Anda di halaman 1dari 10

EKONOMI KERAKYATAN DAN NEOLIBERALISME

Oleh : Imam Santosa

Ekonomirakyattumbuhsecaranaturalkarena adanya sejumlah potensi ekonomi disekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya insentif artifisial apapun, atau dengan kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan kelimpahan sumberdayaalam,sumberdayamanusia,sertapeluang pasar.Perludipahamibahwadalamruangekonomi nasional pun terdapat sejumlah aktor ekonomi (konglomerat) dengan bentuk usaha yang kontras denganapayangdiragakanolehsebagianbesarpelaku ekonomi rakyat. Memiliki modal yang besar, mempunyaiaksespasaryangluas,menguasaiusaha darihulukehilir,menguasaiteknologiproduksidan menejemen usaha modern. Kenapa mereka tidak digolongkan juga dalam ekonomi kerakyatan?. Karena jumlahnya hanya sedikit sehingga tidak merupakanrepresentasidarikondisiekonomirakyat yang sebenarnya.Atau dengan kata lain, usaha ekonomi yang diragakan bernilai ekstrim terhadap totalitas ekonomi nasional. Golonganyangkeduainibiasanya(walaupun tidak semua) lebih banyak tumbuh karena mampu membangunpartnerusahayangbaikdenganpenguasa sehingga memperoleh berbagai bentuk kemudahan usahadaninsentifsertaproteksibisnis.Merekalahir dan berkembang dalam suatu sistem ekonomi yang selamainilebihmenekankanpadaperannegarayang dikukuhkan (salah satunya) melalui pengontrolan perusahan swasta dengan rezim insentif yang memihak serta membangun hubungan istimewa dengan pengusahapengusaha yang besar yang melahirkanpraktikpraktikantipersaingan.

Lahirnya sejumlah pengusaha besar (konglomerat)yangbukanmerupakanhasilderivasi dari kemampuan menejemen bisnis yang baik menyebabkan fondasi ekonomi nasional yang dibangun berstruktur rapuh terhadap persaingan pasar.Merekatidakbisadiandalkanuntukmenopang perekonomiannasionaldalamsistemekonomipasar. Padahalekonomipasardiperlukanuntukmenentukan harga yang tepat (price right) untuk menentukan posisi tawarmenawar yang imbang. Saya perlu menggaris bawahi bahwa yang patut mendapat kesalahanterhadapkegagalanpembangunanekonomi nasionalselamaregimordebaruadalahimplementasi kebijakanpembangunanekonominasionalyangtidak tepat dalam sistem ekonomi pasar, bukan ekonomi pasaritusendiri. Dalam pemahaman seperti ini, saya merasa kurang memiliki justifikasi empirik untuk mempertanyakankembalisistemekonomipasar,lalu mencari suatu sistem dan paradigma baru di luar sistem ekonomi pasar untuk dirujuk dalam pembangunan ekonomi nasional. Dunia pasar AdamSmithadalahsuatuduniayangindahdanadil untukdibayangkan.Tapisayangnyasangatsulituntuk diacuuntukmencapaikeseimbangandalamtatanan perekonomiannasional.Karenakonseppasaryang disodorkan oleh Adam Smit sesungguhnya tidak pernah ada dan tidak pernah akan ada. Namun demikiantidak harus diartikanbahwa konseppasar Adam Smith yang relatif bersifat utopis ini harus diabaikan.

Imam Santoso : adalah Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Unwidha Klaten

88

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

Persepektif yang perlu dianut adalah bahwa keindahan,keadilandankeseimbanganyangdibangun melalui mekanisme pasarnyaAdam Smith adalah sesuatu yang harus diakui keberadaannya, minimal telah dibuktikanmelalui suatu reviewteoritis.Yang perludilakukanadalahupayauntukmendekatikondisi indah, adil, danseimbangmelalui berbagairegulasi pemerintahsebagaiwujudintervensiyangberimbang dankontekstual.Bukansebaliknyamembangunsuatu formatlaindiluarekonomipasaruntukdiacudalam pembangunan ekonomi nasional, yang keberhasilannya masih mendapat tanda tanya besar atauminimal belumdapat dibuktikan melaluisuatu kajian teoritisempiris. Jikakitamembedahlebihjauhtentangkonsep ekonomi kerakyatan. Pengalaman pembangunan ekonomi Indonesia yang dijalankan berdasarkan mekanismepasarseringtidakberjalandenganbaik, khusunya sejak masa orde baru. Kegagalan pembangunanekonomiyang diragakanberdasarkan mekanisme pasar ini antara lain karena kegagalan pasar itu sendiri, intervensi pemerintah yang tidak benar, tidak efektifnya pasar tersebut berjalan, dan adanya pengaruh eksternal. Kemudian sejak sidang istimewa (SI) 1998, dihasilkan suatu TAP MPR mengenai Demokrasi Ekonomi, yang antara lain berisikan tentang keberpihakan yang sangat kuat terhadap usaha kecilmenengah serta koperasi. Keputusan politik ini sebenarnya menandai suatu babakbarupembangunan ekonominasionaldengan perspektifyangbaru,dimanabangunekonomiyang mendominasi regaan struktur ekonomi nasional mendapat tempat tersendiri. Komitmen pemerintahuntuk mengurangi gap penguasaan aset ekonomi antara sebagian besar pelakuekonomiditingkatrakyatdansebagiankecil pengusaha besar (konglomerat), perlu mendapat

dukungandariberbagaipihak.Hasilyangdiharapkan adalahterciptanyastrukturekonomiyangberimbang antar pelaku ekonomi dalam negeri, demi mengamankan pencapaian target pertumbuhan (growth) (Gillis et al., 1987). Bahwa kegagalan kebijakanpembangunanekonominasionalmasaorde barudengankeberpihakanyangberlebihanterhadap kelompok pengusaha besar perlu diubah. Sudah saatnya dan cukup adil jika pengusaha kecil menengah dan bangun usaha koperasi mendapat kesempatan secara ekonomi untuk berkembang sekaligus mengejar ketertinggalan yang selama ini mewarnai buruknya tampilan struktur ekonomi nasional. Komitmen politik pemerintah ini perlu mendapat dukungandari berbagai pihak.Hal yang masihkurangjelasdalamTAPMPRdimaksudadalah apakah perspektif pembangunan nasional dengan keberpihakan kepada usaha kecilmenengah dan koperasi ini masih dijalankan melalui mekanisme pasar? Dalam arti apakah intervensi pemerintah dalam bentuk keberpihakan kepada usaha kecil menengah dan koperasi ini adalah benarbenar merupakan affirmative action untuk memperbaiki distorsipasaryangselamainiterjadikarenabentuk campur tangan pemerintah dalam pasar yang tidak benar? Ataukah pemerintah mulai ragu dengan bekerjanya mekanisme pasar itu sendiri sehingga berupaya untuk meninggalkannya dan mencoba merujukpadasuatumekanismesistemekonomiyang baru?.Nampaknyakitasemuaberadapadapilahan yangdilematis.Maumeninggalkanmekanismepasar dalamsistemekonominasional,kitamasihraguragu, karena pengalaman keberhasilan pembangunan ekonominegaranegaramajusaatiniselalumerujuk padabekerjanyamekanismepasar.

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

89

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

Merujukpadabekerjasuatumekanismeyang baru(apapunnamanya),dalamprakteknyabelumada satunegarapunyangcukupberpengalamansertayang paling penting menunjukkan keberhasilan nyata, bahkan kita sendiri belum berpengalaman (ibarat membelikucingdalamkarung).Buktikeraguraguan initercermindalamTAPMPRhasilsidangistimewa itusendiri,dimanademokrasiekonominasionaltidak sematamatadijalankandengankeberpihakanhabis habisanpadausahakecilmenengahdankoperasi,tapi perusahaanswastabesardanBUMNtetapmendapat tempat bahkan mempunyai peran yang sangat strategis. sebenarnya keraguraguan ini tidak perlu terjadi.Bentukcampurtanganpemerintah(ordebaru) yangseharusyadiarahkanuntukmenjaminbekerjanya mekanisme pasar guna mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi nasional, ternyata dalam prakteknyalebihdiarahkanpadakeberpihakanyang berlebihan pada pengusaha besar (konglomerat) dalam bentuk insentif maupun regim proteksi yang ekstrim. Pengalaman pembangunan ekonomi nasional dengan kebijakan proteksi bagi kelompok industri tertentu (yangdiasumsikan sebagai infant industry) dandiharapkanakanmenjadilokomotifyangakan menarik gerbong ekonomi lainnya, pada akhirnya bermuara pada incapability dan inefficiency dari industri yang bersangkutan (contoh kebijakan pengembangan industri otomotif). Periode waktu yang telah ditetapkan untuk berkembang menjadi suatu bisnis yangbesardalam skaladanskopserta melibatkan sejumlah besar pelaku ekonomi di dalamnya, menjaditidakbermaknasaat dihadapkan pada kenyataan bahwa bisnis yang bersangkutan masihtetapberadapadalevelperkembanganbayi, karenadimanjakanolehberbagaiinsentifdanberbagai bentukproteksi.

Selanjutnyaekonomikerakyatan,sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang melembagakan tegaknya kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Tujuan utama sistem ekonomi kerakyatan adalah untuk menjamin pengutamaan kemakmuran masyarakatdiataskemakmuranorangseorang.Tiga prinsip yang menjadi pedoman kerja ekonomi kerakyatanadalahsebagaiberikut:(1)perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) cabangcabang produksi yang pentingbaginegaradanyangmenguasaihajathidup orang banyak harus dikuasai oleh negara; dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikanbetapasangatbesarnyaperannegaradalam sistemekonomikerakyatan.Sebagaimanadilengkapi olehPasal27ayat2danPasal34,perannegaradalam sistem ekonomi kerakyatan sekurangkurangnya meliputilimahalsebagaiberikut:(1)mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaanyangterkandungdidalamnyabagisebesar besarnya kemakmuran rakyat; (4) menjamin pemenuhan hak warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak; (5) memeliharafakirmiskindananakterlantar. Mencermati perbedaan mencolok antara ekonomikerakyatandenganneoliberalismetersebut, makatidakterlaluberlebihanbiladitarikkesimpulan bahwa ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah antitesis dari neoliberalisme. Sebab itu, sebagai saudarakandungneoliberalisme,keynesianismeatau ekonomi negara kesejahteraan, tidak dapat pula

90

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

disamakandenganekonomikerakyatan.Keynesianismememangmenaruhperhatianyangsangatbesarterhadap penciptaankesempatankerjapenuh,namundemikianiatetapdibangunberdasarkanprinsippersainganbebas danpemilikanalatalatproduksisecarapribadi(selengkapnyalihattabel). Perluditambahkan,ekonomikerakyatantidakdapatpuladisamakandenganekonomipasarsosial(social market ekonomy).SebagaimanadikemukakanGierseh(1961), ekonomipasarsosialadalahsalahsatuvarian awaldarineoliberalismeyangdigagasolehAlfredMullerArmack. PERAN NEGARA DALAM EKONOMI Kapitalisme Ekonomi Kerakyatan 1. Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas k e k e l u a r g a a n ; mengembangkan koperasi (Pasal33ayat1). 2. Menguasai cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak; mengembangkan BUMN (Pasal33ayat2). 3. Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya bagi sebesarbesarnyakemakmuran rakyat(Pasal33ayat12). 4. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan pajak progresif dan memberikan subsidi. 5. Menjagastabilitas moneter. 6. Setiap warga negara memperoleh hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan(Pasa127ayat2). 7. Memelihara fakir miskin dan anakterlantar(Pasal34). Negara Kesejahteraan 1. Mengintervensi pasar untuk menciptanya kondisi kesempatankerjapenuh. 2. Menyelenggarakan BUMN pada cabangcabang produksi yang tidak dapat diselenggarakan oleh perusahaanswasta. 3. Menjagakeseimbanganantara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pembangunan 4. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan pajak progresif dan memberikan subsidi. 5. Menjagastabilitas moneter. 6. Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan danpenghidupanyanglayak. 7. Memelihara fakir miskin dan anakterlantar. Ekonomi Neoliberal 1. Mengatur dan menjaga bekerjanyamekanismepasar; mencegah monopoli. 2. Mengembangkansektorswasta dan melakukan privatisasi BUMN. 3. Memacu laju pertumbuhan ekonomi, termasuk dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masuknya investasiasing. 4. Melaksanakan kebijakan anggaran ketat, termasuk menghapuskan subsidi. 5. Menjagastabilitas moneter. 6. Melindungipekerjaperempuan, pekerja anak, dan bila perlu menetapkanupah minimum. 7.

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

91

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

Neoliberalisme yang digagas pertama kali di Jermanpada1932,adalahsebuahupayapembaruan terhadap ajaran ekonomi pasar liberal (liberalisme) sebagaimana diperkenalkan olehAdam Smith pada 1776. Sebagaimana diketahui, dalam bukunya The Wealth of Nations (1776), Smith memperkenalkan ajaran ekonomi pasar liberal yang mengimani kecanggihan sistem ekonomi pasar dibandingkan dengan sistemsistem ekonomi yang lain. Menurut Smith,dalamsistemekonomipasarterdapat tangan gaib (the invisible hund) yang senantiasa mengatur keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Sebab itu, campur tangan negara dalam sistem ekonomipasartidakdiperlukansamasekali. Dalam neoliberalisme, yang lahir sebagai reaksi terhadap terjadinya depresi besar pada 1929 itu, campur tangan negara dalam perekonomian diundang kembali, yaitu untuk menertibkan belarjanyaekonomipasar(Hatta, 1959). Tigaprinsip yang menjadi pedoman kerja neoliberalisme adalah sebagaiberikut:(1)tujuanutamaekonomineoliberal adalah pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas sempurna di pasar; (2) kepemilikanpribaditerhadapfaktorfaktorproduksi diakui; dan (3) pembentukan harga pasar bukanlah sesuatuyangalami,melainkanhasildaripenertiban pasaryangdilalaikanolehnegaramelaluipenerbitan undangundang (Giersch, 1961). Berdasarkan ketiga prinsip tersebut maka peranannegaradalamneoliberalismedibatasihanya sebagaipengaturbekerjanyamekanismepasar.Dalam perkembanganselanjutnya,terutamasetelahdiboyong keChicagodanpadaakhir1980andikemasmenjadi sebuahpaketkebijakanekonomiyangdikenalsebagai paketkebijakanKonsensusWashington,perannegara dalam sistem ekonomi neoliberal ditekankan untuk melakukanempat halsebagaiberikut:(1)kebijakan

anggaran ketat dan penghapusan subsidi; (2) liberalisasi sektor keuangan; (3) liberalisasi perdagangan; dan (4) privatisasi BUMN (Stiglitz, 2002). Sedangkanekonomikerakyatan,sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang melembagakan tegaknya kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Tujuan utama sistem ekonomi kerakyatan adalah untuk menjamin pengutamaan kemakmuran masyarakatdiataskemakmuranorangseorang.Tiga prinsip yang menjadi pedoman kerja ekonomi kerakyatanadalahsebagaiberikut:(1)perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) cabangcabang produksi yang pentingbaginegaradanyangmenguasaihajathidup orang banyak harus dikuasai oleh negara; dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikanbetapasangatbesarnyaperannegaradalam sistemekonomikerakyatan.Sebagaimanadilengkapi olehPasal27ayat2danPasal34,perannegaradalam sistem ekonomi kerakyatan sekurangkurangnya meliputilimahalsebagaiberikut:(1)mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaanyangterkandungdidalamnyabagisebesar besarnya kemakmuran rakyat; (4) menjamin pemenuhan hak warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak; (5) memeliharafakirmiskindananakterlantar. Mencermati perbedaan mencolok antara ekonomikerakyatandenganneoliberalismetersebut, makatidakterlaluberlebihanbiladitarikkesimpulan

92

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

bahwa ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah antitesis dari neoliberalisme. Sebab itu, sebagai saudarakandungneoliberalisme,keynesianismeatau ekonomi negara kesejahteraan, tidak dapat pula disamakan dengan ekonomi kerakyatan. Keynesianisme memang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penciptaan kesempatan kerja penuh,namundemikianiatetapdibangunberdasarkan prinsip persaingan bebas dan pemilikan alatalat produksisecarapribadi(selengkapnyalihattabel). Perluditambahkan,ekonomikerakyatantidak dapat pula disamakan dengan ekonomi pasar sosial (social market ekonomy).Sebagaimanadikemukakan Gierseh (1961), ekonomi pasar sosial adalah salah satuvarianawaldarineoliberalismeyangdigagasoleh Alfred MullerArmack. Pertanyaannya, bagaimanakah situasi perekonomian Indonesia saat ini? Artinya, sebagai amanat konstitusi, sejauh manakah ekonomi kerakyatan telah dilaksanakan di Indonesia. Sebaliknya, benarkah perekonomian Indonesialebihdidominasiolehpelaksanaanagenda agenda ekonomi neoliberal sebagaimana banyak diperbincangkan belakangan ini? Dua hal berikut perlu mendapat perhatian dalam menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, sebagai sebuah negara yang mengalami penjajahan selama3,5abad,perekonomianIndonesiatidakdapat mengingkari kenyataan terbangunnya struktur perekonomian yang bcrcorak kolonial di Indonesia. Sebabitu, ekonomikerakyatan pertamatamaharus dipahamisebagaiupayasistematisuntukmengoreksi struktur perekonomian yang bercorak kolonial tersebut. Kedua, liberalisasi bukan hal baru bagi Indonesia,tetapitelahberlangsungsejakerakolonial. Berangkatdarikeduacatatantersebut,secara singkat dapat saya kemukakan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk melaksanakan ekonomi

kerakyatan bukanlah perjuangan yang mudah. Kendala terbesar justru datang dari pihak kolonial. Sejak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaanpada17Agustus1945, pihakkolonial hampirterus menerus mensubversiupayaIndonesia untukmelaksanakanekonomikerakyatan. Secara ringkas, subversisubversi yang dilakukan oleh pihak kolonial untuk menghambat pelaksanansistemekonomikerakyatanadalahsebagai berikut. Pertama, dilalaikannya agresi I dan II pada 1947 dan 1948 menyusul proklamasi kemerdekaan Indonesiapada17Agustus1945.Tujuannyaadalah untuk mencegah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadiandalambidangkebudayaan. Kedua, dipaksanya bangsa Indonesia untuk memenuhi tiga syarat ekonomi guna memperoleh pengakuankedaulatandalamforumKonferensiMeja Bundar (KMB) yang berlangsung di Belanda pada Desember 1949. Ketiga syarat ekonomi itu adalah: (1) bersedia mempertahankan keberadaan perusahaanperusahaan asing yang beroperasi di Indonesia(Pasal4);(2)bersediamematuhiketentuan ketentuanyangditetapkanolehDanaIMF(Pasal15); dan (3) bersedia menerima warisan utang Hindia Belandasebesar4,3milliargulden(Pasal25dan26). Ketiga, dilakukannya berbagai tindakan adu domba dan pecah belah menyusul diambilnya keputusan sepihak olehpemerintah Indonesia untuk membatalkan KMB pada 1956 serta dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaanperusahaan Belandapada1957.Tindakantindakanituantaralain terungkappadameletusnyaperistiwaPRRI/Permesta pada1958.

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

93

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

Keempat, diselundupkannyasejumlahsarjana dan mahasiswa ekonomi Indonesia ke Amerika Serikat(AS) untukmempelajariilmuekonomiyang bercorakliberalkapitalistiksejak1957.Paraekonom yang kemudian dikenal sebagai Mafia Berkeley ini sengaja dipersiapkan untuk mengambil alih kendali pengelolaan perekonomian Indonesia pasca penggulingan Soekarno pada 1966. yaitu untuk memutarbalikhaluanperekonomianIndonesiasesuai dengankepentingankaumkolonial(Ransom,1970). Kelima, dilakukannyasandiwarapolitikuntuk menggulingkan pemerintahan Soekarno pada 30 September1965,yaitupascaditerbitkannyaUUNo. 16/1965padaAgustus1965.Sebagaimanadiketahui. UU No. 16/1965, yang mencabut UU No. 78/1958 tentangPenanamanModalAsing(PMA)itu,adalah UU yang secara tugas menolak segala bentuk keterlibatanmodalasingdiIndonesia. Keenam, dipaksanya Soekarno untuk menandatanganiempatUUsebelumiasecaraformal dilengserkan dari kekuasaanya. Keempat UU itu adalah: (1) UU No. 7/1967 tentang penyelesaian masalah utangpiutang antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda; (2) UU No. 8/1966 tentangpendaftaranIndonesiasebagaianggotaAsian Development Bank (ADB); (3) UU No. 9/1966 tentang pendaftaran kembali Indonesia sebagai anggotaDanaMoneterInternasional(IMF)danBank Dunia; dan(4) UUNo. 1/1967 tentang Penanaman ModalAsing(PMA). Ketujuh, dibangunnya sebuah pemerintahan kontrarevolusionerdiIndonesiasejak1967.Melalui pemerintahanyangdipimpinolehSoehartoini,para ekonomMafiaBerkeleyyangsejakjauhjauhhari telah dipersiapkan olehAS untak mengambil alih kendalipengelolaanperekonomianIndonesia,secara sistematis berusaha membelokkan haluan

perekonomian Indonesia dari ekonomi kerakyatan menuju ekonomi pasar neoliberal. Tindakan pembelokan haluan tersebut didukung sepenuhnya oleh IMP, Bank Dunia, United StatesAgency for International Development (USAID), dan ADB dengancaramengucurkanutangluarnegeri. Kedelapan, dilakukannya proses liberalisasi besarbesaransejak1983,yaitumelaluiserangkaian kebijakanyangdikemasdalampaketderegulasidan debirokratisasi. Sebagaimana diketahui, muara deregulasi dan debirokratisasi ini adalah pada terjadinya krisis moneter maha dahsyat pada 1997/ 98. Kesembilan, dipaksannya Soeharto untuk menandatanganinotakesepahaman (letter of intens) yang memerintahkan pelaksanaan agendaagenda ekonomineoliberalolehIMFpada1998.Mengulangi pengalaman Soekarno, tindakan pemaksaan ini dilakukan olehIMF sebelum Soehartosecara resmi dilengserkandarikekuasannya,yaitumelaluisebuah gerakan politik yang dikenai sebagai gerakan reformasi. Perlu diketahui, dalam sejarah perekonomian Inggris, gerakan reformasi serupa dimotoriantaralainolehDavidHume,AdamSmith, DavidRicardo,ThomasR.Maithus,danJohnS.Mill (Giersch,1961). Kesepuluh, dilakukannyaamandementerhadap Pasal 33 UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusionalsistemekonomikerakyatanpada2002. Upaya amandemen ini semula dimaksudkan untuk menggantiPasal33UUD1945secarakeseluruhan. Tetapimelaluiperdebatanyangcukupsengit,terutama melalui aksi protes yang dilakukan oleh Mubyarto, ayat1,2,dan3,berhasildipertahankan(Mubyarto, 2001). Walaupun demikian, kalimat penting yang terdapatdalampenjelasanPasal33UUD1945,yang berbunyi, Bangun perusahaan yang sesuai dengan

94

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

ituialahkoperasi,turutmenguapbersamahilangnya penjelasanpasaltersebut. Menyimak kesepuluh tindakan subversi neokolonial itu, serta dampaknya terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, rasanya tidak berlebihanbilaperjalananekonomiIndonesiaselama 64 tahun terakhir dipahami sematamata sebagai sebuah transisi dari kolonialisme menuju neokolonialisme. Proses transisimenujuneokolonialismeinilah antara lain yang terungkap pada semakin terperosoknya perekonomian Indonesia ke dalam penyelenggaraanagendaagendaekonomineoliberal dalamsatu dekadebelakangan ini.Akibatnya,tidak hanya dominasi modal asing dalam perekonomian Indonesiacenderungsemakinmeningkat,utangdalam dan luar negeri pemerintah, yang pada akhir pemerintahan Soeharto hanya berjumlah US$54 milyar, belakangan membengkak menjadi US$165 milyar.

musuh utama ekonomi kerakyatan, pihak kolonial tidakperluhadirsecarakasatmatadisini. Kedua, berlangsungnya praktik pembodohan publik secara masif melalui praktik penggelapan sejarah sejak 1966/1967. Sejarah yang digelapkan tidakhanyaberkaitandenganperistiwa30September 1965, tetapi berkaitan pula dengan peristiwa pengakuankedaulatanIndonesiadalamforumKMB padaDesember1949. Ketiga, terlembaganyasistemcuciotakyang bercorakneoliberaldanantiekonomikerakyatanpada hampirsemuajenjangpendidikandiIndonesia.Sesuai dengan materi ajar dan bukubuku yang disebarluaskan pada berbagai fakultas ekonomi di Indonesia, tanpa disadari, sebagian besar fakultas ekonomi di Indonesia cenderung beralih fungsi menjadipusat pengkaderan agenagenkolonial. Keempat, setelah mengalami proses pembelokan haluan pada 1966/1967, keberadaan struktur perekonomian yang bercorak kolonial di Indonesiacenderungsemakinmapan.Halinitampak padaberlanjutnyaeksporprodukprodukprimerdari Indonesia,semakinterbukanyapasarIndonesiabagi produkproduk impor, dan semakin meningkatnya dominasimodalasingdiIndonesia. Kelima, setelahmelaksanakanagendaekonomi neoliberalsecaramasifdalam10tahunbelakangan, danmelakukanamandementerhadapPasal33UUD 1945, maka cengkeraman neokolonialisme terhadap perekonomian Indonesia cenderung semakin kokoh. Bahkan, dengan diundangkannya UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal, hampir boleh dikatakan tidakadasatucabangproduksipunyangtidakterbuka bagiberoperasinyamodalasingdisini.

Apa Yang Harus Dilakukan? Menyimak perjalanan panjang ekonomi Indonesia tersebut, dapat disaksikan betapa sangat beratnyatantanganyang dihadapibangsaIndonesia dalammewujudkancitacitaproklamasidanamanat konstitusi untuk melaksanakan sistem ekanomi kerakyatan. Bahkan, dibandingkan dengan era kolonial,tantanganyangdihadapisaatinijustrujauh lebihberat. Pertama, digunakannya utang luar negeri sebagai senjata untuk memaksakan pelaksanaan agendaagenda ekonomi neoliberal yang memang dirancangsesuaidengankepentinganpihakkolonial. Dengan digunakannya utang luar negeri sebagai senjata untuk memaksa Indonesia, maka sebagai

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

95

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

Walaupundemikian,tidakberartisamasekali tidak ada harapan. Harapan untuk kebangkitan kembaliekonomikerakyatan setidaktidaknyadapat disimak dalam lima hal sebagai berikut. Pertama, mencuatnyaperlawananterhadaphegemoniASdari beberapa negara diAmerika Latin danAsia dalam satu dekade belakangan ini. Yang menonjol diantaranyaadalahVenezueladanBoliviadiAmerika Latin, serta Iran diAsia. Kedua, mulai terlihatnya gejalapergeserandalampetageopolotikdunia,yaitu dari yang bercorak unipolar menuju tripolar, sejak munculnyaUniEropadankebangkitanekonomiCina. Ketiga, berlangsungnya krisis kapitalisme internasionalyangdipicuolehkrisiskapitalismeAS sejak2007 lalu. Keempat, meningkatnya kerusakan ekologidi Indonesiapasca dilakukannyaeksploitasi ugalugalan dalam rangka neokolonialisme dan neoliberalisme dalam40 tahun belakanganini. Dan kelima, meningkatnya kesenjangan sosial dan ekonomi dalam perekonomian Indonesia. Pertanyaannyaadalah,tindakanjangkapendek, jangka menengah, dan jangka panjang apa sajakah yang perlu dilakukan untuk memastikan berlangsungnya suatu proses kebangkitan kembali ekonomi kerakyatan dimasa datang? Untuk memperoleh jawaban yang akurat, terutama untuk jangka menengah dan jangka panjang, tentu diperlukansuatupengkajiandandiskusiyangcukup luas. Tetapi untuk jangka pendek, terutama bila dikaitkandenganprosespemilihanpresidendanwakil presiden pada Juli mendatang, beberapa agenda berikut layakdipertimbangkan (1) Menyusunarsitekturtatakelolakeuangannegara, yaitu untuk mencegah korupsi, meningkatkan kapasitas keuangan daerah, dan memastikan pemanfaatan anggaran negara untuk sebesar besarnyakemakmuranrakyat;

(2) Mengkaji ulang penerapan rezim kurs mengambang dan rezim devisa bebas, serta menyusunulangarsitekturperbankannasional; (3) Merenegosiasikanpembayaranutangluarnegeri, termasuk memperjuangkan penghapusan utang najis; (4) Merenegosiasikan kontrakkontrak pertambanganyangmerugikanIndonesia; (5) Merevitalisasi peranan BUMN sebagai motor penggerak kebangkitan ekonomi nasional; (6) Mengembangkan dan memperkuat pasar domestik; (7) Memperluaskesempatankerjadanmeningkatkan partisipasi pekerja dalam penyelenggaraan perusahaan; (8) Melaksanakanreformaagraria; (9) Memperkuat perekonomian rakyat melalui pengembangan koperasi; (10) Mengembangan pantipanti sosial untuk memeliharafakirmiskindananakanakterlantar. Denganmeletakkankesepuluhagendatersebut dalamkontekspemilihanpresidendanwakilpresiden, sama sekali tidak berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkanekonomi kerakyatansangat tergantung padasikhislimatahunantersebut.Adaatautidakada pergantiankepemimpinannasional,perjuanganuntuk mewujudkan ekonomi kerakyatan harus terus berlanjut. Namun demikian, siklus pergantian kepemimpinan nasional harus dimanfaatkan secara optimal sebagai momentum strategis untuk mempercepat proses kebangkitan kembali ekonomi kerakyatandiIndonesia. Demikianlah, dalam rangka mempercepat kebangkitan kembali ekonomi kerakyatan, adalah kewajiban setiap patriot ekonomi kerakyatan untuk

96

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

Ekonomi Kerakyatan dan Neoliberalisme

memastikanbahwapemimpinyangterpilihbukanlahpasangancalonpemimpinyangsecarajelasmengimani dan mengamalkan agendaagenda ekonomi neoliberal. Dukungan yang lebih besar harus diberikan kepada pasangan calon pemimpin yang secara jelas dan tegas mengungkapkan komitmen mereka untuk mengoreksi strukturekonomikolonialdanmelaksanakankonstitusisecaramurnidankonsekuen. Merdeka!

DAFTAR PUSTAKA Baswir,Revrisond.2008. Ekonomi Kerakyatan: Amanat Konstitusi Untuk Mewujudkan Demokrasi Ekonomi di Indonesia,dalam(SarjadidanSugemaeds.)Ekonomi Konstitusi. Jakarta:SugengSarjadiSyndicate Hatta,Mohammad.1985.Membangun Ekonomi Indonesia. Jakarta:IntiIdayuPress Mubyarto,2001.Amandemen Konstitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi. Yogyakarta:AdityaMedia. Pilger,john.2002. The New Rulers of the World. London:Verso. Ransom,D.1970.The Berkeley Ihlqfia and the Indonesian -Massacre. Ramparts No. 4 October Sadli,M.2004.Peran Negara Dalam Perekonomian(KesaksianpadaKomisiKonstitusi,25Maret2004). Soekarno.1964. Di Bawah Bendera Revolusi, JilidIdanII,cetakanketiga.Jakarta:PanitiaPenerbitDBR

Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010 ISSN 0215-9511

97

Anda mungkin juga menyukai