Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KMB III SISTEM PENGLIHATAN Dr. SUHERLAMBANG Tentang Penyakit UVEIIS OLEH : 1. Anang Rahyudi (200914401016) 2.

Dani Wijayanto (200914401018) 3. Havid masriyan (200914401028) 4. Rosa Rosita (200914401025) STIKES BAHRUL ULUM LAB II BATU KOTA WISATA BATU 2011 KATA PENGANTAR Atas rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua sahingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah KMB III tentang penyakit pada sistem pengilihatan yaitu uveitis. Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Suherlambang selaku dosen KMB III yang telah membimbing penyusun dalam penyelesaian makalah. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa Akademik Perawat dan pembaca. Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi 3 2.2 Klasifikasi 3 2.3 Etiologi 4 2.4 Patofisiologi 4 2.5 Gejala klinis 6 2.6 Penatalaksanaan 7 BAB III PNUTUP 3.1 Kesimpulan 8 3.2 Saran dan Kritik 8 Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata,dimana dinding bola mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa,uvea,badan kaca dan retina.Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon.Uvea merupakan jaringan lunak,terdiri dari iris,badan siliar dan koroid.7 Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis.Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2 Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit,fotofobia,dan penglihatan yang kabur,mata merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit sistemik, neoplastik dan idiopatik.1 Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik pemeriksaan

laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75% uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang berhubungan dengan uveitis anterior meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis psoriatika, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple. Keterkaitan antara uveitis anterior dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2 Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang.Sekitar 75% merupakan uveitis anterior.Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait.Di Amerika Serikat,uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan Degenerasi Macular.Umur penderita biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50 tahun. 1,3 Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan dimana kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular,Fotofobia,penglihatan kabur, dan mata merah.Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan menurun,terdapat injeksi siliar,KP,flare,hipopion,sinekia posterior,tekanan intra okuler bisa meningkat hingga sampai edema macular.1,2,3 Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, etiologi dan fisiologi anatomi, patofisiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis dari uveitis anterior. 1.2 Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB III Sistem penglihatan. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Uveitis adalah peradangan pada uvea yang terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar, karoid. (www.medicastore.com, 2008) Uveitis adalah invlamasi salah satu struktur traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid). karena uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada mata maka jika terjadi peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan. (Brunner dan Suddarth, 2001) 2.2 Klasifikasi Ada empat tipe-tipe dari uveitis: 1. Iritis adalah bentuk uveitis yang paling umum. Ia mempengaruhi iris dan seringkali dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun seperti rheumatoid arthritis. Iritis mungkin berkembang tiba-tiba dan mungkin berlangsung sampai delapan minggu, bahkan dengan perawatan. 2. Cyclitis adalah suatu peradangan dari bagian tengah mata dan mungkin mempengaruhi otot yang mengfokuskan lensa. Ini juga dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung beberapa bulan. 3. Retinitis mempengaruhi belakang mata. Ia mungkin maju secara cepat, membuatnya sulit untuk dirawat. Retinitis mungkin disebabkan oleh viris-virus seperti shingles atau herpes dan infeksi-infeksi bakteri seperti syphilis atau toxoplasmosis. 4. Choroiditis adalah suatu peradangan dari lapisan dibawah retina. Ia mungkin juga disebabkan oleh suatu infeksi seperti tuberculosis. 2.3 Etiologi 1)Alergen 2)Bakteri 3)Jamur 4)Virus 5)Bahan kimia 6)Trauma 7)Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa, spondilitis, ankilosis, sindroma reiter, pars planitis, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, nekrosis retina akut, toksokariasis, histoplamosis, tuberkulosis, sifilis, sindroma behcel, oflamia simpatetik, sindroma vogt-hoyanagi-harada, sarkoma/limfoma. (www.medicastore.com) 2.4 Patofisiologi Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi perikorneal atau pericorneal vascular injection). Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndal). Kedua gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut. Pada proses keradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam BMD, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate

(KP). Ada dua jenis keratic precipitate,yaitu: 1. mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmenpigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa. 2. punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada jenis non granulomatosa. Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses keradangan akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil. Perlekatanperlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa, yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila keradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses). Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier. Secara garis besar, patofisiologi dan komplikasi dari uvitis anterior dapat digambarkan dengan bagan berikut: Dilatasi pembuluh darah kecil hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection) Permeabilitas pembuluh darah iris edema, pucat, pupil reflex s/dEksudasi hilang, pupil miosis BMD keruh, sel dan flare (+),Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD efek tyndal (+) Sel radang menumpuk di BMD hipopion (bila proses akut) hifemaMigrasi eritrosit ke BMD (bila proses akut) Sel-sel radang melekat pada endotel keratic precipitatekornea Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan iris melekat pada kapsul lensa anterior sinekia posterior sinekia anteriordan pada endotel kornea Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup seklusio pupil / oklusio pupilpupil Gangguan pengaliran keluar cairan mata dan peningkatan tekanan intra okuler glaukoma sekunder lensa keruh, katarak komplikataGangguan metabolisme lensa endoftalmitis, panoftalmitisKeradangan menyebar luas symphatetic ophtalmiaMengenai mata jiran 2.5 Gejala Klinis 1) Monifestasi klinis dari uveitis meliputi :

Anterior : 1.nyeri mata 2.fotofobia 3.lakrimasi penglihatan kabur 4.pupil kecil Posterior : 1.penurunan penglihatan 2.tidak nyaman yang ringan pada mata 2)Gejala awal pada uveitis mungkin tidak terlalu berat. penglihatan menjadi kabur/penderita melihat bintikbintik hitam yang nelayanglayang. pada iritis biasanya timbul nyeri hebat, kemerahan pada sklera (bagian putih mata) dan fotofobia. (www.medicastore.com) 2.6 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Pada pemeriksaan darah, yaitu Differential count, eosinofilia : kemungkinan penyebab parasit atau alergi, VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA, Reumatoid factor, Antidobble Stranded DNA), Calcium, serum ACE level (sarcoidosis), Toxoplasma serologi dan serologi TORCH lainnya. Pemeriksaan urin berupa kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur (bechets reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax (Tbc, Sarcoidosis, Histoplasmosis), Foto spinal dan sendi sacroiliaka (Ankylosing sponfilitis), Foto persendian lainya (Reumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat adakah kalsifikasi cerebral (toxoplasmosis) Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechets disease akan terjadi peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila disuntikkan 0,1 ml saline intradermal dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui etiologi secara spesifik, bila dicurigai adanya kecurigaan penyakit sistemik, Uveitis rekuren, Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan Onsetnya muda. 2.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan Uveitis 1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus diberikan segera untuk mencegah pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal dipergunakan untuk mengurangi peradangan dan kaca mata hitam 2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis), diberikan steroid topikal atau injeksi untuk kasus yang berat 3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid/retina) biasanya berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya. (Brunner dan Suddarth, 2001) BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) denganberbagai penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalamiinflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang irisdan badan siliar bagian depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksialergi mata. Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dandikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan gunamendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utamauntuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian organ yang terkena danprognosis kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal 3.2 Saran Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA 1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif, FKUGM, Yogyakarta 2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002 3. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th. 2006:1-2 4. www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2 5. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127

Anda mungkin juga menyukai