Anda di halaman 1dari 29

Obat Saluran Cerna, Hati, dan Saluran Empedu

Antasid Antiemetik Tukak peptik Laksatif Antidiarea Irritable bowel syndrome

Infeksi saluran cerna Colitis ulcerativa Crohns disease Penyakit hepar kronik Batu empedu Efek samping obat pada hati

Antasid

Utk penyembuhan gejala dispepsia fungsional atau organik krn gastritis, tukak peptik, GER. Makanan tingkatkan pH cairan lambung sampai 5, cairan antasid 5-10 ml sampai 3-4. Efek lain: turunkan aktifitas pepsin, tingkatkan tekanan sfinkter esofagus, serab asam empedu. Zat tambahan: alginate sbg foaming agent utk llindungi mukosa, dimethicone sbg antifoaming agent yg kurangi gelembung gas dan reflux esofagei, oxethazaine sbg anestetik permukaan (?). Bila perut kosong, buffer effect selama 30 menit; bila sesudah makan adalah 2 jam atau lebih.

Pilihan Antasid

Sediaan antasid: Al oksida, Mg trisilikat, Na bikarbonat, Kalsium karbonat. Antasid cair bekerja lebih cepat, ttp masa kerja lebih pendek, dari sediaan oral. Garam alumunium timbulkan konstipasi, magnesium timbulkan diarea, pilihan ditentukan oleh perangai saluran cerna penderita. Pilih antasid rendah Na bila ada payah jantung atau hipertensi. ES: Na bikarbonat dosis tinggi timbulkan alkalosis sistemik, hiperkalsemia dapat disertai oleh nefrokalsinosis dan gagal ginjal. Kalsium dapat timbulkan hiperkalsemia dan milk-alkali syndrome. Antasid hambat absorpsi bbrp obat.

Antiemetik
Pengobatan utama muntah ditujukan pada penyebabnya, obat antiemetik bersifat simptomatik. Sediaan antimuntah dan antimual: antihistamin, hyoscine bromide, metoclopramide, phenothiazine, domperidone, antagonis 5-HT3 (ondansetron, palonosetron, granisetron, dll)

Pilihan Obat Antimuntah

Motion sickness: pilihannya adalah hyoscine, kecuali pada glaukoma, hipertrofi prostat. Pilihan lain antihistamin, ttp timbul ngantuk. Nausea/muntah krn obat: hentikan obat tersangka, berikan sesudah makan; bila sesab sentral krn opiat atau infark myokard, berikan metoclopramide, phenothazine,atau antihistamine. Muntah pascabedah: antagonis 5-HT3 sebelu/sewaktu/sesudah bedah. Metoclopramide kontraindikasi pada bedah saluran cerna, phenothiazine dan droperidol timbulkan seasi berlebihan.

Migraine: mual dan muntah pd migraine disertai gastric stasis, beri metoclopramide utk tingkatkan motilitas gaster dan percepar absorpsi parasetamol. Triptans, antagonist selektif 5-HT1 efektif utk semua gejala migraine, termasuk mual dan muntah. Obat sitotoksik: bila mual/muntah sedang/berat, berikan dexamethasone dan metoclopramide/ phenthiazine/antagonis 5HT3. Radioterapi: berikan dexamethasone. Vertigo vestibular/neurogenik: berikan cinnarzine/phenothiazine.

Tukak Peptik

Eradikasi Helicobacter pylori yg terlibat sbg penyebab ulkus duodeni dan ulkus gaster adalah sasaran utama pengobatan. Kuman ini sebabkan gastritis kronik dan tingkatkan sekresi asam. Obat tukak peptik: 1) simtomatik (antasid); 2) penekan sekresi asam lambung (antagonist H2, PPI); 3)eradikasi H. pylori (amoxicillin/ clarithromycin/ metronidazole/tetrasiklin/ tinidazole/ tripotassium dicitratobismuthate); 4) lain-lain: misoprostol. Sucralfate, pirenzepine.

Mekanisme kerja

Antagonist H2 (cimetidine, famotidine, nizatidine, ranitidine): tekan sekresi asam lambung yang disebabkan oleh histamine, gastrin, dan makanan. Lama kerja <12 jam. Proton pump inhibitor (omeprazole, esomeprazole, lansoprazole, pantoprazole): hambat H/K-ATPase oxyntic cell di mukosa gaster dosis tunggal tekan sekresi asam lambung selama 24 jam. Misoprostol: analog PGE1, hambat sekresi asam lambung dan enzim proteolitik, tingkatkan sekresi asam dan mukus, hanya digunakan utk cegah tukak peptik krn NSAIDs.

Bisthmuth koloidal: hambat tumbuh H pylori, rangsang sekresi PG, lengket di ulkus hingga tak terpapar dengan asam dan pepsin. Pirenzepine: antagonis ACH spesifik pada reseptor M2 hambat sekresi asam dan pepsin. Sucralfate (komplex A alumunium hidroksida dan sukrose sulfat): melapisi permukaan (coating agents), hambat tukak,terpapar dengan asam, pepsin, dan asam empedu.

Pengobatan Gastro-oesophageal Reflux


Kasus ringan: penyembuhan simptomatis cukup dengan antasid dan alginate. Henti rokok, turunkan BB, kurangi porsi makan malam, tidur dgn bantal tinggi. Bila tak hasil, ganti dgn antagonist H2 ranitidine; bila perlu ganti lagi dengan PPI. Bila perlu, tambahkan metoclopramide/domperidone utk tingkatkan pengosonagn lambung.

Pengobatan Tukak Peptik


Alami kemajuan berkat endoskopi diagnostik dan penemuan H pylori. Perlu diagnostik lengkap cakup endoskopi, biopsi, mikroskopi, dan tes diagnostik H pylori ( CLO test, urea breath test ). Bila tak ada H pylori, obati dgn antagonis H2/ PPI, lanjutkan setengah dosis untuk pemeliharaan. Bila ada H pylori, obati dgn PPI+clarithromycin+ metronidazole selama 1 minggu, lanjutkan PPI utk beberapa minggu. AB alternatif: amoxicliin/tetrasiklin. Gunakan misoprostol bersama NSAID utk cegah tukak, kecuali wanita hamil. Ganti dgn antagonis H2 atau PPI bila sudah ada ulcus.

Sindroma Zollinger-Ellison adalah tumor penghasil gastrin di pp Langerhans. Asam meningkat tajam, timbulkan tukak peptik, sering diobati dgn antagonist H2 atau PPI. Bila tukak persisten, periksa gastrin utk diagnosis. Bila tindakan bedah tak mungkin, lanjutkan PPI dosis tinggi. Perdarahan kronik tukak sebabkan anemia; perdarahan akut perlukan tindakan bedah, tak dapat diatasi dengan obat penekan asam.

Laksatif

Bulk-forming agents (bran, ispaghula husk, methylcellulose, sterculia): hidrofilik, serab air, massa feses membesar, rangsang refleks defekasi, peroral utk konstipasi kronik, flatulence sbg ES. Softener/lubricant (glycerol, dioctyl sodium sulfosuccinate): lembutkan dan minyaki feses, per enema atau suppositoria, berguna bla disertai fissura anal atau hemorroid. Stimulants (senna, anthraquinone, sodium picosulfate, bisacodyl, castor oil): rangsang peristaltik, kurangi reabsorpsi air dan elektrolit di ileum dan colon, diindikasikan utk defekasi cepat prabedah atau pemeriksaan radiologik..

Osmotic laxatives (lactulose, garam Mg, garam Na): kurangi absorpsi air di ileum dan colon. Garam Mg dan Na dinamakan saline purgative krn kurangi reabsorpsi air jumlah besar dan biasanya diberika per rektal. Lactulosa dihidrolisis oleh bakteri colon menjadi glukosa dan fruktosa, kemudian difermentasi jadi asam asetat dan asam laktat yg bekerja sbg laksatif osmotik, digunakan juga utk turunkan kadar ammonia pd ensefalopati hepatik.

Pengobatan Scibala

Scibala (faecal impaction) diobati dengan osmotic laxatives (garam Mg peroral, glycerol/bisacodyl supp.; bila tak respon beri colonic stimulant (Na picosulfat); bila tak efektif lanjutkan dgn enema dioctyl Na sulfonate; bila tak efektif congkel dgn sarung tangan yg diminyaki. Kemudian beri colonic stimulant, makanan berserat, minum banyak, dan defekasi teratur.

Obat Antidiarrhoea

Pengobatan diarea ditujukan pada penyebab dan penggantian kekurangan elektrolit dan cairan. Obat antidiarea ditujukan utk penyembuhan gejala, bukan merupakan terapi spesifik. Opiat analgetik (morfin, kodein, loperamide, diphenoxylate) kurangi motilitas usus, reabsorpsi air lebih lama, tonus sphincterani naik, dan tekan reflek defekasi. Titrasi dosis agar tak konstipasi. Kontraindikasi pada diarea e.c. inflamasi colon (colitis ulcerativa, Crohns dis., pseudomembranous colitis), karena timbulkan dilatasi akut colon. Tak diberikan bila ada peny hati kronik. Kodein lebih disukai dari morfin krn tak timbulkan ketergantungan.

Irritable Bowel Syndrome


Ditandai oleh nyeri abdomen, diarea intermiten, konstipasi tanpa penyebab yang jelas. Bila konstipasi beri bulk laxative (bran, isphagula hulk), bila ada kolik abdomen beri mebeverine/alverine, bila diarea beri antikolinergik.

Infeksi Saluran Cerna

Mikroba penyebab infeksi saluran cerna: shigella, salmonella, vibrio cholera, closteridium difficile, campylobacter, yersinia, tuberkulosis, dan virus. Pada fase akut, cegah dehidrasi, berikan rehidrasi oral/nasogastrik, bila berat berikan IV. Dalam I L air tambahkan satu sendok teh garam dapur, 8 sendok teh gula, dan jeruk manis sbg sumber K. Gula tingkatkan reabsorpsi elektrolit. Hindari overload cairan.

Pengobatan Spesifik Infeksi Saluran Cerna


Travellers diarrhoea: tak ada obat spesifik, berikan kodein. Shigellosis: Infeksi Shigella sonnei biasanya surut sendiri, tak perlu terapi kecuali cairan. Infeksi S flexneri/S dysentriae obat dengan TMP atau ciprofloxacin. Typhoid fever: obat dgn chloramphenicol/ciprofloxacin. Salmonella gastroenteritis: sebab adalah S typhimurium/ S enteritidis, obati dgn cairan dan antimuntah, beri ciprofloxacin bila infeksi berat, sepsis, atau lemah imun. Cholera: tak ada AB spesifik, karena diarea disebabkan oleh endotoksin. Terapi utama adalah cairan. Ada bukti AB (tetrasiklin/TMP/ciprofloxacin) persingkat diarea.

Pseudomembranous colitis: sebab adalah Cl difficile, sbg superinfeksi di colon setelah AB spektrum lebar (clindamycin, lincomycin, beta-lactam, metronidazole+aminoglikosid). Kasus ringan cukup dgn hentikan AB dan terapi cairan; kasus berat tambahkan vancomycin/metronidazole). Campylobacter enteritis: surut sendiri, bila berat beri eritromisin/ciprofloxacin/tetrasiklin. Yersinia enteritis: tak perlu AB; kasus berat/lemah imun, AB (sefalosporin/kinolon/aminoglikosid) mungkin efektif. TBC usus: obati seperti tuberkulosis paru. Infeksi virus: tak ada terapi spesifik, beri cairan dan obat simtomatik.

Colitis Ulcerativa

Obat: 1) serangan akut (kortikosteroid, aminosalisilat, ciclosporin; 2) cegah kambuh: aminosalisilat; 3) kronik: aminosalisilat, kortikosteroid, azathioprine. Aminosalisilat (mesalazine, olsalazine, sulfasalazine, balsalazide): keempat sediaan lepaskan 5-ASA di colon, tak diserap, berkhasiat antiinflamasi lokal. Kortikosteroid berkhasiat antiinflamasi, azathiprine adalah imunosupresan.

CU berat dan akut: ditandai diarea berat, melena, mukus, pus di feses, demam, anemia, LED naik. Rawat dan infus IV cairan, transfusi darah, albumin. Obati dgn methyl prednisolone IV/enema/supp. Setelah 5 hari dan ada perbaikan lanjutan obat dan makanan peroral, setelah gejala reda pertahankan dgn sediaan 5-ASA. CU sedang: biasanya proctitis ulcerativa pd sigmoidoskopi, obati dgn steroid enema, dan sediaan 5-ASA peroral. Bila perlu tambahkan steroid oral. CU ringan: diatas rektum, obati dgn steroid oral dan enema, sediaan 5-ASA oral selama 1 bulan. CU kronik: sediaan 5-ASA teratur dan steroid enema bila kambuh. Bila perlu tambahkan steroid dan atau AZT.

Crohns Disease

Pd serangan akut berikan steroid oral/IV, bila tak respon tambahkan azathioprine/methotrexate/ mercaptopurine. 5-ASA dapat menolong pada bila ada colitis akut. Atau saat akut berikan metronidazole oral. Koreksi cairan bila diarea; berikan mineral dan vitamin bila ada malabsorpsi. Beri infliximab bila pengobatan terdahulu refrakter.

Terapi Penyakit Hati Kronik.

Oedema dan asites: timbul krn hipoalbuminemia, hipertensi portal, peningkatan hidrostatik vena splanchnic, dan hiperaldosteronism. Obati dgn diet rendah garam dan diuretika (frusemide dan antagonis aldosteron). Pantau BB, elektrolit, dan produksi urin, untuk nilai efektifitas terapi. Ensefalopati hepatik: terjadi retensi amonia, ketakseimbangan asam amino (asam amino aromatik, asam amino rantai samping. Neurotransmitter sentral berubah (NE, dopamine, 5HT, GABA. Ada 2 tujuan pengobatan: 1) kurangi absorpsi ammonia sbg produk asam amino; 2) singkirkan faktor pencetus( hentikan diuretik, obat infeksi, obat perdarahan intestinal dan hipovolemia. Akut: utk turunkan zat toksik hentikan asupan protein, kosongkan colon dengan lactulosa oral atau Mg enema, berikan neomycin oral. Kronik: beri protein secukupnya, obati dgn lactulosa mulai 3X 2 sendok makan,

Perdarahan akut varises esofagus: tegakkan diagnosis dgn endoskopi, hentikan perdarahan dgn ligasi, beri transfusi darah segar, berikan plasma dan vit K1 utk ganti faktor pembekuan, lalukan sclerosing therapy setelah henti perdarahan. Bila tak ada fasilitas endoskopi; coba hentikan persarahan dengan telipressin/vasopressin 8X suntikan, selama 48 jam, dengan risiko iskemia jantung. Propranolol dapat diberikan guna cegah perdarahan varises esofagus.

Hepatitis Virus B dan C

Sebabkan respon inflamasi imun, yg pd awal tak bergejala, kemudian hepatitis kronik aktif, akhirnya cirrhosis dan ca hepatoseluler. Hepatitis B: Interferon B dapat eliminasi virus, tetapi lebih sering eliminasi HBeAg dan timbulkan antibodi HB, tekan replikasi virus dan inflamasi. Tambah lamivudine turunkan viral load. Hepatitis C: obati dgn interferon A dan ribavirin. Peginterferon A lebih efektif. Kortikosteroid (prednisolone 40 mg/hari, kemudian 510 mg/hari) berguna pada hepatitis autoimun, kadang cegah cirrhosis.

Pengobatan Batu Empedu

Kolesterol adalah batu utama, batu lain adalah asam empedu atau campuran; hanya batu kolesterol yg responsif thd obat. Faktor penimbul batu kolesterol adalah: kegemukan, kehamilan, clofibrate, dan estrogen. Pengobatan utama: laparascopic cholecystectomi dan lithotripsi. Asam empedu chenodeoxycholic acid dan ursodeoxycholic acid hambat batu, jangka lama larutkan batu. Lama pengobatan 3bln 2 thn, kambuh setelah obat dihentikan. Pengobatan dibatasi: 1) batu radioluscent < 15 mm; 2) hampir tak bergejala; 3) ada kontraindikasi bedah. Kontraindikasi: kd empedu tak berfungsi, obstruksi saluran empedu, gangguan absorpsi asam empedu di usus, tukak peptik, wanita hamil.

Anda mungkin juga menyukai