Anda di halaman 1dari 27

Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelompok III ASPIKAL ULFIANA YUSUF AKHRIANI 12B07002 12B07001 12B07003

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 2

Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran. Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka kami mengajukan rumusan makalah sebagai berikut: 1. Apa defenisi pembelajaran berbasis masalah ? 2. Bagaimana konsep dasar pembelajaran berbasis masalah ?

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 3

3. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis masalah ? 4. Bagaimana tujuan berbasis masalah ? 5. Bagaimana sintaks dan penerapan pembelajaran berbasis masalah ? 6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran berbasis masalah ? C. Tujuan Penulisan Makalah Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut: 1. Menjelasakan definisi Pembelajaran berbasis masalah. 2. Menguraikan konsep dasar pembelajaran berbasis masalah. 3. Menguraikan karakteristik pembelajaran berbasis masalah. 4. Menguraikan tujuan pembelajaran berbasis masalah. 5. Menguraikan sintaks dan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. 6. Menguraikan kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 4

BAB II Kajian Teori A. Defenisi Pembelajaran Berbasis Masalah Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 5

karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.

Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 6

pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks B. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika: a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya. b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 7

d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas. e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif. C. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada di dunia nyata. PBM berkaitan dengan penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan konstektual. Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan intelegensi yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang tinggi dan tingkat berfikir yang tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat digunakan di tempat kerja nanti. Guru akan gagal apabila memreka menggunakan proses pembelajaran yang tidak mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat. Boud dan Felleti (1997) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, feflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 8

memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu : 1. Learning is student-centered Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2. Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3. New information is acquired through self-directed learning Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. 4. Learning occurs in small groups Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas. 5. Teachers act as facilitators.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 9

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai. Fitur-fitur pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah : 1. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah

mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik.Permasalah yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawabdengan jawaban yang sederhana.b. 2. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar siswa belajar berpikir struktural dan belajarmenggunakan berbagai perspektif keilmuan. 3. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata.Siswa diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkanhipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.d. 4. Produk. Siswa dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada oraang lain. 5. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. Masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti, setiap orang

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 10

bisa berbeda, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuannya adalah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber pada buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwaperistiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran dan pembelajaran berbasis masalah: 1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu konflik (conflic issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman vidio dan yang lainnya. 2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan baik. 3. Bahan yang dipilih adalah bahan yang berhubungan dengan orang banyak (universal) sehingga terasa manfaatnya. 4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimilki peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 11

5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik sehingga setiap peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya. D. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah Departemen Pendidikan Nasional (2003) Menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu. Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Muslimin Ibrahim (2000) Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Tujuan dari penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa mampu berpikir kritis terhadap suatu masalah, mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri, dan mampu menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Siswa juga diharapkan mampu menemukan berbagai pemecahan dalam masalah yang dihadapi agar siswa itu benar-benar paham akan masalah yang

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 12

dihadapi. Pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran. Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bertujuan untuk: 1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, 2. Menjadi siswa yang mandiri, 3. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif 4. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah 5. Meningkatkan motivasi belajar siswa 6. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru E. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Sintaks PBM biasanya terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauannya sedang-sedang saja, kelima tahapan itu dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Namun untuk masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut : Tahap Tahap-1 Orientasi peserta didik ada masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 13

dalam pemecahan masalah yang dipilih. Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Tahap-3 Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Guru mendorong peserta didik untukmengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen Membimbing penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan individual maupun masalah. kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Fogarty (1997) PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur (sesuatu yang kacau). Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah proses PBM menurut David Johnson & Jhonson melalui kegiatan kelompok adalah : a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yan mengandung konflik hingga siswa jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat siswa tentang masalah yang sedang dikaji. b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 14

c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan. e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil Model lingkungan belajar konstruktivistik tersebut memberikan landasan yang kuat dalam mendesain PBM. Proses PBM dijalankan dengan 8 langkah siswa, yaitu: (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta - fakta, (4) menyusun dugaan sementara, (5) menyelidiki, (6) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, (7) menyimpulkan alternative-alternatif pemecahan secara kolaboratif, (8) menguji solusi

permasalahan ( Fogarty, 1997). 1 Menemukan masalah Siswa diberikan masalah berstruktur ill-defined yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimatkalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada siswa untuk melakukan penyelidikan. Siswa menggunakan kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji. Berdasarkan strukturnya, masalah dalam pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu masalah yang terdefinisikan secara jelas (well-defined)

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 15

dan masalah yang tidak terdefinisikan secara jelas (ill-defined) (Hudoyo, 2002; Jensen, 1993; Qin et al.,1995). Pengambilan masalah dari konteks nyata sangat bermanfaat bagi siswa dalam mengembangkan kemampuannya memecahkan masalah. Hasil-hasil penelitian tentang pemecahan masalah yang dipraktikan dalam kelas dengan masalah berstrukturill-defined memberikan dampak-dampak sebagai berikut. (1) Penemuan masalah dapat meningkatkan kreativitas. (2) Memotivasi siswa yang menjadikan belajar terasa menyenangkan. (3) Masalah dengan strukturill-defined membutuhkan keterampilan yang berbeda dengan masalah yang berbentukstandard-problem. (4) Mendorong siswa memahami dan memperoleh hubungan-hubungan masalah dengan disiplin ilmu tertentu. (5) Informasi yang masuk ke dalam memori jangka panjang lebih diperkuat dengan menggunakan masalah yang berstrukturill-defined (Krulik & Rudnick, 1996). 2 Mendefinisikan masalah. Siswa mendefinisikan masalah menggunakan kalimatnya sendiri.

Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Siswa membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan. Pada langkah 6 ini, siswa melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yang dimilik dalam memahami dan mendefinisikan masalah. 3 Mengumpulkan fakta-fakta. Siswa membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan

pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 16

permasalahan. Pada tahap ini, siswa mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah apa yang diketahui (know), apa yang dibutuhkan (need to know), dan apa yang dilakukan (need to do) untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan. 4 Menyusun dugaan sementara. Siswa menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-mathematical. Siswa juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis. 5 Menyelidiki. Siswa melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Siswa melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan faktafakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple ways of knowing and understanding) dunia mereka. 6 Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan. Siswa menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan

merefleksikannya melalui gambaran

nyata yang mereka pahami. Siswa

melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 17

masalah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data. 7 Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif. Siswa berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan. Setiap anggota kelompok secara kolaboratif mulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahan dari berbagai sudut pandang. Pada tahap ini proses pemecahan masalah berada pada tahap menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan yang dihasilkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi menjadi mediasi untuk menghimpun sejumlah alternative pemecahan masalah yang menghasilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara individual. 8 Menguji solusi permasalahan. Siswa menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensip antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Siswa menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternative pemecahan. PBM memberikan peluang bagi siswa untuk melibatkan kecerdasan majemuk (multipleintelligences) yang dimiliki siswa (Fogarty, 1997; Gardner, 1999b). Keterlibatan kecerdasan majemuk dalam pemecahan masalah dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah Page 18

pendekatan problem based learning dapat menjadi wahana bagi siswa yang memiliki kecerdasan majemuk beragam untuk melibatkan kemampuannya secara optimal dalam memecahkan masalah. Guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang jumlah anggotanya 4-5 orang (Boud & Felleti, 1997). Masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari permasalahan, merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis untuk penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan, dan menyajikan hasilnya di depan kelas. Guru berperan sebagai pembimbing dan menstimulasi siswa berpikir untuk

memecahkan masalah. Sebagai fasilitator, guru melatih kemampuan siswa berpikir secara metakognisi. Ketika siswa menghadapi tantangan permasalahan dan diminta untuk mencari pemecahannya, ia berada dalam situasi kesenjangan antar skema berpikir yang dimilikinya dengan informasi-informasi baru yang dihadapinya. Pada saat ini, siswa membutuhkan bantuan-bantuan untuk mencari pemecahan masalah agar kesenjangan dapat dihilangkan. De Porteret al (2001) menyatakan, dalam situasi ini siswa mengambil resiko yang dapat menjadi pembangkit minat belajar. Ketika siswa dihadapkan dengan permasalahan, mereka keluar darizona nyaman kemudian bertualang untuk masuk ke dalam situasi baru yang penuh resiko. Dalam menerapkan PBM di kelas, guru dapat melakukan langkahlangkah umum penerapan PBM di ruang kelas yang urutannya sesuai dengan sintaks di atas. Adapun beberapa langkah umum yang dapat dilakukan guru adalah sebagai :

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 19

Langkah-langkah Orientasi masalah

Kegiatan Guru Menginformasikan tujuan pembelajaran Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan

Membantu menyelidiki secara

Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah

mandiri atau kelompok Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugastugas Mendorong dialog, diskusi dengan teman Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah Membantu siswa merumuskan hipotesis Membantu siswa dalam memberikan solusi Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKP) Membimbing siswa menyajikan hasil kerja Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah Memotivasi siswa untuk terlibat dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 20

pemcahan masalah Mengevaluasi materi

F. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid. Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi siswa untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilakan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru. G. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus mendorong cara berfikir reflektif dan kritis. Peran guru dalam PBM terus berfikir tentang beberapa hal, yaitu : 1 Menyiapkan perangkat berfikir siswa

Beberapa hal yang dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah : 1) membantu siswa mengubah cara berfikir, 2) menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?, 3) memberi siswa ikhtisar siklus

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 21

PBM, struktur, dan batasan waktu, 4) mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan, 5) menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, 6) membantu siswa merasa memiliki masalah 2 Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok kecil dalam PBM

Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila berkisar antara 1 sampai 10 orang. Pembelajaran dalam kelompok kecil dapat menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide 3 Melaksanakan PBM

Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi dalam proses belajar siswa H. Kelebihan dan kelemahan Pemebelajaran Berbasis Masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : 1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 22

5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik. 7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan denga pengetahuan baru 8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu 1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 23

2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 4. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, arti nya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 24

BAB III Penutup A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan diatas kami menarik kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problembased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini Karakteristik pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,

diantaranya adalah : a. Siswa sebagai pusat pembelajaran b. Permasalahan autentik. c. Informasi baru ditemukan secara indovidual d. kolaborasi e. Guru sebagai fasilitator

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 25

Sintaks PBM biasanya terdiri dari 5 tahap utama, yaitu : (1) Orientasi peserta didik ada masalah, (2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) Mengembangkandan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah B. Saran 1. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis masalah, maka guru mestinya menguasai sintaks pembelajaran pembelajaran berbasis masalah. 2. Pemilihan pembelajaran berbasis masalah akan membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 26

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohammad. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA Press Nyoman Setiawan, I Gusti Agung, 2008. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja. Diakses pada tanggal 20 September 2013. Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Santyasa, I Wayan, 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif. Diakses pada tanggal 20 September 2013. Soedjadi, R, 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Suherman, Erman, dkk, 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suparmo, Paul, 2007. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Karnisius Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Page 27

Anda mungkin juga menyukai