Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN ANAK

Falsafah Keperawatan Anak Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara pandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.

A. Paradigma Keperawatan Anak 1. Manusia (anak) Manusia sebagai klien dalam keperawatn anak adalah individu yang berusia antara 0 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan kemampuan berpikir, dan bertindak mandiri. Anak juga membutuhkan kesempatan untuk belajar berpikir dan membuat keputusan secara mandiri. Untuk pengembangan harga diri, anak membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada usia 1 sampai 3 tahun (toddler), penghargaan merupakan pengalaman positif dalam membentuk harga diri. Untuk itu diperlukan penerimaan dan pengakuan dari orang tua dan lingkungannya. Secara sosial anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasinya untuk berinteraksi dan mengekspresikan ide/pikiran dan perasaannya, sedangkan secara spiritual anak membutuhkan penanaman nilai agama dan moral serta nilai budaya sebagai anggota masyarakat timur. 2. Sehat Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan demikian apabila anak sakit, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Sehat sakit berada dalam suatu rentang mulai dari sehat optimal pada satu kutub sampai meninggal pada kutub lainnya.

Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik secara langsung saat anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan antisipasi pada orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak memerlukan bantuan perawat, misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan seperti

pelayanan imunisasi atau peningkatan pengetahuan tentang kebersihan perseorangan dan gizi yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila terjadi perbedaan persepsi antara orang tua dan perawat tentang konsep sehat sakit tersebut, timbul masalah pemahaman keluarga tentang makna sehat sakit. Kondisi sehat yang berat menurut persepsi perawat dapat dipersepsikan sebagai suatu kondisi yang biasa saja oleh orang tua. Untuk itu diperlukan bantuan perawat untuk menyamakan persepsi tersebut. Pada kutub ekstrem, yaitu kematian anak, orang tua tetap memerlukan bantuan perawat untuk mengantarkan anak pada kematian yang tenang melalui perawatan menjelang ajal (dying care). 3. Lingkungan Seperti telah dikemukakan di atas, anak adalah individu yang masih bergantung pada lingkungan, yaitu orang dewasa di sekitarnya. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal dan dapat memenuhi kesehatan anak. Lingkungan internal, yaitu genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan adanya yaitu predisposisi status atau resistensi orang tua, terhadap saudara

penyakit.lingkungan

eksternal,

nutrisi,

kandung (sibling), masyarakat atau kelompok sekolah, kelompok atau geng, disipli yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status social-ekonomi, iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik atau biologis baik rumah maupun sanitasi di sekelilingnya. Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh kasih sayang. 4. Keperawatan Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang opimal, perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulih/pemelihara keshatan, koordinator, kolaborator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dua konsep yang mendasari dalam kerjasama orang tuaperawat ini adalah memfasilitasi keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya di rumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik dengan keluarga (empowering). Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarganya adalah pemberian dukungan,

pemberianpendidikan kesehatan, dan upaya rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan anak.

B. Perspektif Keperawatan Anak PERAWATAN BERPUSAT PADA KELUARGA Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan

kesehatanpada orang tua yang terprogram secara regular. Anak membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi. Terjadinya perpisahan orang tua dan anak karena harus dirawat di rumah sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang tua menjadi stress. Selanjutnya, apabila orang tua stress anak pun menjadi semakin stress. Hal ini terjadi seperti satu lingkaran setan. Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhannya.

Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga mempunyai peran penting untuk memfasilitasi hubungan orang tua dan anaknya selama di rumah sakit. Harus diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan anak dan orang tuanya, orang tua diharapkan mempunyai kemampuan meneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama di rumah sakit. Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang sebagai subjek yang punya potensi untuk melaksanakan perawatan anaknya. Diharapkan selama perawatan anaknya di rumah sakit, terjadi proses belajar pada orang tua, baik dalam hal peningkatan pengetahuan maupun ketrampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Misalnya pada saat seorang ibu mempunyai anak yang sakit panas dan dirawat di rumah sakit, jika pada awal masuk orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar rumah sakit orang tua sudah dapat memberikan kompres hangat pada anak, dan mengukur suhu dengan temometer. Proses perawatan anak di rumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada orang tua untuk merawat anak. Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan pemberian rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan keperawatan anak di rumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit harus berpusat pada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi. Keluarga aalah pusat kehidupan keluarga sehingga fokus perencanaan asuhan keperawatan anak harus mencerminkan kerja sama orang tua dengan perawat/tim kesehatan. Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu : Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda anatar yang satu dengan yang lain. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula. Demikian pula orang tua mempunyai latar belakang yang berbeda pula dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama

hospitalisasi anaknya. Telah terbukti pada bebrapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada di samping orang tuanya, terlebih lagi saat menghadapisituasi yang menakutkan seperti dilakukan prosedur invasive. Dengan demikian tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada kerja sama yang baik antaraperawat dengan orang tua. Kerja sama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan anak. Saat tetentu dapat melakukan asuhan keluarga dan keluargadapat melakukan asuhan keperawatan. Pada saat tertentu saat orang tua harus meninggalkan anaknya sesaat, perawat harus siap menggantikannya. Sebaliknya orang tua harus belajar melakukan tindakan keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi gejala panas pada anak, melalui pendidikan kesehatan yang diberikan perawat. Keberhasilan dalam pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orang tua. Kesepakatan untuk menggunakan family centred tidak cukup hanya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.

ATRAUMATIC CARE Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena: (1) Anak mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari hari, dan (2) Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk megatasi masalah maupun kejadian kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam mengatasi krisi tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system dukungan (support system0 yang trsedia, serta ketrampilan koping dalam menangani stress. Peran perawat dalam

meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak dan bayi adalah sangat penting. Perawat perlu memahami konsep stress hospitalisasi dan prinsip-prinsip asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di uasia pertengahan sampai anak periode prasekolah, khususnya anak yang berumur 6 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenal olehnya, sehinggi pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Respon perilaku anak akibat peerpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu : Tahap protes (phase of protest) Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal dan menolak perhatian orang lain. Perilaku tersebut akan berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Perilaku ini akan berhenti bila anak merasa kelelahan. Pendekatan orang asing yang tergesa gesa akan meningkatkan protes. Tahap putus asa (phase of despair) Pada tahap ini, anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya : mengompol ). Pada tahap ini, kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Tahap menolak (phase of denial) Pada tahap ini, secara samar samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira.

Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonimnay. Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negativistis, terutama anak akan menjadi cepat marah dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

Konsep tentang citra tubuh (body image), khusunya pengertian mengenai perlindungan tubuh, sedikit sekali berkembang pada balita. Berdasarkan pengamatan, bila dilakukan pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada anus akan membuat anak menjadi sangat cemas. Reaksi terhadap tindakan yang tidak menyakitkan sama dengan reaksi terhadap tindakan yang sangat menyakitkan. Reaksi balita terhadap nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun jumlah variable yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam macam. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringaikan wajahnya, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata lebar atau melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari keluar. Adapun reaksi orang tua terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : Tingkat keseriusan penyakit anak Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit Prosedur pengobatan Sistem pendukung yang tersedia Kekuatan ego individu Kemampuan dalam penggunaan koping Dukungan dkeluarga Kebudayaan dan kepercayaan Komunikasi dalam keluarga Di samping hal hal tersebut di atas, ada beberapa reaksi lain orang tua dalam mengahdapi anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit : Penolakan/ketidakpercayaan Yaitu menolak atau tidak percaya. Hal ini terjadi terutama bila anak tiba-tiba sakit serius. Marah atau merasa bersalah atau keduanya Setelah mengatahui bahwa anaknya sakit, maka reaksi orang tua adalah marah dan menyalahkan dirinya sendiri. Mereka merasa tidak merawat anaknya dengan benar. Jika dirawat di rumah sakit, orang tuia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat menolong mengurangi rasa sakit yang dialami oleh anaknya. Ketakutan, cemas dan frustasi

Ketakutan dan rasa cemas dihubungak dengan seriusnya penyakit dan tipe prosedur medis. Frustasi dihubungkan dengan kurangnya informasi mengenai prosedur dan npengobatan atau tidak familiar dengan peraturan rumah sakit. Depresi Biasanya depresi ini terjadi setelah masa krisi anak berlalu. Ibu sering mengeluh merasa lelah baik secar fisik maupun mental. Orang tua mulai merasa khawatir terhadap anak-anak mereka yang lain, yang dirawat oleh amggota keluarga lainnya, oleh teman atau tetangga.

Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Dasar pentingnya asuhan terapeutik ini adalah bahwa walaupun ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang pediatrik telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas, dan takut pada anak. Sangat disadari bahwa sampai saat ini belum ada tekhnologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak perawatan tersebut di atas. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan,khususnya perawat dalam melaksanakan tindakan pada anak dan orang tua. Beberapa bukti menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alatalat yang digunakan, dan lingkungan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya stressor tersebut, distress yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising. Sedangkan distress psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu dan rasa bersalah. Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun distress psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi perhatian pada apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan psikologis.

Asuhan yang terapeutik tersebut dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan, penetapan diagnosis, pengobatan, dan perawatan baik pada kasus akut maupun kronis dengan intervensi mencakup pendekatan psikologis, misalnya menyiapkan anak untuk prosedur fisik, memberikan kesempatan pada orang tua untuk terlibat merawat anak di rumah sakit, dan menciptakan suasana/lingkungan rumah sakit yang nyaman bagi anak dan orang tua. Satu hal yang harus menjadi perhatian perawat adalah dampak dari lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri seringkali menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat menjadi stressor. Demikian juga pakaian seragam tim kesehatan, yaitu baju seragam putih menjadi stressor bagi anak, sedangkan orang tua dapat menjadi stress apabila mendapat informasi yang mengejutkan tentang kondisi penyakit anaknya. Dapat anda bayangkan bagaimana bila seorang perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya ) untuk melakukan asuhan keperawatan, tetapi dengan wajah cemberut, masam, dan tidak ada sapaan ramah sedikitpun. Mungkin sebelum dilakukan tindakan anak sudah takut dan menangis atau bahkan tidak mau didekati. Akan tetapi, bagaimana bila seorang perawat datang dengan wajah yang manis, tersenyum, dan sapaannya pada anak demikian menyenangkan, lemah lembut, sambil menawarkan mainan kecil yang menarik hati. (Yupi Supartini, 2004). Dengan demikian, jelas lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat menjadi stressor bagi anak. Selain perilaku petugasnya, ruang perawatan untuk anak tidak dapat disamakan seperti orang dewasa. Ruang tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding berupa gambar binatang atau bunga, tirai dan seprai serta sarung bantal yang berawarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya berwarna ceria. Satu hal yang tidak boleh dikesampingkan dan harus menjadi perhatian dalam memberikan atraumatic care yang pertama yaitu hindari tindakan yang dapat menimbulkan trauma pada anak. Adapun 3 prinsip untuk dapat mencapai tujuan tersebut antara lain : Mengurangi perpisahan orang tua anak. Menganjurkan untuk control perasaan

Mencegah terjadinya cedera tubuh dan nyeri. Contoh atraumatic care meliputi membantu perkembangan hubungan orang tua anak selama proses hospitalisasi di rumah sakit, mempersiapkan anak sebelum menjalani prosedur yang mungkin belum dikenal oleh anak, mengontrol nyeri, menyediakan privacy bagi anak, memberikan aktivitas bermain untuk

mengekspresikan ketakutan dan ekspresi melawan mereka, memberikan pilihan pada anak serta menghormati perbedaan budaya.

C. Trend Keperawatan Anak Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek/ mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan isu tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan. Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan

intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek. Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak faktor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya : 1) Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985

pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869. 2) 3) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik

keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus ditempuh adalah : 1) Pengembangan pendidikan keperawatan. Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan. 2) Memantapkan system pelayanan perawatan professional Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien. 3) Penyempurnaan organisasi keperawatan Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat

dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat. Yang termasuk dalam trend keperawatan anak antara lain : 1. Imunisasi Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit .Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita. Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatupenyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkankematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari denganimunisasi yaitu: o Hepatitis. o Campak. o Polio. o Difteri. o Tetanus. o Batuk Rejan. Macam-Macam Imunisasi 1. Imunisasi Aktif. Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi dua macam: a. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuhdari suatu penyakit. b. Imunisasi aktif buatanadalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

2.

Imunisasi Pasif Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat

kekebalantubuhnya di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerimaberbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu: a. Imunisai pasif alamiahAdalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan olehibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika beradadalam kandungan. b. Imunisasi pasif buatan.Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu Jenis-Jenis Imunisasi 1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang

bertujuanmemberi kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan cara menghambat penyebaran kuman. 2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitis B ke tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis. 3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu. 4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan

memberivaksin DPT (difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman penyakit

difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu. 5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan pada usia 9 bulan secara

subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulanatau lebih setelah suntikan pertama . ( Asuhan neonatus bayi dan balita :98-101) Mekanisme Imunisasi Dalam Proses PencegahanPenyakit Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadaporganisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit

2. Terapi pijat anak-anak maupun bayi Salah satu hal paling menarik tentang Pijat adalah bahwa hal itu tidak terbatas pada orang-orang dari usia tertentu. Orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin dapat menuai manfaat Terapi Pijat. Meskipun praktek ini umumnya digunakan oleh orang dewasa, orang tua dari Bayi yang lahir baru dan sedikit anakjuga bergabung dengan barisan. Para orangtua secara aktif mencari bentuk terapi Alternatif dalam rangka untuk

memastikan pendidikan yang tepat dari orang yang mereka cintai. Teknik-teknik untuk terapi pijat alternatif pada umumnya sama untuk bayi maupun Anak-anak. Namun, perbedaannya terletak pada penanganan yang tepat dan juga dalam besarnya manfaat yang mereka berikan untuk anakanak dari berbagai usia. a. Pijat pada bayi Pijat bayi sangat membantu dalam meningkatkan fisik bayi, emosional,

perkembangan mental dan sosial. Mereka menciptakan ikatan yang kuat antara orangtua dan anak sebagai bayi mendapat terkena rasa sentuhan lembut. Selain itu, sangat efektif dalam membantu bayi motorik prematur berat pada bayi keuntungan. Hal ini

meningkatkan

perkembangan

yang

terpajan kokain dan

memfasilitasi fungsi pernapasan bayi mengalami asma. Bayi semacam itu menunjukkan keuntungan positif dalam perilaku dan penurunan hormon kecemasan dan stres. Bayi cenderung banyak menangis karena satu-satunya cara mereka

mengekspresikan diri selama tahap awal masa bayi. Sebuah pijatan lembut dapat menenangkan bayi yang menangis dan juga meringankan setiap penyakit kolik, peredaran darah dan pencernaan. Selain itu, membantu orang tua baru menjadi

nyaman dengan anak mereka sehingga merupakan situasi win-win untuk semua orang. Pijat sesi tiga puluh menit untuk bayi harus menjadi bagian dari rutinitas harian setiap orangtua.

b.

Pijat pada anak-anak Pijat anak berbeda dari bayi dalam banyak cara dan menawarkan banyak manfaat.

Perhatian-deficit hyperactivity disorder juga dikenal sebagai ADHD, adalah gangguan kejiwaan yang cepat meningkat di kalangan anak-anak. Perkiraan umum

menempatkan 3-7% dari semua anak usia sekolah dan remajasebagai penderita ADHD. Studi telah membuktikan terapi pijat sebagai alat yang efektif untuk melawan gangguan ini. Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa remaja laki-laki yang menerima 10-15 menit terapi alternatif pijat setiap hari menunjukkan peningkatan fokus dan terlalu kelelahan. Mereka juga dinilai sendiri lebih bahagia dan menunjukkan tanda-tanda luar biasa dari mood positif. Manfaat Jangka Panjang Terapi Alternatif Manfaat lain jangka panjang dari terapi pijat pediatrik adalah bahwa hal itu merintangi setiap potensi masalah yang mungkin ditemui anak selama masa dewasanya. Marybetts Sinclair, salah satu pelopor di pijat pediatrik adalah seorang terapis pijat dan menulis tentang pengalaman sendiri tentang bekerja dengan orang dewasa. Dia mencatat bahwa banyak masalah orang dewasa mengalami bisa saja efektif ditangani dengan terapi pijat selama masa kecil mereka. Memicu poin dari luka masa kanak-kanak dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan otot dalam kehidupan dewasa. Sebuah cedera lahir yang tak kunjung sembuh pada gilirannya dapat menyebabkan masalah struktural. Beberapa anak pergi melalui trauma emosional yang jika tidak ditangani mengikuti mereka dalam kehidupan dewasa mereka. Semua ini, menurut Sinclair, dapat dicegah melalui terapi pijat alternatif.

3. Pelayanan kesehatan bagi balita 1) Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa

setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).

Manfaat KMS adalah : Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI. o Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak o Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. 2) Pemberian Kapsul Vitamin A Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain. Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007) Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-

11 bulan satu kali dalam satu tahun Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita

Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ). Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah. 3) Pelayanan Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup : a. b. c. d. Penimbangan berat badan Penentuan status pertumbuhan Penyuluhan Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas. 4) Manajemen terpadu balita sakit Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya

pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu: a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita

sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih). b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program

kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS). c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan

upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

D. Mortalitas dan Morbiditas 1. Mortalitas Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu,kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000

individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda

dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu. Mortalitas Bayi : Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan) Mortalitas anak-anak : Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah

2. Morbiditas Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. 1. 2. Penyakit Menular Penyakit Potensi KLB / Wabah Morbiditas berasal dari bahasa latin yang berarti sakit atau tidak sehat. Morbiditas dapat merujuk kepada pernyataan terkena penyakit, derajat kerasnya penyakit, meratanya penyakit atau jumlah kasus pada populasi, insiden penyakit yaitu jumlah kasus baru pada populasi dan cacat. Morbiditas anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu. Morbiditas meningkat pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi. Penyebab utama hal ini adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai