Anda di halaman 1dari 9

KERATITIS

Prasetya Wibisono 2009-060-069

DEFINISI Infeksi pada kornea yg biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yg terkena. Keratitis superfisialis mengenai lapisan epitel / Bowman Keratitis profunda / interstisialis mengenai lapisan stroma Keratitis pungtata keratitis yg berkumpul di daerah bowman dengan infiltrate berbentuk bercak2 halus. Biasa pada herpes simpleks, zoster, infeksi virus, vaksinia, trakoma, dry eye, dll Keratitis marginal infiltrate yg tertimbun pada tepi kornea sejajar limbus Keratitis interstitial keratitis nonsupuratif profunda dengan neovaskularisasi

KERATITIS SUPERFISIALIS Keratitis Herpes Simpleks Etio : Disebabkan karna Virus Herpes Simpleks Epidemi : terjadi spanjang tahun, laki2 2x lebih banyak dari wanita Pathogenesis Masa inkubasi 2 hari 2 minggu Dibagi atas 2 bentuk : epithelial dan stromal Epithelial jika virus bertumbuh di jar epitel dan merusak sel serta membentuk tukak kornea superficial Stromal jika terjadi reaksi antigen-antibodi terhadap virus dan menarik sel radang kedalam stroma. Proteolitik sel radang merusak virus dan jaringan skitar Manifestasi klinis Konjungtivitis folikularis akuta => radang konjungtiva dengan adanya folikel2 Blefaritis vesikuler yg ulseratif => radang kelopak mata karena kerusakan vesikuler Pembengkakan kelenjar limfa regional Biasanya sembuh sendiri kecuali imun yg rendah bisa menyerang stroma

Gambaran KHAS di kornea bentuk dendritik Subyektif : kelopak mata sedikit bengkak, mata berair, palpebra mudah lecet jika sering diusap

Obyektif : iritasi ringan, sedikit merah, berair dan unilateral Serangan berulang : menjadi keratitis stroma dengan uveitis (pembengkakan lap tengah mata) lesi disformis / bentuk lain yg disebut keratitis meta-herpetika, keluhannya silau, mata berair, penglihatan kabur

Diagnosis KHAS : dendritik, tidak perlu pmeriksaan lain. Jika gambaran ga spesifik lihat infeksi yg relative tenang, peradangan ga berat, ada riwayat obat yg menurunkan resistensi kornea : anestesi local, kortikosteroid, imunosupresif Kultur virus dr epitel / stroma

DD : keratitis zoster, vaksinia dan keratitis stafilokokus Terapi Epitel : menyerang virus, stromal : menyerang virus dan reaksi radang Antivirus topical : IDU (Idoksuridin) 1% tdk lebih dr 2 minggu, Acyclovir salep 3% ES lebih ringan Kauterisasi asam karbolat / lar. Yodium menghancurkan sel2 rusak dan mencegah perluasan NSAID utk radang tnp ES imunosupresif

Keratitis Herpes Zoster Etio : virus varicella zoster Pathogenesis Menyerang saraf V (trigeminus), VII (fasialis), VIII (vestibulokoklear). Pada trigeminus menyerang ganglion Gasseri dan mengganggu cabang oftalmikus (N.V1) Inkubasi 7 12 hari, aktif 1 minggu, resolusi 2 minggu

Cabang oftalmik terkena : pembengkakan daerah dahi, alis dan kelopak mata dengan kemerahan dengan vesikel, biasa ada supurasi dan jika pecah menjadi sikatrik

Cabang nasosiliar : vesikel di hidung dan kornea Tidak melewati garis median kepala

Manifestasi klinis Demam, malaise, rasa nyeri bulanan hingga tahunan. Subyektif : rasa nyeri dengan edema kulit yg kemerahan di dahi, alis dan kelopak mata atas dengan adanya vesikel. Obyektif : erupsi kulit di daerah persarafan cabang oftalmikus, unilateral tdk melewati garis median. fisura palpebra menyempit jika kelopak bengkak. Jika cabang nasosiliar maka erupsi pada daerah hidung dan fisura palpebra tertutup rapat. Jika kornea / jar lebih dalam terkena maka timbul lakrimasi, mata silau dan sakit. Bercak2 putih kecil tersebar di epitel kornea Iridosiklitis (peradangan iris) sinekia iris (perlekatan iris ke struktur yg berdekatan karna eksudat fibrin dan pigmen) glaucoma sekunder karena menutupi celah kamera dan sudut bilik mata menyempit (iris bombe) Diagnosis Terapi Acyclovir oral dan topical Obat neurotopik, peningkat imun, vit C dosis tinggi KHAS : erupsi kulit tidak melewati garis median Pembengkakan kelenjar preaurikuler sesuai sisi cabang oftalmikus yg terkena

Keratitis Flikten (Alergi) Etio : TBC (tuberkulo-protein), staph. Aureus & koksidiodes imiitis (dugaan) Pathogenesis Flikten : benjolan putih kekuningan diameter 2-3 mm pada lmbus berjumlah 1 / lebih. Terjadi penimbunan sel limfoid dan ditemukan sel eosinofil yg cenderung menyerang kornea (reaksi imun).

Rekuren pada anak2 kurang gizi dengan TBC sistemik bisa tukak kornea

Manifestasi klinis Konjungtiva hiperemis dan kesan kurang air mata Subyektif : ada benjolan putih kemerahan dipinggiran mata. Jika kornea kena maka mata berair, silau, sakit dan penglihatan kabur Obyektif : benjolan putih kekuningan pada daerah limbus yg dikelilingi daerah konjungtiva yg hiperemis Jika kornea terkena : infiltrate dan neovaskulerisasi. Gambaran KHASnya terbentuk papula dan pustule pada kornea/ konjungtiva maka disebut kerato-konjungtivitis flikten. Pada anak gizi buruk : berkembang menjadi tukak kornea karena infeksi sekunder Penyembuhan menjadi jar. parut dengan neovaskularisasi kornea

Diagnosis : gambaran KHAS kerato-konjungtivitis Terapi Kortikosteroid topical, tidak oral jika ada TBC Tukak kornea berikan antibiotic topical dan oral

Keratitis Sika Diakibatkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimal dan atau sel goblet yg disebabkan oleh : 1. Defisiensi kelenjar air mata : sindrom Syogren (autoimun kelenjar eksokrin air mata & liur), sindrom Riley Day / Familial Dysautonomia (gangguan herediter pentumbuhan saraf seluruh tubuh, salah satunya mata menjadi kering), tumor kelenjar air mata, obat diuretic, penggunaan atropine yg lama (penurun aktivitas parasimpatis), usia lanjut 2. Defisiensi komponen lemak dari air mata : blefaritis menahun, pembedahan kelopak mata 3. Defisiensi komponen mucin : sindrom Steven Johnson, trauma kimia, defisiensi vit A, peny yg menyebabkan cacat konjungtiva 4. Penguapan air mata berlebihan : keratitis karena lagoftalmos, lingkungan panas & kering 5. Parut pada kornea / rusaknya mikrovili kornea : pasca trauma kimia

Manifestasi Klinis Subyektif : tergantung dari kelainan korneanya. Jika belum ada kerusakan kornea maka keluhannya mata pedih, kering dan berpasir atau disbut sindrom dry eye. Jika kornea rusak ditambah silau, sakit, berair dan kabur. Obyektif : pada dry eye kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea menghilang. Test Schirmer (test banyaknya air mata, 15mm dlm 5mnt normal) berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear break up time berkurang, sukar menggerakan kelopak mata Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa / pungtata. Kerusakan lebih lanjut terjadi ulkus kornea dgn komplikasinya. Diagnosis Test schirmer : < 10mm / 5 mnt Tes zat warna Rose Bengal konjungtiva : konjungtiva berwarna titik merah karena jar yg mati menyerap warna Tear film break up time : waktu antara kedip lengkap hingga timbul bercak kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah 15-20 detik, tidak pernah < 10dtk Terapi Jika air mata kurang berikan air mata tiruan, bila komponen lemak / mukus berkurang berikan lensa kontak Penutupan pungtum lakrima jika penguapan berlebihan

Keratitis Lepra Etio : penyakit lepra Patogenesis Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan oleh kerusakan saraf kornea oleh mikobakterium lepra Terjadi ektropion dan lagoftalmos (mata ga bs ketutup) serta anestesi kornea sehingga menyebabkan exposure keratitis Pada daerah endemic, sering disertai adanya penyakit trakoma yang menyebabkan entropion dan trikiasis (bulu mata mengarah ke bola mata)

Denervasi (saraf terhambat) kelenjar lakrima akan menyebabkan sindrom dry eye Saraf kornea membesar dan bengkak disertai bintil2 dalam benang (bead on a string) PATOGNOMONIK infeksi lepra / indikasi infeksi sistemik

Penularan dari sal pernapasan

Manifestasi Klinis Subyektif : bukan karena keratitisnya tapi ada pembengkakan yg kemerahan pada palpera serta tanda2 lain di tubuh selain mata Obyektif : keratitis avaskular berupa lesi pingtata berwarna putih seperti kapur yg secara perlahan batasnya akan kabur dan sekelilingnya menjadi seperti kabut. Lesi akan menyatu dengan lesi di sebelahnya dan menyebabkan kekeruhan sub epithelial seperti nebula. Dalam nebula terdapat seperti deposit kalsium dan sering disertai destruksi membrane Bowman. Fase lanjut terjadi neovaskularisasi superficial yg disebut pannus lepromatosa Diagnosis Terapi Berikan dapsone dan rifampisin utk mycobacterium lepra Koreksi pembedahan jika terdapat deformitas palpebrayg dapat merusak kornea KHAS : pembengkakan saraf kornea disertai bead on a string Gambaran klinis bagian tubuh lain

Keratitis Nummularis Ditandai dengan infiltrate bundar (kepingan uang logam) berkelompok dan tepinya tegas. Berjalan lambat, sering unilateral dan didapat pada petani sawah. Diduga virus Manifestasi klinis Subyektif : silau / fotofobia Obyektif : mata yg terserang tampak kemerahan karena injeksi siliar, disertai lakrimasi Infiltrate multiple dan bundar terdapat di lapisan kornea bagian superficial dan tidak menyebabkan ulserasi

Terapi: Kortikosteroid local utk menghilangkan tanda2 radang dan lakrimasi

Keratitis Vaksinia Disebabkan oleh komplikasi imunisasi variola Dapat mengenai kelopak mata Pemberian gamma globulin IM utk mencegah terkena kornea Pencegahan infeksi sekunder bakteri merupakan upaya paling penting Jika kornea sudah terkena gamma globulin tidak boleh diberikan karena meningkatkan reaksi antigen-antibodi yg menambah infiltrate

KERATITIS PROFUNDA Keratitis Interstisial Luetik Merupakan manifestasi lanjut sifilis congenital pada anak 5 15 th Suatu reaksi imun terhadap treponema palidum karena kuman tidak ada di kornea pada fase akut. Peradangan berupa edema, infiltrasi limfosit, vaskularisasi stroma Merupakan self limiting.

Manifestasi Klinis Subyektif : sakit, silau dan kabur pada fase akut Obyektif : merupakan bagian dari TRIAS HUTCHINGSON yaitu : keratitis interstisial, gangguan pendengaran sampai tuli, kelainan pada gigi seri atas (hutchingsons teeth) Fase akut : infiltrasi stroma berupa bercak2 yg dapat mengenai seluruh kornea dan menyebabkan kekeruhan seperti kaca susu Pembuluh darah a. siliaris anterior masuk stroma pada smua kuadaran secara radial ke sentral kornea yg keruh. Tepi kornea merah dgn tengahnya merah keabuan, disebut bercak salmon

Bbrp minggu radang akan menjadi tenang, kornea bening lagi, pembuluh darah yg masuk kornea menjadi kecil dan kosong (ghost-vessel). Iritasi menghilang dan ketajaman mata membaik. Ditemukan kekeruhan yg radial di kornea karena penjernihan berlangsung lama

Pada kasus parah kornea tetap menebaldan gelatinous Pada fase perandangan aktif jaringan uvea anterior ikut kena menjadi uveitis granulomatosa dan koroiditis dengan kekeruhan badan kaca.

Diagnosis Terapi Sembuh sendiri Penisilin utk sifilis sistemik tp tidak banyak pengaruh pada peradangan mata Kortikosteroid topical / sulfa atropine / skopolamin utk mencegah perlekatan iris jika terjadi uveitis Adanya Trias Hutchingson dengan adanya saddle nose, penonjolan os frontal Reaksi serologi (STS) (+)

Keratitis Sklerotikans (sklero-keratitis) Peradangan kornea dan sclera unilateral dengan infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sclera dan kornea. Tidak diketahui penyebabnya

Manifestasi Klinis Kekeruhan kornea local berbentuk segitiga dengan puncak menuju kearah kornea bagian sentral. Jika berulang2 maka kekeruhan dapat mengenai seluruh kornea. Subyektif : sakit, fotofobia tidak ada secret Obyektif : kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral, kornea terlihat putih menyerupai sclera, dapat disertai iritis non granulomatosa Terapi Tidak ada pengobatan spesifik Kortikosteroid dan NSAID utk skleritis, jika ada iritis ditambah atropine topical

Keratitis Jamur Etio : Fusarium, Cephalocepharium, Curvularia Pathogenesis Karena trauma kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh2an Hifa jamur masuk ke stroma secara parallel dan dapat menyebar ke kamera okuli anterior Manifestasi Klinis Keluhan timbul 5 hari 3 minggu pasca trauma Sakit mata hebat, berair dan silau Terlihat infiltrate yg berhifa dan satelit bila terletak dalam stroma. Adanya cincin endotel dengan plak yg bercabang2 dan lipatan descement Reaksi radang karena mikotoksin, enzim proteolitik dan antigen jamur. Dapat menyebabkan nekrosis kornea, respon antibody dengan formasi cincin imun, hipopion dan uveitis berat Diagnosis : Pemeriksaan KOH 10% kerokan kornea menunjukkan adanya hifa Terapi Natamisin 5% / miconazole / amfoterisin / nistatin tiap 1 2 jam Sikloplegik dan antiglaukoma oral jika ada peningkatan tek intraocular Keratoplasti jika tidak berhasil

Anda mungkin juga menyukai