Anda di halaman 1dari 35

1

DAFTAR ISI

Halaman BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan BAB II. PEMBAHASAN 1 7

A. Sifat genetic 7 B. Gambaran Paradigma Social Lingkungan Tempat Tinggal C. Gambaran Paradigma Pendidikan Tempat Tinggal 10 D. Tiga langkah menjadi manusia terbaik 13 E. Berbuat Baik (Benefience) 17 F. Pngertian Kebaikan Secara Etika 20 G. Sifat Umum Manusia Yang baik 21 H. Cara Bergaul dengan Baik 26 I. Menjadi Sebaik-baik Manusia J. Tahapan Hidup Manusia Yang Baik

28 30

BAB III. PENUTUP Penutup

34 34

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Pengertian baik tidaklah dapat disamakan dalam setiap hal atau perbuatan. Tidak semua kebaikan merupakan kebaikan akhlak. Contohnya, suatu tembakan yanga baik dalam pembunuhan, dapat merupakan perbuatan akhlak yang buruk Namun begitu, setiap agama pasti mengajarkan penganutnya agar menjadi manusia yang baik. Sebagai contoh, agama Islam membawa misi sosial, sebab ia diturunkan memang memperbaiki masyarakat umat manusia. Karena itu sesuai dengan misi Islam ialah misi sosial ini, Islam banyak mempunyai ajaran di bidang sosial kemasyarakatan yang membawa umatnya menjadi manusia sosial yang baik, yang mampu berhubungan dan bergaul dengan orang lain secara baik Ajaran-ajaran Islam yang demikian ini, kita temukan misalnya pada perintah zakat bagi yang mampu, anjuran berqurban binatang pada setiap Idul qurban, anjuran sedekah, anjuran menyebarkan salam Islam kepada orang lain baik yang kita kenal maupun tidak, dan kewajiban naik haji bagi yang telah memenuhi syaratsyaratnya. Selain itu diutamakan oleh Allah SWT dengan memberikan pahala yang lebih besar dari pada amalan-amalan yang kita kerjakan secara individu, maisalnya shalat lima wakttu yang dikerjakan secara berjemaah. Dengan ajaran-ajaran sosial dalam Islam yang demikian ini, tiap umatnya di didik oleh agama Islam supaya dapat menjadi manusia sosial yang baik yang pandai membawa diri di dalam hidup bermasyarakat. Atas dasar uraian di atas, maka di dalam makalah ini akan dibahas tentang Menjadi Manusia yang Baik dalam ruang lingkup etika, yaitu bagaimana sifat dan cara menjadi manusia yang baik. Untuk membentuk manusia yang baik dan berguna bergantung pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat juga sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik dalam mengupayakan tercapainya

tujuan pendidikan. Keluarga berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian Islam dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Masyarakat menguatkan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan sekolah. Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jamiush Shaghir. Bunyinya, Khairun naasi anfauhum linnaas. Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain. Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jamiush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi. Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil. Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain. Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.

Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini

kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes. Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah? Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu. Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini. (Thabrani). Subhanallah. Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik. Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke

kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia. Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Taala. Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun. Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri. Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita.

Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan. Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri. Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita. Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orangorang di sekitar kita.

BAB II PEMBAHASAN A. Sifat Genetik Secara genetik sifat keturunan yang dapat diamati/dilihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip. Dalam ilmu

biologi, genotip dan lingkungan dapat menetapkan fenotip atau dengan kata lain fenotip merupakan resultan/hasil dari genotip dan lingkungan. Dengan demikian, maka dua genotip yang sama dapat menunjukkan fenotip yang berlainan, apabila lingkungan bagi kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu telur tentunya memiliki genotip yang sama, tetapi jika kedua anak tersebut dibesarkan dilingkungan berbeda maka mereka akan memiliki sifat fenotip yang berbeda. Penulis kemukakan contoh di atas (contoh dari segi ilmu biologi) hanya untuk memperlihatkan betapa pengaruh lingkungan sangat kuat terhadap munculnya sifat atau karakter pada seseorang. Belum lagi sifat dasar manusia yang lain yang dipengaruhi oleh kebutuhan biologis itu sendiri seperti rasa lapar, rasa sakit, rasa takut, kebutuhan seks dan ego (Sutarto, 2011) yang menentukakkan juga terhadap karakter atau perilaku seseorang di masyarakat. Sebagai contoh pada masyarakat yang rata-rata memiliki pekerjaan tetap (gaji cukup) tentunya tuntutan terhadap pemenuhan/dorongan rasa lapar tersebut kecil bila dibandingkan dengan sekelompok masyarakat yang kebanyakan memiliki pendapatan tidak menentu, sehingga bisa terlihat karakter lain di masyarakat. Maka dengan demikian terbentuklah masyarakat yang heterogen sehingga diperlukan ilmu yang bisa mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan ikatan-ikatan yang menguasai kehidupan tersebut (Sosiologi) diharapkan bila terjadi konflik atau gesekan-gesekan horizontal di masyarakat, dengan ilmu ini bisa mengatasi dan menyelesaikan masalah.

B.

Gambaran Paradigma Sosial Lingkungan Tempat Tinggal Penulis Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seorang manusia, adapun yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang dapat mempengaruhi manusia lain. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga, teman-teman, kawan sekolah, sepekerjaan, dan lain

sebagainya. Pengaruh yang tidak langsung yaitu: melalui radio, TV majalah, buku-buku surat kabar dan lain sebagainya (Dalyono, 2001:133). Dalam hal ini yang akan dibahas adalah lingkungan sosial yang di dalamnya terdapat lingkungan keluarga yang sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak dan faktor-faktor di dalamnya yang memiliki andil besar dalam pembentukan kepribadian tersebut yang tentunya tidak terlepas dari peran keluarga. Lingkungan tempat tinggal penulis berada dikawasan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung (berbatasan dengan Kota Bandung, hanya terpisahkan oleh jalan), berada di lingkungan gang yang padat penduduk. Hampir tidak ada celah untuk dapat dinikmati sebagai ruang terbuka oleh para penghuni rumah. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, begitupun dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di gang sempit yang dibangun oleh berbagai keluarga dengan kekhasan yang beragam, tentu akan menimbulkan dinamika tersendiri bagi masyarakat yang ada di dalamnya, hal ini diperparah dengan banyaknya rumah-rumah kos yang dikontrakan memungkinkan banyaknya pendatang yang tentu saja memiliki latar belakang keluarga yang beragam pula yang ikut membentuk tipe masyarakat di daerah tersebut. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagian ahli menyebutnya bahwa pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluaraga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai yang rusak. Itupun yang terjadi di lingkungan gang sempit, kurang baik untuk perkembangan pendidikan anak. Berikut foto letak rumah penulis.

10

Satu dinamika sosial terlepas kekurangannya, tentunya pada type kelompok masyarakat seperti ini masih adanya rasa kebermasyarakatan dan kekeluargaan yang tinggi bila dibandingkan dengan type/kelompok masyarakat yang menamakan diri kelompok masyarakat elit dimana rumah satu sama lain dibatasi dengan tembok yang besar, bahkan kasarnya tetangga sebeleh meninggalpun mungkin tidak tahu. Sebagai contoh suka diadakannya kerja bakti lingkungan hidup, ronda (poskamling), pengajian rutin ibu-ibu dan bapak-bapak pada minggu tertentu yang sudah diagendakan, takjiah bersama bagi yang meninggal dunia, menyantuni dan menginventarisir anak-anak yatim dan orangorang miskin untuk diberikan bantuan, dan lain-lainnya. Itulah beberapa gambaran paradigma sosial yang berada dilingkungan tempat tinggal penulis yang merasa pantas untuk diangkat dan dikaji sehingga positif dan negatifnya bisa dijadikan bahan kajian keilmuan sehingga menambah wawasan dalam kemasyarakatan pada khususnya dan kewarganegaraan pada umumnya sebagaimana digambarakan pada skema di bawah ini :

11

Gambar Skema Paradigma Sosial yang terbentuk di Masyarakat C. Gambaran Paradigma Pendidikan Tempat Tinggal Penulis Pembahasan mengenai pengaruh lingkungan terhadap proses pendidikan manusia khususnya dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana penulis uraikan di atas bertitik tolak atau fokus kepada keluarga. Karena keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. F.J. Brown dalam Syamsu (2006 ; 36) mengemukakan

12

bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologi, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang berhubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan clan atau marga; b) dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakatpun anak-anak tidak dalam kalah pentingnya dalam membantu lingkungan perkembangan mencapai kedewasaannya,

masyarakat yang baik akan menciptakan generasi yang baik pula dan sebaliknya lingkungan masyarakat yang buruk akan membawa dampak dan pengaruh yang buruk pada anak dalam mencapai kedewasaannya. Sehingga perhatian terhadap lingkungan pendidikan baik pendidikan di keluarga, madrasah/sekolah dan masyarakat menjadi sangat penting dalam rangka menciptakan generasi yang sesuai dengan tuntutan dan harapan bangsa, negara dan agama. Berdasarkan uraiaan tersebut di atas, betapa keluarga merupakan factor pertama dan utama dalam peletakan dasar-dasar pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga para orang tua tidak ada alasan untuk tidak memperhatikan anaknya. Dari segi melanjutkan sekolah di lingkungan penulis rata-rata sampai tingkat SMP (mungkin karena program wajar dikdas 9 tahun) dan sebagian lulus SMA, sedikit yang ke perguruan tinggi. Dari fenomena lain, dunia pendidikan sekarang pada umumnya dan di sekitar tempat tinggal penulis pada khususnya, pergaulan anak atau perkembangan anak oleh beberapa orang tua tidak bisa dikontrol dan dikendalikan. Sebagai contoh bahasa yang keluar dari pergaulan mereka mohon maaf banyak kata-kata kotor dan jorok, sudah membiasakan diri merokok, berani tidak melaksanakan ibadah sesuai kepercayaannya, dan lain sebagainya. Dengan fakta seperti itu penulis pada khususnya dan para orang tua pada umumya dihadapkan pada posisi dilematis. Satu sisi anak perlu bermain (memang masanya anak untuk bermain), satu sisi para orang tua sangat riskan dengan pergaulan anak sekarang. Sehingga para orang tua harus benar-benar membuat program kegiatan anak yang kuantitas dan kualitasnya benar-benar terjaga sehingga mereka bisa diminimalkan terkontaminasi oleh pergaulan yang kurang baik, walaupun pada era globalisasi dan informasi ini sangat berat sebagai orang tua.

13

Untuk meminimalkan anak-anak generasi penerus bangsa dan juga bagian dari komponen masyarakat di lingkungannya menjadi anak yang berkualitas baik jenjang pendidikan, akhlak, dan pribadi unggul lainnya, penulis mencoba membuat suatu skema atau alur paradigm pendidikan khususnya di lingkungan tempat tinggal penulis sebagai berikut :

Gambar : Skema paradigm pendidikan keluarga Untuk membentuk manusia yang baik dan berguna bergantung pada proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keluarga dan masyarakat juga sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus bekerjasama dengan baik dalam mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan. Keluarga berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian Islam dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Masyarakat menguatkan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan sekolah. Negara mendorong keluarga untuk meningkatkan peran dan kemampuannya dalam mendidik anak serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang

14

dibutuhkan keluarga yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam mendidik anak. Negara dapat menarik sementara hak pendidikan anak dari seorang ayah atau ibu dan menyerahkannya kepada keluarga atau kerabat lain yang mampu mendidik, apabila seorang ayah atau ibu sangat lemah dalam mendidik anaknya, sampai ayah atau ibu tersebut dapat mendidik anaknya. Negara harus mengawasi media massa dan perilaku individu-individu dalam kehidupan umum. Media massa tidak boleh menyebarkan nilai, pemikiran, atau contoh perilaku yang membahayakan peserta didik. Demikian pula tindakantindakan pelanggaran hukum atau yang tercela; harus ditindak tegas sehingga tidak menyebar di tengah-tengah masyarakat. Tindakan negara ini seiring dengan peran kontrol sosial warga masyarakat sehingga efektif menjaga generasi dari lingkungan yang buruk bagi pendidikannya.

D. Tiga Langkah Menjadi Manusia Terbaik Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jamiush Shaghir. Bunyinya, Khairun naasi anfauhum linnaas. Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain. Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jamiush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi. Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.

15

Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain. Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan. Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes. Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah? Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada

16

yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu. Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini. (Thabrani). Subhanallah. Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik. Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia. Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Taala. Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw.

17

memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun. Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri. Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan. Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.

18

Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita. Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orangorang di sekitar kita. E. Berbuat baik (Beneficence) Merupakan salah satu prinsip dalam Bioetika (Shannon, 1997). Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak merugikan. Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan mereka. Cara Untuk Menjadi Manusia Yang Baik dan Menarik adalah :
a. Royalah Dalam Memberikan Pujian.

Pujian itu seperti air segar yang bisa menawarkan rasa haus manusia akan penghargaan. Dan kalau Anda selalu siap membagikan air segar itu kepada orang lain, Anda berada pada posisi yang strategis untuk disukai oleh orang lain. Caranya? Bukalah mata lebar-lebar untuk selalu melihat sisi baik pada sikap dan perbuatan orang lain. Lalu pujilah dengan tulus.

b. Buatlah Orang Lain Merasa Dirinya Sebagai Orang Penting.

19

Tunjukkanlah dengan sikap dan ucapan bahwa anda menganggap orang lain itu penting. Misalnya, jangan biarkan orang lain menunggu terlalu lama, katakanlah maaf bila salah, tepatilah janji, dsb. c. Jadilah Pendengar Yang Baik. Kalau bicara itu perak dan diam itu emas, maka pendengar yang baik lebih mulia dari keduanya. Pendengar yang baik adalah pribadi yang dibutuhkan dan disukai oleh semua orang. Berilah kesempatan kepada orang lain untuk bicara, ajukan pertanyaan dan buat dia bergairah untuk terus bicara. Dengarkanlah dengan antusias, dan jangan menilai atau menasehatinya bila tidak diminta. d. Usahakan Untuk Menyebut Nama Orang Dengan Benar. Nama adalah milik berharga yang bersifat sangat pribadi. Umumnya orang tidak suka bila namanya disebut secara salah atau sembarangan. Kalau ragu, tanyakanlah bagaimana melafalkan dan menulis namanya dengan benar. Misalnya, orang yang dipanggil Wilyem itu ditulisnya William, atau Wilhem? Sementara bicara, sebutlah namanya sesering mungkin. Menyebut Andre lebih baik dibandingkan Anda. Pak Peter lebih enak kedengarannya daripada sekedar Bapak. e. Bersikaplah Ramah. Semua orang senang bila diperlakukan dengan ramah. Keramahan membuat orang lain merasa diterima dan dihargai. Keramahan membuat orang merasa betah berada di dekat Anda. f. Bermurah Hatilah. Anda tidak akan menjadi miskin karena memberi dan tidak akan kekurangan karena berbagi. Seorang yang sangat bijak pernah menulis, Orang yang murah hati berbuat baik kepada dirinya sendiri. Dengan demikian kemurahan hati disatu sisi baik buat Anda, dan disisi lain berguna bagi orang lain.

20

g. Hindari Kebiasaan Mekritik Dan Mencela. Umumnya orang tidak suka bila kelemahannya diketahui oleh orang lain, apalagi dipermalukan. Semua itu menyerang langsung ke pusat harga diri dan bisa membuat orang mempertahankan diri dengan sikap yang tidak bersahabat. h. Bersikaplah Asertif. Orang yang disukai bukanlah orang yang selalu berkata Ya, tetapi orang yang bisa berkata Tidak bila diperlukan. Sewaktu-waktu bisa saja prinsip atau pendapat Anda berseberangan dengan orang lain. Anda tidak harus menyesuaikan diri atau memaksakan mereka menyesuaikan diri dengan Anda. Jangan takut untuk berbeda dengan orang lain. Yang penting perbedaan itu tidak menimbulkan konflik, tapi menimbulkan sikap saling pengertian.

i. Perbuatlah Apa Yang Anda Ingin Orang Lain Perbuat Kepada Anda. Perlakuan apapun yang anda inginkan dari orang lain yang dapat menyukakan hati, itulah yang harus anda lakukan terlebih dahulu. Anda harus mengambil inisiatif untuk memulainya. Misalnya, bila ingin diperhatikan, mulailah memberi perhatian. Bila ingin dihargai, mulailah menghargai orang lain. j. Cintailah Diri Sendiri. Mencintai diri sendiri berarti menerima diri apa adanya, menyukai dan melakukan apapun yang terbaik untuk diri sendiri. Ini berbeda dengan egois yang berarti mementingkan diri sendiri atau egosentris yang berarti berpusat kepada diri sendiri. Semakin Anda menyukai diri sendiri, semakin mudah Anda menyukai orang lain, maka semakin besar peluang Anda untuk disukai orang lain. Dengan menerima dan menyukai diri sendiri, Anda akan mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, menerima mereka dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, bekerjasama dengan mereka dan menyukai mereka. Pada saat yang sama tanpa

21

disadari Anda memancarkan pesona pribadi yang bisa membuat orang lain menyukai Anda. F. Pengertian Kebaikan Secara Etika Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir. Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya. Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak, manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakan hidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya. Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia. Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusia mempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan. Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak. Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia. Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusia dapat dipandang melalui beberapa cara, yaitu : Objektif Batiniah Lahiriah (ekstrinsik) keadaan perseorangan tidak dipandang. berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsik) berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif Subjektif keadaan perseorangan diperhitungkan.

22

Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netral karena alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat berubah sedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai kebaikan. Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasan dan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan perbuatan hanya akan dikurangi. Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena alasan dan keadaannya. Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu sendiri ada baik atau netral dipergunakan

G. Sifat Umum Manusia yang Baik Berikut ini sifat umum manusia yang baik yang dikutip dari SPECIAL MANAGEMENT SKILL SUB DIREKTORAT PPKB DIRMAWA UGM : Adaptable Adventurous Analytical Animated Balanced Behaved Bouncy Bold Chief Chartmaker Cheerful Mudah menyesuaikan diri dan senang dalam setiap situasi. Orang yang mau melakukan suatu hal yang baru dan berani dengan tekat untuk menguasainya. Suka menyelidiki bagian-bagian hubungan yang logis dan semestinya. Penuh kehidupan, sering menggunakan isyarat tangan, lengan, dan wajah secara hidup. Kepribadian yang stabil dan mengambil tengah-tengah, jarang bersikap ekstrim. Konsisten ingin membawa dirinya di dalam batas-batas apa yang dirasakan semestinya. Kepribadian yang hidup, berlebihan, dan penuh tenaga. Tidak kenal takut, berani, terus terang,tidak takut akan resiko Memegang kepemimpinan dan mengharapkan orang lain mengikutinya. Mengatur kehidupan, tugas, dan pemecahan masalah dengan membuat daftar, formulir atau grafik. Konsisten memiliki semangat tinggi dan mempromosikan kebahagiaan pada orang lain.

23

Competitive Convincing Considerate Consistent Controlled Confident Cultured Cute Contented Daring Deep Delightful Demonstrative Decisive Detailed Diplomatic Dry humor Funny Forceful Faithful Friendly Inspiring

Mengubah setiap situasi, kejadian, atau permainan menjadi lomba dan selalu bermain untuk menang. Bisa merebut hati orang lain melalui pesona kepribadiannya. Menghargai keperluan dan perasaan orang lain. Memiliki keseimbangan secara emosional, menanggapi sebagaimana diharapkan orang. Mempunyai perasaan emosional tetapi jarang

memperlihatkan-nya. Percaya diri dan yakin akan kemampuan dan suksesnya sendiri. Perhatiannya melibatkan tujuan intelektual dan artistik, seperti teater, simfoni, balet. Dicintai, pusat perhatian. Mudah puas dengan apa yang dimilikinya, jarang iri hati. Bersedia mengambil resiko, tak kenal takut, berani. Intensif dan introspektif tanpa rasa senang kepada percakapan basa-basi. Orang yang menyenangkan sebagai teman. Terang-terangan menyatakan emosi, terutama sayang, dan tidak ragu menyentuh orang lain ketika sedang berbicara. Mempunyai kemampuan membuat penilaian yang cepat dan tuntas. Melakukan segalanya secara berurutan dengan ingatan yang jernih tentang segala hal yang terjadi. Berurusan dengan orang lain secara penuh siasat, perasa, dan sabar. Pandai bicara yang menggigit, biasanya satu kalimat yang sifatnya sarkastis. Punya rasa humor yang cemerlang dan bisa membuat cerita apa saja menjadi peristiwa yang menyenangkan. Kepribadian yang mendominasi dan menyebabkan orang lain ragu-ragu untuk melawannya. Secara konsisten bisa diandalkan, teguh, setia, dan mengabdi kadang tanpa alasan. Menanggapi dan bukan orang yang penuh inisiatif, jarang memulai percakapan. Ramah dalam berhubungan sosial. Mendorong orang lain untuk bekerja, bergabung, atau

24

Independent Idealistic Inoffensive Lively Leader Loyal Listener Mixes-easily Mover Musical Mediator Optimistic Outspoken Orderly Obliging Peaceful Persistent Persuasive Playful Patient Popular

terlibat dan membuat seluruhnya menyenangkan. Mandiri, penuh percaya diri, dan tidak begitu memerlukan bantuan. Memvisualisasikan hal-hal dalam bentuk yang sempurna dan perlu memenuhi standard itu sendiri. Tidak pernah mengatakan atau menyebabkan apapun yang tidak menyenangkan atau menimbulkan keberatan. Penuh kehidupan, kuat, penuh semangat. Terdoronguntuk memimpin, dan sering sulit mempercayai orang lain bisa melakukan pekerjaan dengan sama baiknya. Setia kepada seseorang, gagasan, atau pekerjaan, kadangkadang melampaui alasan masuk akal. Selalu bersedia mendengar apa yang dikatakan orang lain. Menyukai pesta dan tidak bisa menunggu untuk bertemu setiap orang dalam ruangan, grapyak pada semua orang. Terdorong oleh keperluan untuk produktif, pemimpin yang diikuti orang lain, sulit duduk diam. Punya apresiasi mendalam tentang musik, punya komitmen pada musik sebagai seni bukan sebagai hiburan. Konsisten mencari peranan merukunkan pertikaian untuk menghindari konflik. Periang dan meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa segalanya akan beres. Bicara terang-terangan dan tanpa menahan diri. Orang yang mengatur segala-galanya secara metodis dan sistematis. Bisa menerima apa saja. Orang yang cepat melakukannya dengan cara lain. Tampak tidak terganggu dan tenang serta menghindari setiap bentuk kekacauan. Melakukan sesuatu sampai selesai sebelum memulai lainnya. Meyakinkan orang dengan logika dan fakta, bukannya pesona atau kekuasaan. Penuh kesenangan dan selera humor yang baik. Tidak terpengaruh oleh penundaan, tetap tenang dan toleran serta sabar. Menghidupkan suasana, sehingga sangat diharapkan

25

Productive Perfectionist Pleasant Promoter

kehadirannya oleh orang lain. Terus menerus bekerja atau mencapai sesuatu, sering merasa sulit beristirahat. Menempatkan standard tinggi pada dirinya dan orang lain. Mudah bergaul, bersifat terbuka, mudah diajak bicara. Mendorong orang lain mengikuti, bergabung, atau melakukan sesuatu melalui pesona kepribadiannya.

Positive Planner Refreshing Resourceful Respectful Reserved Spontaneous Sociable Strongwilled Self-sacrificing Submissive Spirited Self-reliant Sensitive Satisfied Sure Scheduled Shy

Mengetahui segala-galanya akan beres kalau dia yang memimpin. Mempersiapkan aturan yang terincisebelum-nya dalam menyelesaikan target atau pekerjaan. Memperbaharui dan membantu atau membuat orang lain merasa senang. Bisa bertindak cepat dan efektif boleh dikata dalam semua situasi. Memperlakukan orang lain dengan rasa segan, hormat, dan penghargaan. Menahan diri dalam menunjukkan emosi atau antusiasme Semua kehidupan merupakan kegiatan yang impulsif, tidak dipikirkan lebih dulu, dan tidak terhambat oleh rencana. Bersama orang lain sebagai kesempatan untuk bersikap manis dan menghibur. Orang yang yakin akan caranya sendiri, berkemauan kuat. Bersedia mengorbankan dirinya demi atau untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dengan mudah menerima pandangan atau keinginan orang lain tanpa banyak bertanya. Penuh kehidupan dan gairah. Mandiri dan sepenuhnya bisa mengandalkan kemampuan, penilaian, dan sumber dayanya sendiri. Secara intensif memperhatikan orang lain, dan apa yang terjadi. Orang yang mudah menerima keadaan atau situasi apa saja. Yakin, jarang ragu-ragu atau goyah. Membuat, menghayati, dan menuruti rencana sehari-hari, tidak menyukai rencananya terganggu. Pendiam, tidak mudah terseret dalam percakapan.

26

Talker Tenacious Tenacious Thoughtful Tolerant

Terus menerus bicara, biasanya menceritakan kisah lucu, merasa perlu mengisi kesunyian agar orang lain senang. Memegang teguh dengan keras kepala dan tidak mau melepaskan sampai tujuan tercapai. Memegang teguh dengan keras kepala dan tidak mau melepaskan sampai tujuan tercapai. Tanggap dan mengingat kesempatan istimewa dan cepat memberikan isyarat yang baik Mudah menerima pemikiran dan cara orang lain tanpa perlu tidak menyetujui atau mengubahnya.

H. Cara Bergaul dengan Baik Seluruh manusia itu adalah umat yang satu. Dalam hidup bemasyarakat, kita bergaul dengan banyak pihak. Dan dengan semua pihak ini, tidak peduli suku apa, pangkatnya apa, agamanya apa, dan lain sebagainya. Misalnya dalam ajaran Islam, penganutnya diminta oleh Islam untuk bergaul dengan baik. Terutama terhadap pihak-pihak yang berikut ini, harus diberikan priorotas untuk kita pergauli dengan baik yaitu: 1. Kedua orang tua, ibu dan bapak kita masing-masing 2. Orang-orang yang menjadi karib kerabat kita 3. Anak-anak yatim 4. Orang-orng miskin 5. Tetangga yang dekat maupun yang jauh dengan kita, baik dilihat dari segi tempat, hubungan keluarga maupun dilihat dari segi muslim dan bukan muslim. 6. Orang-orang yang menjadi teman sejawat kita 7. Ibnu sabil yaitu, para musafir yang kehabisan bekal yang kepergiannya tidak untuk maksiat. 8. Hamba sahaya Bergaul yang baik dengan sesama manusia dapat dibagai menjadi tiga tingkat: Tingkat pertama:

27

Ialah tingkat yang paling rendah yaitu kita bergaul dengan orang lain hanya sekedar kita tidak membuta susah kepada orang lain dan tidak mengganggu mereka. Misalnya Pada waktu siang hari selagi orang lian tengah istirahat tidur siang atau tengah asik belajar, kita tidak membunyikan TV atau Radio keras-keras, contah yang lain adalah tidak membuang sampah sembarang sehingga mengganggu tetangga dan lain sebagainya. Jadi menurut cara bergaul tingkat rendah ini, kita bergaul secara positif sebab kita tidak berbuat ini dan itu yang dapat menyusahkan orang lain. Tingkat kedua: Ialah bergaul yang lebih tinggi dari pada bergaul tingkat pertama. Bergaul yang baik dengan orang lain menurut tingkat kedua ini kita bergaul tidak secara pasif lagi tetapi secara aktif, dengan kita berbuat dan bermanfaat bagi orang lain. Kita tidak sekedar hanya tidak menggangu orang lain, tetapi lebih dari itu kita sudah memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain. Dalam Islam, Rasulullah juga mengajarkan kepada umat muslim agar selalu menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Lebih jauh Rasulullah menerangkan: tahukah kamu, apa yang menjadi hak tetangga? Bila tetangga minta tolong tolonglah ia. Bila ia ingin hutang kepadamu, hutangilah dia. Bila ia memerlukan sesuatu, berikan sesuatu kepadanya. Bila ia jatuh sakit, jenguklah ia. Bila ia meninggal dunia antarkanlah jenazahnya. Bila memperolah sesuatu yang menggembirakan, ucapkanlah selamat kepadanya. Bila ia mendapat sesuatu musibah, tunjukkanlah rasa simpati kepadanya. Janganlah kamu mendirikan bangunan yang tinggi yang menutupi udara tetangga itu kecuali kalau sudah mendapat ijin. Bila kamu membeli buah-buahan hadiahkan sebagian kepadanya, bila tidak masukkanlah ke rumah pelan-pelan dan jangan sampai anak-anakmu membawa keluar buah-buahan itu supaya tidak membikin jengkel anak tetanggamu. Janganlah kamu sakiti hati tetangga dengan bau masakan didapur, kecuali kalau kamu berikan sebagian kepadanya.

28

Tingkat ketiga: Cara bergaul yang baik yang ketiga ini adalah cara bergaul yang terbaik dan tertinggi. Menurut cara bergaul yang ketiga ini, kita tidak hanya sekedar tidak mengganggu orang lain dan tidak hanya sekedar memberi manfaaat kepada orang lain seperti pada cara bergaul menurut tingkat pertama dan kedua, melainkan lebih dari itu kita sudah berbuat ke tingkat yang lebih sempurna lagi, yaitu kita menahan diri dengan sabar terhadap tindakan orang lain yang menyakitkan kita, bahkan kita balas perbuatan yang tidak baik itu dengan kebaikan. Seperti yang diajarkan Rasulullah terhadap umat muslim : jika kamu ingin melebihi tingkat mereka yang tergolong shiddiqun (orang-orang yang benar) sambunglah hubungan persaudaraan dengan mereka yang memutuskan hubungan persaudaraan itu, berilah mereka yang menahan pemberian dan maafkanlah mereka yang berbuat dzalim kepadamu. Memang sebagian orang kurang begitu memperhatikan pergaulannya dengan orang lain dan tidak ambil perduli terhadap masyarakat sekitarnya. Bersikap masa bodoh dengan tidak senang bergaul dengan orang, bahkan tingkah lakunya menunjukkan sifat-sifat angkuh dan angker, terutama kepada orang-orang yang tingkatnnya yang lebih rendah. Tidak ada keramahan, tidak ada kedermawanan, tidak ada sikap tawadhu. Semua bentuk-bentuk tingkah laku yang sifatnya asosial, tentu sangat keliru dan sangat tidak bijaksana. I. Menjadi Sebaik-baik Manusia Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Satu dengan yang lain hidup saling berketergantungan. Karena, kita membutuhkan sesuatu dari orang lain. Dengan kata lain, kala berinteraksi dengan seseorang, kita sesungguhnya sedang mengambil manfaat dari orang itu untuk kepentingan diri kita. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.

29

Namun, ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim. Naluri kita akan mengatakan, ini tidak adil. Curang. Ketika seseorang mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara curang dan melanggar hak orang lain, kita sebut itu sebagai kejahatan. Hati selalu menginginkan pola hubungan yang seimbang dan saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia kepada orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan. Yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi daripada mengambil manfaat dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Untuk bisa punya sifat selalu memberi, ada beberapa hal harus kita set up ke dalam diri kita. Pertama, iman kepada Tuhan YME. Sebab, amal tanpa pamrih adalah bentuk ikhlas. Hanya mengharap ridho Tuhan YME. Tak mungkin sifat ini ada jika iman kita tipis. Seperti kisah Bilal bin Rabah. Ia hidup miskin. Namun ia selalu bersedekah di dalam keadaan sesulit apapun. Kata Nabi, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Bilal mengimani janji Nabi ini. Kedua, untuk bisa memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, kita perlu mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Ketiga, harus ada adagium sisa harta kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain di benak kita. Pernah Nabi menyembelih kambing. Beliau menyuruh seorang sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Nabi bertanya, berapa yang tersisa? Sahabat menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Nabi mengoreksi jawaban itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan. Itulah yang kekal sebagai tabungan akhirat. Sementara, daging paha yang ada tak lama lagi akan busuk atau membusuk di dalam perut kita sebelum menjadi kotoran.

30

Begitulah harta. Jika tidak dimanfaatkan untuk beramal, akan lepas selamanya dari tangan kita: lapuk dimakan usia, menjadi sampah, atau diperebutkan ahli waris. Tak heran jika Abu Tholhah tidak bisa tidur nyenyak sebelum keuntungan berdagangnya disedekahkan di malam itu juga. Keempat, memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain menjadi mudah jika di benak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan, seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, seperti itu juga kita dimuliakan saat bertamu. Anda pelit ke tetangga, tetangga pun akan pelit ke Anda. Kelima, untuk bisa memberi, kita harus memiliki sesuatu. Bentuknya bisa dana, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Begitulah manusia terbaik. Senantiasa memberi, tak harap kembali. Laksana mentari yang membakar diri untuk memberi energi kepada bumi. Seperti hujan yang menghidupkan semesta alam. J. Tahapan hidup manusia yang baik Manusia yang baik sebaiknya mengikuti ritme dan tujuan hidup yang berlaku secara umum di masyarakat selama masih sesuai dengan aturan yang berlaku secara norma, nilai, adat setempat, agama yang dianut, hukum yang berlaku dan lain sebagainya. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat menyebabkan konflik yang dapat menimbulkan penilaian buruk hingga penolakan. Berikut ini adalah sekilas tahapan hidup manusia yang baik : 1. Anak-Anak Sebagai anak yang baik yang hidup bergantung pada orang tua sudah barang tentu harus patuh, tunduk dan hormat pada orangtua (kecuali jahat atau tidak wajar). Jadilah anak yang bisa diandalkan dan dibanggakan orangtua. Hindari perilaku, aktivitas dan kegiatan yang tidak disukai orang tua. Bagaimanapun juga orangtua yang baik akan selalu melindungi dan memberi kasih sayang kepada anaknya. Tinggal bagaimana timbal balik kita kepada orang tua saat masih kanak-kanak dan saat remaja serta dewasa kelak.

31

Ketika memasuki tahap sekolah, maka belajar dengan serius, rajin, tekun dapat membuat orangtua bangga. Menambah kegiatan yang berguna akan sangat baik sekali seperti kegiatan olahraga, seni, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. Hindari aktifitas yang buruk seperti nongkrong-nongkrong, tawuran, berantem, pacaran, main game berlebihan, berbohong, merokok, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya. Sukses dapat dilihihat dari seberapa baik prestasi kita di sekolah dan luar sekolah serta seberapa sayang dan bangga keluarga juga masyarakat sekitar kepada kita.

2. Remaja Masa remaja adalah masa yang menentukan masa depan. Kesalahan pada masa ini dapat menghancurkan hidup seseorang. Pada tahap remaja, kesuksesan masih dapat dilihat dari sebarapa bangga keluarga serta masyarakat kepada kita dan seberapa besar prestasi yang dicapai pada ruang lingkup akademis dan non akademis. Pendidikan adalah modal dasar untuk bisa melaju sukses di saat dewasa karena negara kita yang masih sangat menilai seseorang dari sisi prestasi akademis daripada kemampuan non akademis. Masa remaja harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik mulai dari cita-cita yang hendak dicapai (harus sangat tinggi), bisnis-bisnis sampingan yang akan dijalankan, membuat keluarga yang sakinah mawahdah warohmah, hingga bagaimana menyelesaikan studi yang sedang berjalan hingga selesai. Usahakan selesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Jika orangtua tidak mampu maka cobalah putar otak bagaimana membiayai pendidikan sendiri dan membiayai kehidupan sendiri seolah-olah kita akan mati atau hidup sengsara jika tidak bisa sukses pada bidang akademis. Pada saat remaja harus ada gambaran pekerjaan yang nanti akan dijalani sesuai minat, bakat dan keberuntungan. Siapkan juga jalur alternatif lain jika cita-cita tersebut kandas atau berbelok 180 derajat. Jangan ragu pula untuk memulai dari bawah karena pengalaman adalah guru yang paling baik. Jadilah

32

orang yang tegar menjalani hidup dan jangan putus asa hanya karena gagal meraih cita-cita atau putus cinta karena kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Masalah cinta sebaiknya jaga emosi dan latih kesabaran. Sebaiknya hindari pacaran yang serius yang menjurus ke cinta mati / cinta buta atau bahkan ke hubungan fisik terlarang yang memiliki resiko tinggi menghancurkan masa depan seseorang. Remaja yang baik bisa merencanakan kapan harus jatuh cinta dan serius menggarap cintanya. Sebaiknya mulai serius pacaran ketika telah bekerja dan bisa hidup mandiri karena akan lebih banyak pilihan jodoh atau justru akan datang dengan sendirinya kepada kita. Rencanakan dan pikirkan dengan akal sehat sebaik-baiknya masalah pacar dan jodoh. 3. Dewasa Saat-saat dewasa sebaiknya hanya tinggal menjalankan rencara yang telah disusun rapi dengan banyak jalur alternatif. Boleh juga menyempurnakan rencana yang telah ada sehingga menjadi lebih baik lagi. Pada tahap ini juga perlu memikirkan orang tua kita yang semakin bertambah usianya atau bahkan mencapai usia lanjut. Oleh sebab itu mulailah berbakti pada orang tua dengan memberikan perhatian yang lebih baik secara finansial maupun kasih sayang ketika telah mapan dan mandiri. Saat dewasa adalah waktunya untuk membentuk keluarga sendiri. Orang tua kita akan sangat bangga jika kita bisa menemukan jodoh yang baik dan melahirkan anak-anak yang sehat dan pintar tanpa perlu banyak campur tangan dari orang tua. Jika telah berkeluarga maka jagalah dengan baik keluarga tersebut jangan sampai rusak karena emosi dan kelakuan buruk dari kita maupun pasangan hidup kita (suami/isteri). Sukses pada tahap ini adalah ketika bisa mapan mandiri, membentuk keluarga yang bahagia dan dapat membahagiakan orangtua (ortu kandung dan mertua) kita yang telah membesarkan kita dan membimbing kita dari lahir.

33

Dalam hal materi ada beberapa yang harus diperhatikan dan dijadikan fokus utama. Prioritaskan materi dan aset-aset yang bersifat jangka panjang. Ketika mulai bekerja dan menghasilkan uang sendiri maka mulai berpikir, menabung, dan menganggarkan dana untuk membantu orang tua, mencari jodoh, menikah, membeli rumah atau mengontrak rumah tempat tinggal, memiliki dan membesarkan anak, perabot, dan kendaraan. Hindari membuang-buang uang untuk trend, gaya-gayaan, maniak teknologi baru, foya-foya, hobi buta, dan lain sebagainya kecuali untuk amal zakat infak sodakoh. Di samping itu tidak kalah penting untuk membangun bisnis baik mulai dari nol maupun melanjutkan dari yang sudah ada di berbagai bisnis sebagai persiapan dalam menghadapi krisis pada profesi utama. Dengan berbisnis juga dapat mengamankan finansial kita saat tidak bekerja (penghasilan pasif). Tabunglah uang yang tersisa dalam bentuk aset atau uang riil (dinar dirham) karena uang kertas dan logam (uang kartal) sebenarnya tidak berharga tanpa jaminan bank sentral. 4. Lanjut Usia Pada tahapan ini seharusnya telah menikmati hasil dari persiapan pralansia baik dari sisi finansial maupun dari sisi keluarga (anak dan cucu). Pada tingkatan ini sukses ditentukan dari seberapa tenang hidup anda dan keberhasilan yang dicapai anak-anak anda. Pada tahap ini sebaiknya anda menikmati hidup saja sambil sedikit memberi sumbangsih pada lingkungan masyarakat sekitar serta memberikan sedikit uluran tangan pada anak-anak sebatas memberi masukan dan saran. Keberhasilan tidak ditentukan oleh finansial semata karena hanya dengan sukses anak menjadi orang yang menyayangi orang tua dan hidup berkecukupan maka orang tua pun akan ikut menikmati hasil dari si anak tersebut. Namun alangkah baiknya jika pada tahap ini tetap bisa mandiri secara finansial sehingga tidak merepotkan atau membebani anak sehingga

34

anak cucu kita akan tetap 100% menghargai dan menghormati kita sebagai yang dituakan.

BAB III PENUTUP Menjadi manusia yang baik merupakan tujuan hidup yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap umat manusia. Caranya adalah dengan bermanfaat bagi orang lain. Karena sebaik baik manusia adalah manusia yang bermanfaat. Berbuat baiklah kamu jika kamu ingin orang lain berbuat baik terhadapmu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sehingga dapat menjadi masukan bagi kita sebagai umat manusia agar senantiasa berbuat baik terhadap sesama, tanpa memandar suku, agama, dan keturunan.

35

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. Etika. 2007, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Nikomakea. Diakses 1 oktober 2012 http://organisasi.org/tahapan-prioritas-dalam-kehidupan-hidup-manusia-yangbaik-dan-wajar-normal. Diakses 3 oktober 2012 http://panabuletin.wordpress.com/2009/05/17/183/. Diakses 2 oktober 2012 http://www.dakwatuna.com/2008/tiga-langkah-menjadi-manusia-terbaik/ Diakses 3 oktober 2012 http://www.kemalstamboel.com/blog-manajemen/menjadi-sebaik-baik manusia.html. Diakses 3 oktober 2012 http://yumantoko.blogspot.com/2010/02/sifat-umum-manusia-yang-baik.html. Diakses 3 oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai