Anda di halaman 1dari 5

1.

Konsep dan Pengertian

Sosialisasi dalam arti umum adalah sebuah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu proses belajar anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya Adapun definisi sosialisasi menurut pendapat beberapa ahli, diantaranya: 1. Peter L Berger A process by wich a child learns to be a participant member of society Sosialisasi adalah proses dimana proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat. 2. Cooley Konsep diri (Self Concept), menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi. Konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain atau dikenal dengan istilah looking-glass self. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain terbentuk melalui tiga tahap, yaitu: 1) Tahap memahami diri kita dari pandangan orang lain 2) Tahap merasakan adanyapenilaian dari orang lain 3) Tahap dampak dari penilaian tersebut terhadap dirinya. 3. George Herbet Mead Sosialisasi merupakan teori mengenai peranan, dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Menurut George Herbet Mead, ada tahapan seseorang mengalami proses sosialisasi yaitu: 1) Tahap Persiapan (Preparatory Stage) Dimulai sejak manusia dilahirkan. Pada tahap ini anak pertama kali mengenal nilai dan norma dari orang-orang yang ada disekitarnya. 2) Tahap Meniru (Play Stage) Pada tahap ini anak sudah meniru peranan yang dijalankan orang lain. Mereka mengetahui beberapa peranan yang harus ia lakukan dan yang orang lain lakukan. 3) Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulau berkurang digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri. Pada tahap ini, anak sudah dianggap mulai mampu untuk menjalankan peran yang harusnya dibawakan orang lain. 4) Tahap Generalized Others Pada tahap ini anak sudah dapat menjalankan peran orang lain. 4. Edward Shils (1968) Sosialisasi adalah proses sosial yang dijalankan seseorang atau proses sepanjang umur yang perlu dilalui seseorang individu untuk menjadi seorang anggota kelompok dan masyarakatnya melalui pembelajaran kebudayaan dari kelompok dan masyarakat tersebut. 5. Horton dan Hunt (1987) Sosialisasi adalah suatu proses seseorang menghayati norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga timbulah diri yang unik. 6. x

2. Agen Sosialisasi Sosialisasi sebagai suatu proses memerlukan media tempat individu belajar memahami berbagai macam nilai, norma dan perilaku sehingga individu tersebut dapat mengenal dunia sosialisasi. Media ini disebut Agen Sosialisasi. Agen sosialisasi antara lain terdiri dari: a. Keluarga Keluarga merupakan unit sosial terkecil atau disebut keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar berbagai pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya, untuk mengenal dunia sekitar dan pola-pola hidup yang berlaku sehari-hari. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak, kepribadiannya sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara dan corak orangtua memberikan pendidikan dan bimbingannya. Dengan kata lain, apa yang terjadi dalam lingkungan keluarga akan diinternalisasi oleh individu yang menjadi anggotanya.

b. Sekolah Sekolah merupakan tempat anak bersosialisasi tentang hal-hal baru yang sebelumnya mungkin tidak ia dapatkan dalam keluarga atau teman bermain. Menurut Robert Dreeben, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat seseorang akan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di sekolah, seorang siswa diperkenalkan pada norma-norma yang lebih tegas dan nyata sanksinya, misalnya siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan dikenakan hukuman. Di rumah, seorang anak masih mengharapkan bantuan dari orangtuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugasnya harus dilakukan secara mandiri dan penuh rasa tanggung jawab. c. Teman Bermain Teman bermain disebut juga kelompok sebaya, terdiri atas tetangga dan teman sekolah. Teman bermain tersebut merupakan tempat sosialisasi yang sangat berpengaruh bagi anak setelah keluarga. Di sini anak mulai belajar berbagai nilai, norma, dan kemampuan-kemampuan baru yang mungkin berbeda dengan hal yang sudah diperolehnya dalam lingkungan keluarga. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sejajar, seperti hubungan ayah dan ibu, dengan anak, sosialisasi dalam kelompok bermain, anak akan belajar interaksi dengan orang-orang yang sejajar dengan dirinya karena sebaya. Agar tidak terjadi konflik dengan teman bermain, seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan kepentingan teman-temannya sekaligus

menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan teman bermain tersebut. Anak seusia ini cenderung lebih memihak temantemannya daripada keluarganya. Oleh karena itu, kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. d. Media Massa

Berbagai pesan, peristiwa, berita dari media massa mempunyai peranan sangat penting dalam proses transformasi nilai dan norma-norma baru kepada masyarakatnya. Apa yang ditonton, didengar, dan dibaca dapat memengaruhi perilaku warga masyarakat ke arah yang bersifat positif atau negatif. Termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat bergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contohnya sebagai berikut. 1. Berita-berita peperangan, film-film yang menampilkan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anakanak yang menontonnya. 2. Adegan-adegan yang berbau pornografi disinyalir telah mengikis moralitas remaja dan peningkatan pergaulan bebas serta perbuatan asusila lainnya. 3. Suguhan iklan produk-produk yang bertebaran di mana-mana telah

meningkatkan sikap konsumtif dan gaya hidup masyarakat. Berbagai media sosialisasi tersebut mungkin memberikan ajaran-ajaran yang berbeda satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang didapatkan dari teman bermain, sekolah, atau media massa. Misalnya, di sekolah, anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, dan menggunakan narkoba, tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi dalam membentuk kepribadian seseorang akan berjalan lancar apabila pesan-pesan atau ajaran-ajaran yang diperoleh dari media sosialisasi tersebut tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalankan oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh media sosialisasi yang berlainan. Selain media utama tersebut, juga terdapat media sosialisasi lain seperti institusi agama, organisasi, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat persepsi mengenai tindakantindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.

3. Jenis-jenis Sosialisasi

a. Sosialisasi Primer (Primary Socialization) Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil sampai ia menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer berlangsung mulai balita, anak-anak, dalam teman sepermainan, dan memasuki masa sekolah. Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas. Corak kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh corak kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dan anggota keluarga terdekat, teman-temannya, dan sekolah. Dengan demikian, sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu. Alasannya, apapun yang diserap anak di masa tersebut akan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa. b. Sosialisasi Sekunder (Secondary Socialization) Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi kelanjutan dari sosialisasi primer. Proses ini terjadi ketika individu dimasukkan ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Sosialisasi ini diawali dengan istilah desosialisasi, dan resosialisasi. Dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Adapun dalam resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Misalnya, seorang murid yang sudah lulus sekolah, kemudian memasuki jenjang Perguruan Tinggi. Menurut Goffman (1961), kedua proses tersebut biasanya berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. Institusi total tersebut contohnya lembaga pemasyarakatan, rumah sakit jiwa, atau lembaga pendidikan militer. 4. Pola Sosialisasi

Anda mungkin juga menyukai