Anda di halaman 1dari 82

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan makalah ini adalah untuk membantu kami dalam memahami materi yang kami presentasikan dan menunjang proses belajar bagi seluruh mahasiswa. Penyusunan makalah ini atas dasar untuk meringkas materi yang terdapat dalam buku agar kami dapat lebih mudah dan cepat memahami materi. Harapan kami, makalah ini tidak hanya berguna bagi mahasiswa, tetapi juga dapat dipakai oleh setiap orang yang memiliki kepentingan dengan berbagai komunikasi. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu harap dimaklumi. Semoga Allah melimpahkan rahmat pada setiap pihak yang berperan atas terwujudnya makalah ini. Terima kasih.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis

Case Dermatitis Seboroik Page 1: Anda adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sedang bertugas di departemen kulit dan kelamin ketika seorang pasien, bernama Tn. Azam, usia 30 tahun, dating dengan keluhan utama terdapat banyak ketombe sejak 2 minggu terakhir. Keluhan tersebut disertai oleh timbulnya bercak-bercak kemerahan dan bersisik putih kekuningan di alis, pipi, dan daerah janggut. Ia mencoba mengatasi keluhannya dengan mengunakan sampo dan sabun yang dibelinya di took obat, tetapi tidak mengalami perbaikan. Page 2: RPD : riwayat HIV positive. Physical Examination of Mr. Azam: Vital Sign : BP 120/80 mmHg, pulse 90x/min, respiratory rate 20x/min, temperature 37 O C. Status generalis dalam batas normal.

Status Dermatologis : Di kulit kepala, alis, lipat nasolabial, dan janggut tampak macula eritematosa difus berukuran lentikular nummular dengan skuama halus, berminyak, dan kekuningan di atasnya. Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap : o Hb o Ht : 13g/dl : 36

o Trombosit : 120.000/ul o Leukosit : 5000/ul

Diff count / HItung jenis leukosit : o Basofil o Eosinofil : 1% : 0%

o Batang o Segmen o Limfosit o Monosit : 50% : 20% : 2%

: 2%

Pemeriksaan Penunjang : Kerokan kulit dengan KOH 10% : tidak ditemukan hifa dan/atau spora.

Page 3: Pemeriksaan penunjang : Histopatologi : tampak temuan non spesifik berupa hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis, aksentuasi rete ridge, spongiosis fokal. Page 4: Spesialis kulit-kelamin mengatakan bahwa Tn. Azam menderita dermatitis seboroik dan diberi terapi berupa kortikosteroid berbentuk krim untuk lesi di wajah dan gel untuk lesi di kulit kepala, keratolitik, dan sampo anti-ketombe. Untuk terapi HIV-nya, pasien dikonsultasi ke internis. Setelah beberapa hari terapi keluhan kulitnya membaik.

Learning Progress Report Hari : Senin, 27 September 2010 dr. Ferdiana Kasus: Dermatitis Seboroik A. Terminology 1. Dermatisis 2. Seborroheic = peradangan kulit = berkenaan dengan glandula sebasea Nama tutor Grup : B-3 :

3. Dermatitis Seborik= penyakit radang kulit kronik yang ditandai dengan eritema, skuama, kerak kekuningan dan disertai gatal. Biasanya berada disekitar kepala, tengah muka, supra orbital, sekitar pusar. 4. Skuama = pelepasan kulit yang dapat berupa kering atau disertai minyak. 5. Psoriasis Sika = dermatitis seboroik yang ada di kepala.

B. Problem Tn. Azam (30 tahun) Anamnesa : (S) KU KT : banyak ketombe (2 minggu terakhir) : - banyak kemerahan - Banyak putih di daerah alis, pipi, dan jenggot RPO : Shampo dan sabun RPK : saudara mrs. Fera tidak infertil. -------------------DD------------------1. Dermatosis Eritroskuamosa 2. Psoriasis Sika 3. Tinea Capitis 4. Dermatitis Seboroik -----------------------------------------Pemeriksaan (O)

Px Fisik : - Vital Sign : DBN Status Dermatologi : - Predileksi : kulit kepala, alis, lipat nasolabial, janggut bercakbercak eritematosa difus ukuran lentikular-numular.

Px Lab : Darah lengkap : o Hb o Ht : 13g/dl : 36

o Trombosit : 120.000/ul o Leukosit : 5000/ul

Diff count / HItung jenis leukosit : o Basofil o Eosinofil o Batang o Segmen o Limfosit o Monosit : 50% : 20% : 2% : 1% : 2% : 0%

Pemeriksaan Penunjang : Kerokan kulit dengan KOH 10% : tidak ditemukan hifa dan/atau spora. Histopatologi : tampak temuan non spesifik berupa hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis, aksentuasi rete ridge, spongiosis fokal.

Diagnosis (A) Dermatitis seboroik Penatalaksanaan (P) Terapi berupa kortikosteroid berbentuk krim untuk lesi di wajah dan gel untuk lesi di kulit kepala, keratolitik, dan sampo anti-ketombe.

I.D.K 1. Kulit 2. Dermatosis eritroskuamosa 3. 4. 5. 6. Dermatitis Interpretasi Histopatologi Penatalaksanaan

L.I Anatomi, histology, fisiology, efloresensi. Psoriasis, Dermatofitosis, Parapsoriasis, Pityriasis rosea, Eritroderma. Epidermis, Dermis, Subkutis Kortikosteroid, keratolitik, shampoo anti-ketombe.

FERTILISATION Definisi = Proses penggabungan antara sel kelamin jantan dan betina yang menjadi zygote yg terjadi di ampula tuba fallopi (oviduktus) dan berakhir dengan pembelahan zygot. Fertilisasi terjadi di daerah ampulla tuba fallopi. Spermatozoa bergerak dg cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dlm saluran telur. Sebelumnya spermatozoa harus melalui proses: Kapasitasi: suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita. (7 Jam) Reaksi akrosom: Reaksi pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida. (reaksi akrosom ini terjadi karena terjadinya proses kapasitasi)

Proses Penting Saat Fertilsasi. 1) Pengangkutan ovum ke oviduktus 2) Pengangkutan sperma ke oviduktus 3) Pembuahan 1) Pengankutan Ovum ke Oviduktus a. Pada saat ovulasi ovum dibebaskan ke dalam rongga abdomen dgn cepat diambil oleh oviduktus dgn bantuan fimbrie. b. Fimbrie bersilia bergerak spt gelombang kearah inferior. c. Ovum tersebut didorong oleh kontraksi peristaltik sampai di ampulla. d. Konsepsi bs terjadi pd masa subur. e. Ovum terdisintegrasi dlm 24 jam & sperma dpt bertahan selama 48 jam. 2) Pengangkutan Sperma ke Oviduktus a. Setelah diejakulasi di vagina, sperma akan melewati kanalis servikalis, uterus dan menuju ampulla. b. Tiba di oviduktus 30 mnt setelah ejakulasi karena di bantu jg oleh sal repro wanita c. Di serviks terdapat mukus yg tebal selama siklus mens karena progesterone tinggi estrogen rendah dan menjadi tipis dpt ditembus sperma karena estrogen tinggi. 3) Pembuahan a. Fase 1:penembusan korona radiata

Dari 200-300 jt spermatozoa yg dikeluarkan ke dlm sal.kelamin wanita hanya 300-500 yg mencapai tempat pembuahan. Hanya 1 yg dipakai untuk pembuahan. Sperma yg mengalami kapasitasi dgn bebas menembus sel korona. b. Fase 2:penembusan zona pelusida Zona pelusida: glikoprotein di sekeliling telur yg mempermudah&mempertahankan pengikatan sperma&menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim2 akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida bertemu dgn membran plasma oosit. c. Fase 3:fusi oosit dan membran sel sperma Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya&membentuk pronukleus wanita. Zona pelusida menjadi tdk dapat ditembus lg oleh spermatozoa lainnya. Kepala spermatozoa terpisah dari ekor,membengkak&membentuk pronukleus pria.

Infertilitas
Infertilitas diartikan sebagai kegagalan untuk melakukan konsepsi setelah 1 tahun melakukan coitus secara teratur. Infertilitas diklasifikasikan menjadi : 1. Infertilitas primer Merupakan infertilitas yang terjadi apabila wanita / ibu tersebut belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya . Dengan kata lain : G0 2. Infertilitas sekunder Merupakan infertilitas yang terjadi apabila wanita / ibu tersebut dalam sejarahnya pernah mengalami kehamilan, tetapi belum pernah melahirkan seorang anak. Terdapat 3 etiologi utama yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan infertilitas, baik pada wanita maupun pada pria, yaitu : 1. Faktor Pre-testis dan Pre-ovarium Pada dasarnya, hal ini dapat disebabkan karena adanya kelainan-kelainan pada hipotalamus seperti gangguan dalam sekresi GnRH (pembebas FSH dan LH), yang nantinya akan mengganggu pembebasan hormon gonad pada hipofisis anterior (pituitary gland). Tetapi juga dapat terjadi pada bagian hipofisisnya, dimana sekresi GnRH pada hipotalamus normal, tetapi terjadi kelainan sekresi hormone gonad-nya. 2. Faktor Testis dan ovarium Dengan kata lain, tidak terjadi kelainan pada hipotalamus dan hipofisisnya,

tetapi pada terjadi gangguan proses spermatogenesis dan oogenesisnya. Sebagai contoh, mandi air panas selama 30 menit, akan menurunkan proses pembentukan sperma sebanyak 90%. Dengan kata lain, banyak yang menjadi faktor-faktor pendukungnya, seperti : varicocele, mandi air panas, dll. 3. Faktor Post testis dan Post ovarium Dapat ditarik kesimpulan, jika terjadi hal ini, maka gangguan terdapat pada organ-organ reproduksi bagian dalam ataupun luar yang mengganggu bertemunya sperma dengan ovum. Dapat dicontohkan seperti terdapatnya kerusakan tuba falopii, kanker cerviks, rusaknya duktus ejakulatori, dll.

Oogenesis
Proses pembentukan ovum di dalam ovarium Sekitar 2 juta ova immature/blm masak dibentuk dan disimpan diovari oleh seorang perempuan sebelum ia lahir dan ketika mencapai masa pubertas,seorang perempuan melepaskan satu ovum masak setiap bulan Pada wanita, setelah tiba di gonad sel benih primodial segera berdiferensiasi menjadi oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis dan pada akhir perkembangan embrional bulan ke 3, setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad sel folikuler. Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar menjadi oosit primer. Pada bulan ke 5-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai 5-7 juta sel. Pada saat itu sel-sel mulai berdegenerasi sehingga banyak oogonium dan oosit primer berhenti tumbuh. Tetapi Oosit primer yang telah memasuki tahap profase meiosis I tetap bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepengfolikel primodial

Folikel primodial tetap pada stadiumnya (fase istirahat), sampai sesudah kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlah saat kelahiran : 700 ribu 2 juta folikel Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel primodial/oosit primer melanjutkan pematangannya Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal (2 minggu sblum terjadinya perdarahan haid berikutnya,)hanya 1 sel folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap dibuahi Pertumbuhan/pematangan diawali dengan pertambahan oosit primer menjadi membesar. Pada tingkat pertumbuhan ini, oosit primer bersama lapisan epitelnya bereda dalam stadium folikel primer. Kemudian terbentuk juga suatu rongga dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin membesar. Setelah mencapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan meiosis II dan menghasilkan 2 sel anak, tetapi hanya 1 sel anak yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel anak lainnya menjadi badan polar 1. Calon ovum, kehilangan separuh kromosom untuk membentuk sel gamet haploid. Masunya sperma ke dalam oosit sekunder diperlukan untuk memicu pembelahan meiosis II. Oosit yang tidak mengalami fertilisasi tidak akan pernah menyelesaikan pembelahan ini, selama pembelahan ini separuh set kromosom dengan sedikit sitoplasma badan polar 2. Separuh set kromosom lainnya (23 kromosom) tanpa pasangan ovum matang.

Ke 23 kromosom maternal menyatu dgn 23 kromosom paternal dari sperma masuk untuk menyelesasikan fertilisasi. ** Pada oogenesis dari 4 sel anak hanya 1 yang ditakdirkan menjadi ovum yang menerima sitoplasma.

Intrepetasi Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pria Pemeriksaan tanda vital 1. Persiapan Pastikan pasien yang akan diperiksa Lakukan informed concent

2. Pengukuran tekanan darah

1) Persiapan alat

1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset. 2. stetoscope 2) Cara pemeriksaan 1. pemeriksa mencuci tangan 2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada a. brachialis. 3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan lengan bagian volar diatas. 4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien 5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung, dengan bagian bawah manset 2 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis. 6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset. 7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan pasien merasa santai dan nyaman. 8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung. 9. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a. radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan ) 10. pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar pembacaan hasil pengukuran tepat ) 11. tutup katup pengontrol pada pompa manset 12. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, raba denyut a. brachialis 13. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi 14. kemudian pompa lagi sampai 20 30 mm Hg ( jangan lebih tinggi, sebab akan menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi ) 15. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis

16. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik 17. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis ( Korotkoff I ) ini adalah tekanan sistolik 18. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah ( Korotkoff IV ) tekanan diastolik 19.lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien. 20. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan 21. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik

3. Pengukuran frekuensi nadi 1) Persiapan alat 1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch) 2) Cara pemeriksaan 1. Cuci tangan pemeriksa 2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah 3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas. 4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan 5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur 6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

Frekuensi pernafasan dan gambaran pernafasan

1) Cara pemeriksaan

1. Mengamati dinding dada pasien. Dengan berhati-hati menilai frekuensi, kedalaman, simetis dan gambaran pergerakan pernafasan. 2. Hitung pergerakan pernafasan selama 15 detik dan kalikan dengan 4 untuk mendapatkan frekuensi pernafasan rata-rata per menit.

Pemeriksaan suhu tubuh (aksila) 1) Cara pemeriksaan 1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul. 2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih 3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius 4. Bukalah lengan pasien. 5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue 6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut. 7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik. 8.Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi. 9.Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa. 10. Turunkan tingkat air raksa < 35,50C. 11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.

Pemeriksaan fisik genitalia 1. Anamnesis 2. Persiapan pemeriksaan PENIS Inspeksi Inspeksi penis meliputi : a. Kulit 1. Perhatikan kulit sekitar dasar penis apakah ada ekskoriasi, inflamasi dan perhatikan juga rambut pubis 2. Ekskoriasi genital biasanya disebabkan oleh kutu atau skabies Prepusium ( kulit depan) 1. Bila belum disirkum, perhatikan adanya retraksi prepusium atau anjurkan pasien untuk meretraksi, langkah ini penting untuk mengetahui adanya chancre atau carsinoma 2. Pimosis adalah suatu prepusium yang melekat di mana prepusium tidak dapat ditarik melampaui glansnya. Sedangkan parapimosis adalah prepusium yang melekat di mana sekali prepusium ditarik, tidak dapat dikembalikan sampai bisa terjadi oedem. Glans 1. Perhatikan adanya ulcus, jaringan ikat, nodul atau tanda inflamasi. b. Meatus uretra

1. Periksa posisi meatus uretra , periksa adakah tanda-tanda peradangan atau sekret. Jangan sentuh meatusnya kecuali jika biakan diindikasikan, karena riwayat atau adanya sekresi yang terlihat. Setelah inspeksi glans, korona dan meatus uretra, perbaiki letak preputium. Caranya adalah dengan menekan glans di antara dua jari, jari telunjuk di atas dan ibu jari di bawah. Buka meatus uretra sehingga meatus terbuka dan memungkinkan kita melihat cairan yang keluar dari meatus. Normalnya, tidak ditemukan sekret. 2. Jika pasien mengatakan adanya cairan keluar dari uretra tetapi anda tidak melihat, maka suruh dia melakukan gerakan mengurut penis dari pangkal penis ke glans. Atau bila perlu kita melakukannya sendiri, sehinnga cairan bisa terdorong keluar melalui meatus uretra dan taruh di slide kaca untuk pemeriksaan kultur. Palpasi 1. Palpasi adanya abnormalitas pada penis, adanya nyeri dan indurasi. 2. Indurasi di sepanjang permukaan ventral penis, memberi kesan adanya striktur uretra atau karsinoma. 3. Rasa nyeri sekitar daerah indurasi berarti adanya suatu peradangan periuretra, akibat sekunder dari striktur uretra. SKROTUM DAN ISINYA Inspeksi Inspeksi skrotum meliputi: a. Kulit 1. Lipat ke atas untuk melihat bagian permukaan posterior, perhatikan adanya kulit kemerahan, kista epidermoid dan kemungkinan kanker kulit. 2. Kulit kantong skrotum biasanya lebih hiperpigmentasi dibandingkan dengan tempat lain, tebal dan mempunyai rugae kasar. Bagian

skrotum kiri biasanya lebih panjang daripada yang kanan sebagai akibat dari korda spermatika kiri yang lebih panjang sehingga menyebabkan skrotum tidak simetris. Kantong skrotum memberikan respons terhadap rangsangan luar dan sebagai contoh dapat terlihat berkontraksi dan menebal jika ruangan dan tangan pemeriksa dingin atau pasien gelisah. 3. Catat adanya pembengkakan, benjolan keras dan vena-vena. 4. Adanya gangguan perkembangan skrotum pada satu atau dua sisi, kemungkinan adanya cryptorchidism( undescensus testikulorum). 5. Skrotum yang bengkak dapat disebabkan oleh ; hernia inguinal indirect, hidrokel, dan skrotum yang bengkak. 6. Adanya pembengkakan skrotum yang nyeri dapat disebabkan epididimitis akut, orkhitis akut, hernia inguinal strangulasi Palpasi a. Palpasi masing-masing testis dan epididimis 2. Palpasi masing-masing testis dan epididimis, menggunakan ibu jari dan dua jari pertama. Catat ukuran, bentuk, konsistensi, dan rasa nyeri serta rasakan adanya nodul. 3. Penekanan pada testis normalnya menimbulkan rasa nyeri viseral dalam. 4. Adanya nyeri ringan pada nodul dalam pada testis ada kemungkinan suatu kanker testikuler b. Palpasi masing-masing korda spermatika(saluran sperma) dan vasdeferens

1. Palpasi korda spermatika termasuk vasdeferens, telusuri dari epididimis sampai permukaan kanalis inguinalis. Cari adanya nodul atau pembengkakan. Pembengkakan dari skrotum dan testis dapat dievaluasi secara transiluminasi. Caranya denganm menggelapkan ruangan, sinari bagian belakang skrotum dari arah belakang ke massa yang dituju. Carilah perubahan sinar yang berupa warna merah.

Pemeriksaan rektal

1)

Persiapan pemeriksaan 1. Mencuci tangan 2. Memakai handscoon

2)

Cara pemeriksaan Inspeksi

Area sakrokoksigeus dan area perianal apakah terdapat kutil, herpes atau kanker. Palpasi

Kanal anus dan rektum dengan jari dan sarung tangan berpelumas. Raba dinding rektum dan kelenjar prostat. Apakah terdapat polip ataupun kanker.

Pemeriksaan gynekomasti Inspeksi Apakah terdapat ruam, infeksi dan pigmentasi pada kelenjar mammae. Palpasi Melakukan palpasi pada nodus aksila sentralis, apakah terdapat limfadenopati. Jika terdapat indikasi, palpasi nodus aksilaris lainnya ; kelompok pektoralis, kelompok lateralis, kelompok subskapularis.

Pemeriksaan lab PEMERIKSAAN ANALISA SEMEN 1. Penerangan dan cara penampungan sperma manusia Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan

diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari. b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan. c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu. e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah. f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom. Tempat Penampung Sperma

Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari : 1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu. 2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari : Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa. Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis. Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.

Analisa sperma Secara Makroskopis

Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi : a. Pengukuran Volume Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja : Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi - Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml. - Kemudian baca hasil. volume yang normal 2 5 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh : - Ejakulasi yang berturut-turut - Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi ) - Penampung sperma tidak sempurna Hyperspermia disebabkan oleh : - Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat. - Minum obat hormon laki laki. b. PH untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. Cara kerjanya : Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak. c. Bau Sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik (seperti bunga akasia), untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.

d. Warna sperma Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus

genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan. e. Aglutinasi spontan Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis. f. Viskositas (Kekentalan) Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya. g. Likuifaksi Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Analisa sperma Secara Mikroskopis Sebelum pemeriksaan mikroskopis, semen tersebut harus diaduk dulu dengan baik. Untuk pemeriksaan mikroskopis maka 1 tetes semen, diameter sekitar 23 mm, diletakkan

ke atas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup yang kecil. Setelah itu sediakan diperiksa dibawah pembesaran 100 X atau 400 600 X. a. Motilitas sperma. Berat gelas penutup akan menyebarkan sampel semen sehingga

diperoleh lapangan pandang yang optimal. Pemeriksaan motilitas sperma terdiri dari pemeriksaan motilitas kuantitatif dan kualitatif. Motilitas kuantitatif Motilitas kuantitatif ditentukan dengan menghitung spermatozoa motil dan imotil pada sekurang-kurangnya 10 lapangan pandangan yang terpisah dan dilakukan secara acak (tetapi tidak boleh yang dekatpojok gelas penutup). Presentase spermatozoa motil dihitung dari rata-rata persentase motilitas untuk semua lapangan pandangan yang dihitung. Nilai yang diperoleh dibulatkan mendekati nilai yang dapat dibagi 5% (contohnya 73% menjadi 75%; atau 68% menjadi 70%). Motilitas kualitatif Motilitas kualitatif ditentukan secara subjektif berdasarkan pergerakan spermatozoa yang bergerak lurus kedepan dengan baik. Pembagiaannya adalah : jelek/ tidak baik (tidak ada pergerakan), kurang baik, baik dan sangat- baik kemudian diberi kode : Tidak baik yaitu tidak ada yang bergerak lurus kedepan dengan baik (0). Kurang baik yaitu ada yang menunjukkan pergerakan kedepan dengan lemah (1). Baik : yaitu menunjukkan pergerakan kedepan cukup baik (2) Sangat baik : yaitu menunjukkan pergerakan kedepan dengan baik dan sangat aktif (3).

Semen yang normal menunjukkan 60% spermatozoa motil atau lebih dengan sebagian besar menunjukkan pergerakan baik sampai sangat baik dalam waktu setengah sampai tiga jam. b. Cara menghitung spermatozoa. Penghitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan menggunakan metode hemositometer atau "electronic coulter Counter". Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk semen yang mempunyai perkiraan jumlah spermatozoa yang sangat rendah ( misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan semen yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan disebagian besar negara. Semen yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1:10, 1:20, 1:50 atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 g NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan dua pengencer untuk setiap semen. Meskipun sering digunakan, pipet lekosit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran pergunakanlah pipet mikro modem (10, 50, 100 atau 200 ul). Semen yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer standar (contohnya kamar hitung Burker atau Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup. Di bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pengencer digunakan larutan George yang terdiri dari 100 ml 3% Natrium sitrat, 1 ml formalin 40% dan 0,6 g eosin B. Hemositometer ini diletakan dalam kamar lembab selama 15 menit sampai 20 ment agar semua sel mengendap, kemudian dihitung dibawah mikroskop .cahaya atau mikroskop fase kontras pada pembesaran 100 atau 400 kali. Hanya spermatozoa (sel benih yang matang dan mempunyai ekor) yang dihitung. Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10% pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi ( > 60 juta/ml). Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma ialah jumlah spermatozoa per ml semen. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa seluruhnya dalam ejakulat. Prosedur penghitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer adalah sebagai berikut : Suatu hemositometer standar (kamar hitung Neubauer) mempunyai suatu kisikisi (grid) yang berisi sejumlah bidang besar (15) . Bidang tengah 5 dibagi menjadi 25 bidang yang lebih kecil, dimana 4 bidang yang dipojok dinamakan bidang 5a, 5b, 5c, 5d

dan bidang kecil di tengah 5e. Bidang besar 5 mempunyai volume 0,1 mm3 atau l0-4ml cairan antara hemositometer dan gelas penutup. Jadi faktor multiplikasi untuk bidang 5 dapat dihitung yaitu 104 atau 10.000. Jumlah spermatozoa per ml dari pada semen yang diencerkan di dalam hemositometer didapati dengan mengalikan sejumlah spermatozoa yang dihitung dalam bidang lirna (5) dengan faktor multiplikasi 10.000. Konsentrasi sperma dalam semen asli didapati dengan mengalikan jumlah perkalian di atas dengan faktor pengenceran, sebagai contoh Konsentrasi sperma = jumlah sperma yang dihitung dalam bidang 5 X faktor multiplikasi (10.000) X faktor pengenceran. Jumlah sperma total : konsentrasi sperma X volume semen. Pada kasus-kasus dimana konsentrasi spermatozoa rendah, spermatozoa di hitung dalam semua bidang "besar" (1-5) dan harus dikalikan dengan 2000. Pada kasus-kasus di mana konsentrasi sperma tinggi (misal lebih dari 100 dalam bidang 5), pergunakanlah pengenceran yang lebih besar seperti dijelaskan sebelumnya. Umumnya telah disepakati bahwa pria dengan jumlah sperma antar 20200 juta/ml berada dalam batas-batas subur (fertil). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kehamilan dapat terjadi dengan jumlah sperma lebih rendah dari 20 juta/ml. Dilain pihak infertilitas dapat dijumpai pada pria-pria dengan konsentrasi sperma lebih dari 100 juta/ml. Oleh karena itu penilaian potensial kesuburan pria tidak boleh didasarkan hanya pada konsentrasi sperma . Perlu juga diperhatikan mengenai motilitas, morfologi dan fungsi-fungsi lain daripada spermatozoa. Rata-rata konsentrasi sperma pria Indonesia yang isterinya kemudian menjadi hamil ialah 86,10% 66,28 juta/ml atau sekitar 20150 juta/ml. c. Analisis karakteristik morfologi sel-sel benih. Mempersiapkan sediaan apus cairan semen; Karateristik morfologi sel-sel germinal (sel benih) sama pentingnya dalam suatu penilaian spesimen cairan semen secara lengkap, seperti juga penilaian jumlah sperma dan motilitas sperma. Karena itu penting untuk meyiapkan suatu sediaan apus spesimen cairan semen yang segar agar dapat digunakan dalam analisis karakteristik-karakteristik morfologi ini. Bila perkiraan konsentrasi sperma lebih dari 10 juta/ml, suatu apusan dibuat dengan cara meletakkan setetes kecil (diameter sekitar 3 mm) cairan semen yang telah diaduk dengan baik pada gelas objek yang bersih dan dilakukan pengapusan seperti membuat preparat darah. Gelas objek tersebut harus dibersihkan dengan detergen, dicuci dengan air, dengan alkohol dan kemudian dikeringkan. Bila perkiraan konsentrasi sperma kurang 10 juta/ml., maka pembuatan

sediaan apus ialah dengan cara memusingkan (sentrifugasi) semen yang akan diperiksa pada 2000 rpm selama 1520 menit. Sediaannya kemudian diapus pada gelas objek seperti dijelaskan diatas. Fiksasi sediaan apus yang digunakan tergantung prosedur pewarnaan yang akan digunakan. Sesudah pewarnaan, sediaan apus harus ditutup dengan De Pex (George T Gurr Lad, Carlisle Road, London NW 5, UK), Permount (Fischer Scientific Company, Fairlawan, New Jersey, 07410, USA) atau medium yang sama, dan kemudian ditutup dengan gelas penutup. Kebanyakan pewarnaan akan memucat bila dibiarkan di udara terbuka lebih dari beberapa minggu, atau bila alkohol yang digunakan dalam prosedur adalah asam. Sediaan diperiksa dengan mikroskop yang baik dengan pembesaran 1000 sampai 1250 kali (objektif planchromatik 100 X). Metode pewarnaan Beberapa metode pewarnaan dapat digunakan untuk sediaan-sediaan apus semen; cara yang terbaik tergantung pada kebutuhan spesifik klinik atau peneliti dan tergantung pula pada bahan yang tersedia. Beberapa pewarnaan inti seperti fast green, Wright, Giemsa atau Eosin cukup untuk penilaian abnormalitas sperma secara umum. Pewarnaan Papannicolaou terbukti cukup memuaskan dengan pengeecualian bahwa peneliti-peneliti tertentu menjumpai kesulitan untuk membedakan sel benih muda secara spesifik dari yang lainnya. Untuk penilaian semua elemen sekuler yang dijumpai dalam cairan semen, suatu modifikasi pewarnaan Bryan's dan Leishman dapat juga digunakan. d. Hipoosmotic Swelling Test (HOST): Digunakan untuk melihat kebocoran membran sel dan dihitung dalam %. Cara: 1000 mikroliter semen dicampur dalam 1 ml larutan HOST dan didiamkan selama 1 jam Lau ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x Hitung 100 spermatozoa, zpermatozoa yang ekornya lurus berarti tidak ada kebocoran membran sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus berarti ada kebocoran. e. Viabilitas:

Keadaan sperma hidup atau mati.sperma yang tidak bergerak belum tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup atau mati. Dengan cara ini dapat dipastikan apakah spermatozoa yang tidak motil tersebut hidup atau mati. Larutan Eosin Y Buat apus sperma + fiksasi + warnai (eosin Y) Hitung 100 sperma :

Mati : terwarnai Hidup : tidak terwarnai f. Autoaglutinasi: Yaitu spermatAozoa yang saling melekat satu sama lain. Peletakan dapat terjadi di bagaian kepala, leher dan ekor spermatozoa. PERLEKATAN ANTAR SPERMA MOTIL : * KEPALA KEPALA * LEHER * EKOR LEHER EKOR

* CAMPURAN PSEUDO AGLUTINASI : ADA BENDA ASING DIANTARANYA : EPITEL, LEUKOSIT SEBUTKAN JENIS AGLUTINASINYA

NORMAL : AGLUTINASI ( - ) g. Kecepatan sperma: Untuk mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca objek Hemocytometer Neuauer, dan dapat dilihat dengan mikroskopi pembesaran 400x

Pemeriksaan fisik wanita Pemeriksaan tanda vital 1. Persiapan Pastikan pasien yang akan diperiksa Lakukan informed concent

2. Pengukuran tekanan darah

2) Persiapan alat 1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset. 2. stetoscope 2) Cara pemeriksaan 1. pemeriksa mencuci tangan 2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada a. brachialis. 3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan lengan bagian volar diatas. 4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien 5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung, dengan bagian bawah manset 2 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis. 6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset. 7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan pasien merasa santai dan nyaman. 8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung. 9. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a. radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan ) 10. pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar pembacaan hasil pengukuran tepat ) 11. tutup katup pengontrol pada pompa manset 12. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, raba denyut a. brachialis 13. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi 14. kemudian pompa lagi sampai 20 30 mm Hg ( jangan lebih tinggi, sebab akan menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi )

15. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis 16. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik 17. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis ( Korotkoff I ) ini adalah tekanan sistolik 18. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah ( Korotkoff IV ) tekanan diastolik 19.lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien. 20. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan 21. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik 3. Pengukuran frekuensi nadi 1) Persiapan alat 1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch) 2) Cara pemeriksaan 1. Cuci tangan pemeriksa 2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah 3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas. 4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan 5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur 6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

4. Frekuensi pernafasan dan gambaran pernafasan

2) Cara pemeriksaan

3. Mengamati dinding dada pasien. Dengan berhati-hati menilai frekuensi, kedalaman, simetis dan gambaran pergerakan pernafasan. 4. Hitung pergerakan pernafasan selama 15 detik dan kalikan dengan 4 untuk mendapatkan frekuensi pernafasan rata-rata per menit.

5. Pemeriksaan suhu tubuh (aksila) 2) Cara pemeriksaan 1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul. 2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih 3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius 4. Bukalah lengan pasien. 5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue 6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut. 7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik. 8.Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi. 9.Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa. 10. Turunkan tingkat air raksa < 35,50C. 11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.

Pemeriksaan fisik genitalia eksterna 1. Anamnesis Menyapa pasien dan memperkenalkan diri Menanyakan identitas pasien Menayakan keluhan utama pasien Menayakan riwayat pasien dengan sopan dan dengan bahasa yang dapat dipahami pasien : menarche, men struasi, manopause, riwayat kehamilan, gejala vulvovaginal, dan aktivitas seksual 2. Persiapan pemeriksaan Informed consent Meminta kesediaan dilakukannya pemeriksaan dan meminta kesediaan untuk melepas pakaian dalamnya 3. Pemeriksaan Inspeksi Menilai kematangan seksual pasien Melakukan penilaian pada genitalia eksterna, labia & clitoris Melihat ada / tidaknya cairan sekresi vaginadan berupa apa Melihat prolapus; meminta pasien untuk mengejan

Palpasi Melakukan palpasi kelenjar bartholini (kista / abses)

Menyatakan bahwa pemeriksaan telah selesai Mempersilahkan pasien mengenakan kembali pakaiannya Meletakkan instrumen bekas pemeriksaan dan sarungtangan pada cairan dekontaminasi

Pemeriksaan fisik genitalia interna Inspekulo Masukkan spekulum berpelumas mengandung air dengan ukuran yang sesuai, mulai dengan spekulum dipegang miring (oblik). Putar spekulum, kemudian buka spekulum dan inspeksi area serviks. Amati warna serviks, apakah terdapat perdarahan atau tidak, apakah terdaat ulkus, nodulus atau massa. Inspeksi mukosa vaginal.

Palpasi Dengan cara pemeriksaan bimanual

Memeriksa posisi uterus apakah retrofleksi atau antefleksi, apakah uterus membesar, dan adakah miom.

Memeriksa serviks dan forniks apakah terdapat nyeri atau tidak. Memeriksa adneksa kanan dan kiri apakah terdapat masa atau kehamilan tuba.

Pemeriksaan Ginekologik Tambahan Ultrasonografi Panggul Perkembangan ultrasonografi panggul memungkinkan dokter mengenali banyak gangguan pada traktus genitalis dengan ketepatan yang lebih baik daripada pemeriksanaan klinis. Ultrasonografi terutama bermanfaat dalam menentukan tumor kistik jinak dan ganas dari organ-organ genitalia interna. Pemeriksaan dapat dilakukan transabdomen melalui kandung kemih yang penuh, atau transvagina kalau kandung kemih kosong Kolposkop Kolposkop merupakan mikroskop berkekuatan rendah untuk melakukan inspeksi serviks dan vagina pada beberapa kasus kalau terdeteksi sel abnormal dengan pap smear. Serviks dan vagina dipajan (diekspos) dengan memasukkan spekulum vagina Cusco. Koloskop ditempatkan pada bagian depan vagina dan panjang fokusnya disesuaikan untuk memeriksa bagian traktus genitalia bawah yang dicurigai Laparoskopi Inspeksi organ panggul dengan laparoskop yang dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui insisi kecil di bawah umbilikus dapat memberikan informasi yang berharga tentang keadaan

organ-organ panggul, erutama pada kasus infertilitas, nyeri panggul kronik dan kemungkinan kehamilan ektopik Histeroskopi Dimasukkan sebuah teleskop serat optik melalui serviks menuju ke dalam rongga uterus yang akan diinspeksi. Prosedur ini memungkinkan dokter menegakkan diagnosis pada kasus-kasus gangguan menstruasi Histerosalfingografi Dengan menyuntikkan bahan radio-opak ke dalam serviks dan mengikuti perjalanannya ketika mengisi uterus dan tuba Fallopii melalui layar, dapat diperoleh informasi pada kasus-kasus fertilitas Biopsi Endometrium Teknik ini digunakan untuk mendapatkan sampel endometrium untuk pemeriksaan histologi dengan memasukkan sebuah kuret kecil melalui serviks tanpa anestesi

PERUBAHAN ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS MENSTRUASI


PENDAHULUAN

Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau siklus dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari.1-9,11,14,15.17,18 Lama haid biasanya antara 3 6 hari, ada yang 1 2 hari dan diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50% darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzym proteolitik.

Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14 2 hari pada kebanyakan wanita (Grenspan, 1998). Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Cunningham, 1995).
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen : siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi phase follikular dan phase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai phase proliferasi dan sekresi. Siklus ovarium digolongkan seperti : 1,2,3,4,5,6,7.

A. Phase follikuler, umpan balik hormonal menyebabkan matang follikel pada tengah siklus dan mempersiapkan untuk ovulasi. Kurang lebih panjang phase folikuller antara 10 sampai 14 hari. B. Phase luteal, waktu dari ovulasi sampai awal menstruasi, dengan waktu kurang lebih 14 hari.

Sistem endokrin yang mengawsi siklus haid merupakan proses yang majemuk. Endometrium dipengaruhi secara siklik oleh estrogen dan progesterone, dan hormone steroid ini oleh hormon gonadotropin dari adenohipofisis. Suatu sistem yang terdiri atas releasing hormone dari hipotalamus, zat ini dialirkan ke adenohiposis melalui pembuluh portal hipotalamus hipofisis. Sistem kedua merupakan mekanisme umpan balik steroid.

ASPEK OVARIUM DALAM SIKLUS HAID

Ovarium mengalami perubahan perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Disamping itu terdapat perubahan perubahan yang diakibatkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin. Adapun perubahan tersebut dibagi dalam : 1,3,8,9,10,14,15 A. Ovarium dalam masa neonatus. Pada bayi baru lahir terdapat 400.000 folikel pada kedua ovarium. Diameternya kurang lebih 1 cm, dan beratnya sekitar 250 350 mg pada waktu lahir. Dalam kortex hampir seluruh oosit terdapat dalam bentuk follikel primordial.

B. Ovarium dalam masa anak anak

Pada masa anak anak ovarium masih belum berfungsi dengan baik. Ovarium sebagian besar terdiri atas kortek yang mengandung banyak follikel primordial. Follikel mulai berkembang akan tetapi tidak pecah dan kemudian mengalami atresia insitu. Hormon hipofise yang diperlukan untuk ovulasi belum berfungsui dengan baik. Pada usia kira kira 9 tahun kadar hormon gonadotropin mulai meningkat, sehingga produksi estrogen juga meningkat. Peningkatan ini menyebabkan perkembangan kelenjar mamma dan alat genital. Menarche biasanya terjadi kira kira 2 tahun setelah perubahan tersebut. Usia pubertas bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor genetik sosio ekonomi dan kesehatan dalam beberapa dekade terahir usia menarche terjadi pada usia yang lebih muda. Dengan

ultrasonografi dapat dilihat ukuran follikel antara 2 sampai 15 mm. Oosit pada periode ini sangat aktif berkembang.

C. Ovarium dalam masa dewasa/masa reproduksi Masa reproduksi dimulai dari masa pubertas pada umur kira kira 12 16 tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada ovarium terjadi perubahan perubahan, kortek relatif lebih tipis dan mengandung banyak follikel follikel primordial. Follikel primordial tumbuh menjadi besar serta banyak mengalami atresia, biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus membentuk ovum dan pecah pada waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ cell berkurang dari 300.000 sampai 500.000 unit. Selama usia reproduksi yang berkisar antara 35 40 tahun, 400 sampai 500 akan mengalami ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang menopause dan tinggal beberapa ratus pada saat menopause. Kira kira 10 15 tahun sebelum menopause sudah terjadi peningkatan jumlah follikel yang hilang. Ini berhubungan dengan meningkatnya hormon FSH. Dalam tahun reproduksi, pematangan follikel akibat interaksi antara hipotalamus - pituitari gonad.

D. Pertumbuhan Follikel Pemasakan follikel primordial terjadi sebagai berikut : Mula mula sel sel sekeliling ovum berlipat ganda, kemudian diantara sel sel ini timbul sebuah rongga yang berisi cairan ialah, liquor folliculi. Ovum sendiri terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga follikel. Tumpukan sel dengan sel telur didalamnya disebut cumulus oophorus. Antara sel telur dan sel sekitarnya terdapat zona pelluzida. Sel sel granulosa lainnya yang membatasi ruang follikel disebut membrane granulosa. Dengan tumbuhnya follikel jaringan ovarium sekitar follikel tersebut terdesak keluar dan membentuk 2 lapisan ialah theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca externa yang terdiri dari jaringan ikat yang padat. Follikel yang masak ini disebut follikel de Graaf . Follikel de Graaf menghasilkan estrogen dimana tempat pembuatannya terdapat di theca interna. Sebelum pubertas follikel de Graaf hanya terdapat pada lapisan dalam dari kortek ovarium dan tetap tinggal dilapisan tersebut. Setelah pubertas juga terbentuk dilapisan luar dari kortek. Karena liquor follikuli terbentuk terus maka tekanan didalam follikel makin tinggi, tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya tergantung pada tekanan tinggi tersebut melainkan juga harus mengalami perubahan perubahan nekrobiotik pada permukaan follikel follikel. Pada permukaan ovarium sel sel menjadi tipis hingga pada suatu waktu follikel akan pecah dan mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama dengan ovumnya yang dikelilingi oleh sel sel cumulus oophorus. Keluarnya sel telur dari folikel de Graaf disebut ovulasi. Setelah ovulasi maka sel sel granulosa dari

dinding folikel mengalami perubahan dan mengandung zat warna yang kuning disebut corpus luteum. Corpus luteum mengeluarkan hormon yang disebut progesterone disamping estrogen. Tergantung apakah terjadi konsepsi (pembuahan) atau tidak, corpus luteum dapat menjadi corpus luteum graviditatum atau corpus luteum menstruationum. Jika terjadi konsepsi, corpus luteum dipelihara oleh hormon Chorion Gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas dari korion.

MASA REPRODUKSI Beberapa bulan atau beberapa tahun setelah menarche siklus yang berovulasi terjadi. Proses ini dipengaruhi oleh mekanisme neuro endokrin yang majemuk dan seluruhnya belum diketahui dengan jelas. Koterks serebri, hipofisis, ovarium dan rangsangan ekstern mempengaruhi fungsi reproduksi. Pengaruh hormonal Kelenjar hipofisis tidak dapat membentuk dan mengeluarkan hormone gonadotropin sendiri, tetapi harus dipengaruhi oleh hipotalamus. Hipotalamus sendiri juga dipengaruhi oleh korteks serebri dan faktor faktor ekstern. Suatu konsep mengatakan bahwa dengan jalan transducer pengaruh ekstren disalurkan melalui serabut serabut saraf tertentu dari berbagai sentrum dalam otak yang lebih tinggi ke hipotalamus dan kemudian ke hipofisis. Hubungan sentrum yang lebih tinggi ke hihipotalamus ke hipofisis bersifat ganda. Hipotalamus dan bagian posterior hipofisis atau neurohipofisis dihubungkan secara neural, sedang hipotalamus dan bagian anterior hipofisis atau adenohipofisis secara neurohumoral dengan sistem vaskuler yang khas yang disebut sirkulasi portalhipofisis. Hipotalamus mempengaruhi adenohipofisis dengan mengeluarkan zat yang disebut dengan releasing factor (RF) atau

releasing hormon (RH). Disamping itu hipotalamus juga mengeluarkan zat yang menghambat adenohipofisis yang disebut dengan inhibiting factor (IF) atau inhibing hormon (IH). Sampai saat ini telah ditemukan sebanyak 6 hormon yang dihasilkan hipotalamus yakni : 1. Thyrotropin-rThyroid stimulating hormon (TSH) 2.Luteinzing hormone-releasing hormone (LH-RH) yang mengeluarkan Follicle stimulating hormone (FSH) maupun luteinzing hormone (LH). baik

3.Corticotropin-releasing factor (CRF) adrenocorticotropic hormone (ACTH).

yang

menyebabkan

pengeluaran

4.Growth hormone-releasing faktor (SRF) yang mengeluarkan growth hormone (GH). 5. Prolactin inhibiting factor (PIF) yang menghambat sekresi prolaktin. 6. Melanophore inhibitng factor yang menghambat pengeluaran Melanophore stimulating hormone. Fungsi hipofisis Dibawah pengaruh releasing hormone, adenohipofisis mengeluarkan hormone tropik. Hormon ini terdiri dari : 1. Thyroid stimulating hormone (TSH) 2. Adrenocorticotrophin hormone (ACTH) 3. Growth hormone (GH) 4. Melanocyt stimulating hormone (MSH) 5. Follicle stimulating hormone (FSH) 6. Luteinzing hormone (LH) 7. Prolaktin Hormon ovarium Ovarium membentuk tiga macam hormon steroid 1. Estrogen

2. Progesteron 3. Androgen. 4. Relaksin. Tidak lama setelah haid dibawah pengaruh hormone FSH dan LH folikel primer mulai berkembang dan memproduksi estrogen. Estrrogen ini dikeluarkan oleh sel sel teka dari follikel. Sesudah folikel matang dan ovulasi terjadi, terbentuk korpus luteum: sel sel granulose dari korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesterone. Sedangkan androsteron dan androstenadion merupakan produksi dari stroma ovarium. Estrogen Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri ciri kelamin sekunder dan mempunyai pengaruh terhadap psikologi perkembangan kewanitaan. Efek utama estrogen adalah pertumbuhan alat genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan vagina berkembang di bawah pengaruh estrogen ; hormone ini mempengaruhi jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah alat alat tersebut. Estrogen juga menyebabkan proliferasi epitel vagina , penimbunan glikogen dalam sel epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga menyebabkan pH vagina menjadi rendah. Disamping itu estrogen mempunyai fungsi : 1. mempengaruhi hormone lain. a. menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH b. merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada FSH. 2. menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun stromanya. 3. mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur. 4. merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi. 5. servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang bertambah banyak, encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah sehingga mudah dilalui spermatozoa.

6. menyebabkan pertumbuhan sebagian lobuli alveoli dan saluran glandula mamma.

2. Progesteron Pada siklus menstruasi ovulatoir kadar progesterone mulai dapat ditentukan pada hari ke 14, mencapai maksimum pada hari ke 16 dan tetap bertambah sampai hari ke 24 yang kemudian kadarnya menurun. Progesteron serum mencapai maksimum lebih dari 10 ng/ml kira kira 1 minggu setelah ovulasi. Kadar progesterone yang bertambah dari kurang 1 ng/ml menjadi lebih besar 5 ng/ml menunjukkan adanya ovulasi. Sumber progesterone :

1. Korpus luteum 2. Plasenta 3. Adrenal. Fungsi Progesteron: 1. Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist. Endometrium yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesterone berubah menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin bertambah yang sangat penting sebagai bahan makanan dan menunjang ovum. 2. Mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin. 3. Servik uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir yang kental, sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit sehingga sukar dilalui spermatozoa. 4. Mempengaruhi tuba fallopi. a. Glikogen dan vitamin C tertimbun banyak didalam mukosa tuba b. Peristaltik menjadi lemah 5. Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal. 6. Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mamma pada fase luteal, sedang estrogen mempengaruhi epitel saluran. 7. Merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi aldosteron. 8. Merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah. 9. Mungkin menambah sekresi LH. 10. Tidak menekan produksi FSH dan tidak berkhasiat dalam menghilangkan gejala gejala vasomotor pada masa menopause.

3.Androgen Androgen dapat dibentuk oleh ovarium, terutama dalam sel sel stroma ; androgen utamanya adalah androstenedion dengan daya androgen yang lemah tetapi dapat diubah diperifer menjadi testosterone yang bersifat androgen kuat. Peranan androgen pada wanita belum diketahui dengan pasti. Kelenjar adrenal membentuk juga androgen pada wanita dan pria. 4.Relaksin

Relaksin merupakan hormon peptide yang dihasilkan korpus luteum verum. Pada wanita tidak ada sumber relaksin serum ektraluteal dalam sirkulasi. Fungsi relaksin tidak diketahui, pada binatang percobaan relaksin menyebabkan servik uteri menjadi lembek. IV. ASPEK ENDOKRIN DALAM SIKLUS HAID
1,3,5,6,7,9,11,12,13

Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula supra renalis dan kelenjar kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis). Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi : 1. Fase follikuler 2. Fase Luteal Tidak lama sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berahir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH ( LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya folikel terjadi antara 16 24 jam setelah LH-surge. Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8 9 setelah ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh

adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 10 minggu kehamilan. Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta. Siklus endometrium terdiri dari 4 fase : 1. Fase menstruasi atau deskuamasi Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah haid. 2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung 4 hari. 3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu : a. Fase proliferasi dini Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit. b. Fase proliferasi akhir Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat

4. Fase pramenstruum atau stadium sekresi Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas : 1. Fase sekresi dini Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya 4 5 mm. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yaitu : a. stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar. b. stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk keluk dan hanya sedikit stroma di antaranya. c. stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.

2. Fase sekresi lanjut Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.

V. VASKULARISASI ENDOMETRIUM DALAM SIKLUS HAID

1,3.

Cabang cabang arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskulare endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan langsung ke endometrium dan membentuk arteri spiralis. Pembuluh pembuluh darah ini memelihara stratum fungsional endometrium yang terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum spongiosum. Stratum basale dipelihara oleh arteriola arteriola miometrium di dekatnya. Mulai dari fase proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh pembuluh darah berkembang dan menjadi lebih berkeluk keluk dan segera setelah mencapai permukaan, membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler kapiler mempunyai endotel yang tebal dan lumen yang kecil. Vena vena yang berdinding tipis membentuk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina propria mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan sinusoid sinusoid pada semua lapisan. Hampir sepanjang siklus haid pembuluh pembuluh darah menyempit dan melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memucat dan berwarna merah karena penuh dengan darah, berganti ganti. Bila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan estrogen menurun.

Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan endometrium ke arah regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis dari endometrium terlepas dari stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan pembuluh pembuluh darah terputus, dan terjadilah pengeluaran darah yang disebut haid.

VI. DATING ENDOMETRIUM 1,3 Untuk menentukan hari yang tepat dari siklus menstruasi disebut dating endometrium. Dating dilakukan pada masa sekresi, oleh karena berbeda dari fase proliferasi, fase ini menunjukkan perubahan perubahan yang nyata setiap harinya dengan perubahan morfologi tertentu. Jika siklus haid 28 hari dan perkiraan ovulasi terjadi pada hari ke 14, maka 36 48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol pada endometrium. Karena itu dating hari ke 14 dan ke 15 tidak berguna dilakukan, dan sebaliknya baru dilakukan pada hari ke 16. Hari ke 16 : Vakuola basal subnukleus terlihat pada banyak kelenjar. Hari ini hari terahir pseudostratifikasi barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar kelenjar dan stroma. 17 Hari ke 17 : Nukleus dari kelenjar kelenjar tersusun dalam satu baris, dengan sitoplasma yang homogen diatasnya dan vakuola yang besar besar

di bawahnya. Pseudostratifikasi menghilang, mitosis di kelenjar dan stroma jarang. Hari ke 18 : Sebagian vakuola mengecil karena sebagian isinya dilepaskan ke arah sitoplasma sekitar lumen dan kemudian termasuk ke dalam lumen. Karena vakuola subnukleus ini mengecil maka nukleus mendekati basis dari sel. Tidak terlihat mitosis pada saat ini. Hari ke 19 : Hanya sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya menyerupai hari ke 16. Dapat terlihat sekresi intraluminal. Tidak terdapat pseudostratifikasi dan mitosis. Hari ke 20 : Vakuola subnukleus hanya satu satu. Sekresi intraluminal tampak jelas. Hari ke 21 : Mulai terlihat perubahan perubahan pada stroma. Sel sel stroma mempunyai nukleus yang gelap dan padat. Mulai adanya edema stroma. Hari ke 22 : Edema stroma mencapai maksimum. Sel sel stroma tampak kecil, padat. Mulai terlihat arteri spiralis dengan dindingnya yang tipis. Sekresi intaluminal aktif, tetapi mulai berkurang. Hari ke 23 : Edema stroma menetap. Kondensasi stroma pada sekitar arteri spiralis. Dapat juga dijumpai mitosis. Hari ke 24 : Kumpulan sel sel pradesidua tampak jelas disekeliling arteriola. Mitosis aktif, edema berkurang. Endometrium akan mulai berinvolusi, kecuali terjadi kehamilan. Hari ke 25 : Sel sel pradesidua mulai terdapat di bawah sel sel epitel permukaan. Sedikit edema sekitar arteriola. Sedikit infiltrasi limfosit pada stroma. Hari ke 26 : Sel sel pradesidua mengelompok di seluruh stroma disertai infiltrasi sel sel leukosit polinuklear. Hari ke 27 : Pradesidua menonjol sekitar pembuluh darah dan di bawah epitel permukaan. Jelas terlihat infiltrasi sel sel leukosit polinuklear. Hari ke 28 : Mulai terlihat daerah dengan nekrosis (focal nekrosis), dan daerah daerah kecil dengan perdarahan dalam stroma. Infiltrasi sel sel leukosit polinuklear sangat banyak. Kelenjar kelenjar kelihatan mengalami secretory exhaustion.

MENGHITUNG MASA SUBUR 1. Metode Kalender - Siklus haid teratur

Masa subur= terjadi +/- 2 hari pada saat ovulasi(hari ke-14) dari siklus haid. Jadi masa subur ini terjadi dari hari ke-12 sampai hari ke-16 dari siklus haid. Siklus haid tak teratur Catat jumlah hari dalam setiap siklus menstruasi selama 6 siklus menstruasi secara berturut-turut. Tentukan jumlah hari terpanjang dan hari terpendek dari 6 siklus menstruasi tersebut. Maka di dapat rumus: Hari pertama masa subur= jumlah hari terpendek siklus 18 Hari terakhir masa subur= jumlah hari terpanjang siklus 11

2. Pencatatan suhu basal - Suhu badan diukur mulai berhenti haid. Pengukuran ini dilakukan segera setelah bangun pagi sebelum beraktivitas apapun. - Masukkan thermometer di bawah lidah/bawah aksila/rectum 5 menit, lalu catat hasilnya setiap hari selama siklus menstruasi dan hasilnya itu buat dalam bentuk kurva. - Maka pada kurva akan terlihat: a. suhu pada tingkat/garis yang lebih rendah= fase proliferasi pada siklus menstruasi. Suhu pada garis yang paling rendah= terjadi lonjakan LH saat ovulasi. b. suhu pada tingkat/garis yang lebih tinggi= fase sekresi pada siklus menstruasi suhu pada garis yang paling tinggi= fase sesudah ovulasi (karena adanya sifat termogenik dari progesterone) c. selisih suhu saat sebelum dan sesudah ovulasi 0,4 celcius. 3. Penilaian getah serviks - Spinnbarkeit: melihat keelastisitasan getah serviks. Pada saat ovulasi/masa subur panjang getah serviks ini bisa mencapai 10-20 cm - Tes daun pakis: Getah serviks dikeringkan lalu dilihat di bawah mikroskop. Pada saat ovulasi/masa subur maka akan terlihat kristalisasi getah serviks ini dalam bentuk daun pakis. 4. Pemeriksaan hormonal Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hormon-hormon yang dihasilkan selama siklus menstruasi: a.Estradiol meningkat pada hari 12-15 pada silkus menstruasi. b.LH juga meningkat selama 18-24 jam setelah estradiol meningkat. c.Masa ovulasi/masa subur: terjadi selama 28-36 jam setelah LH meningkat dan ditandai juga dengan kenaikan progesterone.

5. Pemeriksaan USG folikel Pada pemeriksaan ini untuk melihat perkembangan volikel (pada hari ke 8-10 dalam siklus haid) dan menentukan masa subur/ ovulasi (terlihat adanya cairan bebas dalam rongga Douglas dalam pemeriksaan ini).

VII. RINGKASAN Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium sendiri dapat dibagi menjadi fase follikuler dan fase luteal. Siklus endometrium terdiri dari 4 fase yaitu, fase menstruasi, fase post menstruasi, fase intermenstruum dan fase pramenstruum. Faktor endokrin yang mempengaruhi siklus menstruasi dipengaruhi lewat system korteks serebri, hipofisis, ovarium dan rangsangan ekstern. Kelenjar hipofisis tidak dapat membentuk dan mengeluarkan hormon gonadotropin tetapi harus dipengaruhi oleh hipotalamus, hipotalamus sendiri juga dipengaruhi oleh korteks serebri dan faktor faktor ekstren

VIII. RUJUKAN 1. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Clinical gynecologic endocrinology and fertility.6th ed.Baltimore:Williams & Wilkins, 1996; 107-238 2. Cunningham FG, Mac Donald PC,Gant NF et al. Williams obstetrics. 20 th ed. Connecticut: Prentice Hall International, 1997; 69-93 3. Jacob TZ. Endokrinologi reproduksi pada wanita. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Sumapraja S. Ilmu Kandungan. ed 2 Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1997; 44-102 4. Hanafiah MJ. Haid dan siklusnya. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Sumapraja S. Ilmu Kandungan. ed 2 Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1997 103-124 5. Supono. Peristiwa dalam ovarium. Dalam: Ilmu kebidanan ed 1. Palembang: Bagian Kebidanan Fakultas Kedokteran UNSRI/RSMH, 1986;23-35 6. Supono. Siklus endometrium. Dalam: Ilmu kebidanan ed 1. Palembang: Bagian Kebidanan Fakultas Kedokteran UNSRI/RSMH, 1986;35-37 7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Fisiologi alat alat reproduksi wanita. Dalam: Obstetri fisiologi, Bandung: 1983; 71-96

8. Adhashi EY. The ovarian life cycle. in. Yen SSC, Jaffe RB. Reproductive endocrinology. 3trded.Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1991; 181-199 9. Yen SSC. The human menstrual cycle: neuroendocrine regulation. In. Refroductive endocrinology. 3rd ed.Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1991; 273-286

10. Palter SF, Olve DL. Reproductive physiology. in. Berek JS, Adashi AY, Hillard PA. Novaks gynecology.12th ed.Baltimore: Williams & Wilkins, 1996; 149-172 11. Klein NA, Soules MR. Endocrine changesof the perimenopause. No 4. Baltimore: Williams & Wilkins, 1998; 912-920 12. Jansen RPS. Oncological endocrinology. In. Coppleson M, Monaghan JM, Morrow CP, Tattesall MHN. Gynecologic oncology. 2 nd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 1992; 135-140 13. Nieginski E. Functional histology of the female reproductive tract. in. Sakala EP.Obstetrics and gynecology.1st ed.Baltimore; Williams & Wilkins, 1997; 6-12 14. Wiknjosastro H. Fisiologi haid. Dalam. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, Saifuddin AB. Ilmu kebidanan.ed. 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1984; 37-43 15. Tengadi KA. Fisiologi wanita sebelum kehamilan dan hormone hormone wanita. Dalam.Guyton AC. Fisiologi kedokteran. ed 7. Jakarta; EGC, 1994; 325341 16. Baziad A, Alkaff Z. Gangguan haid dan penatalaksanaannya. Dalam. Bazaid A, Jacoeb TZ, Surjana HEJ, Alkaff HZ. Endokrinologi ginekologi. ed. 1.Jakarta; Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia, 1993; 17-20 17. Hillard PA. Menstruation in young girls: A Clinical perspective. Am J Obstet Gynecol, No 4, 2002; 655-662 18. Bernstein Im, Ziegler WF, Leavit T, Badger GJ. Uterine artery hemodinamic adaptation through the

Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Sistem

reproduksi

pria

meliputi

organ-organ

reproduksi,

spermatogenesis dan hormon pada pria.


OrganReproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.

1. OrganReproduksiDalam Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris. A. Testis Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak), memiliki panjang 1,5 inci-2 inci dan berdiameter 1 inci.. Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Masing-masing testis dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat yang disebut tunica albuginea. Pada bagian dalam capsula terdapat lobus testis dan didalam setiap lobules terdapat 1-3 tubulus seminiferus yang berkelok-kelok dan tubulus seminiferus akan bermuara ke rete testis. Didalam tubulus seminiferus terdapat: 1.sel penyokong/sel sertoli; berfungsi untuk menghasilkan cairan dan sebagai blood testis barrier 2.sel spermatogenik: - lapisan epitel tebal yang mengelilingi tubulus seminiferus. berkembang dari basal menuju lumen hingga terbentuk

spermatozoa spermatogonia>spermatositprimer>spermatosit

sekunder>spermatid>spermatozoa - setelah berdiferensiasi selesai,spermatozoa tidak berhubungan lagi dengan sel sertoli (spermiasi).

Sementara diantara tubulus seminiferus terdapat sel-sel Leydig/sel-sel interstisial yang berfungsi menghasilkan hormon testosteron Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. B. Saluran Pengeluaran Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra. Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri serta panjangnya mencapai 4-6 m. Epididimis terletak posterior terhadap testis, dengan duktus deferens pada sisi medialnya, serta terbagi atas caput, corpus dan kauda yang arahnya inferior. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens, mengabsorbsi cairan, menambahkan zat pada cairan semen untuk member makan pada spermatozoa pada saat proses pematangan. Vas deferens

Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus berdinding tebal dengan panjang 45 cm yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis dan berjalan dalam canalis inguinalis. Vas deferens tidak menempel pada testis, bagian terminalnya melebar membentuk duktus ampula dan ujung bawahnya ampula menyempit membentuk duktus ejakulatoris. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis. Saluran ejakulasi/duktus ejakulatoris

Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek dengan panjang 1 inci penggabungan ductus vesikula seminalis dan duktus deferens atau bisa juga saluran yang menghubungkan kantung semen yang menembus

prostat dan bermuara di uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra. Uretra

Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih. Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Pars pra prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat Pars prostatica, terletak di prostat dan terdapat pembukaan kecil dimana terletak muara vas deferens Pars membranosa, terletak sekitar 1.5 cm dan pada bagian lateral terdapat kelenjar bulbouretralis Pars spongiosa/cavernosa, memiliki panjang sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis. C. Kelenjar Asesoris Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan

berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getahgetah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper. Vesikula seminalis

Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan organ berlobus dengan panjang < dari 2 inci (5cm) dan terletak pada facies posterior vesicae. Pada bagian ujung vesikula seminalis menyempit menyatu bersama duktus deferens membentuk duktus ejakulatoris. Masing-masing vesikula seminalis terdiri dari saluran melengkung yang tertanam di dalam jaringan ikat. Dinding vesikula seminalis menghasilkan sekret. Dinding vesikula seminalis berkontraksi selama ejakulasi dan mendorong isinya ke duktus ejakulatori sampai ke uretra. Sekret yang dihasilkan berupa cairan encer kekuningan mengandung banyak zat

(globulin, asam askorbat, fruktosa, prostaglandin). Fruktosa berfungsi sebagai pemberi nutrisi bagi sperma dan prostaglandin berfungsi untuk membantu fertilisasi dengan mempengaruhi sistem reproduksi wanita. Kelenjar prostat

Kelenjar prostat melingkari pangkal uretra yang keluar dari vesika urinaria. Panjangnya 3 cm. Prostat dikelilingi capsula fibrosa dan bagian luar capsula terdapat selubung fibrosa dan merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Kelenjar prostat menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asam sitrat dan asam fosfat. Cairan ini ditambahkan ke semen pada waktu ejakulasi. Apabila ada otot polos capsula dan stroma berkontraksi maka sekret yang berasal dari banyak kelenjar prostat diperas masuk ke uretra pars prostatica. Sekret prostat bersifat alkalis/basa yang berfungsi menetralkan suasana asam pada vagina. Kelenjar Cowper

Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan sepasang kelenjar dengan ukuran sebesar kacang tanah yang terletak pada jaringan ikat di belakang uretra pars membranosa. Kelenjar Cowper menghasilkan lendir jernih yang bersifat alkali (basa) yang dapat menetralisir urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra. 2. Organ Reproduksi Luar Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.

A. Penis

Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Sekat antar corpora cavernosa disebut septum pektiniformis. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa(saraf sensorik). Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi). Penis berfungsi sebagai tempat keluar urine dan semen serta sebagai organ kopulasi. B. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung fibromuskular terletak di bagian bawah dinding anterior abdomen yang di dalamnya berisi testis, epididimis, dan ujung bawah funiculus spermaticus. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan

Pengobatan
Teraphy hormonal bisa dengan : - Estrogen+Progesteron - Progesterone - Pil-pil kontrasepsi oral Estrogen terkonjugasi dosis tinggi diberikan setiap hari biasanya 2-3 hari kemudian dosis rendah setiap hari selama sisa siklus Medroksiprogesteron asetat harian diberikan dr hari ke 15-25 pada tiap siklus untuk merangsang fase luteal Hormone dihentikan pada hari ke 25 jadi menstruasi akan terjadi 3-4 hari setelahnya Pil-pil kontrasepsi oral kali dikurangi jika perdarahan berkurang Medroksiprogesteron asetat harian selam sehari,bila dari biopsy terjadi proliferasi endometrium 3-6 siklus lallu dihentikan evaluasi hasil.

Cara Kerja Klomifen merangsang pelepasan hormon yang dibutuhkan untuk menyebabkan ovulasi . Terapi clomiphene biasanya digunakan selama 5 hari berturut-turut di awal siklus menstruasi , selama 3 sampai 6 siklus bulanan. Mungkin diperlukan beberapa siklus untuk menemukan dosis yang tepat untuk merangsang ovulasi. Setelah dosis yang ditetapkan, seorang wanita akan mengambil obat selama 3 siklus lebih. Jika dia tidak hamil setelah 6 siklus, kemungkinan bahwa perlakuan klomifen lebih lanjut akan berhasil. Mengapa Apa Adanya Digunakan Untuk perempuan. Klomifen dapat diresepkan untuk:

Merangsang ovulasi pada wanita yang tidak berovulasi atau yang berovulasi tidak teratur. Her estrogen tingkat dan kelenjar pituitary fungsi harus normal, dan pasangan laki-lakinya harus didiagnosis sebagai subur.

Melakukan uji tantangan klomifen, yang kadang-kadang digunakan untuk mengevaluasi wanita ovulasi dan kualitas telur ( cadangan ovarium ). Ketika diberikan di awal siklus menstruasi wanita yang selama 5 hari, klomifen

mengangkat wanita follicle-stimulating hormon (FSH) tingkat. Pada hari berikutnya, tingkat darah FSH yang telah menurun kembali normal merupakan tanda cadangan ovarium normal dan ovulasi. Sebuah FSH tinggi adalah tanda cadangan ovarium rendah. Wanita dengan cadangan ovarium berkurang dapat menggunakan telur donor, yang sangat meningkatkan peluang mereka melahirkan anak yang sehat.

Merangsang perkembangan beberapa telur untuk digunakan dengan teknologi reproduksi dibantu , seperti fertilisasi in vitro (IVF) atau mentransfer intrafallopian gamet (GIFT).

Mengatur ovulasi pada seorang wanita yang berovulasi tidak teratur dan / atau akan memiliki inseminasi intrauterin atau inseminasi buatan .

Klomifen kadang-kadang digunakan bersama dengan obat-obatan lainnya dan perawatan kesuburan. Sebelum klomifen berusaha, perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan mereka indeks massa tubuh (BMI) dengan diet dan olahraga. Mencapai berat badan yang sehat dapat restart ovulasi.
1

Jika ini tidak berhasil, menggunakan obat

untuk memperbaiki insulin metabolisme dapat mulai ovulasi. Jika tidak, kombinasi obat-obatan dapat membantu merangsang ovulasi. Untuk pria. Klomifen dapat digunakan untuk mengobati jumlah sperma rendah (oligospermia). Bagaimana Well Bekerja Unexplained infertilitas. Ada bukti terbatas bahwa clomiphene membuat kehamilan lebih mungkin untuk pasangan dengan infertilitas dijelaskan. telur sebelum prosedur inseminasi. Jarang atau tidak ovulasi.. Dari wanita yang infertilitas hanya disebabkan oleh tidak ada atau jarang terjadi ovulasi, klomifen dengan perawatan kira-kira 80% akan ovulasi Dan dalam 9 siklus pengobatan, 70% menjadi 75% akan menjadi hamil. Ahli digunakan untuk berpikir tingkat keguguran sedikit lebih
2

Klomifen mungkin paling efektif bila digunakan untuk menghasilkan beberapa

tinggi pada wanita yang hamil menggunakan klomifen, tetapi studi terbaru belum menunjukkan hal ini benar.
3

sindrom ovarium polikistik sendirian. Klomifen mungkin bukan pengobatan yang efektif untuk sebagian besar wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan berat resistensi insulin , yang berhubungan erat dengan obesitas. Wanita dengan PCOS yang kelebihan berat badan sering mulai ovulasi ketika mereka mengurangi indeks massa tubuh (BMI) dengan diet dan olahraga. Efek Samping Efek samping dari termasuk klomifen:

hyperstimulation ovarium , mulai dari ringan, dengan ovarium membesar dan ketidaknyamanan perut, untuk moderat, selain menyebabkan mual, muntah, atau sesak napas, sampai parah dan mengancam kehidupan.

Hot berkedip. Lekas marah. Mual sakit perut,. Sakit kepala. Tebal lendir leher rahim, sperma yang tidak dapat pergi melalui. Hal ini dapat dibalikkan dengan obat atau dilewati dengan inseminasi intrauterin.

Kelembutan payudara. Penglihatan kabur. Rambut rontok (sangat jarang).

Wanita yang menjadi hamil setelah terapi clomiphene memiliki sekitar 5% sampai 8% peluang kehamilan ganda.
3

ini dibandingkan dengan 1% 2%


2

kesempatan di Amerika Utara dan populasi umum Eropa. terjadi.


3

Multiples akibat

pengobatan klomifen hampir secara eksklusif kembar . Kembar tiga jarang

Risiko keguguran?

Dalam beberapa penelitian, keguguran tingkat sedikit lebih tinggi pada wanita yang hamil menggunakan klomifen. Hal ini tidak jelas apakah hal ini berkaitan dengan efek hormonal awal telur atau kondisi yang ada sebelumnya, seperti umur atau sindrom ovarium polikistik, yang ditemukan lebih sering pada wanita yang mengambil klomifen. Studi-studi lain tidak menunjukkan tingkat keguguran meningkat.
3

Klomifen belum diamati membahayakan janin.

Lihat Obat Referensi untuk daftar lengkap dari efek samping. (Referensi Obat tidak tersedia di semua sistem.) Berpikir Tentang Apa Untuk Banyak wanita mencoba terapi clomiphene sebelum memulai serangkaian tes infertilitas. Tapi kebanyakan dokter menyarankan hati-hati riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan analisis air mani sebelum memulai klomifen. Jika Anda hipofisis, tiroid , dan adrenal fungsi sudah diperiksa, Anda tidak memiliki tandatanda endometriosis , dan partner kesuburan Anda telah dikonfirmasi, klomifen dianggap sebagai pilihan yang aman dan sederhana.
3

Kebanyakan wanita yang menjadi hamil dengan menggunakan klomifen melakukannya dalam 3 siklus, dan mayoritas hamil dalam 6 siklus penggunaan klomifen.
1

perlakuan berkepanjangan dengan klomifen biasanya tidak


3

membantu. Setelah 3 sampai 6 siklus, evaluasi lebih lanjut atau perubahan dalam rencana pengobatan dianjurkan.

Pastikan dokter Anda mengetahui pendarahan vagina normal atau sejarah masalah kista ovarium sebelum meresepkan klomifen untuk Anda. Kutipan 1. American College of dokter kandungan dan ginekolog (2002, menegaskan kembali 2006). Manajemen ketidaksuburan disebabkan oleh disfungsi ovulasi. ACOG Practice Bulletin No 34 dan. Obstetri Ginekologi, 99 (2): 347358. 2. Al-Inany H (2005). Wanita infertilitas, cari tanggal April 2004. Versi online Klinis Bukti BMJ:. Tersedia juga online http://www.clinicalevidence.com.

3.

L Speroff Fritz, MA (2005). Induksi ovulasi. Dalam Gynecologic Klinis Endokrinologi dan Infertilitas, 7 ed., Hal. 1175-1213. Philadelphia: Lippincott Williams dan Wilkins.

HORMON TROPIK & SINTETIKNYA


Hormon tropik adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar anterior pituitary yang mengatur berbagai aktivitas tubuh. Sediaan hormon tropik yang banyak digunakan dalam medis adalah hormon yang mempengaruhi fertilitas (kesuburan) yaitu Clomiphene citrate. Clomifene adalah selective estrogen receptor modulator (SERM), dengan indikasi sebagai berikut :

Infertilitas (ketidaksuburan/kemandulan) pada pasien wanita dengan amenore (tidak haid), sindroma Stein-Leventhal, dan perdarahan rahim abnormal dimana terjadi gangguan ovulasi. Meningkatkan spermatogenesis pada pasien pria dengan oligospermia (jumlah sel mani dalam air mani kurang). Clomifene bekerja dengan menghambat aksi Estrogen pada sel Gonadotrope di kelenjar anterior pituitary. Dengan rendahnya kadar Estrogen, pelepasan hormon FSH (follicle-stimulating hormone)

ditingkatkan, yang mempengaruhi laju ovulasi yang lebih tinggi dan kehamilan. Clomifene dapat mengakibatkan ovulasi multi, dan berhubungan dengan peningkatan kesempatan untuk menghasilkan anak kembar Dibandingkan dengan FSH murni, kemungkinan sindrom hiperstimulasi ovarium lebih rendah. Yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko kanker ovarium dan penambahan berat badan. Cetrorelix acetate Sediaan hormon tropik lainnya adalah Cetrorelix acetate untuk injeksi adalah dekapeptida sintetik dengan aktivitas antagonis terhadap hormon GnRH (gonadotropin-releasing hormone). Cetrorelix acetate menghambat efek yang disebabkan oleh hormon GnRH. GnRH mengontrol pelepasan hormon lainnya, yaitu hormon LH (luteinizing hormone), yang menginduksi ovulasi (pelepasan telur dari ovarium) pada siklus menstruasi. Pada pengobatan hormon untuk stimulasi ovarium, ovulasi prematur mungkin terjadi pada sel telur yang tidak cocok dengan kesuburan. Cetrorelix acetate menghambat prematur ovulasi yang tidak diinginkan. Cetrorelix acetate digunakan untuk mencegah ovulasi prematur sepanjang terapi stimulasi ovulasi terkontrol. Bromokriptin Bromocriptine mengurangi kadar prolaktin. Prolactin adalah hormon yang penting untuk memproduksi ASI dan tingkat kesuburan normal pada wanita. Bromocriptine juga mempengaruhi senyawa kimia yang disebut Dopamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Bromocriptine diindikasi untuk mengobati amenorrhea, ketidaksuburan pada wanita; pengeluaran ASI yang tidak normal; hypogonadisme; penyakit Parkinson; dan acromegaly, kondisi dimana terlalu banyak hormon pertumbuhan pada tubuh. Ada dua cara bagaimana terapi Bromokriptin mempengaruhi prolactinomas. Pertama mereduksi level serum dari prolaktin, sehingga mengurangi efek fisiologisnya (seperti amenorrhea, galactorrhea, ketidaksuburan dan kehilangan libido). Kedua mengurangi ukuran pituitary adenomas yang mengeluarkan prolaktin. Meskipun hampir semua respon prolactinomas terhadap terapi Bromokritin dengan mengurangi ukuran dan pengeluaran prolaktin, kedua aspek respon dari terapi tersebut terkadang saling mempengaruhi.

Kurangnya respon terapi pada ukuran atau tidak mampunya menurunkan kadar prolaktin ke kadar normal biasanya diindikasikan untuk melakukan operasi. Somatropin Somatropin adalah hormon alami pertumbuhan pada manusia. Hormon pertumbuhan manusia sangat penting pada tubuh untuk pertumbuhan tulang dan otot. Somatropin digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan pertumbuhan karena kekurangan hormon pertumbuhan, gagal ginjal kronis, sindrom Turner, dan beberapa kasus kekerdilan yang tidak diketahui penyebabnya. HCG Human Chorionic Gonadatrophin (hCG) adalah hormon yang bekerja mirip LH (luteinising hormone) yang secara normal diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada anak laki-laki LH dan juga hCG memberitahu testis untuk memproduksi hormon sex laki-laki (testosterone). Pada anak perempuan, hCG memberitahu ovarium untuk memproduksi progesteron tetapi hal ini terjadi hanya pada masa kehamilan. sehingga hCG lebih bemanfaat bagi anak laki-laki dibanding anak perempuan. Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon peptida yang diproduksi pada masa kehamilan, yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan selanjutnya oleh syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta). HCG mengatur untuk mencegah perpecahan dari corpus luteum pada ovarium dan juga mempertahankan produksi progesteron yang penting pada kehamilan pada manusia. HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada kehamilan. FSH Follicle stimulating hormone (FSH) adalah hormon yang disintesa dan disekresikan oleh gonadotropes di kelenjar anterior pituitary. Di ovarium FSH menstimulasi pertumbuhan Graafian follicles yang belum matang agar menjadi matang. Bersamaan dengan perkembangan follicle, melepas inhibin, yang menghentikan produksi FSH. Pada pria, FSH berkaitan dengan produksi dari androgen-binding protein oleh sel Sertoli pada testes dan hal ini penting untuk spermatogenesis. FSH dan LH bekerja secara sinergi pada reproduksi.

Pada wanita yang sedang mengalami mestruasi, kelenjar pituitari di dalam otak dapat mendeteki apakah ovarium memproduksi estrogen dengan jumlah yang tepat. Jika wanita belum mendapatkan periodenya dan tidak ada estrogen yang dibuat, kelenjar pituatari di otak akan melepas hormon FSH (follicle-stimulating hormone). FSH mengirimkan sinyal ke ovarium untuk mulai membuat estrogen. Ovarium anda akan merespon pada sinyal ini dan mulai melepas estrogen. Bila estrogen telah dilepaskan, kelenjar pituatari akanmenghentikan pelepasan FSH sehingg FSH di dalam tubuh akan menurun.Hal ini seperti digambarkan pada gambar berikut:

Untuk pemilihan hormon tropik dan preparatnya yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. Di apotik online medicastore anda dapat mencari hormon tropik dan preparatnya yang telah diresepkan dokter secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli hormon tropik dan preparatnya sesuai kebutuhan anda.

Motilitas Sperma

Menurut para peneliti dari Cairo University di Mesir, terapi kesuburan yang mengkombinasikan antara hormon dengan antioksidan tampaknya dapat meningkatkan jumlah sperma dan motilitas pada pria yang infertil.Penelitian ini melibatkan 60 pria yang memenuhi syarat untuk mengikuti perawatan kesuburan dan membandingkan antara mereka yang melakukan perawatan yang mengkombinasikan clomiphene citrate dan vitamin E dengan mereka yang tidak melakukan perawatan. Hasilnya, setelah 6 bulan masa penelitian ternyata pasangan dari pria yang melakukan perawatan kombinasi ini berhasil memperoleh kehamilannya dengan angka sebesar 37%. Para pria ini juga mengalami peningkatan konsentrasi sperma dan perbaikan dalam hal pergerakan sperma. Sementara itu, pasangan dari pria yang tidak melakukan perawatan dan hanya diberikan placebo memiliki angka kehamilan sebesar 13%. Clo miphene citrate merupakan obat anti-estrogen untuk kesuburan wanita, namun terkadang juga dipakai untuk meningkatkan jumlah sperma pada pria dengan jumlah sperma yang rendah dan motilitas sperma yang buruk. Sedangkan vitamin E merupakan vitamin yang dapat mengatasi oxidative stress, yang berhubungan dengan kerusakan DNA sperma dan gangguan pada motilitas sperma. Clomiphene citrateMekanisme dan Farmakokinetik.Clomiphene citrate merangsang sekresi GnRH yang akan merangsang kelenjar hipofise anterior untuk mensekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone).Pada wanita FSH dan LH ini kemudian akan merangsang ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan ovulasi (dan pengeluaran sel telur dari ovarium). Pada laki-laki LH akan merangsang sel Leydig. Sel Leydig akan mensekresikan testosteron yang bersama-sama dengan FSH akan merangsang tubulus seminiferus untuk memproduksi spermatozoa (proses

spermatogenesis). C lomiphene mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Clomiphene citrate diekskresikan secara perlahan oleh hati melalui saluran empedu dan mengalami siklus enterohepatik. Waktu paruh biologis dari Clomiphene citrate 5-7 hari. Sebagian besar obat ini diekskresikan melalui feses dan hanya sejumlah kecil yang diekskresikan melalui urin. Efek Samping Efek sampingnya adalah gangguan perut, semburan panas, rasa kembung, sakit kepala, depresi dan nyeri payudara, risiko kehamilan ganda sedikit meningkat, tetapi kelainan cacat bawaan tidak terjadi. Indikasi Pengobatan infertilitas, baik pada wanita maupun laki-laki. Nama Dagang yang ada dipasaran : Profertil, Provula, Pinvetil, Ofertil Blesifen tab, Clovertil tab, Fensipros tab dll. AtioksidanAntioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas and mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif Cara antioksidan memerangi radikal bebasAntioksidan membantu menghentikan proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas. Antioksidan akan
Motilitas Sperma
Written by Administrator Monday, 01 June 2009 20:28 -

menetralisir radikal bebas sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron dari sel dan DNA. Proses yang terjadi sebenarnya sangat komplek tapi secara sederhana dapat dilukiskan seperti itu. Sumber antioksidan- Vitamin A : Wortel, brokoli, sayur hijau, bayam, labu, hati, kentang, telur, aprikot, mangga, susu dan ikan.

- Vitamin C : Lada/merica, cabe, peterseli, jambu biji, kiwi, brokoli, taoge, kesemek, pepaya, stroberi, jeruk, lemon, bunga kol, bawang putih, anggur, raspberri, jeruk kepruk, bayam, tomat dan nanas. - Vitamin E : Asparagus, alpukat, buah zaitun, bayam, kacang kacangan, biji bijian, minyak sayur, sereal. - Karotin : Beta karoten, lutein, likopen, wortel, labu, sayur sayuran hijau, buah buah berwarna merah, tomat, rumput laut. - Polipenol : Buah berri, teh, bir, anggur, minyak zaitun, cokelat, kopi, buah kenari, kacang, kulit buah, buah delima dan minuman anggur. KEsimpulan yang dapat diambil adalah kombinasi antara clomiphene citrate dan antioksidan dapat meningkatkan motilitas sperma, tetapi untuk pemakaian Clomiphene citrate kami anjurkan agar dikonsultasikan dengan dokter mengenai dosis dan lama pemakaiannya..sedangkan untuk konsumsi antioksidan dapat dikonsumsi atau dipilih dari beberapa contoh yang kami berikan diatas. Zat-zat yang berguna bagi kesuburan priaDiluar zat-zat merugikan diatas, terdapat pula beberapa zat yang berguna bagi kesuburan pria. Zat-zat inilah yang mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas sperma, diantaranya: - Vitamins C dan E. Vitamin C berfungsi sebagai anti oksidan, merupakan zat yang berguna untuk melindungi DNA sperma. Namun sangat disarankan untuk tidak mengkonsumsinya melebihi batas RDA (recommended daily allowance), karena mengkonsumsi vitamin C dalam dosis berlebih justru dapat menyebabkan masalah kesuburan pada pria dan wanita. Beberapa contoh makanan yang mengandung vitamin C tinggi diantaranya citrus, brokoli, kentang(degan kulitnya), strawberry, dan Hari. Sementara makanan yang mengandung vitamin E tinggi yaitu minyak gandum dan almond. - Selenium. Meski menurut beberapa ahli mengkonsumsi selenium dapat berguna bagi kesuburan pria, namun beberapa ahli lain tidak menyarankan mengkonsumsi selenium maupun

suplemen kesehatan lainnya. Selenium banya ditemui pada tepung gandum dan brokoli. Zinc. Kadar Zinc tertinggi pada pria terdapat pada testis dan prostat. Konsumsi Zinc pada pria yang tidak subur terbukti dapat meningkatkan jumlah sperma dan tingkat kegesitannya. Sumber Zinc pada makanan terdapat pada kerang-kerang laut, daging merah, unggas, kacang-kacangan, kacang tanah, dan biji-bijian. - Arginine bermanfaat untuk membantu meningkatkan jumlah sperma dan kegesitannya. Kebanyakan ditemui pada kacang tanah. - L-Carnitine, yaitu asam amino yang banyak ditemui di daerah epididymis, tempat dimana sperma akan mencapai kematangan maksimal. Pada pria-pria yang tidak subur kadar L-Carnitine dalam tubuhnya biasanya rendah. Konsumsi L-Carnitine secara rutin dapat memberi efek positif bagi kesuburan pria. Meski beberapa suplemen kesehatan banyak memasukan L-carnitine dalam kandungannya, namun anda disarankan hanya mengkonsumsi carnitine yang sesuai standar kesehatan saja. L-karnitin banyak terkonsentrasi pada epididimis, yaitu ruang dalam struktur genital pria yang merupakan tempat pematangan dan pemacuan motilitas (pergerakan) sperma. Suplementasi
Motilitas Sperma

L-karnitin sebesar 3 gram perhari selama 3-4 bulan telah diberikan kepada 100 responden pria yang memiliki gangguan motilitas sperma (Higdon, 2002). Hasil yang diperoleh adalah peningkatan persentase jumlah sperman dengan motilitas yang baik. Hasil lain yang ditemukan adalah korelasi positif antaran kandungan L-karnitin dalam semen dengan jumlah sperma, persentase sperma motil, dan persentase sperma yang normal. Secara umum, L-karnitin selalu tampak dapat ditoleransi oleh tubuh karena laporan secara resmi mengenai efek samping dari overdosis L-karnitin belum pernah dipublikasikan. Beberapa penelitian menemukan bahwa overdosis dalam konsumsi suplemen L-karnitin dapat menyebabkan pening, muntah-muntah, kram perut, dan diare.

Suplemen yang mengandung lebih dari 3.000 mg L-karnitin perhari dapat menyebabkan aroma tubuh yang amis. BEBERAPA HAL YANG DAPAT DILAKUKAN AGAR SPERMA TETAP MEMILIKI MOTILITAS DAN JUMLAH YANG BAIK : 1. Berhenti merokok. Jika Anda seorang perokok saat ini, berhentilah. Selain menyebabkan napas tak sedap, merokok juga dapat memengaruhi jumlah sperma. Peneitian menunjukkan, perokok memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibanding pria yang tidak merokok. 2. Hindari celana ketat dan air panas. Usahakan testis berada pada suhu sejuk dibanding bagian tubuh lain. Memakai celana dalam atau celana panjang ketat akan mengakibatkan suhu di sekitar testis jadi panas. Usahakan tidak mengenakan celana dalam waktu tidur untuk menjaga suhu di bagian tubuh itu tetap sejuk. 3. Asup makanan yang tepat Diyakini atau tidak, pola makan memengaruhi produksi sperma. Coba asup makanan rendah lemak dan berprotein tinggi. Pilih sayuran dan jenis padi-padian yang baik bagi kesehatan. 4. Kurangi hubungan intim dan masturbasi Banyak pria mengeluhkan spermanya sedikit dan encer. Semakin banyak ejakuasi, semakin berkurang kepadatan sperma. Bila Anda melakukan hubungan intim setiap hari, atau lebih buruk lagi masturbasi, akan berpengaruh pada jumlah dan kepadatan sperma. 5. Kurangi alkohol Alkohol dapat memengaruhi fungsi lever yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tingkat estrogen. Jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan memengaruhi produksi sperma. Hentikan minum alkohol bila Anda tidak ingin kehilangan produksi sperma.

PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN SEKSUAL


BAHAN KIMIA DALAM ASAP ROKOK

Diperkirakan 92-95% asap rokok ada dalam bentuk gas. 85% diantaranya terdiri dari gas Nitrogen, Oksigen, dan Karbondioksida. Sisanya terdiri dari gas dan partikel lain yang umumnya berbahaya untuk kesehatan. Telah diketemukan lebih dari 4000 macam bahan kimia yang dapat ditemukan pada tembakau dan asap rokok. Termasuk diantaranya secara farmakologis bersifat aktif, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Sifat biologisnya yang luas inilah yang membuat pengertian akan konsekwensi asap rokok bagi kesehatan menjadi sangat penting.

1. Nikotin Nikotin adalah racun. Menelan dua atau tiga tetes nikotin murni dapat membunuh seseorang. Nikotin berfungsi sebagai stimulan, yang mempercepat kegiatan dalam otak. Nikotin dianggap lebih adiktif daripada heroin, dan semakin muda seseorang mulai merokok, semakin kecil kemungkinannya untuk dapat berhenti. 2. Tar Tar adalah penyebab utama kanker bagi perokok. Tar juga mengakibatkan penyakit-penyakit tenggorokan dan pernapasan. 3. Karbon monoksida Karbon monoksida adalah gas yang sangat beracun. Gas ini ditemukan pada asap buang kendaraan bermotor dan asap dari api. Merokok menyebabkan kadar karbon monoksida dalam paru-paru lebih tinggi dibandingkan dengan menghirup udara tercemar. 4. Bahan-bahan kimia lain Lebih dari 4000 zat lain dapat ditemukan dalam asap rokok. Sebagian beracun dan 43 di antaranya diketahui dapat menyebabkan penyakit kanker. Beberapa zat tersebut di antaranya aseton, amoniak, dan hidrogen sianida. Logam Berat

Logam berat adalah unsur unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/ cm3. Kelompok logam berat menurut toksisitas : = bersifat toksik tinggi yang terdiri atas unsur- unsur Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn. Bersifat toksik sedang terdriri atas unsur- unsur Cr, Ni, Co. Bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. Timbal (Pb)

Pada manusia, timbal dapat mngakibatkan bermacam- macam dampak biology, bergantung dari durasi terpaannya. Keracunan berat karena timbal sudah sangat jarang ditemukan. Akan tetapi, pada tingkatan konsentrasi medium sudah ditemukan bukti yang cukup persuasif, bahwa timbal dapat mengakibatkan efek subklinis, terutama pada perkembangan otak anak.

Cadmium (Cd)

Cadmium bersifat biopersistent dan sekali serap oleh organisma, akan menetap selama bertahun- tahun (lebih dari 1 dekade untuk

manusia) meskipun sebagian akan juga terbuang melalui sistem pembuangan makhluk hidup.

Formaldehida Hidrogen sianida Metanol Nicotin Fenol Propilen glicol Toluen Vinil klorida

Balsem cair Hukuman mati dengan gas Bahan bakar roket Racun kecoa Obat pembasmi kuman pada toilet Anti beku Pelarut bahan industri Plastik

Efek Merokok pada Pria Wanita dan Kesuburan

FUNGSI REPRODUKSI

a. Delayed Conception

Delayed Conception ialah bila kemungkinan terjadinya konsepsi pada setiap siklus haid menjadi lebih rendah. Merokok, pada beberapa penelitian berpengaruh pada terjadinya Delayed Conception, wanita yang merokok cenderung untuk lebih lambat menjadi hamil dibanding wanita yang tidak merokok. Angka kemampuan hamil wanta yang merokok hanya sekitar 60-90% wanita yang tak merokok. Mekanisme untuk terjadinya hal ini belum jelas benar. Diduga efek merokok pada hormon sex mempengaruhi proses ovulasi dan siklus menstruasi sehingga kemungkinan konsepsi menjadi lebih rendah. Namun kemampuan konsepsi juga dipengaruhi oleh pihak pria.

b. Infertilitas

Infertilitas ialah terjadinya kegagalan konsepsi setelah seorang wanita melakukan usaha hubungan sexual selama 12 bulan. Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya infertilitas pada wanita, baik infertilitas primer, maupun infertilitas sekunder. Mekanisme untuk terjadinya infertilitas pada wanita yang merokok bisa bermacam-macam. Pada wanita yang merokok, ditemukan bahwa kadar estradiol yang rendah dalam darah dan cairan folicular. Jumlah dosis total pada wanita yang merokok juga lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak merokok. Respon ovarium terhadap clomifen pada wanita yang merokok juga lebih rendah dibanding wanita yang tidak merokok. Merokok selain menyebabkan fertilitas yang rendah, juga menyebabkan implantasi yang baik dan bisa menyebabkan aborsi, sehingga angka keberhasilan kehamilan juga rendah. Semua ini disebabkan efek negatif dari asap rokok dan isinya seperti nikotin dan Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) terhadap gonadotropin, pembentukan corpus luteum, interaksi gamet, fungsi tuba, dan implantasi hasil konsepsi, sehingga bisa terjadi disfungsi tuba, delayed conception,

infertilitas, abortus spontan, kehamilan ektopic dan Pelvic Inflammatory Disease (PID) akibat gangguan imun.

HIPERPROLAKTIN

Prolaktin disekresi terutama oleh sel-sel lactotrophs hipofise dari posterolateral adenohipofisis, yang merupakan lokasi yang paling terjadi priolaktinoma. Prolaktin adalah suatu hormon peptida yang mempunyai struktur serupa denga hormon somatomamotropik termasuk hormon pertumbuhan dan human placental lactogen. Sekresi laktogen dipicu oleh bermacam substansi, seperti TRH, GnRH dan oksitosin. Mekanisme terjadinya anovulasi pada amenorea hiperprolaktinemia diperkirakan karena adanya hambatan pulsatilas GnRH oleh karena peningkatan kadar PRL . Hiperprolaktinemia menyebabkan suatu kegagalan dari respon umpan balik positif yang diikuti oleh pengeluaran gonadotropin yang dipicu oleh estrogen. Sehingga pasien memperlihatkan kadar LH dan FSH yang rendah.

Pencegahan infertilitas Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: 1. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostat, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi di daerah ini haruslah ditangani secara serius. 2. Beberapa zat dapat meracuni pertumbuhan sperma. Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk merokok terhadap jumlah dan kualitas sperma. Walaupun tiap penelitian berbeda dalam menentukan jumlah batang rokok yang berpengaruh, sudah cukup alasan bagi pria dengan jumlah dan kualitas sperma kurang untuk berhenti merokok. 3. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma, sehingga penghentian penggunaan mariyuana dan alkohol merupakan usaha preventif untuk infertilitas. 4. Cukup banyak obat-obatan yang mempengaruhi sperma. Oleh karena itu, beri tahukan selengkapnya obat yang pernah dan sedang dipakai kepada dokter yang menolong Anda.

Penanggulangan infertilitas

Penanggulangan terbaik adalah dengan menangani penyebabnya. Sayang, tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya cukup banyak penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas ditanggulangi. 1. Varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Sebagian besar penelitian menunjukkan manfaat tindakan ini walaupun metodologi penelitiannya belum sempurna karena tanpa pembanding. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 persen penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 persen pada kelompok yang tidak dioperasi. 2. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 persen penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Namun sebagian besar penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pembanding, tidak menunjukkan perbaikan bermakna. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang. 3. Adanya penyumbatan di saluran sperma hanya dapat dipastikan dengan operasi. Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar. 4. Sesuai dengan kelainan yang ditemukan, maka penyebab lain bisa diatasi dengan koreksi hormonal dan penghentian obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma. 5. Namun, usaha-usaha di atas ada kalanya belum berhasil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma, sehingga diperlukan teknik reproduksi bantuan. Termasuk dalam hal ini adalah inseminasi bantuan dan inseminasi in-vitro (IVF/bayi tabung), yang sangat membantu mengatasi masalah infertilitas pria. Misalnya, pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan. IVF hanya membutuhkan sperma 500.000 dengan angka kehamilan 30-35 persen. Kemajuan yang paling menakjubkan dalam 7-8 tahun terakhir adalah IVF dengan teknik ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) yang hanya membutuhkan beberapa spermatozoa untuk disuntikkan ke dalam sel telur ibu. Tingkat keberhasilannya hampir sama.

KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Nyonya Fera dan Tuan Feri didiagnosa dengan infertilitas. Hal ini dapat dilihat dari : 1. Anamnesa Nyonya Fera merokok 3 batang per hari dan Tuan Feri satu setengah bungkus per hari. 2. Pemeriksaan Fisik Pada Nyonya Fera ditemukan sekresi air susu pada payudaranya. 3. Pemeriksaan Laboratorium Pada Nyonya Fera ditemukan hormone prolaktin yang melebihi batas normal (hiperprolaktinemia) dan pada Tuan Feri, setelah melakukan analisis semen, ditemukan bahwa motilitas sperma Tuan Feri kurang dari batas normalnya.

Hal yang menyebabkan infertilitas terhadap pasangan suami istri Nyonya Fera dan Tuan Feri disebabkan oleh rokok. Asap rokok yang mengandung banyak zat kimia beracun di dalamnya. Termasuk zat kimia beracun yang ada di dalam rokok adalah nikotin dan CO. nikotin mempunyai efek samping seperti mengurangi nafsu makan dan menghilangkan rasa kantuk. Berkurangnya rasa kantuk yang disebabkan oleh nikotin merangsang sekresi hormone adrenalin yang menganggu metabolisme lemak sehingga darah menjadi kental yang dapat menyebabkan arteriosklerosis. Selain itu, zat kimia rokok juga dapat menyebabkan penurunan pada pembentukan sperma atau spermatogenesis, sehingga menghasilkan sperma dengan kualitas dan kuantitas yang buruk. Selain itu, rokok juga memberikan efek lainnya seperti disfungsi ereksi. Pada wanita, rokok dapat menyebabkan penurunan hormone estrogen terutama estradiol. Dan juga terganggunya pembentukan korpus luteum dan fungsi tuba. Prognosis pada kasus infertilitas ini baik apabila masih dapat ditangani dengan pennatalaksanaan secara farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat Bromocriptine mesilate pada Nyonya Fera untuk hiperprolaktinemia yang

dideritanya dan pemberian Clomiphen citrate pada Tuan Feri untuk spermatogenesis yang buruk. Secara non farmakologis dapat dilakukan dengan cara pemberian terapi-terapi seperti terapi gaya hidup, bagaimana gaya hidup yang baik dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Jurding THT
    Cover Jurding THT
    Dokumen2 halaman
    Cover Jurding THT
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Autoanamnesis
    Autoanamnesis
    Dokumen17 halaman
    Autoanamnesis
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus Mata Katarak Matur
    Cover Lapsus Mata Katarak Matur
    Dokumen2 halaman
    Cover Lapsus Mata Katarak Matur
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Cuti Bersalin
    Cuti Bersalin
    Dokumen1 halaman
    Cuti Bersalin
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus Adenotonsilitis
    Cover Lapsus Adenotonsilitis
    Dokumen2 halaman
    Cover Lapsus Adenotonsilitis
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Informed Consent
    Informed Consent
    Dokumen1 halaman
    Informed Consent
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Abortus Cover
    Abortus Cover
    Dokumen4 halaman
    Abortus Cover
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Ver Hidup
    Ver Hidup
    Dokumen3 halaman
    Ver Hidup
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen7 halaman
    Cover
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Kista
    Pendahuluan Kista
    Dokumen1 halaman
    Pendahuluan Kista
    Farrah Erman
    Belum ada peringkat
  • Sendi
    Sendi
    Dokumen1 halaman
    Sendi
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Interpretasi Lapsus
    Interpretasi Lapsus
    Dokumen21 halaman
    Interpretasi Lapsus
    Farrah Erman
    Belum ada peringkat
  • COVER After Care
    COVER After Care
    Dokumen4 halaman
    COVER After Care
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Proses Diangnosis Gangguan Jiwa
    Proses Diangnosis Gangguan Jiwa
    Dokumen3 halaman
    Proses Diangnosis Gangguan Jiwa
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Adenotonsilitis Akut
    Lapsus Adenotonsilitis Akut
    Dokumen14 halaman
    Lapsus Adenotonsilitis Akut
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Lapsus 1 Katarak Matur
    Lapsus 1 Katarak Matur
    Dokumen29 halaman
    Lapsus 1 Katarak Matur
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Kuli1
    Fisiologi Kuli1
    Dokumen9 halaman
    Fisiologi Kuli1
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Obgyn
    Journal Reading Obgyn
    Dokumen11 halaman
    Journal Reading Obgyn
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Tonsilofaringitis Kronis
    Lapsus Tonsilofaringitis Kronis
    Dokumen19 halaman
    Lapsus Tonsilofaringitis Kronis
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Telinga
    Pemeriksaan Telinga
    Dokumen2 halaman
    Pemeriksaan Telinga
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Rangka
    Rangka
    Dokumen1 halaman
    Rangka
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Penulisan Karya Ilmiah
    Penulisan Karya Ilmiah
    Dokumen24 halaman
    Penulisan Karya Ilmiah
    David Norris
    Belum ada peringkat
  • Gab B
    Gab B
    Dokumen22 halaman
    Gab B
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • DERMATOFITOSIS
    DERMATOFITOSIS
    Dokumen2 halaman
    DERMATOFITOSIS
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Red Velvet Cupcake
    Red Velvet Cupcake
    Dokumen2 halaman
    Red Velvet Cupcake
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Sendi
    Sendi
    Dokumen1 halaman
    Sendi
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Gastritis
    Gastritis
    Dokumen4 halaman
    Gastritis
    Brilian Samuel Dehes
    Belum ada peringkat
  • Lapsus 2 Mata
    Lapsus 2 Mata
    Dokumen5 halaman
    Lapsus 2 Mata
    Evita Adiningtyas
    Belum ada peringkat