Anda di halaman 1dari 1

NKRI sebagai negara kepulauan secara empirik menghadapi tantangan yang tidak ringan dalam penegakan hukum dalam

rangka pemeliharaan kedaulatan khususnya di wilayah perbatasan. Salah satu wilayah perbatasan yang patut mendapat perhatian khusus adalah wilayah perbatasan Indonesia di Provinsi Sulawesi Utara yang berbatasan dengan Philipina. Kondisi geografis Sulawesi Utara dengan jarak pulau-pulau terdepan yang relatif dekat dengan negara Philipina serta adanya hubungan sosiologis tradisional antar masyarakat kedua negara menyebabkan munculnya berbagai pelanggaran hukum di wilayah perbatasan tersebut. Selain faktor kondisi dan jarak geografis, terdapat pula faktor lain yang turut mempengaruhi rawannya kondisi pemeliharaan keamanan dan penegakan hukum di wilayah tersebut yaitu adanya sejumlah penduduk yang ditenggarai sebagai Undocumented Citizens. Keberadaan penduduk yang tidak dilengkapi dokumen identitas kewarganegaraan dalam aktivitas sosial ekonomi di wilayah perbatasan tersebut merupakan suatu kondisi yang rawan untuk pemeliharaan keamanan dan penegakan hukum. Dalam jangka panjang hal ini juga berpotensi terhadap kemungkinan munculnya sengketa batas wilayah antar Indonesia-Philipina terkait dengan kepentingan penguasaan potensi pangan dan energi yang ada di wilayah perbatasan tersebut. Mencermati dan menyadari kompleksnya permasalahan tersebut, Bapak Widodo AS, S. IP, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pertahanan dan Keamanan, menyelenggarakan Diskusi Terbatas dengan tema Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Wilayah Perbatasan Indonesia - Philipina dalam Perspektif Tata Kelola Kependudukan pada pada tanggal 20 Desember 2011 dengan mengundang narasumber Brigjen (Pol) Drs. Carlo Brix Tewu, Kapolda Sulawesi Utara dan Noldy Tuerah, Ph.D, Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara. Diskusi ini juga turut mengundang sebagai pembahas yaitu Drs. Maliyono Mawar, M.A. (Direktur Pengembangan Kebijakan Kependudukan Kementerian Dalam Negeri), Rosmalawati Chalid (Subdit II : RRT,CLMV Philipina Kementerian Luar Negeri), Drs. Rindang Napitupulu (Direktur LB dan KLN Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM), Ir. Agung Mulyana, M.Sc. (Deputi II Bidang Potensi Kawasan Perbatasan, BNPP dan sebagai peserta aktif yaitu Laksda Ade Supandi (Panglima Armatim TNI AL), Ir. Sere Alina Tampubolon, M.PST (Direktur Sumber Daya Kelautan, Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan), Ir. Rizky Ferianto, M.A. (Deputi Meneg PPN/ Kepala Bappenas, Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan), Ir. Lucky Korah, M.Si(Staf Ahli Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Bidang Ekonomi) serta para Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Dalam diskusi didapat bahwa berdasar catatan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, pada tahun 2009 diperkirakan terdapat 8000 sampai 15.000 orang keturunan Indonesia yang berdomisili di wilayah Philipina yang tidak memiliki dokumen keimigrasian sehingga sulit dibuktikan kewarganegaraan. Sebaliknya juga terdapat sekitar 500 orang keturunan Philipina yang berdomisili di wilayah Indonesia yang juga tanpa memiliki dokumen keimigrasian. Menanggapi hal tersebut, Bapak Widodo AS, S.IP. mengharapkan adanya atensi khusus dari pihak-pihak terkait untuk terus berupaya dengan melakukanlangkah-langkah strategis dan terintegrasi dalam penanganan masalah ini. Bagaimanapun juga masalah Undocumented Citizens ini harus diselesaikan karena sesuai amanat UUD 1945 yaitu tanggung jawab negara menjaga kedaulatan dan keutuhan negara serta keselamatan segenap bangsa dimana warga negara termasuk didalamnya. (Andytias)

Anda mungkin juga menyukai