Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Maksud 1.1.1 Menganalisis dan mengidentifikasi interpretasi geologi berdasarkan steroskop 1.1.2 Menganalisis petrogenesis batuan meliputi lingkungan pengendapan, agen, protolith serta proses terbentuknya batuan metamorf. 1.1.3 Menentukan nama batuan metamorf berdasarkan klasifikasi W.T Huang (1962)

1.2.

Tujuan 1.2.1 Mampu menjelaskan sifat sifat batuan metamorf berdasarkan

kenampakan megaskopisnya 1.2.2 Mampu mengidentifikasi petrogenesis batuan meliputi ,lingkungan pengendapan,agen perubahan, protolith serta proses terbentuknya batuan 1.2.3 Mampu menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi W.T Huang (1962)

1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum 1.3.1 Pelaksanaan ke -1 Hari Tanggal Waktu Tempat : Senin : 31 Mei 2013 : 15.00-16.30 WIB :Ruang 202 Teknik Geologi Universitas Diponegoro

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200C dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200C dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir. Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai: Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa. Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwa-peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.

2.2 Tekstur Batuan Metamorf Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan

awalan blastoatau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.Tekstur metamorf yaitu : 2.2.1Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa. a)Kristaloblastik Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata blastik. a) Relict Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata blasto 2.2.2 Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal a. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral. mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral b. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk anhedral
3

2.2.3 Tekstur berdasarkan ukuran butir Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi : a) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata b) Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

2.3

Struktur Batuan Metamorf 2.3.1 Foliasi Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral mineral pipih sebagai akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral mineral prismatic yang menunjukkan orientasi orientasi tertentu. Dihasilkan oleh proses metamorfisme regional, kataklastik. a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran. b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih. c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung). d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar. 2.3.2 Non-Foliasi Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses

metamorfisme kontak. a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
4

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal. c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus. d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit. e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit. f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus. g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam. h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous. 2.4 Tipe Metamorfosa Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 2.4.1 Metamorfosa regional/ dinamothermal Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga, yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar

samudera(Ocean-floor). a) Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun. b) Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida. c) Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges).Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan

ultrabasa.Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

Gambar 2.1 lokasi dan tipe metamorfosa

2.4.2

Metamorfosa Lokal Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a) Metamorfosa Kontak Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus. b) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith atau pada zona dike. c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan granulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit. d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan

kimia.Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure. e) Metamorfosa Impact Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit.Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah. 2.5 Fasies Metamorfisme Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperature tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antar komposisi kimia dan mineralogi batuan. komposisi batuan tertentu, himpunan mineral yang mencapai keseimbangan selama metamorfisme dibawah kisaran kondisi fisik tertentu, termasuk dalam fasies metamorfisme yang sama

Gambar 2.2 diagram fasies metamorf (suhu vs tekanan)

2.6 Penamaan Batuan Metamorf

Tabel 2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf Menurut W.T Huang (1962)

Tekst ur

Foliasi slaty phylitic Schistos e Schistos e gneiss banding

Komposisi mika kuarsa, mika, klorit kuarsa, mika amphibol, plagioklas feldspar, mika, kuarsa karbon kuarsa, fragmen batuan kalsit

Tipe regional regional

Batuan Asal Mudstone Mudstone

Nama Batuan slate phylite

Foliasi

regional regional

Slate Basalt atau gabro Schist

schist amphibolite

regional kontak atau regional kontak atau regional kontak atau regional kontak atau regional

gneiss

bituminou s coal Conglome rate

anthracite coal metaconglo merate

non foliasi

Limestone

marble

kuarsa

Sandstone

quarzite

Anda mungkin juga menyukai