Atri Bekasi
Atri Bekasi
Isi Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011-2031, terdiri dari 16 Bab. Pada Bab I berisi mengenai ketentuan umum. Ketentuan umum ini berupa berbagai pengertian mengenai istilah-istilah yang umum digunakan dalaam rencana tata ruang. Bab II berupa asas, kedudukan, fungsi dan wilayah RTRW. Fungsi RTRW kabupaten ini sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, provinsi serta pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Sedangkan wilayah RTRW ini adalah wilayah administrasi Kabupaten Bekasi. Bab II berupa tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang kabupaten yaitu mewujudkan tata ruang yang dinamis bagi pengembangan kawasan industri, permukiman, dan pertanian secara harmonis. Kebijakan penataan ruang kabupaten berupa percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat-pusat perkotaan, pembangunan prasarana utama untuk peningkatan aksesibilitas, produksi, produktifitas, koleksi dan distribusi serta mewujudkan keterpaduan antarwilayah di Kabupaten Bekasi dan dengan wilayah lain; pembangunan dan peningkatan prasarana lainnya meliputi prasarana sumberdaya, energi dan kelistrikan, telekomunikasi, dan sumber daya air; pembangunan dan peningkatan prasarana lingkungan meliputi persampahan, limbah, sistem drainase dan evakuasi bencana; peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, kawasan sempadan sungai, sempa dan pantai dan sempadan danau/waduk/situ, kawasan pantai berhutan bakau, taman wisata alam, kawasan rawan banjir dan kawasan perlindungan plasma nutfah; pengoptimalan dayaguna kawasan budidaya secara sinergi didasarkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan; dan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Sedangkan straregi penataan ruangnya berisi berbagai strategi yang akan dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan tersebut. Bab IV berupa rencana struktur wilayah yang terdiri atas rencana pengembangan sistim perkotaan yaitu meliputi penentuan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), dan Wilayah Pengembangan (WP); rencana pengembangan sistim perdesaan yang meliputi penentuan pusat pelayanan lingkungan; rencana sistem
jaringan prasarana utama kabupaten yang meliputi rencana pengembangan sistem transportasi darat, jaringan perkeretaapian, dan sarana transportasi laut; rencana sistem jaringan prasarana lainnya yang meliputi jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air, dan jaringan prasarana lingkungan; rencana sistem prasarana energi yang meliputi peningkatan sarana pembangkit tenaga listrik serta pengembangan jaringan prasarana
energi yang meliputi pipa minyak dan gas bumi, listrik dan gardu induk, jaringan transmisi dan tenaga listrik; rencana system jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan kabel dan nirkabel; rencana system jaringan sumber daya air yang meliputi system wilayah sungai, prasaranan jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air minum, dan system pengendalian banjir; dan rencanan prasarana lingkungan yang meliputi prasarana pengolahan persampahan, limbah, jaringan drainase, serta jalur evakuasi dan ruang bencana. Bab V berupa rencana pola ruang yang meliputi kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung berupa hutan mangrove; kawasan yang memberikan kawasan perlindungan kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air; kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sempadan sungai dan pantai, kawasan situ, dan RTH yang terdiri atas RTH pubik berupa taman kota, tempat pemakaman umum, serta jalur hijau sepanjang jalan dan sungai, lalu RTH privat berupa kebun atau halaman rumah serta gedung milik masyarakat dan swasta yang ditanami tumbuhan ; kawasan suaka alam dan pelestarian alam seluas ku; kawasan rawan bencana alam yang terdiri atas kawasan rawan bencana gelombang pasang, bencana banjir, dan bencana longsor; kawasan lindung geologi yang terdiri atas kawasan rawan bencana alam geologi abrasi, kawasan perlindungan air tanah, dan kawasan rawan gerakan tanah; serta kawasan lindung lainnya yang terdiri atas kawasan perlindungan plasma nutfah dan pengungsian satwa. Kawasan budidaya direncanakan untuk pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi berupa hutan produksi tetep dan terbatas; kawasan pertanian berupa tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan peternkan; kawasan perikanan berupa perikanan tangkap dan budidaya perikanan; kawassan pertambangan berupa minnyak dan gas bumi serta mineral; kawasan industri berupa industry besar, menengah, serta mikro dan rumaah tangga; kawasan pariwisata berupa pengembangan wisata alam, budaya, buatan atau binaan manusia; kawasan permukiman terdiri atas kawasan pengembangan permukiman perkotaan berupa pengembangan hunian horizontal yaitu rusunasi dan rusunawan serta pengembangan kawasan permukiman mandiri, kemudian pengembangan kawasan perdesaan berupa pengembangan hunian horizontal vertical, serta peningkatan sarana dan prasarana dasar permukiman;
kawasan pesisir dan laut berupa pengembangan permukiman nelayan serta bisnis kelautan; dan kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan pertahanan dan keamanan, bumi perkemahan, serta fasilitas sosial dan umum. Bab selanjutnya yaitu Bab VI berisi mengenai penetapan kawasan strategis kabupaten (KSK) yang terdiri atas KSK bidang pertumbuhan ekonomi berupa kawasan yang potensial sebagai perekonomian tinggi dan sebagai ketahanan pangan/pertanian basah; KSK bidang
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; KSK sosial dan budaya; dan KSK bidang kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi berupa sumber alam minyak dan gas bumi, pelabuhan, dan Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia yang semua hal tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Bab VII berisi megenai arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dengan indikasi program utama penataaan ruang wilayah meliputi perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten yaitu perwujudan pusat kegiatan dengan melakukan penataan pusat kegiatan Kabupaten Bekasi meliputi percepatan pembangunan fungsi dan peran Kecamatan Setu sebagai pusat perkotaan, pengembangan perwujudan PKL, PKLp, PPK, PPL, serta Kecamatan Tambelang sebagai ibukota pusat pemerintahan pemekaran kabupaten dan penyususnan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dari WP 1-4. Dan pewujudan sitem prasarana meliputi perwujudan system jaringan prasaranan transportasi yaitu berupa pembangunan kapasitas pelayanan system jaringan jalan bebas hambatan, peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan system jaringan jalan arteri primer; kolektor primer; rencana pembangunan jalan baru; pembangunan terminal penumpang yang terdiri dari penumpang tipe A, C, terminal barang, drayport di WP 1, dan terminal Agro di Kecamatan Cikarang Utara; pengembangan jalur dan stasiun kereta api yang terdiri atas peningkatan jaringan rel kereta api empat jalur, pembanguan jaringan rel kereta api lintas, peningkatan stasiun menjadi stasiun pengumpan, pembangunan stasiun baru, dan pembagunan flayover; serta pembanguan prasarana transportasi laut berupa pembangunan terminal tarumnegara. Sistem jaringaan prasarana energi meliputi pengembangan jaringan infrastruktur primer, infrastruktur di pusat-pusat WP dan permukiman, jaringan infrastruktur di Ibukota Kecamatan (IKK), peningkatan pelayanan jaringan energi listrik kota di WP 1-4; prasarana sumberdaya air meliputi peningkatan pelayanan jaringan air bersih, penyediaan air baku dengan peningkatan pengelolaan situ, serta pembangunan prasarana sumberdaya air dan pengendali banjir; prasarana telekomunikasi meliputi peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi dan pembangunan menara bersama; dan prasarana permukiman meliputi pembangunan Tempat Pengelolaan dan Pembuangan Akhir Sampah (TPPAS) yaitu dengan melakukan penyempurnaan kondisi TPPAS eksisting di Desa Burangkeng Kecamatan Setu, studi kelayakan lokasi Bahan Pusat Pengelolahan Limbah Industri Bahan Berbahaya dan Beracun (PPLI-B3), pendistribusian TPS merata di seluruh kecamatan, pengelolaan limbah B3 dengan mengembangkan PPLI-B3, penerapan 3R (Reuse, Reduce dan Recycle); pengembangan hunian vertikal di kawasan perkotaan dan industry, pengembangan kawasan atau lingkungan siap bangun; peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan
pengembangan Instalasi Pengolahan Air ( IPA) atau Water Treatment Plant (WTP); pengembangan pengolahan air limbah memperhatikan baku mutu limbah cair dan sistem terpisah dari pengelolaan air limbah industri secara terpusat terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan sentra industri; dan penataan jaringan drainase perkotaan. Bab VIII berisi mengenai pengendalian pemanfaatan ruang wilayah meliputi ketentuan umum pemanfaatan ruang yang terdiri atas peraturan zonasi yang disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang yang terdiri atas ketentuan umum peraturan zonasi pengaturan sistem perkotaan, perdesaan, jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan sumber daya air, jaringan telekomunikasi, prasarana lingkungan, pengaturan kawasan lindung daerah, kawasan budi daya, kawasan pesisir, dan kawasan strategis; perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, arahan pengenaan sanksi, pengawasan, dan penertiban. Bab IX berisi mengenai kelembagaan yaitu dibentuknya Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang memiliki tugas melaksanakan koordinasi penataan ruang Kabupaten, meliputi pengaturan penataan, pembinaan, pelaksanaan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang dan pengawasan penataan ruang di kabupaten. Bab X berisi mengenai hak, kewajiban, dan peran masyarakat. Bab XI berisi mengenai penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam perda. Bab XII berisi mengenai ketentuan lain-lain yang berisi mengenai peninjauan kembali RTRW 5 tahun sekali, apabila terjadi bencana alam yang menyebabkan perubahan batas teritorial wilayah, serta kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang. Bab XIII berisi mengenai ketentuan peralihan mengenai keberlakukan RTRW sesuai masa berlakuanya dan ketentuan perda. Bab terakhir berisi mengenai pencabutan dan ketidakberlakukan RTRW keluaran sebelumnya.
Tata Ruang Struktur Ruang PKL : Kecamatan Cikarang Pusat, PKN : Kecamatan Setu, Tambun Selatan
Serang,
Sukaragam,
Cibening,
Tamansari, Tanjungbaru, Karang Satria, Bahagia, Pusaka Rakyat, Pantai Bahagia, Sindang Jaya,
Sukamantri, Karanghaur, Karang Mukti, Karang Mekar, Sukatenang, dan PPL Sukamulya.
Kecmatan PKLp :
Cikarang
Selatan,
Serang
Baru,
Bahagia, Babelan,
Utara, Sukakarya, Cabangbungin, Muaragembong, dan Sukawangi Pola Ruang Rencana Kawasan Lindung : Kawasan lindung hutan mangrove : Kecamatan Muaragembong
Kawasan Perlindungan
yang
terhadap
Perlindungan Setempat : Sempadann sungai : di sebelah luar sepanjang kaki Kali Jambe, Sadang, Cikedokan, tanggul di luar kawasan Ulu, Siluman, Serengseng, Sepak, perkotaan dan di sebelah luar dan Jaeran sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan : tepi sungai untuk yang Kali Cilemahabang, Cikarang, dan
mempunyai kedalaman tidak Belencong lebih dari 3 meter : sungai kecil yang tidak Kali Citarum, Bekasi, Ciherang,
bertanggul di luar kawasan dan Cibeet perkotaan : sungai yang terpengaruh oleh Kali Citarum, Ciherang, dan CBL pasang surut air laut dan berfungsi sebagai jalur hijau : Sempadan pantai : Kecamatan Babelan, Tarumajaya, dan Muaragembong Kawasan situ : Situ Rawa Binong, Desa Hegar Mukti Kecamatan Cikarang Pusat; Situ Bojongmangu, Desa
Medalkrisna
Kecamatan
Bojongmangu; Situ Burangkeng, Desa Ciledug Kecamatan Setu; Situ Taman, Desa Cikarageman
Kecamatan Setu; Situ Ceper, Desa Skasari Kecamatan Serang Baru; Situ Ciantra, Desa Sukadami
Kecamatan Cikarang Selatan; Situ Pagadungan, Kecamatan Leungsir, Kecamatan Cibeureum, Desa Sukamulya Situ
Lambangjaya
Bojongmangu;
Tegal Abidin, Desa Karang Mulya Kecamatan Cipalahlar, Bojongmangu; Desa Situ
Wibawamulya
Liang
Maung,
Desa
Ridogalih
Kecamatan Cibarusah. Kawasan RTH : Publik berupa taman kota, Desa tempat pemakaman Sirnajati Desa Kecamatan Sukamukti Desa
Cikarang Tanjung
Kecamatan Cikarang Pusat; Desa Sukaindah Kecamatan Sukakarya; Desa Mangunjaya Kecamatan
Tambun Selatan; Desa Wanajaya Kecamatan Cibitung; Samudra Tarumajaya. privat berupa kebun atau Jaya dan desa Kecamatan
halaman rumah, gedung milik masyarakat dan swasta yang ditanami tumbuhan Kawasan Rawan Bencana: Gelombang pasang : Banjir : Kecamatan Muaragembong Kecamatan Tambun Utara, Tambun Selatan, Tarumajaya, Cibitung,
Kawasan Lindung Geologi : Kawasan rawan bencana alam Kecamatan Bojongmangu. geologi abrasi : Kawasan yang memberikan Kecamatan Muaragembong
Kawasan Lindung Lainnya kawasan nutfah : kawasan pengungsian satwa : Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong. Desa Pantai Bahagia, Pantai Bhakti dan Pantai Mekar Kecamatan perlindungan plasma
Muaragembong
Kecamatan Babelan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan : lahan basah : Kecamatan Cabangbungin,
Kedungwaringin, Cikarang Timur, Setu, Serang Baru, Cibarusah, dan Bojongmangu. lahan kering Kecamatan Cibarusah, Serang Baru, Bojongmangu. kawasan perkebunan: Kecamatan Cikarang Selatan, Setu, Serang kawasan peternakan : peternakan rakyat Kecamatan Sukatani, Sukakarya, dan Pebayuran kawasan peternakan Kecamatan Cibarusah. Bojongmangu dan Baru, Cibarusah, dan
kawasan hortikultura :
Bojongmangu.
Kawasan peruntukan perikanan : perikanan tangkap Kecamatan Tarumajaya, Babelan, dan Muaragembong perikanan budidaya Kecamatan Tarumajaya, Muaragembong, Cikarang Pusat,
Bojongmangu, Setu, Serang Baru, Cikarang Selatan, Sukakarya, dan Tambun Selatan. minapolitan unggulan berupa Ikan komoditas Kecamatan Cikarang Timur,
Lele,
Gurame, Mas dan Bawal : Kawasan peruntukan pertambangan : Minyak dan gas bumi:
Kecamatan
Babelan,
Cibitung,
Cabangbungin,
Sukakarya, Cikarang Utara, dan Karang Bahagia. Mineral : Kecamatan Cibarusah, Cikarang Cikarang Cikarang Timur, Selatan, Pusat,
Bojongmangu,
dan Serang Baru. Kawasan peruntukan industry : Besar : Kecamatan Cikarang Pusat,
Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Cikarang Timur, Cikarang Barat, Tarumajaya, Cabangbungin,
Babelan, dan Sukawangi Menengah : Kecamatan Serang Baru, Tambun Utara, Tambun Selatan, dan Karang Bahagia Mikro dan rumah tangga: Kecamatan Setu
Wisata alam :
Serang Baru, Muaragembong, Setu, Cikarang Timur, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Utara, dan Bojongmangu. Kawasan peruntukan permukiman: Perkotaan : Kecamatan Cibitung, Karang
Cibarusah, Bojongma Kawasan peruntukan pesisir dan laut Kecamatan : Pemukiman nelayan : Bisnis kelautan : Pengembangan pelabuhan pengembangan perikanan budidaya kawasan Muara Kecamatan Bendera Kecamatan dan Muaragembong Muaragembong, Babelan, kawasan kawasan Kecamatan Tarumajaya; Muaragembong,
tangkap
industry pengolahan perikanan Tarumajaya, pertambangan migas pengembangan (barang) Centre khusus
pengembangan
prasarana
pendukung
industri
pengolahan pertambangan. Kawasan peruntukan lainnya : Pertahanan dan keamanan : o Komando Resort Militer Kecamatan Cikarang Selatan, (KOREM) o Komando Distrik Militer Kecamatan Cikarang Pusat; (KODIM) o Polisi Resort (POLRES) o Brigade Mobil (BRIMOB) Kecamatan Cikarang Utara; Kecamatan Cikarang Pusat;
o Komando Rayon Militer setiap kecamatan (KORAMIL) o Polisi Sektor (POLSEK) Kawasan bumi perkemahan : setiap kecamatan. Karang Kitri di Kecamatan
Kawasan fasilitas sosial dan Bojongmangu. fasilitas umum : o Kawasan olahraga terpadu Kecamatan Cikarang Pusat o pembangunan rumah sakit Kecamatan Cibitung; tipe B o pengembangan sakit tipe C o pembangunan kebudayaan o penyediaan umum pemakaman Kecamatan Cikarang Pusat, Cikarang selatan, Tambun Selatan, Sukakarya, Kecamatan Cibitung, Cibarusah, dan Tarumajaya. pusat Kecamatan Tambun Utara rumah Kecamatan Cibitung;
Kawasan Strategis
KSK bidang pertumbuhan ekonomi : Kawasan berpotensi menjadi Tambun Selatan, Cibitung,
Cikarang Timur, Cikarang Barat, Cikarang Tarumajaya, ketahanan basah : pangan/ pertanian Cabangbungin. Sukatani, Pebayuran, KSK bidang fungsi dan daya Tambelang, dukung lingkungan hidup Cabangbungin. Karang Bahagia, Pusat, Babelan, dan
Sukawangi,
KSK bidang sosial dan budaya Muaragembong; meliputi : KSK bidang kepentingan Cikarang Pusat dan Babelan. Selatan, Babelan,
sumber alam minyak dan gas Cabangbungin, Sukawangi, Karang bumi, pelabuhan, dan Kawasan Bahagia, Ekonomi (KEKI). Kawasan Rawan Bencana (masuk ke dalam pola ruang) Khusus Indonesia Pebayuran, Cikarang Timur,
Muaragembong,
Diskripsi penilaian Tujuan RTRW Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Bekasi mengalami pertumbuhan yang sangat Tercapai pesat sejak beberapa tahun terakhir ini. Dahulunya Bekasi merupakan kota kecamatan, namun karena pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya maka Bekasi dimekarkan menjadi kotamadya. Ditandai dengan Diskripsi Analisis Kesimpulan
dinamika pembangunan yang bergerak cepat di segala sector seperti menjamurnya industry baik di sekala nasional maupun multinasional. Jumlah penduduknya pun
terus
bertambah
sehingga
mengakibatkan
semakin
padatnya kawasan perumahan. Hal tersebut ditandai dengan semakin bertambahnya kawasan perumahan di Bekasi seperti perumahan Bekasi Timur Regency, Sakura Regency, Pondok Ungu Permai, dan sebagainnya. Beberapa perumahan yang tidak layak hunipun
direncanakan akan mendapatkan bantuan. Sebagai bagian dari wilayah Jabodetabek, interaksi atau pergerakan antara kota Bekasi dengan kota lainnya didominasi oleh pergerakan eksternal ke dan dari kota Jakarta seperti di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang tol akses ke kota Bekasi yaitu Pondok Gede Barat, Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar Luar Jakarta dengan empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara. Bahkan saat ini sedang dibangun Jalan Tol Becakayu dari Bekasi Utara-Cawang-Kampung Melayu, sebagai alternatif Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Pertumbuhan yang juga menonjol di Bekasi yaitu pada sector ekonomi dengan menjamurnya pusat perbelanjaan seperti mall. Beberapa pusat perbelanjaan tersebut yaitu Mal Metropolitan, Mega Bekasi Hypermal, Bekasi
Square, Plaza Pondok Gede, Grand Mal, Bekasi Cyber Park, Bekasi dan Hypermart. Pemerataan Wilayah Pemerintah Kabupaten Bekasi berusaha untuk melakukan Hampir tercapai pertumbuhan wilayah yang menyebar ke semua daerah. Selain di daerah perkotaan dengan mengobtimalkan sentra industry dan permukiman, pemerintah Kabupaten Bekasi juga telah berusaha untuk mengembangkan daerah perdesaan. Pemerintah Kabupaten Bekasi telah Trade Centre, Carrefour, Giant, Makro,
menganggarkan dana untuk melakukan perbaikan rumah yang sudah tidak layak huni, selain itu juga berencana
membangun berbagai sarana dan prasaranan umum seperti stasiun kereta api di Desa Telaga Murni yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Pembangunan di daerah perdasaan akan dijadikan prioritas utama bagi pemerintah selanjutnya. Keberlanjutan Keadaan hutan lindung yaitu hutan mangrove di Cukup Muaragembong yang sangat memprihatikan karena menghawatirkan dijadikan alih fungsi lahan yaitu seperti tambak, pemukiman dan industry, akibat tergerus banjir dan ombak pasang sehingga semakin meyusutkan luasannya, sehingga pemerintah melakukan berbagai upaya dengan salah satunya mengajak investor untuk mau bekerjasama dalam melakukan reboisasi dan pelestarian kembali seperti dengan Toyota Auto Body melalui programnya yaitu Program Toyota Auto Body (TAB) Forest di beberapa lokasi di area Pantai Muara Gembong, Bekasi. Selain itu keadaan ruang terbuka hijau yang semakin menyusut di Kabupaten Bekasi akibat pertumbuhan permukiman yang semakin pesat menjadikan salah satu perhatian pemerintah yang harus segera dilaksanakan, karena baru 15% RTH yang masih dapat dipertahankan dan ditambah oleh pemerintah sejak bulan Maret 2013 lalu.