Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Pencarian makna agama bukan suatu persoalan yang mudah, terlebih membuat

definisi yang dapat menampung semua persoalan asensial yang terkandung dalam agama. Ada beberapa cara yang dilakukan para ahli dalam menyoroti agama. Sudah dapat dipastikan pendekatan-pendekatan yang dilakukan mereka diwarnai oleh latar belakang pemikiran bidang yang mereka geluti, termasuk didalamnya para ahli yang mengkhususkan pada agama-agama tertentu. Para ahli mendefinisikan agama dari sudut pandang latar belakang masing-masing. Oleh karena itu, pencarian makna agama yang mencakup pengertian yang dapat diterima oleh semua agama adalah suatu yang mustahil. Maka pengertian agama dalam bagian ini dirujukkan ke dalam berpegang teguh kepadanya, kebahagian di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Di antara sekian banyak pendapat yang dikemukakan para ahli, ada yang menyebutkan agama berasal dari akar kata Sangsekerta gam yang artinya pergi, yang kemudian setelah mendapat awalan a dan akhiran a (a-gam-a) artinya menjadi jalan. Gam dalam bahasa Sangsekerta ini mempunyai pengertian yang sama dengan to go (inggris), geneh (jerman), dan gaan belanda) yang artinya sama juga pergi. Adanya persamaan persamaan arti ini dapat dimaklumi, mengingat bahasa Sangsekerta dan bahasa-bahasa Eropa adalah bahasa Indo-Jerman. Agama dari segi etimologi artinya jalan , sebagian orang mengemukakan rumusan, bahwa yang disebut agama ialah: suatu jalan yang harus diikuti, supaya orang dapat sampai ke tujuan yang mulia dan suci. Seutuhnya agama merupakan aturan yang di anut oleh manusia. Agama dibedakan menjadi 2 yaitu agama samawi dan agama alami. Agama samawi adalah agama yang diturunkan oleh Allah karena Allah lah yang membuat agama tersebut. Agama samawi

merupakan agama yang mempunyai kitab suci, kitab suci berisi firman-firman Allah yang diturunkan melalui rasul-Nya dan perantara malaikat Jibril. Sedangkan agama alami adalah agama yang dibuat oleh manusia tetapi mengatas namakan Tuhan. Di dalam agama alami tuhan yang di anggap itu banyak sekali dengan bentuk atau cara beribadah sesuai kepada kepala agama tersebut. Ketika mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan, para ahli berusaha mendefinisikan sesuai bidang kajian ilmu yang digeluti dan sangat tergantung metodologi yang digunakan serta filosofi yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Sehingga pada kali ini pengertian manusia itu menurut para ahli tidak dapat didefinisikan seutuhnya. Karena manusia adalah makhluk yang unik yaitu berbeda karakteristiknya dengan makhluk Allah yang lain. Para ahli tidak dapat mendefinisikan arti manusia karena merupakan definisi yang sangat luas sebagaimana telah dibahas pada sebelumnya para ahli hanya mendefinisikan manusia sesuai dengan bidangnya masingmasing. Para ahli filsafat mendefinisikan manusia adalah binatang yang berakal budi ( homo sapien ). Ahli ekonomi mengatakan manusia adalah binatang yang dapat berekonomi ( homo economicus ). Menurut ahli pendidikan manusia adalah binatang yang berbakat untuk di didik dan harus di didik. Menurut ahli teknologi manusia adalah binatang yang pintar membuat alat dan pintar menggunakannya ( homo faber ). Menurut ahli sosial manusia adalah binatang yang pintar bermasyarakat dan pintar berorganisasi ( zoon politicon ). Konsep manusia dalam al-Quran dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada manusia yaitu kata basyar (37), insan (65), dan al-nas (240). Dengan demikian al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial. Manusia sebagai makhluk basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah. Cara pandang islam tidak menyukai manusia disebut dengan binatang karena manusia merupakan makhluk Allah yang paling cantik. Selain itu manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi tingkatnnya, paling tinggi martabatnya serta paling tinggi derajatnya. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi, sebagai khalifah itulah
2

manusia mempunyai pangkat tertinggi karena manusialah yang akan menjalani kehidupan di dunia sekaligus menjaga dan merawat apa yang ada di bumi. Kebutuhan Rohani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh rohani atau jiwa. Contoh: untuk menyegarkan pikiran, manusia memerlukan hiburan; untuk menguatkan iman, manusia memerlukan siraman rohani berupa petunjuk dan nasihat keagamaan; untuk mencerdaskan pikiran dan meningkatkan keterampilan, manusia memerlukan pendidikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari makalah ini adalah : 1.2.1 1.2.2 1.2.3 12.4 Apakah manusia butuh terhadap agama ? Perbedaan keyakinan masyarakat primitif dengan masyarakat modern ? Apakah masyarakat modern tidak membutuhkaan agama ? Apakah brnar masyarakat modern percaya adanya agama ?

1.3

TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Untuk menambah wawasan tentang seberapa besar manusia membutuhkan agama.

1.4

MANFAAT PENULISAN Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan manusia terhadap manusia.

BAB II PERMASALAHAN

2.1

MANUSIA MEMBUTUHKAN AGAMA Agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Agama sudah berkembang sejak

masa primitif, itu terbukti sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula kepercayaan itu ditujukan pada benda. Selain itu, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Kepercayaan dinamisme dan animisme seiring waktu tidak memberikan kepuasan karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujian, yang disebut politeisme. Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendikiawan. Oleh karena itu, dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena dianggap mempunyai perbedaan kekuatan. Kemudian kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitive (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain, kepercayaan satu Tuhan satu bangsa disebut henoteisme (Tuhan tingkat Nasional). Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya diakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. 2.2 MASYARAKAT PRIMITIF DIBANDINGKAN DENGAN MASYARAKAT MODERN Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan telah diberikan oleh para filosuf, ilmuwan dan budayawan seolah mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang mereka senangi. Sains di-Indonesiakan menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi, dapat firasat, sedangkanI Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, yang sudah teruji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri

kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Quran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dari obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi dari pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. karena keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam. Teknologi adalah produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat dimanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau untuk digunakan kehancuran manusia itu sendiri. Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dari pemikiran untuk memperluas, mendalam, dan mengembangkan iptek. Agama Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptannya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem pidana). Secara garis besar berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan manusia dengan Penciptanya, terdapat 3 jenis paragdigma sebagai berikut : Paradigma sekuler, yaitu memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain.

Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan ( fashl aldin an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi peranya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhanya. Agama tidak mengatur kehidupan umum (publik). Agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan menginterversikan yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (pengertian atau hakikat dari
5

sesuatu), epistemologis (cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (cara menerapkan). Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abat XIX di Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khusus teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Paradigma sosialis, yaitu menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak

ada, dus, tidak ada hubungan dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini didasarkan pemikiran Karl Marx ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu, karena membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Kalr Marx (1957) mengatakan, Religion Is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people. (Agaa adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh dari situasi yang tanpa ruh. Agama adalah candu bagi rakyat). Paradigma Islam, yaitu memandang bahwa agama, dasar dan pengatur kehidupan.

Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islamterwujud dalam alQuran dan al-Hadits, menjadi qadah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya di bangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan serta iptek.

2.3

MASYARAKAT MODERN YANG SEMENTARA TIDAK MEMBUTUHKAN AGAMA Banyak aktivitas manusia yang dapat membuat hubungan kita dengan Allah makin

menjauh. disibukkan oleh kerja, sehingga lupa shalat, lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, lupa menuntut ilmu agama, lupa menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Golongan kiri adalah suatu golongan yang ditandai dengan suasana kehidupan serba gemerlap. Kehidupan manusia yang materiallistik, penuh sandiwara. Babak demi babak hidup dan kehidupannya habis untuk mengais-ais dunia. Kesuksesan, keberhasilan di dalam meraih dunia telah melemparkan mereka kedalam sifat angkuh, tinggi diri, gila hormat, mengejar pangkat dan jabatan dengan berbagai macam jalan. Mereka bangga atas semua itu. Dengan merasa diri telah cukup terhadap kepentingan hidupnya, tercapai segala kehendaknya, hingga ia lupa segala-galanya. Sementara Tuhan sebagai satu-satunya sumber

kehidupan hanya dijadikan SESEMBAHAN ritual serimonial belaka. Rangkaian ibadah ditujukan hanya mencari sensasi dan penghormatan semata. Gerak langkah kehidupannya masih bersifat lahiriah dan puncak ibadahnya masih menyembah kira-kira. Mereka yang tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan prilakunya sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang yang minus beragama. Untuk sementara ini mereka tidak membutuhkan agama. Mengapa ? ini terjadi karena pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi lebih menguasai, jadi seakan-akan peran agama dalam kehidupan saat ini ditiadakan dahulu. Manusia adalah makhluk berakal dan bahkan juga makhluk tukang bertanya. Manusia selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui setiap apa yang ada dalam muka bumi ini. Menurut Prof. Arnold Toynbee ahli sejarah kenamaan inggris ini, tabir rahasia alam ini juga ingin disingkap oleh manusia. Dalam bukunya An historians approach to religion dia menulis Tidak ada satu jiwa pun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta. Lebih dari itu, bahkan rahasia metafisika juga termasuk hal yang ingin disingkap oleh manusia. Padahal metafisika ialah masalah yang gaib seperti hidup sesudah mati(akhirat), Tuhan, surga, neraka, atau hal-hal lain yang dibalik alam nyata ini. Misalnya, jika nyawa bercerai dari badan, kemana roh dari badan itu pergi. Hal apa yang akan terjadi. Masalah-masalah pelik penuh misteri ini ingin diketahui oleh manusia. Dengan hal ini, menunjukkan jika manusia hanya mengandalkan akalnya (bahkan dengan ditambah ilmu dan filsafat sekalipun) semua persoalan metafisika tersebut tidak akan dapat diketahui. Manusia hanya bisa berhayal atau menduga-duga dan tidak pernah mampu mengetahui perkara yang gaib tersebut secara pasti. Persoalan metafisika yang gaib, memang bukan lagi wilayah kemampuan akal manusia. Ilmu apapun (hasil akal) menjadi lumpuh memasuki wilayah tersebut, sebab memang bukan lagi daerah wewenangnya. Firman Allah SWT: katakan: tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah. (An-Naml : 65). Ibnu kholdoun, dalam kitab Muqaddimahnya menulis, Akal adalah sebuah timbangan yang tepat, yang catatan-catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan, atau soal-soal lain yang diluar

lingkungan akal, sama halnya dengan mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung. Ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Hal ini dikarena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya. Pada dasarnya, manusia modern sekarang dalam ucap tidak percaya akan adanya Tuhan, tetapi dalam hati masih menganggap Tuhan itu ada. Contohnya, pada saat menyusuri jalan yang dipakai adalah jalan bagian tepi. Saat manusia yang tak mengakui adanya Tuhan tersebut ditantang agar berjalan di tengah-tengah jalan raya, mereka tak berani. Kalaupun mereka tidak mengakui adanya Tuhan seharusnya mereka tidak takut dengan tantangan itu karena mereka menganggap setelah kehidupan didunia ini tidak akan ada kehidupan lagi. Begitupun dengan seorang pasien yang misal tengah menderita suatu penyakit. Awalnya sakit itu hanya perlu membutuhkan obat ditoko-toko kecil tapi tidak sembuh, akhirnya dibawa ke puskesmas. Dari puskesamas dirujuk ke rumas sakit. Di rumah sakit disarankan agar menjalani rawat inap. Tapi selama rawat inap pennyakitnya tak kunjung sembuh, akhirnya disarankan operasi atau bahkan sampai amputasi. Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa manusa modern sekarang akan melakukan apa pun agar dia tidak mati karena jika mati mereka tidak punya persiapan apa-apa untuk dipertanggungjawabkan nanti. Padahal agama tak hanya ritual, menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya belaka, tapi juga fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Sebagian manusia mempercayai agama, namun tidak pernah melakukan ritual. Yang lain mengaku tidak beragama, namun percaya sepenuhnya terhadap Tuhannya. Di luar itu semua, kita sering menyaksikan, dalam kondisi tertentusemisal kesulitan hidup atau tertimpa musibahmanusia cenderung berlari kepada agama. Sebaliknya, pada saat dirinya hidup dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli terhadap agama, bahkan mengingkari eksistensi Tuhannya. Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ini dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya, Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusia merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya serta pemimpin besar. Diregutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian di kala dunia telah kosong. Jadi harapan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan, harapan menjadi pencinta dan dicintai, keinginan bersandar pada orang lain dan terlepas dari perasaan putus asa. Semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan
8

untuk menerima keimanan kepada Tuhan. Willian James seorang filosof Jerman menyatakan bahwa hal-hal fisik dan material merupakan sumber tumbuhnya berbagai keinginan batin, namun banyak pula keinginan yang tumbuh dari alam di balik alam material ini. Buktinya, banyak perbuatan manusia tidak bersesuaian dengan perhitungan material. Pada setiap keadaan dan perbuatan keagamaan, kita selalu dapat melihat berbagai bentuk ketulusan, keikhlasan dan kerinduan, keramahan, kecintaan dan pengorbanan. Gejala-gejala kejiwaan yang bersifat keagamaan memiliki berbagai kepribadian dan karakteristik yang tidak selaras dengan semua gejala umum kejiwaan manusia.

2.4

MASYARAKAT MODERN YANG PERCAYA AKAN ADANYA AGAMA Kehidupan manusia di dunia penuh dengan berbagai macam cobaan dan rintangan

yang datangnya dari Allah agar manusia menyadari hanya kepada Allah tempat berlindung dan memohon agar terhindar dari segala bencana dan musibah yang melanda dunia, seperti gempa bumi, banjir dan lain-lain serta adanya godaan dan rayuan dari setan beserta pengikut-penguikutnya agar manusia berpaling dari Allah Tuhan yang yang menciptakan manusia, setan dan pengikut-pengikutnya. Sebenarnya permasalahan kebutuhan masyarakat modern dapat diatasi dengan adanya teknologi serta ilmu yang berkembang. Tetapi hanya satu yang tidak bisa diatasi oleh akal manusia yaitu kematian. Masyarakat modern yang sadar tentang butuhnya suatu agama maka mereka akan menganut agama. 2.5 HAKIKAT KEMATIAN Kematian adalah peristiwa yang pasti, akan terjadi pada setiap makhluk hidup tidak peduli kapan dan dimanapun tempatnya jika izrail sudah diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seseorang, maka ia pasti akan melaksanakan tugasnya dan yang mengalaminya tidak akan sanggup lagi untuk tawar-menawar, mau ataupun tidak mau ia pasti akan mati, jika sudah begitu apapun yang dimilikinya baik berupa harta benda, jabatan, keluarga dan lain sebagainya tidak akan sanggup menolongnya dari kematian.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia, sangatlah membutuhkan agama. Dan sangat dibutuhkannya agama oleh manusia, tidak saja di masa primitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju. Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena agama merupakan sumber moral. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika. Karena agama meberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun di kala duka.

10

Anda mungkin juga menyukai