Anda di halaman 1dari 32

Disusun Oleh : Suci Nurannisa Yusuf, S.Ked Dokter Pembimbing dr. Suryo Hapsara, Sp.

Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok usia di bawah 6 tahun, bahkan sebagian besar berusia kurang dari 2 tahun. Lebih dari 80 % luka bakar pada anak balita merupakan cedera lepuh. Luka ini dapat terjadi bila anak tersebut tidak terurus dengan baik, atau kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya

Definisi Luka bakar (combustio) adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). (Mansjoer, 2000)

Struktur dan Fungsi Kulit Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan yang merupakan pokok dan alat-alat tambahan. Ketiga lapisan yang merupakan bangunan pokok terdiri dari : - Lapisan epidermis - lapisan dermis - subcutis

Ada 3 macam serabut syaraf pada kulit, yaitu serabut adrenergik (menginervasi pembuluh darah untuk vasokonstriksi, inervasi m. erector papilare untuk kontraksi, inervasi kelenjar apokrin untuk mengatur sekresi), serabut kolinergik (menginervasi kelenjar ekrin), serabut sensorik untuk menerima rangsangan dari luar (meissner untuk sentuhan, paccini untuk tekanan, akhiran syaraf bebas terutama pada papila dermis dan sekitar folikel rambut untuk panas, dingin, nyeri dan gatal).

Kedalaman Luka Bakar Derajat I (luka bakar superfisial) Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan, nyeri atau hipersensitivitas setempat, yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. Misalnya tersengat matahari.

Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa. sembuh sendiri dalam 10-21 hari. tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung syaraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluih darah karena permeabilitas dindingnya meninggi. Derajat II dangkal, di mana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermi Derajat II dalam, di mana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

Derajat III Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit, subkutis, atau organ yang lebih dalam. tidak ada bula, dan tidak nyeri.

Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Perhitungan luas luka bakar untuk orang dewasa antara lain berdasarkan rule of nine dari Wallace. Digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % . Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas adalah luas telapak tangan dianggap 1 %. (Mansjoer, 2000 & De jong, 2000)

Klasifikasi luka bakar


1. Berat/kritis bila: Derajat II dengan luas lebih dari 25 % Derajat III dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat pada muka, kaki, dan tangan Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur Luka bakar akibat listrik 2. Sedang bila: Derajat II dengan luas 15-25 % Derajat III dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, tangan dan kaki 3. Ringan bila: Derajat II dengas luas kurang dari 15 % Derajat III kurang dari 2 % (Mansjoer, 2000)

Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok (burn syok) karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler darah yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Pembengkakan terjadi pelan-pelan setelah 8 jam. Setelah 12-24 jam, permeabilitas mulai membaik dan terjadi mobilitas dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis (Sjamsuhidajat, R dan Wim de jong., 1997).

Pada luka bakar berat dapat terjadi ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristaltik dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena

Fase Luka Bakar

Fase awal/ akut/ shock Terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit. Fase setelah shock berakhir/ diatasi/ sub akut Bila ada luka terbuka dapat terjadi masalah inflamasi, infeksi yang dapat menimbulkan sepsis dan penguapan cairan dan panas tubuh. (evaporatif heat loss) Fase lanjut Periode penutupan luka sampai maturasi. Masalah yang mungkin timbul berupa kontraktur, jaringan parut dan deformitas jaringan/ organ.

Pre Hospital Stop Drop Roll Menghilangkan Heat Restore Resusitasi A-B-C Airway : Curiga trauma inhalasi, sehingga dapat mengganggu jalan nafas. Pasang ET atau tracheostomy untuk membuka jalan nafasnya. Breathing : Dapat terganggu apabila luka bakar tersebut mengenai dinding dada. Lakukan Escharotomy atau Zebra incision. Circulation : Pemberian terapi cairan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik

Prinsip Terapi pada luka bakar Menghentikan sumber pajanan panas


Membuka baju Menutupi bagian yang terbakar Mendinginkan dan membersihakan luka pada satu jam pertama Menyirami luka dengan air mengalir selama minimal 15 menit Pemberian antiseptik dan antibiotik topikal Antiseptik biasanya digunakan betadine atau nitrasargenti 0,5% setiap 2 jam Antibiotik topikal bentuk yang digunakan biasanya berbentuk larutan, salep atau krim (Zilfer Sulfadizin 1%) dioleskan tanpa pembalut dan dapat dibersihkan dan diganti tiap hari

Rawat luka

Menentukan luas dan dalamnya luka bakar

Berdasarkan luas dan dalamnya luka bakar maka dilanjutkan dengan pemberian terapi cairannya.

a. Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan hari pertama hitunglah : - Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1) - Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2) - 2000 cc glukosa 5 % (3) Separuh dari jumlah (1),(2),(3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.

. Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

Hari Pertama

Pemberian Analgetik : Analgetik yang baik adalah dari jenis morfin

Pemberian ATS Antasida : Diberikan untuk pencegahan timbulnya curlings ulcers (lambung, duodenum dan jejenum) yang dapat timbul dekat akhir fase burn shock Perawatan lukanya sendiri dapat dilakukan dengan 2 macam cara yaitu Cara dibalut (occlusive dresing). Kerugiannya yaitu bila terjadi infeksi pada luka diketahui lambat/ tidak segera. Cara terbuka Luka dibiarkan terbuka sehingga terkena udara (exposed to air), Bula yang utuh dibiarkan tetapi bulla yang sudah pecah dibuka. Keuntungan cara terbuka dengan cara tertutup adalah:
Luka tidak sembab (kering) Tidak ada jaringan granulasi yang berlebihan Bila infeksi segera terlihat

Kemungkinan infeksi memang lebih besar,

Hari Kedua Pemberian antibiotik sistemik Pada hari kedua permeabilitas pembuluh darah mulai membaik ditandai dengan meningkatnya diuresis. Evaluasi luka bakar Diuresis, minimal 30 cc/ jam, kecuali untuk penderita gagal ginjal, diabetes melitus dan gagal jantung diuresis 15 cc/ jam sudah dianggap cukup Fisioterapi Skin Grafting : Sesudah timbul jaringan granulasi pada luka-luka bakar dilakukan skin grafting, Nutrisi :Minuman
Segera setelah peristaltik normal Sebanyak 25 ml/Kg/BB/ hari Sampai diuresis minimal 30 ml/ jam

3.000 kalori/ hr, 100-150 gr protein/ hr Suplemen : Vitamin A, B dan D, Vitamin C 500 mg (Schwart, 2000)

Makanan : 2.500

Indikasi Rawat Inap - Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10 % pada anak atau > 15 % pada orang dewasa. - Terancam udem laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat. - Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum (Mansjoer, 2000).

Ekskarotomi debridemen

WASALAM

Anda mungkin juga menyukai