Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang dibawa melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling menakutkan di musim hujan, bahkan di kala mewabahnya penyakit ini menjadi topik utama hampir setiap orang. Penyakit ini dapat menyebabkan penderitanya dalam kondisi parah hanya dalam waktu yang relatif singkat bahkan sampai menyebabkan kematian (Satari, 2004). Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia dan sering menimbulkan angka Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan oleh pemerintah. Banyak faktor yang mendukung peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue, antara lain kurangnya upaya penggerakan masyarakat dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD), kurangnya keterlibatan keluarga dalam pencegahan penyakit demam berdarah dan kurang aktif petugas dalam menjalankan fungsinya. Upaya program penanggulangan penyakit DBD yang dilaksanakan sangat banyak tetapi belum optimal karena lebih banyak mempengaruhi epidemiologi penyakit DBD. Angka kematian DBD cenderung menurun walaupun kasus bertambah, hal ini menunjukkan bahwa penatalaksanaan

kasus cukup efektif di pelayanan kesehatan yang ada tetapi peran serta masyarakat untuk pencegahan penyakit demam berdarah belum ada (Depkes RI, 2005). Departemen Kementrian Kesehatan melaporkan sampai pertengahan tahun 2011 penyakit DBD telah menjadi masalah endemik di 122 kecamatan, 1800 desa dan menjadi kejadian luar biasa (KLB) pada tahun 2005 dengan angka kematian sekitar 2%. Pada tahun 2006, kasus DBD sekitar 104.656 kasus dengan angka kematian 1,03% dan pada tahun 2007 jumlah kasus mencapai 140.000 dengan angka kematian 1% (Depkes, 2008). Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemik di provinsi Aceh dengan jumlah kasus di tahun 2007 sebanyak 40,03/1 juta penduduk yang naik secara signifikan menjadi 51,82/1 juta penduduk pada tahun 2008. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi daerah di provinsi Aceh sangat cocok bagi tempat berkembang biak nya nyamuk Aedes aegepty sebagai nyamuk penyebar virus DBD. Dari data Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, didapatkan data bahwa hanya 39,22% dari rumah tangga yang bebas dari nyamuk ini (Dinkes Provinsi Aceh, 2009). Menurut Satari (2004), penyebaran penyakit DBD terkait dengan perilaku keluarga, sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap bahaya penyakit DBD. Tingginya angka kesakitan penyakit DBD disebabkan oleh karena perilaku keluarga itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan. Upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD, membutuhkan peranan keluarga dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) agar setiap rumah bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypty sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat pada saat ini (Depkes RI, 2005). Peran aktif dari keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pemberantasan penyakit DBD. Kegiatan pemerintah yang dapat dilakukan suatu keluarga untuk menekan kejadian penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat perkembangbiakannya. Kegiatan PSN berupa praktik 3M yaitu menutup rapat tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara teratur dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air (Depkes RI, 2005).
Kegiatan tersebut sekarang berkembang menjadi 3M+ Penanganan yang

paling efektif untuk pencegahan penyakit DBD sesuai juga dengan yang disampaikan oleh Depkes RI (2005) adalah meningkatkan kebersihan lingkungan dengan cara 3M+T, yaitu menguras tempat penampungan air, dikuras paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menimbun dalam tanah barang-barang bekas atau sampahyang dapat menampung air hujan, taburkan bubuk abate di sumur atau di bak penampungan air. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musimhujan, dimana terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempatberkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypty.

Seharusnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD yang matang dan ditunjang oleh informasi kesehatan khususnya yang menyangkut penyakit DBD, maka diharapkan keikutsertaan masyarakat terutama keterlibatan keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M di lingkungan tempatnya tinggal, sehingga penyebaran penyakit DBD dapat diatasi (Depkes RI, 2005). Menurut Litbangkes (2004), menentukan upayaupaya pencegahan DBD menjadi hal penting yang harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan kejadian luar biasa dari penyakit DBD. Gerakan PSN dilakukan mulai dari rumah tangga secara kontinyu, serentak dan berkesinambungan. Jika di rumah terdapat jentik nyamuk Aedes aegypty berarti keluarga dan tetangga terancam penularan penyakit DBD. Itulah sebabnya pencegahan penyakit DBD sangat dipengaruhi oleh peran keluarga di rumah. Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang penulis lakukan di Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh didapatkan jumlah penderita penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng tahun 2012 sebanyak 36 orang dengan kejadian yang paling tinggi di desa Lam Geuleumpang sebanyak 10 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap 5 orang keluarga yang memiliki riwayat terserang DBD di desa Lam Geleumpang pada tanggal 10 April 2013 didapatkan 3 dari 5 orang yang penulis wawancarai menjawab bahwa sebelumnya mereka tidak terlalu peduli dengan cara pencegahan penyakit DBD walaupun sudah pernah mendapatkan informasi bagaimana pencegahan penyakit DBD, jika ada genangan air sering dibiarkan begitu saja, karena menganggap hal

itu tidak berbahaya. Sedangkan 2 dari 5 orang yang yang penulis wawancarai mengatakan bahwa sebelumnya mereka sudah berupaya mencegah terjadinya DBD seperti kalau ada genangan air selalu di tumpahkan atau ditimbun pakai tanah, namun itu hanya dilakukan apabila genangan air tersebut sudah parah dan menganggangu, sedangkan genangan-gengan air kecil dibiarkan begitu saja. Peran aktif dari keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pemberantasan penyakit DBD. Kegiatan pemerintah yang dapat dilakukan suatu keluarga untuk menekan kejadian penyakit DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat perkembangbiakannya. Kegiatan PSN berupa praktik 3M yaitu menutup rapat tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara teratur dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air (Ningrum, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang peran keluarga dalam pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013. . B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran keluarga dalam pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013.

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui. peran keluarga dalam pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui peran keluarga dalam menguras Tempat Penampungan Air (TPA) terhadap upaya pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013. b. Untuk mengetahui peran keluarga dalam menutup Tempat Penampungan Air (TPA) terhadap pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013. c. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mengubur barang-barang bekas yang menjadi Tempat Penampungan Air (TPA) terhdapa pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh tahun 2013

D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk proses pembelajaran terhadap riset sederhana, dapat menerapkan disiplin ilmu yang telah didapat tentang pencegahan kejadian demam berdarah dengue (DBD).

2. Bagi Keluarga Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan kepada keluarga tentang perannya dalam pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) sehingga setiap keluarga dapat mengetahui dan dapat menerapkan tindakantindakan dalam upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). 3. Bagi institusi pendidikan. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu kebidanan. 4. Bagi peneliti lain. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut khususnya pada permasalahan yang terjadi yaitu tentang pencegahan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).

Anda mungkin juga menyukai