Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat

meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu

menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model

pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education (1916), Dewey

mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata.

Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam

berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka kami mengajukan rumusan makalah sebagai berikut: 1. Apa defenisi pembelajaran berbasis masalah ? 2. Bagaimana konsep dasar pembelajaran berbasis masalah ? 3. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis masalah ? 4. Bagaimana ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah ? 5. Bagaimana tujuan berbasis masalah ? 6. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbassis masalah ? 7. Bagaimana kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran berbasis masalah ? C. Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut: 1. Menjelasakan defenisi Pembelajaran berbasis masalah. 2. Menguraikan konsep dasar pembelajaran berbasis masalah. 3. Menguraikan karakteristik pembelajaran berbasis masalah. 4. Menguraikan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah. 5. Menguraikan tujuan pembelajaran berbasis masalah. 6. Menguraikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

7. Menguraikan kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran berbasis masalah.

BAB II Kjian Teori A. Defenisi Pembelajaran Berbasis Masalah Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar

berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk

menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan

masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning),

selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan

dengan

masalah

tersebut

dan

sekaligus

memiliki

ketrampilan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus

mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks B. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika:

a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya. b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya. d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas. e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan,

mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif. C. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut. a. Permasalahan menjadi strating point dalam belajar; b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur c. Permasalahan perspective); membutuhkan perspektif ganda (multiple

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,

penggunaanya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalah i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar Dari karakteristik di atas, maka kelebihan diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa dapat berlatih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada, mampu merumuskan masalah, dan mampu menemukan solusinya. Adapun kekurangan dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagian siswa belum tentu memiliki pengalaman yang nyata dalam menghadapi permasalahan tersebut sehingga siswa kesulitan dalam memecahkan masalah itu. Jadi, kurangnya siswa dalam berlatih memecahkan soal-soal dapat

menyebabkan soal-soal itu sulit diidentifikasi dan pada akhirnya sulit untuk diselesaikan. D. Ciri-ciri Pembelajaran Karakteristik Ibrahim dan Nur (2005) mengemukakan beberapa ciri dari model PBM, sebagai berikut Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya

mengorganisasikan di sekitar prinsip-pinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,menghindari jawaban sederhana, dan

memungkinkan adanya berbagi macam solusi untuk situasi itu. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBM mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau hal itu dari banyak mata pelajaran. Penyelidikan autentik. PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan mambuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi,melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.

Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. PBM menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa laporan, model fisik, video mapun komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada temantemannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu sebagai alternatif tradisional atau makalah. Kerjasama. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang telah dibahas sebelumnya, PBM dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau kelompok kecil.. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir. E. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dirancang untuk membantu guru untuk memberikan utamanya informasi sebanyak-banyaknya untuk membantu kepada siswa segar terhadap laporan

siswa.PBM

dikembangkan

mengembangkan

kemampuan

berfikir,pemecahan

masalah

dan

keterampilan intelektual; belajar melalui berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Uraian rinci tentang ketiga tujuan ini diuraikan berikut ini a. Keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah Berbagai macam ide telah digunakan untuk memberikan cara seseorang berfikir. Tapi apa sebenarnya yang terlibat dalam proses berfikir?Apakah keterampilan berfikir itu? Berfikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi,deduksi, klasifikasi dan penalaran Berfikir adalah proses secara simbolik menyatakan(melalui bahasa) obyek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang obyek dan kejadian itu.Pernyataan simbolik(abstrak) seperti itu

biasanya berbeda dengan operasi mental yang didasarkan pada tingkat kongkret dari fakta dan kasus khusus. Berfikir adalah kemampuan untuk menganalisi, mengkritik dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang saksama. Kebanyakan pernyataan mutakhir tentang berfikir memaklumi bahwa keterampilan berfikir tingkat tinggi adalah tidak sama dengan

keterampilan yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku rutin. Mereka menekankan (meskipun definisi yang tepat tentang keterampilan berfikir tingkat tinggi tidak selalu dapat ditemukan), bahwa kita mengenali berfikir semacam itu bila kita menyaksikan keterampilan itu di dalam operasi.. Lebih jauh, berfikir tingkat tinggi, tidak seperti tingkah laku lebih konkrit, adalah kompleks dan tidak mudah direduksi menjadi rutin. Perhatikan pernyataan berikut yang diajukan oleh Lauren Resnick (1987) tentang apa yang ia tetapkan sebagai berfikir tingkat tinggi. Berfikir tingkat tinggi adalah nonalgotitmik. Berfikir tingkat tinggi cenderung kompleks Berfikir tingkat tinggi seringkali menghasilkan banyak solusi Berfikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi Berfikir tingkat tinggi melabtakan penerapan banyak kriteria yang kadang-kadang bertentangan satu dengan yang lain. Berfikir tingkat tinggi seringkali melibatkan ketidakpastian. Berfikir tingkat tinggi melbatkan pengaturan diri tentang proses berfikir Berfikir tingkat tinggi melibatkan pencarian makna Berfikir tingkat tinggi adalah kerja keras b. Pemodelan Peran Orang Dewasa Resnick juga memberikan rasional tentang bagaimana PBM membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya peran orang dewasa. Dalam suatu pidato yang berjudul

Pembelajaran di Sekolah dan di Luar Sekolah,Resn ick memberikan bagaimana pembelajaran sekolah, seperti yang dipahami secara

tradisional, berbeda dalam empat hal penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi berikut ini : Pembelajaran di sekolah berpusat pada kinerja siswa secara individual, sementara di luar sekolah kerja mental melibatkan kerjasama dengan yang lain. Pembelajaran di sekolah berpusat pada proses berfikir tanpa bantuan, sementara aktivitas mental di luar sekolah selalu melibatkan alat-alat kogitif seperti kalkulator,computer dan

instrumen ilmiah lainnya. Pembelajaran di sekolah mengembangkan berfikir simbolik

berkaitan situasi hipotesis, sementara aktivitas mental di luar sekolah menghadapkan masing-masing individu secara langsung dengan benda-benda dan situasi yang konkrit dan nyata. Pembelajaran di sekolah memusatkan pada keterampilan umum (membaca, menulis dan menghitung) dan pengetahuan umum (sejarah dunia, unsur-unsur kimia), sementara berfikir situasi khusus seperti membeli atau menyewa mobil baru mendominasi aktivitas mental di luar sekolah. Pandangan Resnick tersebut memberikan alasan yang kuat dalam PBM. Dia mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas

mental yang lebih praktis yang ditemui di luar sekolah. Catat bagaimana PBM sesuai dengan aktivitas mental di luar sekolah. PBM mendorong kerjasama dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas PBM memiliki elemen-elemen belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran di luar sekolah.. PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu. c. Pebelajar yang Otonom dan Mandiri Akhirnya PBM berusaha membantu siswa menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk mnyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak F. Penerapan Mobel Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Langklah-langkan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

John

Dewey

seorang

ahli

pendidikan

berkebangsaan

Amerika

memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini : a. Merumuskan masalah. Guru membimbing siswa untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut. b. Menganalisis masalah. Langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c. Merumuskan hipotesis. Langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. d. Mengumpulkan menggambarkan data. berbagai Langkah informasi siswa yang mencari diperlukan dan untuk

memecahkan masalah. e. Pengujian hipotesis. Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai

rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :

a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yan mengandung konflik hingga siswa jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat siswa tentang masalah yang sedang dikaji. b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah. c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan

keputusan tentang strategi mana yang dilakukan. e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah : a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yag harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai siswa adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial. b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan siswa dapat menentukan prioritas masalah. c. Merumuskan Hipotesis. Siswa diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

d. Mengumpulkan Data. Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah siswa dapat

mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami. e. Menguji Hipotesis. Siswa diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji. f. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan alternatif yang dipilihnya. b. Sintaks model pembelajaran Berbasis Masalah Sintaks PBM biasanya terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauannya sedang-sedang saja, kelima tahapan itu dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Namun untuk masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut Tahap Tahap -`1 Orientasi masalah siswa Guru Tingkah Laku Guru menjelaskan logistik tujuan yang

pada pembelajaran,menjelaskan

dibutuhkan,memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya. Tahap 2 Mengorganisasi untuk belajar Tahap 3 Guru membantu siswa mendefinisikan dan siswa mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong informasi siswa yang untuk sesuai untuk

Membimbing penyelidikan mengumpulkan individu kelompok Tahap 4 Mengembangkan maupun melaksanakan

eksperimen

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam

dan merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,, video dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya .

menyajikan hasil karya .

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

c. Peneilain dan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid. Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan

untuk mengukur potensi siswa untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilakan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru. G. Kelebihan dan kelemahan Pemebelajaran Berbasis Masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.

7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan denga pengetahuan baru 8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu 1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

3. Tanpa pemahaman mengapa ereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Penutup A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan diatas kami menarik kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini Karakteristik pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh

Arends, diantaranya adalah : a. Permasalahan autentik. b. Fokus interdisipliner. c. Pengamatan autentik. d. Produk. e. Kolaborasi. Sintaks PBM biasanya terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan

diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. B. Saran 1. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis masalah, maka guru mestinya menguasai sintaks pembelajaran pembelajaran berbasis masalah.

2. Pemilihan

pembelajaran

berbasis

masalah

akan

membuat

pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA Press Nyoman Setiawan, I Gusti Agung, 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2009. Santyasa, I Wayan, 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2009.

Soedjadi, R, 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Suherman, Erman, dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suparmo, Paul, 2007. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Karnisius Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. Berorientasi

Anda mungkin juga menyukai