Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Sampurna Budi Utama A.K. ditunjuk sebagai penyusun modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judul yang sama. Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah Widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan golongan III. Namun mengingat modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai. Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.
ttd
TES FORMATIF ......................................................................................................... KUNCI JAWABAN ..................................................................................................... UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... Lampiran 1 .................................................................................................................... Lampiran 2 ....................................................................................................................
iii
1. PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Singkat Sebagaimana dimaklumi, sebelum 5 April 2003 pelaksanaan pengelolaan negara masih didasarkan pada aturan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan aturan peralihan UUD 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW, Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB). Peraturan-peraturan tersebut dipandang tidak dapat mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian ketentuan perundangan tersebut tidak lagi dilaksanakan. Dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan keuangan yang berkesinambungan sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara serta menghilangkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara sebagai akibat dari peraturan perundangan warisan kolonial Hindia Belanda, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan seperangkat undang-undang berkaitan dengan keuangan negara, yang diawali dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UUKN) yang disahkan pada tanggal 5 April 2003 dan sejak diundangkannya. Perubahan mendasar atau hal-hal baru yang diatur dalam UU No. 17/2003 tersebut meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan negara, kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden RI kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD,
Selamat belajar ^^
kepemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan negara menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip sebagaimana telah dirumuskan dalam Bab VI UUD 1945, selain asas-asas yang mendukung kepemerintahan yang baik yang terdapat dalam PP 101/2000, yaitu profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. d. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara Berdasarkan UUKN, presiden adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam melaksanakan mandat UUKN, fungsi pemegang kekuasaan umum atas pengelolaan keuangan negara tersebut dijalankan dalam bentuk:
10
11
12
4 A
PASAR UANG/MODAL
B 1
PERUSAHAAN
PASAR PRODUK
7 9 7
KEUANGAN NEGARA
10 11
8 9
Gambar 1: Keuangan Negara dalam Ekonomi (Diadaptasi dari The Public Sector in the Economy, Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave). Garis yang tidak terputus-putus pada gambar di atas menunjukkan arus pendapatan dan pengeluaran dalam sektor swasta, garis yang terputus-putus menunjukkan arus pada sektor publik. Dari gambar di atas dapat ditunjukkan bahwa sektor publik (keuangan negara) terkait dengan: pengeluaran pemerintah untuk perolehan faktor-faktor produksi (garis 2), produk dari perusahaan-perusahaan swasta (garis 7), subsidi kepada masyarakat (garis 8); penerimaan pemerintah diperoleh dari pajak (garis 9) dan pinjaman pemerintah (garis 10); pemerintah menyelenggarakan jasa-jasa kepada masyarakat dari pengeluaran yang dilakukannya (garis 11); Dengan demikian, tampaklah bahwa keuangan negara merupakan bagian integral dari ekonomi dan saling berinteraksi dengan sektor swasta. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan negara dewasa ini terutama bagaimana seharusnya pengelolaan tersebut dilakukan agar daya
13
14
15
16
17
18
Sudah pahamkah Anda tentang pengertian keuangan negara serta ruang lingkupnya? Jika sudah, mari kita lanjutkan ke kegiatan belajar 2
19
20
21
22
DPR
Pembahasan RKA-KL
Pembahasan RAPBN
UUAPBN
KABINET/ PRESIDEN
Kementerian Perencanaan
SEB Prioritas Program dan Indikasi Pagu SE Pagu Sementara
Penelaahan Konsistensi dengan RKP Lampiran RAPBN (Himpunan RKAKL) Penelaahan Konsistensi dgn Prioritas Anggaran
Kementerian Keuangan
Pengesahan
Renstra KL
Rancangan Renja KL
RKA-KL
Gambar 2: Diagram Proses Penyusunan RKA-KL (diolah dari PP No. 21/2004). 3.2 . Rangkuman Kebijakan fiskal adalah perubahan yang disengaja dalam pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi nasional, seperti penurunan tingkat pengangguran, stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, atau perbaikan neraca pembayaran. Lingkup kebijakan fiskal meliputi penerimaan, pengeluaran, dan pinjaman pemerintah. Pengelola fiskal di Indonesia adalah Menteri Keuangan. Selain sebagai pengelola kebijakan fiskal menteri keuangan juga menyusun kerangka ekonomi makro, seperti yang diamanatkan dalam UUKN. Pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro yang disusun berdasarkan target-target fiskal yang tercantum dalam kerangka pengeluaran jangka menengah. Target utama kebijakan fiskal adalah tidak terjadinya defisit anggaran sebagai ukuran keuangan negara yang sustainable.
23
Pengelolaan Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro? Kalau sudah mari kita
lanjutkan ke kegiatan belajar 3
24
25
26
Negara/Lembaga disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juni. Kementerian Perencanaan akan menelaah kesesuaian antara Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan dengan Rencanan Kerja Pemerintah. Sementara Kementerian Keuangan akan menelaah kesesuaian antara Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan dengan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah ditetapkan. (d) Penyusunan Anggaran Belanja Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan menjadi dasar penyusunan anggaran belanja negara. Belanja negara disusun menurut asas bruto di mana masing-masing kementerian negara/lembaga selain harus mencantumkan rencana jumlah pengeluaran,
27
28
29
Dalam rangka menertibkan administrasi penerimaan dan pengeluaran negara telah ditetapkan Inpres Nomor 4 Tahun 2004 tentang Penertiban Rekening Departemen dan Lembaga Non Departemen. Usaha pemantapan dan penertiban penerimaan dan pengeluaran negara tersebut kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara melalui penerapan sistem kas tunggal (treasury single account), di mana semua rekening pemerintah berada di satu otoritas, yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah dan dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah tersebut Menteri Keuangan membuka rekening kas umum negara (Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan). 4) Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN Pengawasan atas pelaksanaan UU APBN dilakukan baik secara intern maupun secara ekstern. Pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh BPKP, Itjen masing-masing kementerian, sedangkan menurut UndangUndang Dasar 1945 Pasal 23E menyatakan lembaga pengawasan ekstern pemerintah adalah BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri. BPK mengadakan pemeriksaan/pengawasan atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan pembukuan uang, barang, piutang/kekayaan dan hutang negara. BPK diberi wewenang untuk memeriksa pemerintah tetapi bukan berarti BPK lebih tinggi kedudukannya dari presiden, karena BPK tidak mempunyai wewenang lanjutan atas temuan pemeriksaan yang dilaksanakannya. BPK hanya diwajibkan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD dan DPRD untuk ditindaklanjuti sesuai dengan undangundang. BPK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. fungsi operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan atas tanggungjawab keuangan negara dan pelaksanaan APBN;
30
31
32
mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK atas pelaksanaan APBN pada unit organisasi kementerian/lembaga pemerintahan non departemen (LPND) diserahkan kepada menteri/kepala lembaga bersangkutan segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. LHP Pemeriksaan Keuangan akan menghasilkan opini. LHP Pemeriksaan Kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sementara LHP pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. LHP yang telah disampaikan kepada menteri/kepala lembaga, selanjutnya diproses lebih lanjut oleh menteri yang bersangkutan. LHP tersebut akan digunakan untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statement) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR. Setelah melalui mekanisme tertentu yang disebut pemutakhiran data antara menteri dan anggota badan, laporan yang mencakup seluruh hasil pemeriksaan badan dalam semester tertentu itu kemudian dihimpun dalam Buku Hasil Pemeriksaan Semester Badan (HAPSEM). Hasil Pemeriksaan Semester Badan atas kementerian/LPND selanjutnya diserahkan kepada DPR RI dan penyampaiannya kepada DPR RI dilakukan dalam Rapat Paripurna DPR RI. Selain itu pemerintah membuat laporan semesteran kepada DPR yang mencantumkan prospek keuangan untuk semester berikutnya, hal ini diberlakukan agar DPR mengetahui agar bila pada semester selanjutnya terdapat kenaikan anggaran, sehingga DPR dapat mengantisipasi kemungkinan Anggaran Belanja Tambahan untuk semester berikutnya. Laporan semesteran pemerintah kepada DPR juga dimaksudkan untuk menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan anggaran tahun berjalan. Apabila dianggap perlu bersama laporan tahunan sementara ini disertai RUU
33
34
35
36
37
38
39
Adapun struktur dan format anggaran terpadu yang berlaku saat ini disajikan dalam lampiran 1. Penerapan anggaran terpadu dan reklasifikasi belanja negara bertujuan untuk: 1) menghilangkan duplikasi anggaran yang disebabkan tidak jelasnya pemisahan antara kegiatan operasional dengan proyek, terutama proyek non fisik;
40
41
Sudah pahamkah Anda tentang APBN? Anda telah menyelesaikan Modul ini, mari kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan menyelesaikan tes formatif
42
43
44
11. RUU APBN menjadi UU APBN setelah: (1) Disetujui oleh DPR (2) Dibahas oleh DPR (3) Disahkan oleh DPR (4) Disahkan oleh BPK 12. Proses penetapan RUU APBN menjadi UU APBN melalui beberapa tahap yaitu: (1) Pidato presiden di depan Rapat Paripurna DPR mengenai pengantar RUU APBN (2) Pemandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR (3) Pembahasan oleh Rapat Komisi DPR (4) Persetujuan DPR atas RUU APBN 13. Baik Itjen maupun BPKP melakukan pemeriksaan/pengawasan atas berbagai hal yang bertalian dengan pelaksanaan UU APBN antara lain mengenai: (1) Kekayaan negara (2) Inventaris negara (3) Utang negara (4) Pegawai negeri sipil 14. Dalam laporan semesteran kepada DPR antara lain perlu dicantumkan prospek keuangan pada semester berikutnya. Prospek demikian sangat berguna bagi DPR untuk: (1) Mengetahui apakah pemerintah telah mengadakan perhitungan dengan benar (2) Mengantisipasi kemungkinan adanya anggaran belanja tambahan (3) Memberikan petunjuk kepada pemerintah (4) Mengetahui apakah perencanaan anggaran dilakukan secara matang
45
15. Dalam praktek, laporan keuangan disiapkan oleh pemerintah: (1) Berdasarkan permintaan DPR (2) Berdasarkan realisasi pelaksanaan UU APBN (3) Mengacu kepada saran dan hasil perhitungan BPKP (4) Setelah tahun anggaran berakhir
Berikan tanda lingkaran pada huruf B bila pernyataan tersebut menurut Anda Benar dan pada huruf S bila pernyataan tersebut Salah. 16. B S Pada tahun 1969/1970 sampai 1973/1974 penerimaan negara yang utama adalah hasil penerimaan negara penerimaan minyak bumi karena sumber penghasilan lainnya masih belum banyak dikembangkan. 17. B S Mulai tahun 1984/1985 penerimaan minyak bumi walaupun telah ditambah penerimaan gas alam, tidak lagi merupakan tulang punggung penerimaan negara karena cadangan minyak sudah mulai berkurang. 18. B S Sebelum diadakannya perubahan perundangan perpajakan pada tahun 1983 beban pajak dirasakan berat oleh masyarakat karena memang peraturan pajak sebagian didasarkan pada peraturan perpajakan pada zaman kolonial yang hanya memperhatikan kepentingan pihak penjajah. 19. B S Setelah diadakan perubahan perundang-undangan perpajakan maka pajak merupakan pembayaran kepada pemerintah sebagai wujud pengabdian kenegaraan para wajib pajak guna pembiayaan negara dan pembangunan nasional. 20. B S Kebijaksanaan pemerintah di sektor perminyakan antara lain ditujukan untuk menjamin kebutuhan masyarakat atas bahan bakar minyak.
46
1. B 2. C 3. A 4. C 5. D
6. A 7. D 8. C 9. D 10.C
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT. Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini. Hitung jawaban anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi pengelolaan fiskal, APBN, dan administrasi penerimaan negara. TP = Jumlah jawaban yang benar Jumlah keseluruhan soal
X
100 %
Apabila tingkat pemahan Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mancapai : 91 % 81 % 71 % 61 % s.d. s.d. s.d. s.d. 100 % 90,99 % 80,99 % 70,99 % : : : : Amat baik Baik Cukup Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori Baik), Anda disarankan mengulang materi.
Anda tidak perlu cemas! Betul atau salah itu tidak penting! Yang penting, anda dapat belajar dari kesalahan!
47
DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR Kelompok Kerja Badan Analisa Fiskal dan JICA. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Fiskal. Jakarta: Badan Analisa Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008. M, Suparmoko. 1992. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:BPFE. Ministry of Finance. 2003. Blue Print of Ministry of Finance Reorganitation. Jakarta. Musgrave, Richard A., dan Peggy B.Musgrave. 1981. Public Finance In Theory and Practice. Singapore:Singapore Nation Printer. Nazier, Daeng M. Teknologi Informasi untuk Menunjang Penetapan Kebijakan Fiskal, dalam Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Subiyantoro, Heru dan Singgih Riphat. 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta:Kompas. Ulbrich, Holley. 2003. Public Finance in Theory and Practice. South-Western:Thompson.
PERATURAN Keppres RI Nomor 42 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa dan penjelasannya. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah.
48
Lampiran 1.
FORMAT LAMA Klasifikasi Jenis Belanja
Dual Budgeting. Belanja Pemerintah Pusat terdiri 6 jenis belanja (termasuk belanja pembangunan).
Klasifikasi Organisasi
Tidak
tercantum
Daftar
organisasi
pengguna
Keuangan dan UU APBN tetapi hanya tercantum dalam buku satuan tiga yang ditetapkan dengan Keppres.
anggaran belanja negara tercantum dalam Nota Keuangan dan UU APBN. Jumlah Kementerian disesuaikan Negara/Lembaga dengan yang ada.
Klasifikasi Sektor
Klasifikasi Fungsi
Terdiri dari 11 fungsi dan 79 subfungsi. Program dikompilasi pada masing-masing Negara/Lembaga sesuai program dengan telah
Kementerian fungsinya.
program
antara
Nama-nama
Dasar Alokasi
anggaran
berdasarkan Negara/
Kementerian
49
Lampiran 2.
Perbandingan Format APBN Lama dan Format APBN Baru
Format lama A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Pengeluaran Rutin a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang c. Pembayaran Hutang d. Subsidi e. Pengeluaran Lainnya 2. Pengeluaran Pembangunan II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit E. Pembiayaan C. D. E. A. Format baru Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak II. Penerimaan Hibah Belanja Negara Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran bunga utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-lain II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian I. Keseimbangan Primer Surplus/Defisit Pembiayaan
B.
50