|
(3)
f
y
600+f
y
.
10.5 Modulus elastisitas
Nilai modulus elastisitas beton, baja tulangan, dan tendon
ditentukan sebagai berikut: 1) Untuk nilai wc di antara 1 500
kg/m
3
dan 2 500 kg/m
3
, nilai modulus elastisitas beton Ec
1,5 ' dapat diambil sebesar (w ) 0,043 f
sebesar 4 700 f
c
'
. 2) Modulus elastisitas untuk tulangan non-
prategang Es boleh diambil sebesar 200 000
MPa.
3) Modulus elastisitas untuk tendon prategang, Es, ditentukan
melalui pengujian atau dari data pabrik.
10.6 Kekakuan
1) Setiap asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan boleh
digunakan untuk menghitung kekakuan lentur dan torsi dari
sistem kolom, dinding, lantai, dan atap. Asumsi tersebut harus
digunakan secara konsisten dalam seluruh analisis.
2) Pengaruh dari voute harus diperhitungkan dalam menentukan
momen dan dalam merencanakan komponen struktur.
10.7 Panjang bentang
Panjang bentang komponen struktur ditentukan menurut butir-
butir berikut:
cc
(dalam MPa). Untuk beton normal E dapat diambil c
54 dari 278
1) Panjang bentang dari komponen struktur yang tidak menyatu
dengan struktur pendukung dihitung sebagai bentang bersih
ditambah dengan tinggi dari komponen struktur. Besarnya
bentang tersebut tidak perlu melebihi jarak pusat ke pusat dari
komponen struktur pendukung yang ada.
2) Dalam analisis untuk menentukan momen pada rangka atau
struktur menerus, panjang bentang harus diambil sebesar jarak
pusat ke pusat komponen struktur pendukung.
3) Untuk balok yang menyatu dengan komponen struktur
pendukung, momen pada bidang muka tumpuan dapat
digunakan sebagai dasar dalam perencanaan penampang.
4) Pelat atau pelat berusuk, yang bentang bersihnya tidak lebih
dari 3 m dan yang dibuat menyatu dengan komponen struktur
pendukung dapat dianalisis sebagai pelat menerus di atas
banyak tumpuan dengan jarak tumpuan sebesar bentang bersih
pelat dan pengaruh lebar struktur balok pendukung dapat
diabaikan.
10.8 Kolom
1) Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial
terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen
maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang
terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi
pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen
terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2) Pada konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari
adanya beban yang tak seimbang pada lantai atau atap
terhadap kolom luar ataupun dalam harus diperhitungkan.
Demikian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab
lainnya juga harus diperhitungkan.
3) Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang
bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap
terjepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan
komponen struktur lainnya.
4) Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau
atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah
lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom dengan juga
memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom.
55 dari 278
10.9 Pengaturan beban hidup
Beban hidup yang bekerja pada komponen struktur, diatur
menurut ketentuan berikut:
1) Beban hidup dapat dianggap hanya bekerja pada lantai atau
atap yang sedang ditinjau, dan ujung-ujung terjauh kolom dapat
dianggap terjepit, selama ujung-ujung tersebut dibuat menyatu
(monolit) dengan komponen struktur lainnya.
2) Pengaturan beban hidup dapat dilakukan dengan kombinasi
berikut: (1) Beban mati terfaktor pada semua bentang dengan
beban hidup penuh terfaktor yang bekerja pada dua bentang
yang berdekatan. (2) Beban mati terfaktor pada semua bentang
dengan beban hidup penuh terfaktor pada bentang yang
berselang-seling.
10.10 Konstruksi balok-T
1) Pada konstruksi balok-T, bagian sayap dan badan balok
harus dibuat menyatu (monolit) atau harus dilekatkan secara
efektif sehingga menjadi satu kesatuan.
2) Lebar pelat efektif sebagai bagian dari sayap balok-T tidak
boleh melebihi seperempat bentang balok, dan lebar efektif
sayap dari masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi:
. (1) delapan kali tebal pelat, dan
. (2) setengah jarak bersih antara balok-balok yang
bersebelahan.
3) Untuk balok yang mempunyai pelat hanya pada satu sisi,
lebar efektif sayap dari sisi badan tidak boleh lebih dari:
. (1) seperduabelas dari bentang balok,
. (2) enam kali tebal pelat, dan
. (3) setengah jarak bersih antara balok-balok yang
bersebelahan.
4) Balok-T tunggal, dimana bentuk T-nya diperlukan untuk
menambah luas daerah tekan, harus mempunyai ketebalan
sayap tidak kurang dari setengah lebar badan balok, dan lebar
efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar badan balok.
5) Bila tulangan lentur utama pelat, yang merupakan bagian dari
sayap balok-T (terkecuali untuk konstruksi pelat rusuk), dipasang
sejajar dengan balok, maka harus disediakan penulangan di sisi
atas pelat yang dipasang tegak lurus terhadap balok
berdasarkan ketentuan berikut:
56 dari 278
(1) Tulangan transversal tersebut harus direncanakan untuk
memikul beban terfaktor selebar efektif pelat yang dianggap
berperilaku sebagai kantilever. Untuk balok-T tunggal, seluruh
lebar dari sayap yang membentang harus diperhitungkan. Untuk
balok-T lainnya, hanya bagian pelat selebar efektifnya saja yang
perlu diperhitungkan.
(2) Tulangan transversal harus dipasang dengan spasi tidak
melebihi lima kali tebal pelat dan juga tidak melebihi 500 mm.
10.11 Konstruksi pelat rusuk
1) Konstruksi pelat rusuk terdiri dari kombinasi monolit sejumlah
rusuk dengan jarak beraturan dan pelat atas yang membentang
dalam satu arah atau dua arah yang ortogonal.
2) Rusuk mempunyai lebar minimum 100 mm dan mempunyai
tinggi tidak lebih dari 3,5 kali lebar minimumnya.
3) Jarak bersih antar rusuk tidak boleh melebihi 750 mm.
4) Konstruksi pelat rusuk yang tidak memenuhi batasan-batasan
pada 10.11(1) hingga 10.11(3) harus direncanakan sebagai pelat
dan balok biasa.
5) Bila digunakan bahan pengisi permanen berupa lempung
bakar atau ubin beton yang mempunyai kuat tekan minimal
sama dengan kuat tekan beton yang digunakan pada konstruksi
pelat rusuk, maka: (1) Bagian dinding vertikal dari bahan
pengisi yang berhubungan dengan rusuk boleh disertakan dalam
perhitungan kuat geser dan kuat lentur negatif. Bagian lain dari
bahan pengisi tidak boleh disertakan dalam perhitungan
kekuatan.
(2) Tebal pelat di atas bahan pengisi permanen tidak boleh
kurang dari seperduabelas jarak bersih antar rusuk dan tidak
boleh kurang dari 40 mm. (3) Pada pelat rusuk satu arah, harus
dipasang tulangan pelat dalam arah tegak lurus terhadap rusuk
sesuai dengan ketentuan 9.12.
6) Bila digunakan cetakan yang dapat dilepaskan atau bahan
pengisi tidak memenuhi ketentuan 10.11(5) maka: (1) Tebal
pelat tidak boleh kurang dari seperduabelas jarak bersih antar
rusuk dan tidak boleh kurang dari 50 mm.
(2) Tulangan pelat dalam arah tegak lurus terhadap rusuk harus
disediakan sesuai dengan perhitungan lentur, dengan
memperhatikan beban terpusat, bila ada, tetapi tidak boleh
kurang dari jumlah yang diperlukan berdasarkan 9.12.
57 dari 278
7) Bila ada saluran atau pipa yang ditanam di dalam pelat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku maka tebal pelat di setiap
tempat paling sedikit harus 25 mm lebih besar daripada tebal
total saluran atau pipa tersebut. Saluran atau pipa tersebut tidak
boleh mengurangi kekuatan konstruksi secara berlebihan.
8) Kuat geser beton Vc untuk konstruksi rusuk boleh diambil 10
% lebih besar daripada ketentuan yang diberikan pasal 13. Kuat
geser boleh dinaikkan dengan memberi tulangan geser atau
dengan memperlebar ujung komponen rusuk.
10.12 Penutup lantai yang terpisah
Penutup lantai pada komponen struktur diatur sebagai berikut:
1) Penutup lantai tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari
komponen struktur bila tidak dipasang secara monolit dengan
pelat lantai atau tidak direncanakan sesuai dengan ketentuan
pasal 19.
2) Semua penutup lantai beton boleh dianggap sebagai bagian
dari selimut beton atau tebal total untuk pertimbangan non-
struktural.
58 dari 278
11 Ketentuan mengenai kekuatan dan kemampuan layan 11.1
Umum
1) Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga
semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama
dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban
dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini.
2) Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang
tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya
perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja.
11.2 Kuat perlu
1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus
sama dengan
U = 1,4 D (4)
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan
juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama
dengan
U=1,2D+1,6L +0,5(AatauR) (5)
2) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus
diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi
beban D, L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai
U yang terbesar, yaitu:
1) 2)
U=1,2D +1,0L1,6W+0,5(AatauR) (6) Kombinasi beban juga harus
memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh
dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,
yaitu:
1)
U = 0,9 D 1,6 W (7)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W,
kuat perlu U tidak boleh kurang dari persamaan 5. 3) Bila
ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus
diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U
harus diambil sebagai:
2)
U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E (8)
1)
Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamana beban
angin W belum direduksi oleh faktor arah.
2)
Faktor beban untuk L boleh
direduksi menjadi 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan,
dan semua ruangan yang beban hidup L-nya lebih besar daripada 500
kg/m
2
.
59 dari 278
atau
U = 0,9 D 1,0 E (9) dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan
ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau
penggantinya.
4) Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan
dalam perencanaan, maka pada persamaan 5, 7 dan 9
ditambahkan 1,6H, kecuali bahwa pada keadaan dimana aksi
struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H
tidak perlu ditambahkan pada persamaan 7 dan 9.
5) Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan
tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan
baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan
dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan
dengan faktor beban 1,4, dan ditambahkan pada persamaan 4,
yaitu:
U = 1,4 (D + F) (10) Untuk kombinasi beban lainnya, beban F
tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,2
dan ditambahkan pada persamaan 5. 6) Bila ketahanan
terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan
maka
pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban
hidup L.
7) Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi,
rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu sangat
menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu U minimum
harus sama dengan:
U =1,2(D+T)+1,6L+0,5(AatauR) (11)
Perkiraan atas perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut,
ekspansi beton, atau perubahan suhu harus didasarkan pada
pengkajian yang realistis dari pengaruh tersebut selama masa
pakai.
8) Untuk perencanaan daerah pengangkuran pasca tarik harus
digunakan faktor beban 1,2 terhadap gaya penarikan tendon
maksimum.
9) Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka
pengaruh beban tersebut dikalikan dengan faktor 1,2.
60 dari 278
11.3 Kuat rencana
1) Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya
dengan komponen struktur lain, dan penampangnya,
sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan
torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung
berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini, dengan
suatu faktor reduksi kekuatan dalam 11.3(2).
2) Faktor reduksi kekuatan ditentukan sebagai berikut:
. (1) Lentur, tanpa beban aksial
............................................................ 0,80
. (2) Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (Untuk
beban aksial dengan lentur,
kedua nilai kuat nominal dari beban aksial dan momen harus
dikalikan dengan nilai tunggal yang sesuai):
. (a) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
..................................... 0,80
. (b) Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur:
Komponen struktur dengan tulangan spiral yang sesuai dengan
12.9.3 0,70 Komponen struktur
lainnya................................................................... 0,65 Kecuali
untuk nilai aksial tekan yang rendah, nilai boleh ditingkatkan
berdasarkan aturan berikut: Untuk komponen struktur dimana f
y
tidak melampaui 400 MPa, dengan tulangan simetris,
dan dengan (hd
'
d
s
)/h tidak kurang dari 0,70, maka nilai boleh
ditingkatkan secara
linear menjadi 0,80 seiring dengan berkurangnya nilai Pn dari
0,10f
c
'
A
g
ke nol.
Untuk komponen struktur beton bertulang yang lain, nilai boleh
ditingkatkan secara linear menjadi 0,80 seiring dengan
berkurangnya nilai Pn dari nilai terkecil antara 0,10f
c
'
A
g
dan
Pb ke nilai nol. (3)
Geserdantorsi..............................................................................
0,75 Kecuali pada struktur yang bergantung pada sistem
rangka pemikul momen khusus atau sistem dinding khusus
untuk menahan pengaruh gempa: (a) Faktor reduksi untuk
geser pada komponen struktur penahan gempa yang
kuat geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang
timbul sehubungan dengan pengembangan kuat lentur
nominalnya................................................ 0,55 (b) Faktor
reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor
reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen
vertikal dari sistem pemikul beban lateral. (c) Geser pada
hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi
tulangan diagonal
................................................................................ 0,80
61 dari 278
(4) Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah pengangkuran
pasca tarik 0,65 (5) Daerah pengangkuran pasca
tarik................................................. 0,85 (6) Penampang lentur
tanpa beban aksial pada komponen struktur pratarik dimana
panjang penanaman strand-nya kurang dari panjang penyaluran
yang ditetapkan
14.9.1.1..........................................................................................
....... 0,75 3) Perhitungan panjang penyaluran sesuai dengan
pasal 14 tidak memerlukan faktor reduksi . 4) Faktor reduksi
kekuatan untuk lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton
polos struktural (Pasal 24) harus diambil sebesar 0,55.
11.4 Kuat rencana tulangan
Perencanaan tidak boleh didasarkan pada kuat leleh tulangan fy
yang melebihi 550 MPa kecuali untuk tendon prategang.
11.5 Kontrol terhadap lendutan
1) Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur
harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup
untuk membatasi lendutan/deformasi apapun yang dapat
memperlemah kekuatan ataupun mengurangi kemampuan layan
struktur pada beban kerja.
2) Konstruksi satu arah (non-prategang): (1) Tebal minimum
yang ditentukan dalam Tabel 8 berlaku untuk konstruksi satu
arah yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi ata
u konstruksi lain yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang
besar kecuali bila perhitungan lendutan menunjukkan bahwa
ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan
pengaruh yang merugikan. (2) Bila lendutan harus dihitung,
maka lendutan yang terjadi seketika sesudah bekerjanya beban
harus dihitung dengan metode atau formula standar untuk
lendutan elastis, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan
tulangan terhadap kekakuan komponen struktur. (3) Bila nilai
kekakuan tidak dihitung dengan cara analisis yang lebih
mendetail dan teliti, maka besarnya lendutan seketika akibat
pembebanan harus dihitung dengan menggunakan nilai modulus
elastisitas beton Ec sesuai dengan ketentuan pada 10.5(1) (untuk
beton normal ataupun beton ringan) dan dengan momen inersia
efektif berikut, tapi tidak lebih besar dari
I
g
.
M |
3
M |
3
(
I
e
=
cr
|
l
g
+1
cr
|
(l
cr
(12)
M
a.
M
a.
(
62 dari 278
dengan M
cr
=
f
r
l
g
(13) y
t
dan untuk beton normal, f
r
=0,7 f
c
'
(14)
Bila digunakan beton dengan agregat ringan, maka harus
dilakukan salah satu modifikasi berikut: (a) Bila fct sudah
ditentukan dan betonnya dirancang berdasarkan ketentuan 7.2,
maka fr
harus diubah dengan menggantikan 1,8fct untuk f
c
'
, tapi nilai 1,8fct
tidak boleh melebihi f
c
'
.
(b) Bila fct tidak ditentukan, maka fr harus dikalikan dengan 0,75
untuk beton ringan-total dan dengan 0,85 untuk beton ringan
pasir. Interpolasi linear boleh digunakan bila dilakukan
penggantian pasir secara parsial.
Tabel 8 Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila
lendutan tidak dihitung
Tebal minimum, h
Komponen
struktur
Dua tumpuan sederhana
Satu ujung menerus
Kedua ujung menerus
Kantilever
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh
lendutan yang besar
Pelat masif
satu arah
l /20 l /24 l /28 l /10
Balok atau
pelat rusuk
satu arah
l /16 l /18,5 l /21 l /8
CATATAN
Panjang bentang dalam mm. Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal (wc
= 2 400 kg/m
3
) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut:
. (a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis di antara 1 500 kg/m
3
sampai 2 000 kg/m
3
, nilai tadi harus dikalikan dengan
(1,65 - 0,000 3 wc) tetapi tidak kurang dari 1,09, dimana wc adalah berat jenis dalam kg/m
3
.
. (b) Untuk f
y
selain 400 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
63 dari 278
(4) Untuk komponen struktur menerus, nilai momen inersia
efektifnya boleh diambil sebagai nilai rata-rata yang diperoleh
dari persamaan 12 untuk penampang-penampang dimana
momen negatif dan positifnya kritis. Momen inersia efektif untuk
komponen struktur prismatis boleh diambil sesuai dengan nilai
yang diperoleh dari persamaan 12 untuk penampang di tengah
bentang pada kondisi bentang sederhana dan bentang menerus,
dan untuk penampang di daerah tumpuan pada struktur
kantilever.
(5) Bila tidak dihitung dengan cara yang lebih mendetail dan
teliti, maka penambahan lendutan jangka panjang akibat
rangkak dan susut dari komponen struktur lentur (untuk beton
normal ataupun beton ringan) harus dihitung dengan mengalikan
lendutan seketika, akibat beban tetap yang ditinjau, dengan
faktor:
=
(15) 1+50'
dengan ' adalah nilai pada tengah bentang untuk balok
sederhana dan balok menerus, dan nilai pada tumpuan untuk
balok kantilever. Faktor konstanta ketergantungan waktu
untuk beban tetap harus diambil sebesar:
(6) Lendutan yang dihitung berdasarkan ketentuan dalam
11.5(2(2)) hingga 11.5(2(5)) tidak boleh melebihi nilai
yang.ditetapkan dalam Tabel 9.
3) Konstruksi dua arah (non-prategang): (1) 11.5(3) ini
menentukan tebal minimum dari pelat atau konstruksi dua arah
lainnya yang direncanakan berdasarkan ketentuan pasal 15 dan
memenuhi ketentuan 15.6(1(2)). Tebal pelat tanpa balok interior
yang membentang antara tumpuan-tumpuan pada semua
sisinya harus memenuhi salah satu ketentuan dari 11.5(3(2))
atau 11.5(3(4)). Tebal pelat dengan balok yang membentang
antara tumpuan-tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi
salah satu ketentuan dari 11.5(3(3)) atau 11.5(3(4)). (2) Tebal
minimum pelat tanpa balok interior yang menghubungkan
tumpuan-tumpuannya dan mempunyai rasio bentang panjang
terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari dua, harus
memenuhi ketentuan Tabel 10 dan tidak boleh kurang dari nilai
berikut: (a) Pelat tanpa penebalan seperti yang didefinisikan
dalam 15.3(7(1)) dan
15.3(7(2)).......................................................................................
....... 120 mm
5 tahun atau
lebih
2,0
12 bulan 1,4
6 bulan 1,2
3 bulan 1,0
64 dari 278
(b) Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam
15.3(7(1)) dan
15.3(7(2)).......................................................................................
....... 100 mm
Tabel 9 Lendutan izin maksimum
Jenis komponen struktur
Lendutan yang diperhitungkan
Batas lendutan
Atap datar yang tidak menahan atau tidak disatukan
dengan komponen nonstruktural yang mungkin akan
rusak oleh lendutan yang besar
Lendutan seketika akibat beban hidup
(L)
l
a
180
Lantai yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
komponen nonstruktural yang mungkin akan rusak oleh
lendutan yang besar
Lendutan seketika akibat beban hidup
(L)
l
360
Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau disatukan
dengan komponen nonstruktural yang mungkin akan
rusak oleh lendutan yang besar
Bagian dari lendutan total yang terjadi
setelah pemasangan komponen
nonstruktural (jumlah dari lendutan
jangka panjang, akibat semua beban
tetap yang bekerja, dan lendutan
seketika, akibat penambahan beban
hidup)
c
l
b
480
Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau disatukan
dengan komponen nonstruktural yang mungkin tidak akan
rusak oleh lendutan yang besar.
l
d
240
a
b
c
d
Batasan ini tidak dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan penggenangan air. Kemungkinan penggenangan air harus diperiksa dengan
melakukan perhitungan lendutan, termasuk lendutan tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan mempertimbangkan pengaruh
jangka panjang dari beban yang selalu bekerja, lawan lendut, toleransi konstruksi dan keandalan sistem drainase.
Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah
dilakukan. Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan 11.5(2(5)) atau 11.5(4(2)), tetapi boleh dikurangi dengan nilai
lendutan yang terjadi sebelum penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan berdasarkan data teknis
yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik hubungan waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen
struktur yang ditinjau.
Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk komponen non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan lendut
yang disediakan sedemikian hingga lendutan total dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan yang ada.
(3) Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut: (a) Untuk m yang sama atau lebih kecil dari
0,2, harus menggunakan 11.5(3(2)) (b) Untuk m lebih besar
dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, ketebalan pelat minimum harus
memenuhi
65 dari 278
f
y
|
l
n
0,8 +
1500
|
h=
.
(16) 36+5(
m
0,2)
dan tidak boleh kurang dari 120 mm (c) Untuk m lebih besar
dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:
36+9
dan tidak boleh kurang dari 90 mm (d) Pada tepi yang tidak
menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan tidak
kurang dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang
ditentukan persaman 16 atau persamaan 17 harus dinaikan
paling tidak 10 % pada panel dengan tepi yang tidak menerus.
Tabel 10 Tebal minimum pelat tanpa balok interior
satuan dalam milimeter
f
y
|
l
n
0,8 +
1500
|
h=
.
(17)
Tanpa penebalan
b
Dengan penebalan
b
Panel luar
Panel dalam
Panel luar
Panel dalam
Tegangan leleh
f
a
MPa
y
Tanpa balok
pinggir
Dengan balok
pinggir
c
Tanpa balok
pinggir
Dengan balok
pinggir
c
300 l
n
/33 l
n
/36 l
n
/36 l
n
/36 l
n
/40 l
n
/40
400 l
n
/30 l
n
/33 l
n
/33 l
n
/33 l
n
/36 l
n
/36
500 l
n
/28 l
n
/31 l
n
/31 l
n
/31 l
n
/34 l
n
/34
a
b c
Untuk tulangan dengan tegangan leleh di antara 300 MPa dan 400 MPa atau di antara 400 MPa dan 500 MPa, gunakan interpolasi
linear. Penebalan panel didefinisikan dalam 15.3(7(1)) dan 15.3(7(2)). Pelat dengan balok di antara kolom kolomnya di sepanjang tepi luar.
Nilai untuk balok tepi tidak boleh kurang dari 0,8.
66 dari 278
(4) Pelat dengan tebal kurang dari tebal minimum yang
ditetapkan dalam 11.5(3(1)), 11.5(3(2)), dan 11.5(3(3)) boleh
digunakan bila dapat ditunjukkan dengan perhitungan bahwa
lendutan yang terjadi tidak melebihi batas lendutan yang
ditetapkan dalam Tabel 9. Lendutan tersebut harus ditentukan
dengan memperhitungkan pengaruh dari ukuran dan bentuk
panel, kondisi tumpuan, dan keadaan kekangan pada sisi panel.
Untuk perhitungan lendutan, modulus elastisitas Ec beton harus
dihitung berdasarkan ketentuan 10.5(1). Momen inersia efektif
harus dihitung sesuai dengan persamaan 12; harga lain boleh
dipakai bila perhitungan lendutan yang didapat dengan
menggunakan harga tersebut mendekati hasil yang didapat dari
pengujian yang menyeluruh dan lengkap. Lendutan jangka
panjang tambahan harus dihitung berdasarkan ketentuan
11.5(2(5)).