Anda di halaman 1dari 9

RPJP NASIONAL TAHUN 2005 2025 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 -2025 Berdasarkan UU No.

. 17 Tahun 2001. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. 2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. 3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 20052009, RPJM Nasional II Tahun 20102014, RPJM Nasional III Tahun 20152019, dan RPJM Nasional IV Tahun 20202024. 4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM Nasional. RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah. RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah. RPJM Daerah disusun dengan memerhatikan RPJM Nasional.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TAHUN 2010-2014 Inti dari RPJMN : RPJM Nasional berlaku selama periode 5 tahun terhitung 2010-2014, selanjutnya disebut RSK/L Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2009 dan memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melaksanakan program dalam RPJM Nasional yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM Daerah. Pelaksanaan RPJM Nasional dipantau langsung oleh Menteri yang dituangkan ke dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM Daerah, dan merupakan satu kesatuan dari Peraturan Presiden dan mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Inti dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 adalah : Pengaturan penataan ruang diselenggarakan untuk mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang, memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta hak dan kewajibannya dalam penyelenggaraan penataan ruang dan mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan serta disusun dan ditetapkan oleh pemerintahm pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi disusun dan ditetapkann RTRW Provinsi, RTRW Kawasan Strategis Provinsi dan arahan aturan zonasi sistem provinsi yang ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Penyususnan dan Penetapan Peraturan Daerah Provinsi, dll berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan mendorong peran masyakat dalam menyusun dan menetapkan standar dan kriteria teknis sebagai operasionalisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman penataan ruang. Pembinaan penataan ruang diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas penyelenggaraan penataan ruang, meningkatkan kapasitas dan kemandirian pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan penataan ruang, meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang dan meningkatkan kualitas struktur ruang dan pola ruang. Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat sedangkan pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah kabupaten kota dan masyarakat, serta masyarakat dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pembinaan penataan ruang dan dalam melaksanakan pembinaan penataan ruang pemerintah dan atau pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan masyarakat.

Bentuk pembinaan penataan ruang meliputi koordinasi penyelenggaraan penataan ruang, sosialisasi peraturan perundang-undangan serta pedoman bidang penataan ruang, pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang, penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat dan pengembangan kesadaran serta tanggung jawab masyarakat. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dilakukan melalui koordinasi dalam satu

wilayah administrasi, koordinasi antardaerah, dan koordinasi antartingkatan pemerintahan. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang merupakan upaya penyampaian secara interaktif dan melalui media tatap muka dan media elektronik. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan penataan ruang serta melalui penyelenggaraan dan fasilitasi pendidikan, penyusunan program pendidikan dan pelatihan bidang, penataan ruang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan yang menjadi sasaran pembinaan, penerapan sistem sertifikasi dalam penyelenggaraan dan fasilitasi pendidikan dan pelatihan dalam bidang penataan ruang dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang merupakan upaya untuk mengembangkan penataan ruang yang mutakhir, efisien, dan terpadu dan dilaksanakan melalui penyediaan basis data dan informasi bidang penataan ruang dengan mengembangkan jaringan sistem elektronik. Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur, menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang berkualitas dan menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan sektoral dan

kewilayahan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Prosedur penyusunan rencana tata ruang meliputi proses penyusunan rencana tata ruang yang melibatkan peran masyarakat dalam perumusan konsepsi rencana tata ruang serta pembahasan rancangan rencana tata ruang oleh pemangku kepentingan. Proses penyusunan rencana tata ruang melalui tahapan persiapan penyusunan rencana tata ruang, pengumpulan data pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi rencana tata ruang dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang rencana tata ruang. Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang tidak melebihi masa berakhirnya rencana umum tata ruang yang sedang berlaku, dan jika tidak dapat ditetapkan

maka batas waktu penyusunan dan penetapan pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat diterbitkan atau memperbarui izin pemanfaatan ruang dan wilayah. Prosedur penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi meliputi: pengajuan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dari gubernur kepada DPRD Provinsi, penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan substansi, persetujuan bersama rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi antara gubernur dengan DPRD Provinsi yang didasarkan pada persetujuan substansi dari Menteri, penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi,dan penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi oleh gubernur. Persiapan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten meliputi: 1. penyusunan kerangka acuan kerja; 2. metodologi yang digunakan; dan 3. penganggaran kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten, dan pengumpulan data paling sedikit meliputi: 1. data wilayah administrasi; 2. data fisiografis; 3. data kependudukan; 4. data ekonomi dan keuangan; 5. data ketersediaan prasarana dan sarana dasar; 6. data penggunaan lahan; 7. data peruntukan ruang; 8. data daerah rawan bencana; dan 9. peta dasar rupa bumi dan peta tematik. Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah kota melalui tahapan: a) Persiapan penyusunan meliputi: penyusunan kerangka, metedologi dan penganggaran kegiatan; b) Pengumpulan data paling sedikit meliputi: data administrasi, data fisiografis, data kependudukan, data ekonomi dan keuangan, data ketersediaan prasarana dan sarana dasar, data penggunaan lahan, data peruntukan ruang, data daerah rawan bencana, dan peta dasar rupa bumi dan peta tematik. c) Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi: teknik analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup perkotaan ,teknik analisis keterkaitan antarwilayah kabupaten/kota, teknik analisis keterkaitan antarkomponen ruang kota dan teknik perancangan kota. Rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota terbuka hijau publik sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota dan 10 % (sepuluh persen) untuk privat dari luas wilayah kota, Luas RTH memiliki luas total 30 %, dan harus tetap dipertahankan. Penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang meliputi: penyusunan dan penetapan rencana tata ruang pulau/kepulauan; penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis nasional; penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis

kabupaten/kota; dan penyusunan dan penetapan rencana detail tata ruang untuk rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan meliputi: Yang diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan pertahanan dan keamanan negara berdasarkan geostrategi nasional; kawasan dengan peruntukan bagi basis militer; c. wilayah kedaulatan dan yurisdiksi nasional termasuk kawasan perbatasan negara dan pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi memiliki: fungsi bagi kepentingan IPTEK berdasarkan lokasi dan posisi geografis SDA strategis. Kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora, dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian; d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. kawasan rawan bencana alam; atau g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Prosedur penetapan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota meliputi: a. pengajuan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota dari bupati/walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota; b. penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota kepada Menteri untuk memperoleh persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur; c. persetujuan bersama rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota antara bupati/walikota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang didasarkan pada persetujuan substansi dari Menteri; d. penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota kepada gubernur untuk dievaluasi; e. penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang kawasan strategiskabupaten/kota oleh bupati/walikota. Kawasan perkotaan dapat berbentuk: kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten; atau kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi.

Kawasan perkotaan menurut kriteria besarannya meliputi: a. kawasan perkotaan kecil; b. kawasan perkotaan sedang; c. kawasan perkotaan besar; d. kawasan metropolitan; e. kawasan megapolitan. Kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan, maupun kabupaten, serta jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan harus memenuhi kriteria: a. fungsi kawasan produksi pertanian kabupaten; b. sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian; c. aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani, nelayan, penambang rakyat, atau pengrajin kecil; d. tatanan nilai budaya lokal dan berfungsi sebagai penyangga budaya dan lingkungan hidup bagi wilayahnya; e. kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan tangkap; f. susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan transmigrasi, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi; g. kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah;dan h. bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkungan alami. Peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Berupa: bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundangundangan; perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang; ata perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-undang. Revisi terhadap rencana tata ruang yang materi perubahannya tidak lebih dari 20% (dua puluh persen), penetapannya dapat dilakukan melalui perubahan peraturan perundangundangan tentang rencana tata ruang. Jangka waktu rencana tata ruang hasil revisi berakhir sampai dengan berakhirnya jangka waktu rencana tata ruang yang direvisi tersebut. Pelaksanaan program pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Program pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dapat berupa: a. program pembangunan sektoral wilayah kabupaten; b. program pengembangan wilayah kabupaten; c. program pengembangan kawasan perkotaan; d. program pengembangan kawasan perdesaan; dan/atau e. program pengembangan kawasan dan lingkungan strategis yang merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. Dalam penyusunan program pemanfaatan ruang wilayah kota dilakukan: a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah kota ke dalam rencana strategis kota; dan b. perumusan program satuan kerja perangkat daerah kota dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kota.

Sumber pembiayaan program pemanfaatan ruang kota berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kota; b. pembiayaan masyarakat; dan/atau c. sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sumber pembiayaan program pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. pembiayaan masyarakat; c. sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sumber pembiayaan program pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi berasal dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi; c. pembiayaan masyarakat; dan/atau d. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang melalui: pengaturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi. Pengawasan penataan ruang diselenggarakan untuk: a. menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang; b. menjamin terlaksananya penegakan hukum bidang penataan ruang; dan c. meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
1. Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap: a. perencanaan tata ruang; b. pemanfaatan ruang; dan c. pengendalian pemanfaatan ruang. 2. Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa: a. masukan mengenai: 1. persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; 3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; 4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau 5. penetapan rencana tata ruang. b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang. 3. Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa: a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang; b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang

laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis, kepada: a. menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait dengan penataan ruang; b. gubernur; dan c. bupati/walikota. 5. Tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan cara: a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah, rumusan konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; dan b. kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan cara: a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan; b. kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan d. penaatan terhadap izin pemanfaatan ruang. 7. pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peran masyarakat di bidang penataan ruang sesuai dengan kewenangannya. antara lain: a. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang; b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang; c. pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang; d. penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan e. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA, BESERTA RENCANA RINCINYA
1. Prosedur persetujuan substansi rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi, meliputi:

2. 3. 4.

5.

6.

a. Pengajuan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi. b. Evaluasi materi muatan teknis rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi. c. Persetujuan substansi rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi. d. Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Prosedur persetujuan substansi rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Prosedur persetujuan substansi penetapan rancangan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang provinsi, kabupaten, dan kota. Evaluasi materi muatan teknis rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yan meliputi: a. Evaluasi terhadap tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi. b. Evaluasi terhadap rencana struktur ruang wilayah provinsi. c. Evaluasi terhadap rencana pola ruang wilayah provinsi. d. Evaluasi terhadap penetapan kawasan strategis provinsi. e. Evaluasi terhadap arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi. f. Evaluasi terhadap arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Evaluasi materi muatan teknis rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yan meliputi: a. Evaluasi terhadap tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. b. Evaluasi terhadap rencana struktur ruang wilayah kabupaten. c. Evaluasi terhadap rencana pola ruang wilayah kabupaten. d. Evaluasi terhadap penetapan kawasan strategis kabupaten. e. Evaluasi terhadap arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. f. Evaluasi terhadap ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. g. Evaluasi terhadap materi muatan teknis rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kota. Evaluasi materi muatan teknis rencana rinci tata ruang provinsi dan rencana rinci tata ruang kabupaten/kota, meliputi: a. Evaluasi terhadap materi muatan teknis rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana rinci tata ruang provinsi b. Evaluasi terhadap materi muatan teknis rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai