Anda di halaman 1dari 3

Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Sayyidina Syeikh Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul

Jabbar Asy Syadzili Al Maghribi Al-Hasani Al Idrisi lahir di Ghamarah, desa dekat Sabta h, Maroko, Afrika Utara pada tahun 591 H / 1195 M. Sebutan Asy Syadzili itu sendiri , menurut sebagian ulama adalah daerah tempat dimana beliau banyak menimba ilmu sa at mudanya. Beliau secara nasab bersambung hingga Rasulullah SAW melalui puterinya Sayyidatu na Fatimah Az-Zahrah. Keistimewaan nasab ini tampak dalam budi pekerti beliau yang indah lagi terpuji dan mengagumkan banyak orang, sehingga mereka banyak mengambil pelajaran dan hik mah dari beliau. Pada masa kecilnya, beliau sudah dibekali oleh orang tuanya dasar-dasar ajaran a gama, kemudian berguru kepada ulama dan sufi besar pada masa itu, yakni Syeikh Abdul Salam bin Masyisyi. Dari gurunya ini pula, kemudian beliau di kirim kepada ulama besar yang tinggal di Syazilia, Tunisia. Keberangkatan beliau ke Syazilia ini merupakan awal dari pengembaraan sufistikny a. Hingga setelah mendapatkan banyak ilmu dari gurunya di Syazilia, beliau ditugask an gurunya untuk mengembangkan ilmunya di Iskandaria, Mesir. Sebelum pindah untuk berguru ke Syazilia, nama Syekh Abul hasan Asy Syazili sudah demikian harumnya; karena itu berita kedatangan beliau telah mengundang pe rhatian masyarakat, sehingga mereka menantikan kedatangan beliau. Demi mendengar hal itu , maka dengan ditemani oleh Syekh Abu Muhammad Abdullah bin Salamah, beliau memili h jalur lain dab mengasingkan diri di Pegunungan Zagwan untuk bisa berhubungan secara sembunyi-sembunyi dengan gurunya di Syazilia. Begitulah setelah lama berkhalwat di Zagwan; pada akhirnya beliau diperintahkan gurunya agar turun gunung dan berdakwah di masyarakat. Sudah barang tentu masyar akat yang ingin melihat dan berguru kepadanya datang berduyun-duyun, bahkan diantara mereka banyak para pejabat Negara yang hadir. Setelah itu beliau diutus gurunya ke Iska ndaria. Dan rupanya kota ini menjadi akhir dari pengembaraan beliau, sebab disitu pula; setelah lama membimbing masyarakat, beliau akhirnya wafat dan dimakamkan disana. Selama berada di Tunisia, beliau bersahabat dan banyak berdiskusi dengan para Ul ama dan kaum Sufi besar disana. Di antara mereka terdapat : Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf As Syazili Abu Abdullah Al Shabuni Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Paituni Abu Abdillah Al Binai Al Hayah Abu Abdillah Al-Jarihi Sedangkan diantara murud-murid beliau di Tunisia, dimana sebagian mereka adalah para Ulama kenamaan yaitu : Izzudin bin Abdul Salam Taqiyudin bin Daqiqi id Abul Adhim Al-Munziri Ibnu Shaleh

Ibnu Hajib Jamaluddin Usfur Nabiuddin bin Auf Muhyiddin bin Suraqah Ibnu Yasin Diantara kemuliaan beliau, sebagaimana kesaksian sahabat seperjalanannya, bahwa diutusnya Syekh Abul Hasan Ali As Syazili oleh gurunya agar berangkat menu ju Iskandaria, karena di kota itu telah menunggu 40 Waliyullah untuk meneruskan pel ajaran kepada beliau. Dasar-dasar Pemikiran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendal ami dan memahami ajaran Syari ah. Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kit ab; yaitu : 1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi ( menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian ) 2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari ( menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah swt ) 3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki ( menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syari at dan hakikat bersatu ) 4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali ( Paduan antara Syari at dan Tasawuf ) 5. Al Syifa karya Qadhi Iyadh ( dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih ) 6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi ( dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf ) 7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththa illah ( melengkapi pengetahuan dalam pengajian ) Wafatnya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Beliau wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamny a masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah. Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Majmu atul Ahzab ( Kumpulan Hizib-wirid ) Mafakhirul Aliyah Al Amin As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Ni mal Wakil Hizbus Syadzili ( partai terkenal di Afrika ) Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Al-Manawi berkata : ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali me njawab : Adapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi. Al-Mursi berkata : Allah swt pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertan yaan : Berapa banyak ilmu anda?

Dia menjawab : 71 Aku bertanya lagi : Apa Jabatanmu? Dia menjawab : Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal Kutanya lagi : Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan Asy-Syazili? Dia menjawab : Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia Adalah samudera tidak bertepi. Abu Abdullah As-Syatibi berkata : Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau : Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doa ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya? Beliau bersabda : Abu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku. Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berp eganglah pada Al Qur an dan Sunah. Katakana pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt m enjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur a n dan Sunah terlebih dahulu. Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syara , maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah ke duanya, maka engkau menuju kesejatian. Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manus ia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak b ertentangan dengan Al Qur an dan Sunah. Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam A bu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; s edangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian. Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah de ngan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berziki r, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh. Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ke tahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hat imu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungk an diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama. Al Kisah No. 08 / Tahun II / 12 25 April 2004

Anda mungkin juga menyukai