus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaianSurat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuranpajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu. (UU No 17 Tahun 2000) (3) dihapus. (UU No 17 Tahun 2000)

(4) Apabila dalam tahun pajakberjalan diterbitkan surat ketetapan pajakuntuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembaliberdasarkan surat ketetapan pajak tersebut danberlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak. (UU No 17 Tahun2000) (5) dihapus. (UU No 17 Tahun 2000) (6) Direktur Jenderal Pajak berwenanguntuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajakberjalan dalam hal-hal tertentu, yaitu : (UU No 10 Tahun 1994) a. Wajib Pajak berhak atas kompensasikerugian; b. Wajib Pajak memperolehpenghasilan tidak teratur; c. Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktuyang ditentukan; d. Wajib Pajak diberikan perpanjanganjangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; e. Wajib Pajak membetulkan sendiriSurat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuranbulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; f. Terjadi perubahan keadaan usahaatau kegiatan Wajib Pajak. (7) Penghitungan besarnya angsuranpajak bagi Wajib Pajak baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha MilikDaerah, dan Wajib Pajak tertentu lainnya termasuk Wajib Pajak orang pribadipengusaha tertentu diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (UU No 17 Tahun2000) (8) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yangbertolak ke luar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dalamPeraturan Pemerintah. (UU No 10 Tahun 1994) (9) Pajak yang telah dibayar sendiridalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentumerupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan,kecuali apabila Wajib Pajak yang bersangkutan menerima atau memperolehpenghasilan lain yang tidak dikenakan PajakPenghasilan yang bersifat final menurut Undang-undang ini. (UU No 10 Tahun1994)

Penjelasan Pasal 25 Ketentuan ini mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulananyang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan. Ayat (1) Contoh 1: Pajak Penghasilan yang terutangberdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun2000 dikurangi : a. Pajak Penghasilan yang dipotongpemberi kerja Rp 15.000.000,00 Rp 50.000.000,00

(Pasal 21) b. Pajak Penghasilan yang dipungutoleh pihak Rp 10.000.000,00 lain (Pasal 22) c. Pajak Penghasilan yang dipotongoleh pihak Rp 2.500.000,00 lain (Pasal 23) d. Kredit Pajak Penghasilan luarnegeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00 (+) Jumlah kredit pajak Rp 35.000.000,00 () Selisih Rp 15.000.000,00 Besarnya angsuran pajak yang harusdibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2001 adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12). Contoh 2: Apabila Pajak Penghasilan sebagaimanadimaksud dalam contoh di atas berkenaan dengan penghasilan yang diterima ataudiperoleh untuk bagian tahun pajak yang meliputi masa 6 (enam) bulan dalamtahun 2000, maka besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendirisetiap bulan dalam tahun 2001 adalah sebesar Rp 2.500.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 6). Ayat (2) Mengingat batas waktu penyampaianSurat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan adalah 3 (tiga) bulan setelahtahun pajak berakhir, maka besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendirioleh Wajib Pajak sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan belum dapat dihitung sesuai dengan ketentuan ayat (1). Berdasarkan ketentuan ini, besarnyaangsuran pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tersebut adalah samadengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu. Contoh: Apabila Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib Pajak pada bulan Maret 2001, makabesarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari danPebruari 2001 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2000, misalnyasebesar Rp 1.000.000,00. Apabila dalam bulan September 2000diterbitkan keputusan pengurangan angsuran pajak menjadi nihil, sehinggaangsuran pajak sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2000 menjadi nihil,maka besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak setiap bulan untukbulan Januari dan Pebruari 2001 tetap sama dengan angsuran bulan Desember,yaitu nihil. Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Apabila dalam tahun berjalanditerbitkan suratketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitungberdasarkan suratketetapan pajak tersebut. Perubahan angsuran pajak tersebut berlaku mulai bulanberikutnya setelah bulan diterbitkannya surat ketetapan pajak. Contoh: Berdasarkan Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2000 yang disampaikan Wajib Pajak dalambulan Maret 2001, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalahsebesar Rp1.250.000,00. Dalam bulan Juni 2001 telah diterbitkan surat ketetapanpajak tahun pajak 2000 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulansebesar Rp 2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan dalam ayatini, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2001 adalah sebesar Rp2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajakberdasarkan suratketetapan pajak tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuranpajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Pada dasarnya besarnya pembayaranangsuran pajak oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan sedapat mungkindiupayakan mendekati jumlah pajak yang akan terutangpada akhir tahun. Oleh karena itu berdasarkan ketentuan ini, dalam hal-haltertentu Direktur Jenderal Pajak diberikan wewenang untuk menyesuaikanpenghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WajibPajak dalam tahun berjalan, apabila terdapat kompensasi kerugian, Wajib Pajakmenerima atau memperoleh penghasilan tidak teratur, atau terjadi perubahankeadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Contoh 1: - Penghasilan PT X tahun 2000 Rp 120.000.000,00 - Sisa kerugian tahun sebelumnyayang masih dapat dikompensasikan Rp 150.000.000,00 - Sisa kerugian yang belumdikompensasikan tahun 2000 Rp 30.000.000,00 Penghitungan Pajak PenghasilanPasal 25 tahun 2001 adalah: - Penghasilan yang dipakai Penghasilan Pasal 25 = dasarpenghitungan angsuran Pajak

Rp 120.000.000,00- Rp 30.000.000,00 = Rp 90.000.000,00. - Pajak Penghasilan terutang: 10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

15% x Rp 40.000.000,00 =

Rp 6.000.000,00 (+) Rp 11.000.000,00

Apabila pada tahun 2000 tidak adaPajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan pajak yangdibayar atau terutang di luar negeri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 24,maka besarnya angsuran pajak bulanan PT X tahun 2001 = 1/12 x Rp 11.000.000,00= Rp 916.666,67 (dibulatkanRp 916.666,00). Contoh 2: Penghasilan teratur Wajib Pajak Adari usaha dagang dalam tahun 2000 Rp 48.000.000,00 dan penghasilan tidakteratur dari mengontrakkan rumah selama 3 (tiga) tahun yang dibayar sekaliguspada tahun 2000 sebesar Rp 72.000.000,00. Mengingat penghasilan yang tidakteratur tersebut sekaligus diterima pada tahun 2000, maka penghasilan yangdipakai sebagai dasar penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dari Wajib PajakA pada tahun 2001 adalah hanya dari penghasilan teratur tersebut. Contoh 3: Perubahan keadaanusaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatanusaha. PT Byang bergerak di bidang produksi benang dalam tahun 2000 membayar angsuranbulanan sebesar Rp15.000.000,00. Dalam bulan Juni 2000 pabrik milikPT B terbakar, oleh karena itu berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajakmulai bulan Juli 2000 angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan menjadi lebihkecil dari Rp 15.000.000,00. Sebaliknya apabila PT B mengalamipeningkatan usaha, misalnya adanya peningkatan penjualan dan diperkirakanPenghasilan Kena Pajaknya akan lebih besar dibandingkan dengan tahunsebelumnya, maka kewajiban angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan olehDirektur Jenderal Pajak. Ayat (7) Pada prinsipnya penghitunganbesarnya angsuran bulanan dalam tahun berjalan didasarkan pada SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu. Namun berdasarkan ketentuan ini,Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan dasar penghitungan besarnyaangsuran bulanan selain berdasarkan prinsip tersebut dengan tujuan agar lebihmendekati kewajaran berdasarkan data yang dapat dipakai untuk menentukanbesarnya pajak yang akan terutang pada akhir tahunserta sebagai dasar penghitungan jumlah (besarnya) angsuran pajak dalam tahunberjalan. Bagi Wajib Pajak baru yang mulaimenjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam tahun pajak berjalan, perludiatur untuk menentukan besarnya angsuran pajak, karena Wajib Pajak belummemasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Penentuan besarnya angsuran pajakdidasarkan atas kenyataan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. Bagi Wajib Pajak yang bergerakdalam bidang perbankan, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,terdapat kewajiban menyampaikan kepada Pemerintah laporan yang berkaitan denganpengelolaan keuangan dalam suatu periode tertentu, yang dapat dipakai sebagaidasar penghitungan untuk menentukan besarnya angsuran pajak dalam tahunberjalan. Dalam perkembangan dunia usaha, kemungkinanterdapat bidang usaha atau Wajib Pajak tertentu termasuk Wajib Pajak orangpribadi pengusaha tertentu yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyaitempat usaha tersebar di beberapa tempat, misalnya pedagang elektronik yangmempunyai toko di beberapa pusat perbelanjaan, yang angsuran pajaknya dapatdihitung berdasarkan data atau kenyataan yang ada, sehingga mendekatikewajaran. Ayat (8) Pajak yang dibayar Wajib Pajakorang pribadi yang bertolak ke luar negeri merupakan pembayaran angsuran pajakdalam tahun berjalan yang dapat dikreditkan dengan jumlah Pajak Penghasilanyang terutang pada akhir tahun. Berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya tugas negara,pertimbangan sosial, budaya, pendidikan, keagamaan, dan kelazimaninternasional, dengan Peraturan Pemerintah diatur tentang pengecualian darikewajiban membayar pajak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini. Ayat (9) Sebagaimana dimaksud dalam ayat(7), besarnya angsuran pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentuyaitu Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar dibeberapa tempat, misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapapusat perbelanjaan, ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Menteri Keuangan.Angsuran pokok bagi Wajib Pajak tersebut, merupakan pelunasan pajak yangterutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, sepanjang Wajib Pajak tersebuttidak menerima atau memperoleh penghasilan lain yangtidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Apabila Wajib Pajaktersebut juga menerima atau memperoleh penghasilan lain yang tidak dikenakanPajak Penghasilan yang bersifat final, maka dalam menghitung pajaknya, seluruhpenghasilannya digunggungkan dan dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkanketentuan umum, sedangkan pajak yang telah dibayarmerupakan kredit pajak. Pasal 26 (1) Atas penghasilan tersebut dibawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yangterutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggarakegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnyakepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia,dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihakyang wajib membayarkan : (UU No 17 Tahun 2000) a. dividen; b. bunga, termasuk premium,diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan

jaminan pengembalianutang; c. royalti, sewa, dan penghasilanlain sehubungan dengan penggunaan harta; d. imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan, dan kegiatan; e. hadiah dan penghargaan; f. pensiun dan pembayaran berkalalainnya. (2) Atas penghasilan dari penjualanharta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterimaatau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap diIndonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luarnegeri, dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilanneto. (UU No 10 Tahun 1994) (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (UU No 17Tahun 2000) (4) Penghasilan Kena Pajak sesudahdikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesiadikenakan pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan tersebutditanamkan kembali di Indonesia,yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan. (UUNo 17 Tahun 2000) (5) Pemotongan pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) bersifat final, kecuali : (UUNo 10 Tahun 1994) a. pemotongan atas penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c; b. pemotongan atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah statusmenjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Penjelasan Pasal 26 Ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia,Undang-undang ini menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu pemenuhan sendirikewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usahaatau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, danpemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya. Ketentuan inimengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap. Ayat (1) Pemotongan pajak berdasarkanketentuan ini wajib dilakukan oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri,penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luarnegeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selainbentuk usaha tetap di Indonesia, dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen)dari jumlah bruto. Jenis-jenis penghasilan yang wajibdilakukan pemotongan dapat digolongkan dalam: 1) penghasilan yang bersumber dari modaldalam bentuk dividen, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap sehubungandengan interest swap dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang, royalti,dan sewa serta penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; 2) imbalan sehubungan dengan jasa,pekerjaan, atau kegiatan; 3) hadiah dan penghargaan dengannama dan dalam bentuk apapun; 4) pensiun dan pembayaran berkala lainnya. Sesuai dengan ketentuan ini, misalnyasuatu badan Subjek Pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00 kepada Wajib Pajak luar negeri, maka Subjek Pajak dalam negeritersebut berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluhpersen) dari Rp 100.000.000,00. Sebagai contoh lain misalnyaseorang atlit dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam perlombaan larimaraton di Indonesia, dan kemudian merebut hadiah uang, maka atas hadiahtersebut dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen). Ayat (2) dan ayat (3) Ketentuan ini mengatur tentangpemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luarnegeri yang bersumber di Indonesia,selain dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu penghasilandari penjualan harta dan premi asuransi, termasuk premi reasuransi. Atas penghasilantersebut dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraanpenghasilan neto dan bersifat final. Menteri Keuangandiberikan wewenang untuk menetapkan besarnya perkiraan penghasilan netodimaksud, serta hal-hal lain dalam rangka pelaksanaan pemotongan pajaktersebut. Ketentuan ini tidak diterapkandalam hal Wajib Pajak luar negeri tersebut menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, atau apabila penghasilandari penjualan harta tersebut telah dikenakan pajak berdasarkan ketentuan Pasal4 ayat (2). Ayat (4) Atas Penghasilan Kena Pajak sesudahdikurangi pajak dari bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar20% (dua puluh persen). Contoh: Penghasilan Kena Pajak bentukusaha tetap di Rp17.500.000.000,00 Indonesia Pajak Penghasilan: 10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00 30% x Rp Rp5.220.000.000,00 17.400.000.000,00 = (+) Pajak Penghasilan Rp 5.232.500.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak setelahdikurangi pajak Rp12.267.500.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 26 yangterutang 20% X 12.267.500.000 = Rp2.453.500.000,00 Namun apabila penghasilan setelahdikurangi pajak sebesar Rp12.267.500.000,00 tersebutditanamkan kembali di Indonesiasesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotongpajak. Ayat (5) Pada prinsipnya pemotongan pajakatas Wajib Pajak luar negeri adalah bersifat final, namun atas penghasilansebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c, dan ataspenghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubahstatus menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotonganpajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapatdikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Contoh: A sebagai tenaga asing orangpribadi membuat perjanjian kerja dengan PT B sebagai Wajib Pajak dalam negeriuntuk bekerja di Indonesiauntuk jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung mulai tanggal1 Januari 2001. Pada tanggal 20 April 2001 perjanjian kerja tersebut diperpanjangmenjadi 8 (delapan) bulan sehingga akan berakhir padatanggal 31 Agustus 2001. Jika perjanjian kerja tersebuttidak diperpanjang maka status A adalah tetap sebagaiWajib Pajak luar negeri. Dengan diperpanjangnya perjanjian kerja tersebut makastatus A berubah dari Wajib Pajak luar negeri menjadiWajib Pajak dalam negeri terhitung sejak tanggal 1 Januari 2001. Selama bulanJanuari sampai dengan Maret 2001 atas penghasilan bruto Atelah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 oleh PT B. Berdasarkan ketentuan ini, makauntuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan A untuk masaJanuari sampai dengan Agustus 2001, Pajak Penghasilan Pasal 26 yang telahdipotong dan disetor PT B atas penghasilan A sampai dengan Maret tersebut,dapat dikreditkan terhadap pajak A sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai