Pembimbing : dr. Budi Nur Cahyani,Sp A Disusun Oleh : Dyah Anugrah Kirana
LATAR BELAKANG
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam tifoid bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.
Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype Typhi (S typhi).
Penyakit endemik di Indonesia. Terrtinggi terjadi pada usia 1-4 tahun. Kematian lebih tinggi pada bayi, orang tua dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit khas disertai komplikasi hingga kematian.
TUJUAN
mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis, penatalaksanaan di rumah sakit, dan pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Thypoid
MANFAAT
membantu tenaga medis untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan penatalaksanaan di rumah sakit, dan pengelolaan secara komprehensif dan holistik pada pasien dengan Demam Thypoid
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
An. I.M, perempuan, 12 tahun Alm.Tn. A.S, 40 thn.
Panas naik-turun
KELUHAN UTAMA:
KELUHAN TAMBAHAN: Pusing, batuk, nyeri perut di ulu hati, mual, muntah, mencret, dan tenggorokan pahit
Panas tinggi mendadak hingga 39C, naik-turun Pusing (+) Sakit perut terutama di ulu hati mual (+), muntah (+) Ma<<,mi (+)
Kel tetap BAB (+) mencret (cair,ampas(+)) Batuk (+) Tenggorokan pahit
3 hari SMRS
Panas tinggi Tenggorokan pahit mual (+), muntah (+), Nafsu makan <<
20 September 2013 IGD 07.30
Masuk RS
Riwayat Penyakit Dahulu 4 tahun yll pasien pernah sakit demam seperti ini diagnosis demam tifoid. Pernah batuk dan pilek cepat sembuh
Ayah meninggal Ibu sebagai wirausaha kecilkecilan. anak belum mandiri Biaya kehidupan mendapat bantuan dari sanak saudara Biaya Pengobatan Jamkesmas Kesan : Tingkat sosial ekonomi kurang.
Riwayat perinatal
Pemeliharaan Perinatal Periksa kandungan : Rutin di bidan, TT (1x) Penyakit kehamilan: (-), perdarahan selama kehamilan (-), trauma(-), minum obat tanpa resep (-) Riwayat Kelahiran Lahir di Puskesmas :
Ditolong oleh: bidan Lama dalam kandungan : aterm Jenis partus spontan :
Pemeriksaan Post Natal Periksa : di Posyandu Keadaan anak : sehat Imunisasi lngkp :
BB waktu lahir: 3000 gr PB waktu lahir: 50cm Anak ke satu dari dua bersaudara.
Duduk
: ibu lupa
: ibu lupa : 13 bln : 12 bln
Berlari
: ibu lupa
Saat ini anak berusia 12 tahun, anak sudah bersekolah kelas 1 SMP dan mempunyai banyak teman. Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur
BCG
: 1 x (usia 2 bulan), scar (+) di lengan kanan atas Hepatitis: 4 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa) Polio : 4 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa) DPT : 3 x (ibu lupa diberikan pada usia berapa) Campak : 1 x ( diberikan saat pasien usia 9 bulan )
Frekuensi 3x sehari @ 1 piring 2x sehari porsi tidak teratur Frekuensi dan porsi tidak teratur 1x sehari, porsi tidak teratur
Ikan
Sayur Buah
Susu
Pemeriksaan Fisik
20 September 2013
STATUS UMUM KEADAAN UMUM KESADARAN
compos mentis
STATUS GENERALIS
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), isokor ( 3mm), mata cowong (-/-)
bibir kering (-), lidah kotor (+), lidah tremor(-), pernapasa n mulut (-)
pergerak an dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi simetris, retraksi dinding dada (-), ICS tidak melebar
Pulmo Inspeksi: simetris, retraksi (-) Palpasi : nyeri tekan Perkusi : sonor seluruh lapangan paru Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+ di seluruh lapangan paru suara tambahan -/-
Cor Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS, tidak kuat angkat, dan tidak melebar
Inspeksi : Datar, Auskultasi : Bising usus (+) N Perkusi : timpani seluruh kuadran Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium
Perkusi :
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS Batas atas : SIC II LPS sinistra Batas kanan : SIC II LPS dextra Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Anggota Gerak
Superior
Sianosis Edema Akral dingin Pelebaran vena Capillary refill time Refleks fisiologis Refleks patologis Papul multipel dengan krusta -/-/-/-/< 2/ < 2 + N/+N -/+/+
Inferior
-/-/-/-/< 2/ < 2 + N/+N -/+/+
STATUS GIZI
Status Gizi Antropometri NCHS WHO Perempuan , umur 12 tahun BB = 45kg, TB = 150 cm WAZ : 0,105 HAZ : - 1,1 BMI: 20
S Typhi H
S Typhi O
1/400
1/400
SGOT
SGPT
41
10
3-45
0-35
DAFTAR MASALAH
No
Masalah aktif
Tanggal
No
Masalah Pasif
Tanggal
Demam, pusing
20-10-2013
Sering jajan
sembarangan
2-9-2013
20-10-2013
2-9-2013
3 4 5 6 7
Lidah kotor Makan << Nyeri ulu hati Widal test +, NT (+),lidah kotor (+) Mual,muntah
DIAGNOSA SEMENTARA
Obs. Febris 5 hari DD : Demam Thypoid DHF Malaria
INITIAL PLAN
Ip Tx :
Ip Dx : Subyektif : demam Obyektif : demam 39,2o C, lidah kotor, widal test + Inf RL 28 tpm Inj ceftriaxon 1 x 1gr
Paracetamol 3x500 mg
Inj.Ranitidin 3x1amp Inj Dexamethason 3x1 amp
Ip Ex
-Memberitahu kepada orangtua mengenai kondisi anak dan pemeriksaan yang akan dilakukan Diet rendah serat Menjaga kebersihan diri Istirahat cukup
PROGNOSA
Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad fungsionam : ad bonam : Dubia ad bonam : ad bonam
Follow UP
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi pada usus halus (terutama didaerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
ETIOLOGI
O Salmonella typhi H Vi
Tdk menybar
menyebar kapsul
MANIFESTASI KLINIS
Coated tongue
Rose spot
PATOFISIOLOGI
LABORATORIS
Kultur merupakan gold emas namun sensitifitasnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Negatif palsu Deteksi S. terjadi bila jumlah spesimen sedikit atau telah mendapat Typhi pengobatan antibiotik.
Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif, sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat beberapa zat yang dapat menghambat reaksi Ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens. S.typhi memiliki beberapa antigen O dan H yang sama dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak spesifik.
Tes Widal
TATALAKSANA
Kloramphenicol 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Max 2g/hari
Hari pertama setengah dosis dulu, kalau diberi dosis penuh maka kuman banyak yang mati lalu endotoksin meningkat dan demam bertambah tinggi.
LANJUTAN
Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara oral atau suntikan IV selama 14 hari.
Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih lama.
Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg + sulphametoxazole 400 mg); dengan dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian
Seftriakson
Sefiksim
Terapi NON-Medikamentosa
Tirah baring
Pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung bahan atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna.
PROGNOSA
Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad fungsionam : ad bonam : Dubia ad bonam : ad bonam
KESIMPULAN
Penatalaksanaan yang dilakukan telah tepat dan sesuai dengan kepustakaan yang ada. Karena itu untuk prognosis pada pasien ini yang dirasa tepat adalah dubia ad bonam