Anda di halaman 1dari 10

Psikologi adalah ilmu pengetahuan perilaun dan batinan manusia. Di Indonesia psikologi disebut dengan ilmmu jiwa.

Sekarangpun masih menggunakan istilah ilmu jiwa. Istilah jiwa digunakan untuk menggambarkan ada kaitan antara tubuh yang tampak dan gejolak, gelora, gerakan, semangat di dalam diri manusia yang tidak kasat mata. Jiwa juga berarti roh. 1. Sistem Ganda Seorang manusia sangat rumit . satu tubuh terdiri atas berbagai organ yang ada di dalamnya dan anggota dibagian luarnya. Fungsi masing masing organ dan anggota tubuh berbeda-beda dan bekerja sama supaya manusia hidup. Psikologi mengkaji menusia sebagai sistem organistik. Pada tingkatan yang lebih rendah dari sistem organistik, yaitu, sistem sel, sudah beribu faktor yang mempengaruhi fungsinya. Selain dari sistem sel, manusia juga dapat dilihat dari sisitem organ, organisasi keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi maupun global. 2. Dalih tentang batinan Psikologi klinis mau tidak mau akan menghadapi segala sesuatu berkaitan dengan hal-hal yang tidak selalu tampak. Dari segi psikodinamika, penanganan psikologi klnis ditunjukan pada khayalan atau fantasi individu tentang pengalaman yang membentuk dirinya sekarang. Pendekatan kemanusiaan lebih menekankan sikap terhadap pihak yang dihadapi. Biasanya pihak yang dihadapi ini mengalami kesenjangan antara konsep dirinya dengan pengalaman yang

dihadapinya. Pendekatan perilakuan lebih terpusat pada perilau tampak dengan definisi operasionalnya. Pendekatan transpersonal lebih melihat

manusia sebagai bagian dari alam semesta masing-masing punya cara untuk membuat pengiraan terhadap permasalahan yang dihadapi perseorangan. Salah satu tokoh dalam psikologi klinis terutama dalam pendekatan perilakuan adalah allan Kazdin (1992a-199b) dan Jarome Kagan (2006), salah seorang senior dalam psikologi perkembangan dan psikologi klinis, di masa tuanya menulis tentang pengalamanya meneliti dengan metode eksperimen. Dalam bukunya, ia menulis sejarah hidupnya bersamaan dengan kritik terhadap teori-teori utama psikologi maupun ilmu pengetahuan sosial lainya. Jarome Kagan menyajikan dalam argumenya tentang mind. Secara ringkas, Kagan menulis tentang pilihan dan indoktrinisasi menyiapkan fondasi baru. Terjemahan kata mind mengalami

kebingungan. Jika diartikan sebagai jiwa maka kurang tepat. Kalau hanya diartikan sebagai perilaku dinilai kurang pas. Maka, kata mind sering disebut dengan batinan saja. 3. Pengukuran perilau dan batinan Berbagai pengukuran dikembangkan untuk menerangkan

perilaku manusia. Ada yang bersifat objektif dan ada yang bersifat projektif. Ada yang dapat digunakan bersama untuk satu kelas atau untuk per orang saja. Selain itu, masih banyak lagi pengukuran sampel perilaku manusia di berbagai situasi yang dikembangkan ahli psikometri, ahli kepribadian, ahli psikologi sosial, ahli psikologi kesehatan sesuai dengan tujuan pengukuranya.

Sebagai ilmu pengetahuan psikologi banyak menggunakan metode pengukuran sampel prilaku yang dibakukan. Yang menjadi sumbangan konkret psikologi dalam membantu pengambilan keputusan baik untk bidang industri, klinis, organisasi pendidikan, perkembangan maupun sosial, adalah apa yang disebut psychological assesmen, yang diterjemahkan bebas menjadi pengiraan psikologis. Istilah oengiraan disini digunakan karena sebuah assesment meliputi kegiatan mengukur, menilai, mengira-ngira, dan memprakirakan perilaku yang akan diperlihatkan oleh seorang individu dalam situasi tertentu. Dai pengukuran itu kisaran nilai akan diperoleh. Hasil pengukuran bukan merupakan hal yang pasti dan tepat seperti kita mengukur tubuh kita. Suatu anagak yang diperoleh dari pengukuran psikologis pada seseorang akan terdiri atas angaka murni dan kesalahn karena cara pengukkuran yang dipilih. Pengiraan dapat dimaknai sebagai proses yang meliputi penggunaan berbagai metode dan identifikasi prosedur, ataupun penyatuan metode dan prosedur. Bila pengiraan digunakan secara mikro atau perorangan saja, kisaran hasil pengukuran dapat dimasukan dalam tipologi perorangan. Proses ini juga untuk menarik kesimpulan tentang pernedaan perseorangan (Barclay, 1991), ahli yang sangat senior dalam psikologi klinis adalah Sunberg (1997) dalam buku klasiknya Assessment of Person, ia menulis bahwa pengiraan merupakan proses pengembangan citra, pembuatan keputusan, dan pengujian hipotesis tentang perilaku seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan.

Sedangkan Walsh dan Betz (1995) memebri definisi yang lain lagi. Menurut kedua orang ini pengiraan pskologis adalah suatu proses memahami dan membantu orang mengatasi masalah. 4. Kriteria pengira Sebelum membahas prose pengiraan, ada bebrapa kriteria yang perli diperhatikan tentang diri pengira itu sendiri. Tallent (1992) mengutip antara lain, Allport dan Murray. Allport menyebutkan beberpa karakteristik yang menunjukan bahwa seseorang merupakan hakim yang baik dalam menentukan kepribadian orang lain. a. Karakteristik tersebut antara lain : b. Berpengalaman c. Cerdas d. Memiliki kkompleksitas kognitif e. Insight diri yang tinggi dan tepat f. Keterampilan sosial dan penyesuaian g. Penarikan diri h. Sikap estetik dan i. Intraseptivitas (melihat berbagai dimensi). Keterangan dari tiap karakteristik trsebut murni dari kutipan Murray dan Allport di buku Tallent (1992) tapi sudah disesuaikan dengan pemahaman. Seorang yang berpengalaman tentu saja berbeda dengan orang yang sama sekali belum berpengalaman. Kesamaan pengalaman akan memeberikan pengiraan yang lebih akurat. Psikollogi klinis akan lebih mudah melakukan pengiraan bila mengahadapi klien

dengan pengalaman yang dianggap sama dengan dirinya, daripada menghadapi klien yang berpengalaman lain. Seorang psikologi klinis yang pada dasarnya memang mumpui akan mampu melakukan pengiraan dengan tepat tanpa harus mengalami persoalan yang sama dengan kliennya. Hanya saja empati akan lebih tinggi bila mengalami pengalaman yang sama dibangding bila psikolog klinis belum pernah mengalaminya. Bukan berarti seorang psikolog klinis perlu mengalami gangguan skizofreniai atau masuk penjara terlbih dahulu untuk melakukan pengiraan pada kasus-kasus seperti itu. Kecerdasan pengira juga mempunyai peran penting. Seorang ang cerdas akan mudah memahami apa yang dialami orang lain. Ia bisa dengan mudah menarii kesimpuplan dari data yang diperolehnya. Bahkan seorang psikolog klinis perlu menggunakan bahasa yang sama dengan klienya. Apabila dia tidak mengusai bahas ayang digunakan klien, maka klien akan merasa tidak dimengerti dan berhenti meminta jasa psikolog tersebut. Kompleksitas kognitif seorang psikolog klinis juga akan memudahkanya memahami orang yang sedang bermasalah seseorang yang yang memiliki kompleksitas kognitif dapat melihat berbagai nuansa kehidupan seseorang tidak hanya hitam dan putih. Bagi seorang yang berfikiran sederhana, akan terasa sangat sulit untuk memahami pikiran dan tindakan seorang pembunuh, seorang psikopat, atau seseorang yang mengalami depresi berat dan akan bunuh diri padahal semua telah tersedia dalam hidupnya. Sebaiknya seorang psikolog klinis

mempunyai sejumlah neurotisisme yang terkelola dengan tepat sehingga ia dapat berfungsi dalam kerja maupun kehidupan umunya. Tanpa itu, ia akan sulit mengerti psikkopatologi yang dialamai orang lain. Seseorang dengan pemahaman diri yang tepat juga akan mengerti orang lain. Tanpa pemahaman yang tepat, ia akan mencampuradukkan apa yang dialaminya dengan pengalaman

kelayannya. Ia kurang dapat mengambil jarak yang sesuai. Pemahaman diri yang tepat akan membimbingnya pada penilaian yang tepat pula. Untuk itu ada baiknya calon psikolog klinis mengikuti proses terapi, sehingga ia akan lebih memahami keterbatasan, pertahanan diri, sisi gelap, dan kompleksitas dirinya sendiri sebelum ia belajar memahami orang lain. Karakteristik lain adalah keterampilan sosial. Seseorang yang mempunyai keterampilan sosial tinggi, kepemimpinan yang baik, popularitas, keterbukaan, memperhatikan, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat, kestabilan emosi, dan neurotisme yang terkelola baik merupakan seorang penilai yang baik pula. Dari karakteristik ini seolah olah seorang psikolog klinis yang tepat merupakan seseorang yang punya kualitas kepribadian prima dalam segala hal. Kemampuan menyesuaikan diri merupakan karakteristik yang sangat penting dimiliki oleh psikologi klinis, ia mampu mempunyai kepegasan bila ia menghadapi persoalan hidup yang berat. Meskipun ia bisa tumbang dalam menghadapi kelelahan psikologis, tetapi dukungan

psikologis dan sosial orang orang penting dalam kehidupan profesi dan pribadi akan membantunya balik pada penyesuaian diri sebelumnya. Pada intinya, seseorang yang memilih profesi psikologi klinis dalam hidupnya perlu punya sikap klinis, yaitu kebersediaan untuk menolong dirinya sendiri dan orang lain. Ia perlu mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang pas dalam kehidupan pribadi dan profesinya. Kemmampuan menarik diri dari subyek yang dihadapi juga merupakan model untuk menjadi penilai yang mumpuni. Seseorang yang mampu bersikap obyektif dan mampu melihat sisi gelap orang lain dapat menjadi penilai objektif pula. Selain semua itu, seorang pengira perlu mempunyaisikap estetis alias berpegangan pada kode etik dalam menjalankan profesinya. Tindakan estetis dan etis akan membimbing psikolog klinis bertindak sesuai dengan kebutuhan klien, bukan kebutuhanya sendiri. Sing terjadi, sorang psikolog klinis memaksakan kebutuhanya dengan dalih memenuhi kebutuhan orang lain. Misalnya seorng psikolog klinis dalam mengajar psikoterapi memakskan bahwa mahsiswanya hrus menangis, padahal mahsiswa tersebut belum siap untuk mengungkapkan dirinya secara mendalam. Dalam situasi ini psikolog harus merujuk klien pada sejawat. Bila tidak dilakukan, tindakan-tindkan atau situasi seperti contoh tidaj estetetis dan sangat tidak etis dan dapat dtuntut sebagai malpraktik.

5. Tahap-tahap pengiraan makro Dari cerita kagan dalam bukunya tentang dalih batinan, terlihat bahwa perilaku manusia memang rumit. Cara penyampaian kerumitan tergantung pada kematangan pengira. Untuk itu tahapan-tahapan dalam pengiraan psikologi klinis yang disajikan di sini hanya sebagai pedoman saja, bukan tahapan yang mutlak harus diikuti. Ada pedoman umum dan pedoman khusus sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pengiraan psikologis adalah suatu proses yang dikenakan pada tingkatan organismik atau pad perorangan, sehingga ada tahap-taha yang harus dilalui. Tallent (1992) mengatakan bahwa proses pengiraan (assessment) merupakan interaks ganda dan kompleks. Menurut Tallent(1992), pengiraan terkait dengan empat bidang informasi : a. Alasan untuk pengiraan b. Data kasar c. Kerangka acuan d. Interpretasi, konseptualisasi kasus, dan laporan psikologis. Hal pertama yang hars dilakukan psikolog adalah klarifikasi masalah. Hal ini sangat penting karena rujukan dari ahli lain sering tidak menjelaskan dengan jelas permasalahan yang diajukan. Setelah masalah yang dirujuk jelas psikolog plu memahami hal-ikhwal masalah tersebut. Psikolog perlu menimbangkan tes-tes apa saja yang digunakan dan bagaimna penerapanya pada situasi klien yang dirujuk. Selain itu, psikolog juga perlu tahu kelebihan dan kelemahan tes yang akan

digunakan, termasuk validitas dan reabilitas norma yanng sebaiknya digunakan, serta tata cara administrasinya. Psikolog klinis sebaiknya menilai klien dari perp\spektif sistem atau dengan kata lain melakukan penilaian berdasar pola interaksi, pengarih timbal balik dan hubungan klien dengan orang lain. Jadi, psikolog tidak memberikan evaluasi dengan memberikan label semata. Penilaian berdasarkan pengiraan terpadu merupakan penyajian yang akurat mengenai seorang klien berdasar pengertian mendalam mengenainya. 6. Laporan Rujukan Laporan psikologis adalah hasil akhir seluruh pengiraan mengenai seorang individu, sintesis seluruh data yang diperoleh dari individu tersebut. Sebetulnya tidak ada format khusus mengenai laporan psikologis ini, tetapi secara umum ada pedoman tertentu yang dapat dipakai. Pedoman tersebut antara lain meliputi Tujuan Pengiraan Prosedur pengiraan Latar Belakang Individu Evaluasi Rekomendasi Pengiraan Mikro ke makro Kerumitan manusia sebagai perorangan oleh pengaruh bermiliar faktor yang ada di dalam ataupun di luar tubuhnya. Sistem diluar manusia yang juga merupakan ciptaan manusia yang berupa keluarga,

kelompok, organisasi, masyarakat dan jejaring sosial. Dari sini dapat dilihat bahwa psikolog dapat memeberikan layanan secara makro. Pernyataan Peterson dan Fishman (1987) bahwa pengiraan psikologis tidak hanya diterapkan untuk perorangan tapi juga untuk komunitas. Meskipun menggunakan prosedur yang kemungkinan besar sama. Untuk sistem yang lebih makro cara pengukuranya berbeda. Karena unit analisisnya ada diluar individu, maka pengukuran juga melalui kelompok, organisasi, masyarakat ataupun jaringan sosial. Wawancara, pengamatan, laporn orang lain, diskusi kelompok, analisis jaringab merupakan contoh penggunaan pengiraan untuk unit analisis bagi ciptaan manusia di luar perorangan. Pengkajian ulang atas kesimpulan yang diambil dengan penuh penalaran tersebut diuraikan dengan bahasa yang baik dan benar. Dengan demikian, pengguna akan adapat mengambil keputusan dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai