Anda di halaman 1dari 0

Page 1

Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
TERHADAP PENCEGAHAN DEMAM CHIKUNGUNYA PADA
KELUARGA DI DESA CIJERUK KECAMATAN PAMULIHAN
KABUPATEN SUMEDANG

Dedi Suhendi
1
Ahmad Yamin
1
Setiawan
1

1
Fakultas Ilmu Keperawatan

ABSTRAK
Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes yang
ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian, disertai ruam pada
kulit. Upaya pencegahan melalui perilaku pemeliharaan kesehatan dan
lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
jenis penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku
pemeliharaan kesehatan dan lingkungan terhadap pencegahan demam
chikungunya pada keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Sumedang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi.
Analisa data diukur dengan menggunakan nilai tengah (median). Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random secara proporsional dari
100 responden di Desa Cijeruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar responden, 65 (65%) perilaku pemeliharaan kesehatan dan hampir seluruh
responden, 92 (92%) kesehatan lingkungan keluarga Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang dalam kategori baik. Berdasarkan hasil
penelitian, diharapkan keluarga dapat mempertahankan bahkan meningkatkan
perilaku kesehatan agar terhindar dari penularan demam chikungunya.

Kata kunci: chikungunya, pencegahan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan

ABSTRACT
Chikungunya is a transmitted diseases by Aedes mosquitoes are
characterized by sudden onset of fever, pain in the joints, rash on the skin. Eforts
to prevent disease through good health maintenance and environment health. This
study is a quantitative study using descriptive type. The purpose of this research is
to investigate behaviors of health maintenance and environment health toward
prevention of chikungunya fever in the families at Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang. Technique collecting data using questionnaires
and observation. Analysis of data using median. Sampling was done using
proportional random sampling from 100 respondents at Desa Cijeruk. The results
showed that part respondents, 65 (65%) health maintenances and almost all
respondents, 92 (92%) environment health toward prevention of chikungunya
fever in familes at Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang in
good category. Based on the results, family expected to keep and improve health
behaviors in order to avoid of chikungunya fever transmission.

Keywords: chikungunya, prevention, health maintenance and environment health


Page | 2
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
PENDAHULUAN
Chikungunya adalah penyakit virus yang disebarkan oleh nyamuk.
Penderita penyakit chikungunya biasanya mengalami demam dan nyeri sendi yang
parah. Gejala lain diantaranya adalah, sakit otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan
ruam. Diagnosa penyakit ini hampir mirip dengan demam berdarah dan mungkin
mengakibatkan penentuan diagnosa yang keliru. Tidak ada pengobatan khusus
untuk penyakit ini. Perawatannya difokuskan pada penanganan gejala yang timbul
(WHO, 2008).
Virus Chikungunya, singkatnya CHIKV, merupakan virus RNA yang
termasuk ke dalam genus Alphavirus dari keluarga Togaviridae. Virus ini
ditularkan dari manusia ke manusia oleh gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.
Paling umum, nyamuk yang terlibat adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
dua spesies yang juga dapat menularkan virus nyamuk lainnya, termasuk dengue.
Aedes aegypti merupakan vektor umum yang terlibat dalam penularan
penyakit di daerah perkotaan, sebaliknya Aedes albopictus terlibat di daerah
pedesaan. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa virus telah bermutasi
sehingga memungkinkan ini ditularkan oleh Aedes albopictus. Puncak aktivitas
nyamuk saat pagi dan sore hari. Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, onset
penyakit terjadi biasanya antara empat dan delapan hari, tetapi dapat berkisar dari
dua sampai 12 hari (WHO, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Schwartz (2010) dalam Biology and
Pathogenesis of Chikungunya Virus, terdapat beberapa keutamaan Aedes
albopictus yang membuatnya menjadi vektor viral yang baik. Nyamuk ini

Page | 3
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
bertahan di lingkungan pedesaan dan perkotaan; bersifat zoofilik (melalui hewan)
kemudian dengan progresif menjadi antropofilik (melalui manusia); lama
hidupnya (4-8 minggu); mampu terbang 400-600 meter; dapat menginfeksi
manusia dan hewan karena agresif, cepat, dan beraktivitas seharian. Resistensi
telur nyamuk yang tinggi dan dapat menetap hidup sepanjang musim kering.
Kemenkes RI dalam Profil Kesehatan Indonesia 2010 mencatat jumlah
laporan chikungunya selama tahun 2010 sebanyak 53.899 kasus yang tersebar di
74 wilayah kabupaten atau kota. Dalam data tersebut, Provinsi Jawa Barat berada
di urutan ke-4 terbesar setelah Lampung, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur
dengan jumlah kasus 4.441 yang tersebar di sembilan kabupaten atau kota.
Dalam Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang tahun 2010 diperoleh
data kejadian luar biasa demam chikungunya. Data tersebut menunjukkan terdapat
8 kecamatan di Kab. Sumedang yang terinfeksi chikungunya. Penyebarannya
terjadi dari bulan April sampai Oktober 2010, sebanyak 479 orang yang terinfeksi
chikungunya. Kasus ini berawal dari laporan petugas puskesmas di daerah
Kecamatan Pamulihan, tepatnya di Desa Cijeruk.
Hasil observasi ke Desa Cijeruk, semua rumah berdekatan dengan area
perkebunan sehingga dipenuhi semak-semak, tidak terdapat kelambu di tempat
tidur, jendela/ventilasi tidak berjaring, tumpukan pakaian di keranjang terbuka dan
tergantung di dinding, dan semua ruangan bernyamuk. Sebagian responden
mengaku tahu chikungunya dan pencegahannya, mayoritas menggunakan pakaian
lengan dan celana panjang ketika beraktivitas di kebun dan tidak menggunakan
semprotan / anti nyamuk khusus seperti serbuk temephos 1%.

Page | 4
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Sesuai anjuran Kemenkes (2010), penyakit yang berasal dari vektor
nyamuk tidak akan ada bila nyamuk tidak muncul dan berkembang. Penyebab
muncul dan berkembangnya nyamuk adalah adanya tempat perindukan nyamuk.
Tempat perindukan nyamuk dapat diminimalisasi dengan pemeliharaan kesehatan
dan lingkungan. Jadi, perilaku kesehatan amatlah penting sebagai upaya
pencegahan vektor nyamuk dan penyakit.
Tindakan pencegahan menurut Leavel dan Clark merupakan upaya
memotong perjalanan alamiah penyakit pada titik-titik perjalanan yang didasari
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya yang ada. Tujuan dari
pencegahan adalah menghambat perkembangan penyakit. Tindakan pencegahan
dapat dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan dan perlindungan diri khusus.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan
masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi
kesehatan dikembangkan kembali oleh Notoatmodjo (2003) menjadi pemeliharaan
kesehatan, pemenuhan gizi, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Dimensi pencegahan penyakit ditentukan berdasarkan pedoman WHO (2009).
Perlindungan diri khusus adalah upaya spesifik untuk melindungi individu
dari penyakit dan mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu yang dapat
dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit
tersebut. Konteks perlindungan diri khusus terhadap chikungunya dikembangkan
kembali dalam pedoman WHO (2009), yaitu: cegah gigitan nyamuk, tindakkan
kontrol vektor, tindakkan kontrol larva, dan eliminasi perindukan nyamuk.

Page | 5
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Sesuai dengan teori pencegahan Leavel dan Clark dalam Mubarak (2006),
pedoman WHO (2009), dan anjuran Kemenkes RI (2010), pemeliharaan
kesehatan dan lingkungan adalah faktor yang penting dalam pencegahan demam
chikungunya. Kondisi demikian harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan,
khususnya perawat komunitas sebagai pemberi pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Atas dasar uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan dan lingkungan terhadap
pencegahan demam chikungunya pada keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian
deskriptif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif. Variabel
penelitian ini terdiri dari pemeliharaan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit (Notoatmodjo, 2003).
Pemeliharaan kesehatan terbagi menjadi tiga, yaitu: peningkatan kesehatan,
pemenuhan gizi, dan pencegahan penyakit yang disesuaikan dengan pedoman
WHO (2009), yaitu: cegah gigitan nyamuk, tindakkan kontrol vektor, tindakkan
kontrol larva, dan eliminasi tempat perindukan nyamuk.
Kesehatan lingkungan diartikan sebagai respon individu terhadap
lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Dalam variabel ini, pencegahan demam

Page | 6
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
chikungunya disesuaikan dengan pedoman WHO (2009), yaitu inspeksi rumah,
anti nyamuk, dan tempat perindukan nyamuk.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di Desa Cijeruk yang
diwakili kepala keluarga (kk). Pengambilan sampel dalam populasi ini dilakukan
secara random dan proporsional. Berdasarkan Profil Desa Cijeruk diketahui
jumlah kk dari 11 RW adalah 1.942 kk. Dengan demikian, jumlah sampel yang
diambil adalah 100 responden (hasil pembulatan). Teknik analisa data yang
digunakan adalah dengan menentukan nilai tengah. Berikut ini adalah rumusnya:
Nilai Tengah =


Dengan demikian, penentuan kategori hasil penelitian berdasarkan nilai
tengah (median). Kategori baik apabila total skor lebih dari nilai tengah,
sedangkan kategori kurang baik apabila total skor kurang dari nilai tengah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, pemeliharaan kesehatan sebagian responden,
65 keluarga (65%), dan kesehatan lingkungan hampir seluruh responden, 92
keluarga (92%) dalam kategori baik. Berikut tabelnya:
Tabel 1. Hasil Penelitian Pemeliharaan Kesehatan dan Lingkungan (n=100)
Variabel
Baik Kurang Baik
F P (%) F P (%)
Pemeliharaan Kesehatan 65 65 35 35
Kesehatan Lingkungan 92 92 8 8
Total
100 100

Hasil penelitian kemudian dijelaskan secara rinci berdasarkan variabel,
dimensi, dan masing-masing item di halaman selanjutnya:

Page | 7
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Pemeliharaan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, perilaku pemeliharaan kesehatan terhadap
pencegahan demam chikungunya pada keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang, sebagian besar responden, 65 keluarga (65%)
dalam kategori baik.
Tabel 2. Indeks Pemeliharaan Kesehatan terhadap Pencegahan Demam
Chikungunya pada Keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang (n= 100)
Indeks
Baik Kurang Baik
F P(%) F P(%)
Dimensi Peningkatan Kesehatan
Kebiasaan olahraga
38
38
38
38
62
62
62
62
Dimensi Pemenuhan Gizi
Makan sehat dan seimbang
75
75
75
75
25
25
25
25
Dimensi Pencegahan Gigitan Nyamuk
Berpakaian lengan dan celana panjang
Penggunaan lotion
Penggunaan kelambu saat tidur
22
92
19
7
22
92
19
7
78
8
81
93
78
8
81
93
Dimensi Tindakkan Kontrol Vektor
Mencegah nyamuk masuk rumah
Pemakaian obat nyamuk bakar
Penggunaan semprotan/raket nyamuk
36
76
22
21
36
76
22
21
64
24
78
79
64
24
78
79
Dimensi Tindakkan Kontrol Larva
Larvasidasi (penyerbukan abate)
11
11
11
11
89
89
88
88
Dimensi Eliminasi Tempat Perindukan Nyamuk
Menggantung/menumpuk pakaian
Menutup tempat penampungan air
Menguras bak mandi
Membersihkan tempat minum hewan
Membersihkan semak-semak halaman
Mengubur/membersihkan barang bekas
Membersihkan wadah/perabot
Mengalirkan genangan air
Menutup tempat sampah
Membersihkan pot bunga
Membersihkan toilet/kamar mandi
89
35
88
82
63
80
74
95
88
47
63
97
89
35
88
82
63
80
74
95
88
47
63
97
11
65
12
18
37
20
26
5
12
53
37
3
11
65
12
18
37
20
26
5
12
53
37
3


Page | 8
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) dan pedoman WHO (2009), hasil
penelitian pemeliharaan kesehatan dikembangkan sebagai berikut:
1. Dimensi Perilaku Peningkatan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, perilaku peningkatan kesehatan termasuk ke
dalam kategori kurang baik, yaitu 62 keluarga (62%). Perilaku peningkatan
kesehatan ini dimanifestasikan dengan berolahraga.
Rutin melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Sistem kekebalan tubuh meningkat seiring meningkatnya jumlah sel darah
putih untuk melawan segala bentuk penyakit. Untuk meningkatkan partisipasi
keluarga dalam olahraga, perlu adanya sosialisai kegiatan olahraga secara rutin.
Dengan demikian, peningkatan kesehatan dapat berjalan optimal sebagai upaya
pencegahan penularan penyakit.
2. Dimensi Pemenuhan Gizi
Hasil penelitian pada dimensi pemenuhan gizi, sebagian besar responden
dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 responden (75%). Dimensi pemenuhan gizi
dimanifestasikan dengan mengonsumsi makan-makanan yang sehat dan
seimbang.
Berdasarkan PAHO (2011), tidak ada makanan pantangan khusus untuk
penderita penyakit chikungunya. Namun, salah satu anjuran untuk tercegah dari
penyakit adalah makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein serta minum air putih secara rutin. Konsumsi buah-buahan segar atau
vitamin bermanfaat untuk menghadapi kondisi tubuh yang menurun setelah
beraktivitas berat. Dengan demikian, pemenuhan gizi perlu dilakukan dengan baik

Page | 9
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
sehingga fungsi imunitas berjalan optimal dan tercegah dari penularan penyakit
demam chikungunya.
3. Dimensi Pencegahan Gigitan Nyamuk
Hasil penelitian dimensi ini sebagian kecil responden, yaitu hanya 22
responden (22%) mencegah diri dari gigitan nyamuk. Pada dimensi pencegahan
gigitan nyamuk, item berpakaian lengan dan celana panjang dalam kategori baik,
yaitu sebesar 92 keluarga (92%), namun terdapat dua item dalam kategori kurang
baik, yaitu penggunaan lotion (19%) dan kelambu saat tidur (7%).
Dengan pekerjaan mayoritas di kawasan perkebunan, memakai pakaian
dan celana panjang adalah suatu keharusan agar terhindar dari gigitan nyamuk.
Sebagian besar responden mengaku kesulitan bila harus menggunakan lotion
dalam jangka waktu lama. Selain harus mengeluarkan dana lebih, dengan aktivitas
seharian di perkebunan, kulit tidak selamanya dalam kondisi bersih. Begitupun
kelambu, nampaknya kelambu sudah tidak menjadi prioritas kebutuhan keluarga.
Penggunaan kelambu dapat dimodifikasi dengan menggunakan pakaian yang
menutupi kulit secara menyeluruh.
4. Dimensi Tindakan Kontrol Vektor
Pada dimensi tindakan kontrol vektor, hasil penelitian menunjukkan
sebagian kecil responden melakukan tindakan ini, yaitu 22 responden (22%).
Dimensi tindakan kontrol vektor terdiri dari sebagian besar responden, 76 orang
(76%) mencegah nyamuk untuk tidak masuk ruangan, sebagian kecil responden,
22 orang (22%) menggunaan obat nyamuk bakar pada waktu pagi/sore hari, dan
sebagian kecil responden menggunakan semprotan/raket nyamuk sebanyak 21

Page | 10
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
orang (21%). Jadi, hanya item mencegah nyamuk untuk tidak masuk ruangan
yang termasuk ke dalam kategori baik.
Pada item pencegahan masuknya nyamuk, keluarga intensif menjaga
rumahnya agar tidak dimasuki nyamuk. Hal ini dapat dilakukan seperti dengan
menutup pintu/jendela. Sedangkan pada siang hari, sangat dianjurkan membuka
ventilasi agar sinar matahari dapat masuk sehingga ruangan tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk.
Kebanyakan responden mengakui menggunakan obat nyamuk bakar dan
semprotan /raket nyamuk hampir setiap malam. Hanya saja, nyamuk vektor
chikungunya tidak beraktivitas pada malam hari tetapi pagi dan sore hari. Hal ini
dapat menjadi kekeliruan keluarga dalam mengetahui karakteristik nyamuk
chikungunya. Dengan demikian, pengetahuan keluarga dalam memahami
karakteristik nyamuk vektor chikungunya perlu ditingkatkan.
5. Dimensi Tindakan Kontrol Larva
Pada dimensi tindakan kontrol larva, sangat sedikit responden, 11 orang
(11%) menyerbukkan abate ke bak mandi/penampungan air. Dimensi ini
disesuaikan dengan pedoman WHO (2009) yaitu dengan kegiatan larvasidasi
(penyerbukan).
Sesuai dengan pedoman WHO (2009) dan anjuran Kemenkes (2010), ini
adalah salah satu upaya pemberantasan sarang nyamuk yang dianjurkan. Dengan
memberantas dari sumbernya, nyamuk tidak dapat berkembang biak. Bila air
dalam bak/penampungan masih bersih tapi dalam kondisi terbatas dan berjentik,
penaburan abate mungkin akan menjadi efektif tanpa harus mengurasnya.

Page | 11
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
6. Dimensi Eliminasi Perindukan Nyamuk
Hasil penelitian dimensi eliminasi tempat perindukan nyamuk
menunjukkan hampir seluruh responden, 89 (89%) dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian, walaupun dalam dimensi eliminasi perindukan
nyamuk sebagian besar responden dalam kategori baik, masih terdapat dua item
yang termasuk ke dalam kategori kurang baik, yaitu sebanyak 65 responden
(65%) menggantung pakaian dan menumpuk pakaian di tempat terbuka dan
kebiasaan menutup tempat sampah yang hanya dilakukan oleh 47 responden
(47%).
Menggantung atau menumpuk pakaian menjadi kebiasaan yang sulit
dihilangkan, begitupun kebiasaan menutup tempat sampah. Tindakan ini memang
sederhana, tetapi apabila dihiraukan, maka memungkinkan nyamuk dapat
bertahan hidup pada tumpukkan pakaian atau tempat sampah.
Oleh karena itu, keluarga perlu memperhatikan kebiasaan ini sebagai salah
satu upaya pencegahan tempat perindukan nyamuk. Hasil kedua item ini menjadi
salah satu masukan untuk memperbaiki kebiasaan sehari-hari dalam memelihara
lingkungan.
Kesehatan Lingkungan
Hasil observasi variabel kesehatan lingkungan keluarga di Desa Cijeruk
Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa hampir seluruh
lingkungan, 92 lingkungan (92%) dalam kategori baik. Hasil penelitian
dikelompokkan per dimensi dan item di halaman selanjutnya:

Page | 12
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Tabel 3. Indeks Kesehatan Lingkungan terhadap Pencegahan Demam
Chikungunya pada Keluarga di Desa Cijeruk Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang (n = 100)
Indeks
Baik
Kurang Baik
F P (%) F P (%)
Dimensi Inspeksi Rumah
Semak-semak kebun (<10 meter)
Hewan primata (<10 meter)
Semak-semak di halaman rumah
Sampah di halaman rumah
Genangan air di sekitar rumah
Atap ruangan berplafon
Temperatur ruangan <28
o
C
Kehadiran nyamuk
Kelembaban ruangan >75%
88
41
68
43
96
76
87
51
92
88
88
41
68
43
96
76
87
51
92
88
12
59
32
57
4
24
13
49
8
12
12
59
32
57
4
24
13
49
8
12
Dimensi Anti Nyamuk
Jendela/ventilasi anti nyamuk
Kelambu anti nyamuk
6
37
16
6
37
16
94
63
84
94
63
84
Dimensi Tempat Perindukan Nyamuk
Pot bunga/tanaman berjentik
Jentik wadah dispenser/tempat minum
Jentik di tempat penampungan air
Penampungan air terbuka
Jentik/nyamuk di toilet
98
97
100
94
74
68
98
97
100
94
74
68
2
3
0
6
26
32
2
3
0
6
26
32

1. Dimensi Inspeksi Rumah
Inspeksi rumah maksudnya adalah hasil observasi terhadap lingkungan
sekitar rumah secara umum seperti kondisi halaman, letak, dan ruangan rumah.
Pada dimensi ini, hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden, (88%)
dalam kategori baik. Dari 9 item dimensi inspeksi rumah, terdapat 2 item dalam
kategori kurang baik, yaitu: semak-semak karena dekat kebun (59%) dan semak-
semak di halaman rumah (57%). Hal ini diketahui karena mayoritas rumah
penduduk dekat dengan perkebunan.

Page | 13
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
Perkembangan chikungunya sebagian besar berada di daerah rural. Desa
Cijeruk sebagai daerah rural memungkinkan menjadi tempat berkembangnya
vektor chikungunya. Selama masih banyaknya semak-semak baik di dekat kebun
maupun di halaman rumah, kemungkinan perkembangan vektor nyamuk akan
sulit dihentikan. Oleh karena itu, sebagai upaya pencegahan, keluarga dapat
memodifikasi kondisi lingkungan rumah sehingga tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk.
2. Dimensi Anti Nyamuk
Hasil penelitian dimensi anti nyamuk menunjukkan, hampir seluruh
responden dalam kategori kurang baik yaitu 94 lingkungan (94%). Dari dimensi
anti nyamuk, terdapat dua item yang termasuk ke dalam kategori kurang baik,
yaitu: sebagian rumah, 63 (63%) tidak memiliki jendela/ventilasi anti nyamuk dan
hampir seluruh responden, 84 rumah (84%) tidak memiliki kelambu anti nyamuk.
Walaupun tidak memiliki jaring anti nyamuk di jendela/ventilasi dan
kelambu, keluarga dapat memodifikasi dengan alat lain yang mungkin lebih
nyaman seperti gorden dengan motif jaring di setiap lubang-lubang
ventilasi/jendela. Sama halnya dengan kelambu, keluarga dapat memakai selimut
dan pakaian lengan panjang sebagai alternatif lain untuk terhindar dari gigitan
nyamuk saat tidur.
3. Dimensi Tempat Perindukan Nyamuk
Hasil penelitian pada dimensi perindukan nyamuk menujukkan hampir
seluruh kondisi lingkungan dalam kategori baik, yaitu 98 lingkungan (98%).
Semua item kecuali wadah dispenser/tempat minum air adalah ancaman yang

Page | 14
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
nyata bahwa tempat perindukkan nyamuk masih ada. Walaupun secara umum
masyarakat mempunyai kondisi lingkungan yang baik, namun perilaku terhadap
kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan karena sebagian besar rumah penduduk
berada di kawasan perkebunan yang memungkinkan vektor dapat berkembang
biak.

SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian responden perilaku
pemeliharaan kesehatan, 65 (65%) dan hampir seluruh responden, 92 (92%)
kesehatan lingkungan terhadap pencegahan demam chikungunya pada keluarga di
Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang dalam kategori baik.
` Saran dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Administrasi Keperawatan
Semoga dapat dijadikan salah satu data/informasi dan dokumentasi, dan
evaluasi pelaksanaan program penanggulangan demam chikungunya di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
2) Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini disarankan dapat menjadi bahan studi pendidikan bidang
keperawatan terkait penyakit demam chikungunya berdasarkan konsep penyakit,
perilaku kesehatan, dan pencegahan penyakit.
3) Praktik Keperawatan
Penelitian ini disarankan menajdi bahan evaluasi layanan kesehatan
penanggulangan penyakit chikungunya khususnya praktik keperawatan di rumah
sakit, puskesmas, posyandu, dan posbindu.

Page | 15
Dedi Suhendi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 45363
Email: dediszone@yahoo.com Contact: 085711313183
4) Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini juga disarankan dapat menjadi bahan rujukan untuk
penelitian keperawatan selanjutnya tentang perilaku pemeliharaan kesehatan dan
lingkungan terhadap pencegahan demam chikungunya.

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Republik
Indonesia 2010. Availabe at :
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESI
A_2010.pdf (diakes 20 September 2011).

Mubarak, WI. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Sagung Seto.

Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pan American Health Organization. 2011. Preparedness and response for
chikungunya fever: introduction in the Americas. Washington DC: PAHO
HQ Library. Available at www.chikungunyavirusnet.com/guidelines.html
(diakses 24 Februari 2012).

Schwartz, Olivier & Matthew LA. 2011. Biology and pathogenesis of
chikungunya fever. Macmillan Publisher Limited 8: 491-496. Available
at : http://www.nature.com/nrmicro/journal/v8/n7/full/nrmicro2368.html
(diakses 21 Januari 2012).

Wong, S. et al. 2006. Bats as continuing source of emerging infections in humans.
Wiley InterScience 17: 67-91. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17042030 (diakses Januari 2012).

World Health Organization. 2008. Guidelines on clinical management of
chikungunya fever. Available at :
www.searo.who.int/linkfiles/publication_guidelines_on_cli_mgmt_chikun
gunya_fvr-(cd-180).pdf (diakses 1 Oktober 2011).

. 2009. Guidelines for prevention and control of
chikungunya fever. Available at: www.searo.who.int/catalogue/2005-
2011/pdf/avianinflenza/isbn-978-92-9022-337-5r.pdf (diakses Oktober
2011).

Anda mungkin juga menyukai